BAB I
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat
Agar mahasiswa mengetahui memahami bagaimana penentuan tetapan calorimeter
dan konsentrasi H2SO4 dan dapat menegetahui bagaimana cara penggunaan calorimeter
dengan baik dan benar.
Pengertian Termokimia
Termokimia adalah cabang dari kimia fisika yang mempelajari tentang kalor dan energi
berkaitan dengan reaksi kimia dan/atau perubahan fisik. Sebuah reaksi kimia dapat
melepaskan atau menerima kalor. Begitu juga dengan perubahan fase, misalkan dalam proses
mencair dan mendidih. Termokimia fokus pada perubahan energi, secara khusus pada
perpindahan energi antara sistem dengan lingkungan. Jika dikombinasikan dengan entropi,
termokimia juga digunakan untuk memprediksi apakah reaksi kimia akan berlangsung
spontan atau tak spontan.
Termokimia berawal dari hasil kerja Antoine Laurent Lavoisier pada abad ke 18,
dilanjutkan dengan adanya hukum Hess. Termokimia masuk dalam kategori hukum pertama
termodinamika.
Sejarah Termokimia
Termokimia mengalami dua macam generalisasi. Pernyataan tentang termokimia bervariasi
sesuai dengan pengusulnya, yaitu:
Hukum Lavoisier dan Laplace
Perubahan energi selama reaksi bisa sama dengan atau berkebalikan dengan
perubahan energi pada proses kebalikan.
Hukum Hess .
Perubahan energi selama reaksi adalah sama, walaupun perubahan itu berjalan tahap demi
tahap.
lavoisier, Laplace, dan Hess juga meneliti tentang kalor jenis dan kalor laten. Selanjutnya
Joseph Black yang memberi peranan besar dalam penelitian kalor laten.
Gustav Kirchoff menunjukkan bahwa variasi kalor reaksi diungkapkan dalam kapasitas
kalor antara produk dan reaktan dengan rumus:
dΔH / dT = ΔCp………………………..(1)
Bentuk integral persamaan ini mengindikasikan adanya koreksi panas pada satu
temperatur dari perhitungan dengan temperatur lain.
Calorimeter
Calorimeter adalah alat untuk mengukur kalor jenis suatu zat. Salah satu bentuk kalori
meter adalah kalori meter campuran. Kalori meter ini terdiri dari sebuah bejana logam yang
kalor jenisnya diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan didalam bejana lain yang agak lebih
besar.kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat misalkan gabus atau wol. Kegunaan
bejana luar adalah sebagai isolator agar perukaran kalor dengan sekitar kalori meter dapat
dikurangi.Kalori meter juga dilengkapi dengan batang pengaduk. Pada waktu zat
dicampurkan didalam kalori meter, air dalam kalori meter perlu diaduk agar diperoleh suhu
merata sebagai akibat percampuran dua zat yang suhunya berbeda. Asas penggunaan kalori
meter adalah asas black. Setiap dua benda atau lebih dengan suhu berbeda dicampurkan maka
benda yang bersuhu lebih tinggi akan melepaskan kalornya, sedangkan benda yang bersuhu
lebih rendah akan menyerap kalor hingga mencapai keseim- bangan yaitu suhunya sama.
Pelepasan dan penyerapan kalor ini besarnya harus imbang. Kalor yang dilepaskan sama
dengan kalor yang diserap sehingga berlaku hukum kekekalan energi. Pada sistem tertutup,
kekekalan energi panas (kalor) ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Qlepas = Qterima
Dengan Q = m . c . ∆t………………………………….(2)
dengan:
Kalorimeter sederhana
Perubahan energi pada reaksi kimia dapat dipelajari dengan metode kalorimetri.
Metode kalorimetri dapat dilakukan dengan percobaan sederhana, ataupun dengan peralatan
yang lebih canggih. Percobaan sederhana yang biasa dilakukan adalah dengan kalorimeter
sederhana seperti ditunjukkan pada gambar di bawah
Kalorimeter sederhana digunakan untuk menjalankan reaksi dengan kondisi tekanan tetap.
Sesuai hukum termodinamika pertama, dengan sistem tersebut kita akan dengan mudah
memperoleh nilai entalpi suatu reaksi yang setara dengan kalor reaksi (dH=δq pada tekanan
tetap). Kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan pada tekanan tetap adalah
sama dengan perubahan entalpi sistem. Dalam proses pertukaran kalor, perlu diperhatikan
pula daya serap atau kapasitas absorbsi kalor oleh kalori meter. Pada percobaan ini, nilai
koreksi tersebut dilakukan dengan penentuan nilai tetapan “k” untuk kalori meter (Syukri,
1999).
Calorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori)
yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O 2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh
api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung.
Kalorimeter makanan adalah alat untuk Menentukan nilai kalor zat makanan
karbohidrat, protein atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang tingginya
kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm. Bagian dasarnya
melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini disumbat dengan
sebuah sumbat karet yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas tabung kaca ini ditutup
dengan lempeng ebonit yang bundar. Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk,
yang tangkainya menembus tutup ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiral dari tembaga.
Ujung bawah pipa spiral itu menembus lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung
atasnya menembus tutup ebonit bagian tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi
sebuah lubang, tempat untuk memasukkan sebuah termometer ke dalam tabung kaca. Tabung
kaca itu diletakkan di atas sebuah kepingasbes dan ditahan oleh 3 buah keping. Keping itu
berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes itu terdapat
kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di atas keping
asbes itu terdapat sebuah cawanaluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah
kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin
itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat
cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkanoksigen.
Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat
menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat
tersebut akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair.
Sebaliknya jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat
tersebut akan melepaskan sejumlah kalor. Dalam Sistem Internasional (SI) satuan untuk kalor
dinyatakan dalam satuan kalori (kal), kilokalori (kkal), atau joule (J) dan kilojoule (kj).
1 kilokalori= 1000 kalori
1 kilojoule= 1000 joule
1 kalori = 4,18 joule
1 kalori adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 gram air
sehingga suhunya naik sebesar 1oC atau 1K. jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 1oC atau 1K dari 1 gram zat disebut kalor jenis Q=m.c. ΔT, satuan untuk kalor jenis
adalah joule pergram perderajat Celcius (Jg-1oC-1) atau joule pergram per Kelvin (Jg-1oK-1)
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang
terlibat pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran. (Petrucci, Ralph H. 1987.)
Termokia membahas tentang perubahan energy yang menyertai suatu reaksi kimia yang
dimanifestasikan sebagai kalor reaksi. Perubahan yang terjadi dapat berupa pelepasan enrgi
(reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam
kategori yang lebih khusus yaitu kalor pembentukan,kalor pembakaran,kalor pelarutan dan
kalor netralisai.
Persamaan Kalor
Jika dilihat dari jenis reaksi, terdapat beberapa macam jenis kalor, yaitu:
1. Kalor pembentukan
Kalor pembentukan adalah kalor yang dilepas atau diterima pada saat satu mol senyawa
terbentuk dari unsur-unsurnya. Sebagai contoh adalah pada saat pembentukan amonia dari
unsur-unsurnya, maka akan dilepaskan energi sebesar 46 kJ.
½ N2 (g) + 1½ H2 (g) → NH3 (g) ΔHo = -46 kJ mol-1…………………..(1)
2. Kalor penguraian
Kalor penguraian adalah kalor yang dilepas atau diterima pada saat satu mol senyawa
terurai menjadi unsur-unsur pembentuknya. Contohnya adalah peruraian asam fluorida
menjadi unsur-unsurnya membutuhkan kalor sebesar 271 kJ.
HF(g) → ½ H2 (g) + ½ F2 (g) ΔH = +271 kJ mol-1………………………(2)
3. Kalor pembakaran
Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepaskan pada saat satu mol senyawa dibakar
menggunakan oksigen.
CH4 (g) + 2 O2 (g) CO2 (g) + H2O (g) ΔH = +-802 kJ mol-1……………….(3)
Simbol negatif (-) pada ΔH menyatakan sistem melepaskan kalor, sedangkan simbol positif
(+) menyatakan sistem menerima kalor.
Pertukaran energy
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri,
yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor. Untuk melakukan pengukuran
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat digunakan kalorimeter. Gambar 1
menunjukkan skema kalorimeter air sederhana. Salah satu kegunaan yang penting dari
kalorimeter adalah dalam penentuan kalor jenis suatu zat. Pada teknik yang dikenal sebagai
“metode campuran”, satu sampel zat dipanaskan sampai temperatur tinggi yang diukur
dengan akurat, dan dengan cepat ditempatkan pada air dingin kalorimeter. Kalor yang hilang
pada sampel tersebut akan diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan mengukur suhu akhir
campuran tersebut, maka dapat dihitung kalor jenis zat tersebut.
Zat yang ditentukan kalor jenisnya dipanasi sampai suhu tertentu. Dengan cepat zat itu
dimasukkan kedalam kalori meter yang berisi air dengan suhu dan massanya sudah diketahui.
Kalori meter diaduk sampai suhunya tidak berubah lagi. Dengan menggunakan hukum
kekekalan energy, kalor jenis yang dimasukkan dapat dihitung ( Hastuti, Sri, M.Si, dkk.2007)
Perubahan enrgi yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energy yang hilag
selama reaksi berlangsung, melainkan berubah bentuk dari bentuk energi yang satuu ke
bentuk energy yang lain. Adanya kekekalan energy ini ditunjukan oleh selisih penyerapan dan
pelepasan energy, yang disebut sebagai energy internal. Sebagai gambaran, jika pada suatu
system enrgai diberikan sejmlah energy dalam bentuk kalor (q), maka system akan melakukan
kerja (W) sebesar W= p x ∆V. setelah melakukan kerja system masih menyimpan sejumlah
energi yang disebut sebagai energi internal (U).
Dalam percobaan ini akan ditentukan kalor reaksi yang menyertai suatu reaksi kimia
pada tekanan tetap (qp). Perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan tetap disebut
perubahan entalpi ( ∆ H). Karena system yang diukur hanya melibatkan zat padat dan zat
cair, dimana perubahan volumenya kecil (∆V = 0), maka besaran kerja yang dilakukan system
dapat diabaikan (P. ∆V = 0). Dengan demikian ∆U = ∆H.
Besarnya kalor yang terlibat dalam reaksi kimia dapat diukur dengan alat yang disebut
calorimeter. Besarnya kalor yang diserap calorimeter untuk menekkan suhu satu derajat
dinamakn tetapan calorimeter, dengan satuan JK1. Dalam perubahan ini akan digunakan
suatu calorimeter sederhana yang disusun dari suatu wadah sederhana yang terbuat dari
plastic.
Pengukuran dilakukan dengan melangsungkan reaksi calorimeter, kalor reaksi dihitung
dari perubahan temperature larutan yang dilakukan dengan berat larutan dan kalor jenisnya,
q = m.c ∆T. penggunaan kalorimeter ini, masih memungkinkan terjadinya pertukaran kalor
antara calorimeter dengan system reaksi didalamnya. Oleh karena itu harus dilakukan koreksi
terhadap kalor yang diserap atau dibebaskan calorimeter (perlu ditentukan besarnya harga air
calorimeter). Bila perbedaan temperature antara calorimeter dan lingkungan cukup besar dan
jika isolasi tidak sempurna, catat temperature kemudian ekstarpolasi grafik yang diperoleh
terhadap waktu pencampuran agar diperoleh perubahan temperature yang tepat. (Chairil
Anwar. 2003)
Reaksi endoterm dan eksoterm
1. Reaksi endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang menyerap atau menerima kalor. Pada reaksi
ini, terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan turun dan
menjadi lebih dingin. Rekasi endoterm menyerap sejumlah energi sehingga energi sistem
bertambah. Karena entalpi bertambah perubahan entalpinya bertanda positif.
2. Reaksi eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang menghasilkan kalor. Pada reeaksi ini terjadi
perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan sehingga lingkungan menjadi lebih panas.
Reaksi kimia akan membebaskan energi sehingga entalpi sistem berkurang dan perubahan
entalpi bertanda negatif. Reaksi-reaksi pembakaran, seperti pembakaran kayu, pembakaran
metana, pembakaran propana, dan reaksi antara serbuk alumunium, dan besi oksida
merupakan contoh-contoh reaksi eksoterm.
Kelarutan
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut pada
pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat bergantung
pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan. Secara luas
kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan
dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut
mengendap (tidak dapat larut lagi).
Rentang kelarutan sangat bervariasi. Ada banyak sekali zat kimia yang mempunyai
kelarutan tak terbatas, dan hasilnya bercampur sempurna (miscible), misalnya adalah etanol
dalam air. Ada pula zat kimia yang sama sekali tidak larut, sebagai contoh adalah perak
klorida dalam air. Namun kebanyakan suatu zat dapat terlarut dalam pelarut sampai tepat
jenuh, setelah itu mengendap seperti NaCl dalam air.
Maka dari itu, ilmuwan telah banyak meneliti kelarutan suatu solut pada pelarut, yang
dikenal dengan aturan kelarutan. Pada keadaan tertentu, kesetimbangan kelarutan dapat
menjadi berlebih sehingga disebut dengan larutan superjenuh atau metastabil.
Pengertian kelarutan sebaiknya tidak dikacaukan dengan kemampuan melarutkan atau
mencairkan suatu zat, karena larutan juga dapat dibuat dengan mereaksikan suatu zat. Sebagai
contoh adalah zink yang tak dapat larut dalam asam klorida. Tetapi karena adanya reaksi
antara gas hidrogen dengan zink klorida menyebabkannya seperti larut. Kelarutan tidak
bergantung pada ukuran partikel atau faktor kinetik lainnya, maupun waktu pelarutan.
1. Suhu
Kelarutan suatu solut pada pelarut tertentu sangat bergantung pada suhu. Pada sebagian
besar padatan yang dapat larut dalam air, kelarutan akan semakin meningkat jika suhu
dinaikkan melebihi 100º C. Solut ionik yang terlarut pada air bersuhu tinggi (mendekati suhu
kritis) cenderung berkurang karena perubahan sifat dan struktur molekul air. Selain itu,
tetapan dielektrik menyebabkan pelarut kurang polar.
Kelarutan senyawa organik selalu meningkat dengan naiknya suhu. Inilah yang
mendasari teknik pemurnian dengan rekristalisasi yang memanfaatkan perbedaan kelarutan
solut pada suhu rendah dan tinggi.
2. Tekanan
Pada fase terembun, tekanan sangat berpengaruh terhadap kelarutan; namun biasanya
lemah dan diabaikan pada praktiknya. Diasumsikan sebagai larutan ideal, ketergantungan
kelarutan pada tekanan diberikan diungkapkan dengan rumus:
………………………………………..(3)
dimana indeks i merupakan komponen, Ni adalah fraksi mol komponen ke i, P adalah tekanan,
indeks T menyatakan suhu kosntan, Vi,cr adalah volume molar parsial komponen ke i, dan R
merupakan tetapan gas universal.Kelarutan suatu endapan menurut definisi adalah sama
dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Larutan jenuh merupakan larutan dimana zat terlarutnya (molekul atau ion) telah
maksimum pada suhu tertentu. Untuk zat elektrolit yang sukar larut, larutan jenuhnya
dicirikan oleh nilai Ksp. Nilai Ksp pada suhu 25°Ctelah didaftar. Jika larutan mengandung zat
terlarutnya berlebih atau melebihi jumlah maksimum kelarutannya pada suhu tertentu, maka
dikatakan bahwa larutan telah lewat jenuh.
Kelarutan zat terlarut diketahui dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan dalam
banyaknya mol zat terlarut perliter larutan jenuh. Kelarutan bergantung pada berbagai jenis
kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada
komposisi pelarutnya. Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang
praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana
terbuka pada tekanan atmosfer; perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai
pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan
suhu. Umumnya dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan
suhu, meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat) terjadi hal yang
sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-beda dalm beberapa hal sangat kecil sekali
dalam ha;=hal lainnya sangat besar Suatu pans reaksi tergantung pada jumlah zat yang
beraksi, keadaan fisika, temperatur, tekanan dan jenis reaksi (P tetap atau V tetap). Panas yang
timbul atau diserap pada pelarutan suatu zat dala suatu pelarut, disebut panas pelarutan,
tergantung jumlah mol pelarut dan zat terlarut Pengaruh suhu pada kesetimbangan karena
ditentukan oleh ΔE° seperti ditunjukkan oleh persamaan Gibbs. Bila ΔG°=-RT ln k,
disubstitusikan ke dalam persamaan ini, didapat
(2 lnk)/(2 1⁄T)=(∆H°)/R………………………………………………………….(4)
Dengan mengandalkan bahwa ΔH° tidak tergantung pada suhu, integral tidak tentu dari
persamaan ini adalah ln 〖k=〗 (∆H°)/R+C. Dengan C sebagai tetapan integral menunjukkan
bahwa dapat ditulis ln 〖k=〗-(∆H°)/R+∆s/R, menurut persamaan ini aturan ln k terhadap 1/T
mempunyai lereng -(∆H°)/R dan perpotongan 1/T=0 dari ∆s/R .
Ada dua panas pelarutan, yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Panas
pelarutan integral didefinisikan sebagai perubahan entalpi jika 1 mil zat dilarutkan dalam n
mol pelarut. Panas pelarutan diferensial didefinisikan sebagi perubahan entalpi jika 1 mol zat
terlarut dilarutkan dalm jumlah larutan yang tidak terhingga, sehingga konsentrasinya tidak
berubah dengan penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematis didefinisikan sebagai
(d(m∆H))/dm, yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut, dan pans
pelarutan differensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan kurva pada setiap
konsentrasi larutan (Sumar Hendayana, dkk. 1994.)
Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor
Juga dapat menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat
itu akan naik sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mencair (jika zat padat) atau akan
menguap (jika zat cair). Sebaliknya jika kalor dilepaskan dari suatu zat, maka zat itu akan
turun hingga tingkat tertentu hingga zat itu akan mengembun (jika zat gas) atau membeku
(jika zat cair) .
Nilai kalor merupakan faktor terpenting dalam sifat energi dan biasanya berhubungan
dengan benda sebagai penghantar panas, yang dimaksud dengan pengantar panas adalah
jumlah panas dalam British Termal Unit (BTU) yang dialirkan pada benda yang memiliki
ketebalan satu inchi dan luas permukaan satu feet persegi selama satu jam untuk menaikan
temperatur 10F pada permukaan benda tersebut .
Kapasitas kalor .
Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu
sejumlah zat tertentu sebesar 1 K atau 10C. Jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk
menaikkan suhu suatu zat yang diketahui dari sembarang suhu awal (T i) sampai sembarang
suhu akhir (Tf).
Kapasitas kalor spesifik dari suatu zat adalah kapasitas kalor per satuan massa (yakni,
jumlah kalor yang harus ditambahkan pada 1 gram zat itu untuk menaikkan temperatur
sebesar 1 K atau 10C). Kalor spesifik adalah jumlah kalor dalam kalori yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 10C. Penting untuk mengetahui nilai kalor spesifik dari air
dan es (berturut – turut 1,0 dan 0,5 kal/gr 0C). (Bresnick, Stephen, 2002).
Panas juga merupakan salah satu bentuk energi, dan perubahan bentuk akibat panas akan
sama dengan yang diakibatkan oleh kerja. Sebagaimana, tarikan gravitasi, potensial listrik,
panas juga mengalir dari temperatur yang lebih tinggi ke yang lebih rendah, kecuali jika kerja
dilakukan terhadap sistem.Tanda yang digunakan disini yaitu Q (panas) adalah positif jika
panas diabsorbsi oleh sistem dari sekelilingnya, dan negatif jika panas dilepaskan dari sistem
ke sekelilingnya. Kesamaan lainnya dengan kerja panas yang diserap atau dilepaskan juga
tergantung pada jalannya system.
Kapasitas panas molar adalah kapasitas panas dari 1 mol zat, dan panas spesifik adalah
kapasitas panas per gram zat, C = n = w c……………………………..(5)
Dimana n merupakan jumlah mol, w merupakan berat zat, adalah kapasitas panas molar dan
c’ adalah kapasitas panas spesifik. Q adalah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur zat sebesar ΔT derajat. Panas dapat diserap pada volume konstan ataupun pada
tekanan konstan.
Alat yang penting untuk mengukur ΔV adalah kalorimeter dan adiabatik. Perubahan
temperatur ΔT dari kalorimeter yang dihasilkan dari reaksi sebanding dengan energi yang
dibebaskan atau diserap sebagai kalor. Oleh karena itu, dengan mengukur ΔT dapat ditentukan
Qv sehingga dapat diketahui ΔV. Konversi dari ΔT menjadi q v tidak bisa lepas dari kapasitas
kalor C dari kalorimeter. C adalah koefisien perbandingan antara energi yang diberikan
sebagai kalor dari kenaikan temperatur yang disebabkannya. (Dogra, S.K. dan Dogra, S,
1990).
Sifat-sifat kimia
mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam sulfat pekat akan menghasilkan karbon
dan air yang terserap dalam asam sulfat (yang akan mengencerkan asam sulfat )
Efek ini dapat dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke permukaan kertas.
Selulosa bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek
pembakaran kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi apabila asam sulfat ditambahkan ke
dalam satu sendok teh gula. Seketika ditambahkan, gula tersebut akan menjadi karbon
berpori-pori yang mengembang dan mengeluarkan aroma seperti karamel.
Reaksi lainnya
Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan garam sulfat.
Sebagai contoh, garam tembaga tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara tembaga(II)
oksida dengan asam sulfat .
CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O……………………..(4)
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan menghasilkan asam
yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan menghasilkan asam
asetat,CH3COOH,dan natriumbisulfat: .
H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH…………………(5)
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan kalium nitrat.
Reaksi ini akan menghasilkan asam nitrat dan endapat kalium bisulfat. Ketika dikombinasikan
dengan asam nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus zat pendehidrasi,
membentuk ion nitronium NO2+, yang penting dalam reaksi nitrasi yang melibatkan substitusi
aromatik elektrofilik. Reaksi jenis ini sangatlah penting dalam kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian tunggal,
menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat.H2SO4 encermenyerang besi, aluminium, seng,
mangan , magnesium, dan nikel.namun reaksi dengan timah dan tembaga memerlukan asam
sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat.
Reaksi antara asam sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti yang
ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. Namun reaksi dengan timah akan
menghasilkan sulfur dioksida daripada hidrogen.
Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai oksidator, manakala
asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika asam pekat panas bereaksi dengan
seng, timah, dan tembaga, ia akan menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida, manakahal
asam encer yang beraksi dengan logam seperti seng akan menghasilkan garam dan
hidrogen.Asam sulfat menjalani reaksi substitusi aromatik elektrofilik dengan senyawa-
senyawa aromatik, menghasilkan asam sulfonat terkait
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan sebenarnya pula,
produksi asam sulfat suatu negara merupakan indikator yang baik terhadap kekuatan industri
negara tersebut.Kegunaan utama (60% dari total produksi di seluruh dunia) asam sulfat adalah
dalam "metode basah" produksi asam fosfat, yang digunakan untuk
membuat pupuk fosfat dan juga trinatrium fosfat untuk deterjen. Pada metode ini, batuan
fosfat digunakan dan diproses lebih dari 100 juta ton setiap tahunnya. Bahan-bahan baku yang
ditunjukkan pada persamaan di bawah ini merupakan fluorapatit, walaupun komposisinya
dapat bervariasi. Bahan baku ini kemudian diberi 93% asam suflat untuk
menghasilkan kalsium sulfat, hidrogen fluorida (HF), dan asam fosfat. HF dipisahan
sebagai asam fluorida. Proses keseluruhannya dapat ditulis:
Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk
menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil. Asam yang
telah digunakan sering kali didaur ulang dalam kilang regenerasi asam bekas (Spent Acid
Regeneration (SAR) plant). Kilang ini membakar asam bekas dengan gas alam, gas kilang,
bahan bakar minyak, ataupun sumber bahan bakar lainnya. Proses pembakaran ini akan
menghasilkan gas sulfur dioksida (SO 2) dan sulfur trioksida (SO 3) yang kemudian digunakan
untuk membuat asam sulfat yang "baru".
Amonium sulfat, yang merupakan pupuk nitrogen yang penting, umumnya diproduksi
sebagai produk sampingan dari kilang pemroses kokas untuk produksi besi dan baja.
Mereaksikan amonia yang dihasilkan pada dekomposisi termal batu bara dengan asam sulfat
bekas mengijinkan amonia dikristalkan keluar sebagai garam (sering kali berwarna coklat
karena kontaminasi besi) dan dijual kepada industri agrokimia.
Kegunaan asam sulfat lainnya yang penting adalah untuk pembuatan aluminium sulfat.
Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun pada serat pulp kertas untuk
menghasilkan aluminium karboksilat yang membantu mengentalkan serat pulp menjadi
permukaan kertas yang keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium
hidroksida. Aluminium sulfat dibuat dengan mereaksikan bauksit dengan asam sulfat:
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam
sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksi
menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk
membuat asam klorida dari garam melalui proses Mannheim. Banyak H2SO4 digunakan dalam
pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan
isobutilena yang menghasilkan isooktana.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1 Alat
Kalorimeter , Pengaduk dan Bahan Isolasi
Termometer
Gelas Ukur 50 ml
Lampu Spritus
Stopwatch
3.1.2 Bahan
Larutan H2SO4
Aquades
Ganbar 3 Gambar 4
GELAS UKUR LAMPU SPIRTUS
3.3 PROSEDUR KERJA
a. Menentukan Tetapan Kalorimeter
1. Masukkan air dingin kedalam gelas kimia. Setiap 30 detik, ukur temperature hingga
detik ke 10. Data temperature air dingin (Td) diisikan kedalam table 1.1
2. Memasukkan air panas kedalam calorimeter. Setiap 30 detik, ukur temperature hingga
detik ke 10. Data temperature air panas (Tp) diisikan kedalam table 1.1
3. Detik ke-11, campurkan air dingin kedalam kalorimeter yang sudah ada air panas,
lakukan pengadukan, ukur temperature saat detik ke-12,13,14 dst. Data temperature
campuran diisikan kedalam table 1.1
Air dingin
Masukkan kedalam gelas kimia
Setiap 30 detik, ukur temperatur hingga detik ke 10
Hasil
Selesai
Mulai
Air panas
Selesai
b. Menentukan Konsentrasi Larutan H2SO
Mulai
Air
Masukkan kedalm calorimeter sepertiga bagian volume
Catat suhu setelah 5 menit
Hasil
Selesai
Mulai
Kalorimeter
Tambahkan 5 ml larutan H2SO4 X Molar
Catat suhu campuran pada suhu waktu tertentu
Sambil diaduk
Hasil
Selesai