“Analisis Aspek-Aspek Budaya Dalam Mempengaruhi Kehidupan Klien”
1. Hubungan Bimbingan Konseling dengan Kebudayaan
Hubungan antara bimbingan konseling dengan kebudayaan adalah: bimbingan dan konseling merupakan gejela kebudayaan, yang diselenggarakan oleh oleh manusia (makhluk yang berbudaya). Sebagai gejala kebudayaan maka seluruh kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling diwarnai oleh kebudayaan, dimana ada BK di situ ada kebudayaan. Dari sisi lain melalui bimbingan dan konseling, kebudayaan dapat dilestarikan, diteruskan dan dikembangkan.
2. Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pusat perhatian komunikasi dan kebudayaan terletak pada variasi langkah dan cara manusia berkomunikasi melintasi komunitas manusia atau kelompok sosial. Pelintasan komunikasi itu menggunakan kode-kode pesan, baik secara verbal maupun nonverbal, yang secara alamiah selalu digunakan dalam semua konteks interaksi. Pusat perhatian studi komunikasi pola-pola tindakan, dan bagaimana makna serta pola-pola diartikulasi dalam sebuah kelompok sosial, kelompok budaya, kelompok politik, proses pendidikan, bahkan lingkungan teknologi yang melibatkan interaksi antar manusia. Untuk menjaga keharmonisan antar etnis maka perlu di jaga komunikasi antar budaya setiap etnis. Komunikasi antar budaya juga dapat diartikan proses bertukar fikiran antara orang-orang berbeda budaya. Dan juga menurut Lustig dan Koeter yang dikutip oleh Alo menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, dan kontekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bantuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan. 3. Kontak Budaya Kontak antar budaya tidak saja terjadi antara dua budaya yang berbeda, antara suatu bangsa dengan bangsa lain, tetapi bisa pula terjadi antara satu-satuan budaya yang terdapat dalam suatu negara atau wilayah yang memiliki tingkat heteroginitas budaya, seperti negara Indonesia. Situasi di Indonesia yang memiliki keragaman suku, ras, tingkat peradapan dan sebagainya dengan latar belakang budaya yang berbeda, memungkinkan terjadinya kontak antar budaya. Dalam hal ini maka memungkinkan terjadi asimilasi budaya atau bahkan ketegangan budaya baik tingkat individu maupun kelompok. Meskipun memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” namun ketegangan-ketegangan antar budaya masih sering dijumpai, misalnya ketegangan antar pribumi dengan etnis China, konflik antar suku di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, pengusiran pendatang di Irian Jaya, Aceh, Issu” Jawanisasi dan Islamisasi” dalam program transmigrasi dan sebagainya.
4. Faktor-Faktor Terjadinya Kontak Antar Budaya
a. Faktor pendidikan b. Faktor migrasi c. Bisnis/perdagangan d. Bantuan Internasional e. Tourisme