Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
‘Analisis Kualitatif pewarna sintetis Rhodamin B dalam sampel Sukade,
Sirup dan Kerupuk Makaroni’
Disusun oleh :
AS’AD PO713251171060
KHAIRUNNISA. S PO713251171073
2.1 Pengertian
Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terpenting
dan juga merupakan faktor yang sangat esensial bagi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Tetapi betapapun menariknya penampilan, lezat rasanya
dan tinggi nilai gizinya, apabila tidak aman dikonsumsi, maka makanan tersebut
tidak ada nilainya sama sekali (Winarno dan Rahayu, 1994).
Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima menurut FAO
didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh
pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang
langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut
(Judarwanto, 2007). Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik dari perkotaan maupun
pedesaan. Keunggulan dari makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat,
serta cita rasanya yang cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Meskipun
makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, ternyata makanan
jajanan juga beresiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak
higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba
beracun maupun penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake.
Keduanya adalah zat pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye
telah melalui prosedur sertifikasi dan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh FDA.
Sedangkan zat pewarna lake yang hanya terdiri dari satu warna dasar, tidak
merupakan warna campuran juga harus mendapat sertifikat (Winarno, 2002).
1) Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan
larutannya dapat mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah
propilenglikol, gliserin, atau alkohol. Dye dapat juga diberikan dalam bentuk
kering apabila proses pengolahan produk tersebut ternyata menggunakan air. Dye
terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun cairan yang penggunaannya
tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses, dan zat pewarnanya sendiri
(Winarno, 2002).
2) Lake
Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan radikal
basa (Al atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al(OH)3. Lapisan
alumina atau Al(OH)3 ini tidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada
hampir semua pelarut. Sesuai dengan sifatnya yang tidak larut dalam air, zat
pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang tidak boleh terkena air. Lake
sering kali lebih baik digunakan untuk produk-produk yang mengandung lemak
dan minyak daripada dye, karena FD & C Dye tidak larut dalam lemak. (Winarno,
2002).
2.3 Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil
dan kertas. Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam
larutan akan berwarna merah terang berpendar. Zat ini sangat berbahaya jika
terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat
berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi
pada saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila tertelan dapat
menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah
atau merah muda. Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan
jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Uji toksisitas Rhodamin B telah
dilakukan terhadap mencit dan tikus dengan injeksi subkutan dan secara oral.
Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik ketika diinjeksi subkutan yaitu
timbul sarcoma lokal, sedangkan secara UV-VIS didapatkan LD5089,5 mg/Kg
yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal dan limfa serta diikuti
perubahan anatomi berupa pembesaran organ pada tikus tersebut. (Index, 2006).
3.1.2 Bahan
- Benang wol
- Asam Asetat 10%
- Etanol
- Akuades
- Amonia 10% dalam etanol 70%
- Amonia
- Dietil eter
- Kertas saring (kertas whatman no.42)
- n-butanol
- etil asetat
- Rhodamin B 1000 ppm
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini bertujuan untuk menganalisis Rhodamin B
yang diduga terkandung dalam sampel saos yang banyak beredar dipasaran.
Analisis yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu analisis kualitatif dengan
metode kromatografi lapis tipis. Sampel yang digunakan adalah Sukade, Sirup dan
kerupuk makaroni yang banyak beredar di pasaran dengan harga yang relatif
murah. Analisis Rhodamin B dalam sampel ini dilakukan karena rhodamin B
dalam makanan perlu diawasi keberadaanya sebab rhodamin B merupakan
pewarna sintesis yang biasa digunakan pada industry tekstil bukan industry
makanan sehingga penggunaan rhodamin B dalam suatu sediaan dilarang karena
dapat menimbulkan dampak yang tidak diharapkan bagi kesehatan seperti
gangguan ginjal, hati dan kanker.
Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan
pada industri tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang
penggunaannya pada makanan. Hal tersebut telah dicantumkan oleh Menteri
Kesehatan (Permenkes) pada aturan No.239/Menkes/Per/V/85, namun walaupun
sudah dilarang, penggunaan Rhodamine B dalam makanan masih banyak terdapat
di lapangan bahkan dijual bebas dipasaran. Hal tersebut telah membuktikan
bahwa masih banyak permintaan dan penggunaan Rhodamin B di masyarakat
terutama sebagai bahan pewarna makanan. Rhodamin B yang dikonsumsi dalam
jumlah cukup besar dan berulang-ulang akan menyebabkan iritasi pada saluran
penapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi pada pencernaan, keracunan,
gangguan fungsi hati dan kanker hati. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah
Rhodamin B ini masih banyak beredar dipasaran terutama pada jajanan.
Analisis pertama yang dilakukan adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif
yang dilakukan ini berfungsi untuk mengidentifikasi keberadaan rhodamin B
dalam sampel. Metode yang digunakan dalam analisis secara kualitatif adalah
metode Kromatografi Lapis Tipis yang merupakan salah satu teknik pemisahan
senyawa dengan prinsip adsorpsi dan koefisien partisi. KLT dilakukan karena
pengujian menggunakan metode ini mudah dilakukan dan murah. Prinsip
kromatografi lapis tipis yaitu perbedaan kepolaran ‘like dissolve like” dimana
pelarut yang bersifat polar akan berikatan dengan senyawa yang bersifat polar
juga dan sebaliknya, semakin dekat kepolaran antara senyawa dengan eluent
maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Tahap pertama yang dilakukan adalah preparasi larutan sampel. Preparasi
sampel dilakukan untuk memperoleh larutan rhodamin B dalam sampel sehingga
bisa dianalisis dengan KLT dimana sampel yang diuji harus berbentuk larutan.
Larutan 2% amonia dalam 70% etanol dipilih dalam percobaan kali ini sebab
ammonia merupakan pengikat sekaligus pelarut rhodamin B sehingga rhodamin B
akan terambil sempurna dalam sampel yang akan dianalisis. Larutan yang
dihasilkan kemudian dipekatkan dengan cara pemanasan. Larutan hasil
pemanasan tersebut kemudian ditambah dengan larutan asam (10 mL akuades dan
5 mL asam asetat 5%) dengan tujuan untuk menstabilkan rhodamin B agar tidak
berubah dari bentuk terionisasi menjadi bentuk netral.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan benang wol berukuran 15 cm dalam
larutan kemudian didihkan selama 10 menit. Penggunaan benang wol dalam
percobaan kali ini berfungsi untuk mengekstraksi rhodamin B dalam sampel yang
telah menerima perlakuan, dengan bantuan asam asetat yang sebelumnya telah
ditambahkan terlebih dahulu, sehingga dihasilkan warna benang wol yang
berubah dari putih menjadi merah terang. Selain itu fungsi digunakannya benang
wol adalah sebagai absorben warna saus sedangkan asam asetat glasial berfungsi
sebagai pemberi suasana asam dimana pada suasana ini rhodamin B akan tertarik
oleh asam dan selanjutnya akan terabsorbsi oleh benang wol.Hal ini menandakan
bahwa rhodamin B dalam larutan telah terikat pada benang wol. Namun, karena
sampel uji KLT harus berupa larutan maka rhodamin dalam sampel perlu
dilarutkan dengan menggunakan pelarutnya yaitu larutan 10% amonia dalam 70%
etanol.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sukade yang banyak beredar dipasaran
5.2 Saran
Saran yang diberikan pada percobaan kali ini yaitu agar lebih
mempehitungkan kembali perbandingan eluen yang digunakan serta lebih
memperhatikan keselamatan kerja ketika bekerja dengan zat kimia berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA