Anda di halaman 1dari 14

PROSES PRODUKSI BENANG DTY (DRAW TEXTURIZED YARN) DI DEPARTEMEN

TEXTURIZING II PADA PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk

M. Wildan Itsnanto 1), Akhmad Syakhroni, ST, MEng 2)


1)
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri FTI UNISSULA
2)
Dosen Jurusan Teknologi Industri UNISSULA

ABSTRAK

PT. Asia Pacific Fibers yang merupakan salah satu dari anak perusahaan Texmaco Group yang
bergerak dalam bidang pembuatan benang. Produk yang dihasilkan bukan hanya digunakan untuk
masyarakat lokal saja namun merambah pada dunia ekspor oleh karena itu dalam meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan maka diperlukan kerjasama antar bagian produksi yang menangani proses
produksi agar menghasilkan produk yang sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui proses produksi benang sekaligus mengetahui
fungsi mesin yang digunakan untuk proses produksi benang pada perusahaan tersebut. Manfaat yang
dilaporkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang produksi dan mendapatkan
pengalaman nyata dari dunia kerja sekaligus menambah wawasan tentang dunia kerja yang
sesungguhnya.
Dari pengamatan yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses produksi benang
pada PT. Asia Pacific Fibers secara garis besarnya meliputi pengolahan bahan baku menjadi produk
benang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan keinginan konsumen, dengan mengetahui fungsi dari
mesin-mesin yang digunakan dalam pembuatan benang tersebut.

Kata Kunci : PT. Asia Pacific Fibers, Proses Produksi

1
Bab I Pendahuluan maka diperlukan suatu metode atau cara untuk
1.1. Latar Belakang tetap menjaga kualitas produk, salah satunya
Perkembangan dunia pada saat ini sangat pesat adalah analisa hasil produksi.
sehingga hal tersebut juga diikuti oleh Analisa hasil produksi merupakan
perkembangan dunia industri yang pesat pula. aktifitas untuk meningkatkan kualitas produk.
Perkembangan industri yang maju tidak luput dari Dalam analisa hasil produksi ini dibahas
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di mengenai bagaimana suatu produk sesuai dengan
lain pihak sampai saat ini perkembangan teknologi standart yang telah ditetapkan dan kualitas dari
dan informasi tidak selalu dapat diikuti oleh pihak produk tersebut dapat dipertanggung jawabkan
institusi pendidikan yang memiliki kewajiban kepada konsumen atau pemesan apakah hasil
mempersiapkan tenaga kerja. produksi tersebut memenuhi target yang
Mengamati perkembangan teknologi yang ditetapkan.
sangat pesat dimasa ini memberikan gambaran
kepada dunia industri akan pentingnya peningkatan 1.2.Tujuan
mutu produknya. Hal ini dilakukan agar dapat 1. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan
bersaing dengan industri – industri lainnya, pada kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat,
persaingan semakin tajam didunia industri. Dalam mengamati, membandingkan dan mengalisa
persaingan perusahaan berlomba – lomba untuk serta menerapkan pengetahuan yang diperoleh
mendapatkan hasil yang optimal. Usaha tersebut di bangku kuliah dengan keadaan yang
baik di lakukan di lingkungan internal perusahaan. sebenarnya di dalam suatu kegiatan industri.
PT. Asia Pacific Fibers Tbk merupakan 2. Dapat menciptakan hubungan yang harmonis
perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan antara pihak akademis dan industri untuk
benang, salah satunya adalah benang DTY (draw pengembangan sumber daya manusia.
texturized yarn). Dalam meningkatkan kualitas
diperlukan kerjasama antar bagian produksi yang 1.3. Manfaat Kerja Praktek
menangani proses produksi, sehingga dapat 1. Bagi Mahasiswa
menghasilkan produk yang sesuai dengan a. Sebagai media untuk memperoleh
pemesanan dan hasil produk yang berkualitas baik pengalaman awal, berfikir kritis dan
dan tepat waktu. melatih keterampilan sikap, serta pola
Untuk menghasilkan produk benang DTY bertindak dalam masyarakat industri atau
yang dapat diterima pemesan dan tidak sistem integral lainnya.
mengecewakan maka pihak perusahaan berusaha b.Kesempatan memperdalam ilmu maupun
menghasilkan produk yang berkualitas sesuai memahami profesi dalam suatu model
dengan standart yang telah ditetapkan. Kualitas nyata.
suatu produksi adalah factor yang menjadi dasar c.Akan mendapatkan pengalaman nyata dari
pemesan untuk menentukan pilihan terhadap suatu dunia kerja sekaligus menambah wawasan
produk. Mengingat pentingnya menjaga kualitas tentang dunia kerja yang sesungguhnya.

2
2.Bagi Perguruan Tinggi faktor produksi, proses produksi yang dilakukan,
a. Dapat menguji sejauh mana kemampuan hasil produksi, distribusi dan pemasarannya.
mahasiswa dalam menerapkan teori di
BAB IV PROSES PRODUKSI BENANG DTY
bidang praktis.
Bab ini berisi tentang langkah – langkah proses
b. Sebagai bahan evaluasi dalam peningkatan
produksi benang DTY (draw texturized yarn)
mutu kurikulum di masa depan.
serta masalah yang sering muncul yang terjadi di
3.Bagi Perusahaan
departemen texturizing II PT Asia Pacific Fibers
a. Memberdayakan mahasiswa untuk
Tbk.
membantu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi oleh perusahaan, sesuai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
dengan kemampuan mahasiswa yang
Bagian ini berisi tentang kesimpulan dari analisa
bersangkutan.
pembahasan dan saran tentang proses ataupun
b. Mengetahui arah profesi Teknologi Industri
perusahaan tersebut sehingga diharapkan dapat
Universitas Islam Sultan Agung khususnya
bermanfaat bagi pembaca dan perusahaan.
di bidang Teknik Industri.

BAB II Tinjauan Umum Perusahaan


1.4. Sistematika Penulisan
2.1. Visi
Agar dapat memperoleh suatu penyusunan dan
PT Asia Pacific Fibers berusaha untuk
pembahasan yang sistematis, terarah pada masalah
menjadi salah satu perusahaan terbaik dunia,
yang telah terpilih dan pengendalian yang benar,
dengan secara konsisten menghasilkan
maka sistematika penulisannya adalah sebagai
produk yang memuaskan pelanggan, melalui
berikut :
:
BAB I PENDAHULUAN  Menciptakan mutu terbaik
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan  Biaya terendah
 Penyerahan tepat waktu
masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah,  Serta inovasi produk
dan sistematika penulisan.
2.2. Misi
BAB II DATA UMUM PERUSAHAAN 1. Meningkatkan sumber daya manusia
Pada bagian ini meliputi gambaran umum secara konsisten dan
perusahaan dari nama perusahaan, sejarah berkesinambungan
perusahaan, visi, misi, tujuan, dan misi perusahaan, 2. Menjadikan karyawan sebagai bagian

lokasi perusahaan, struktur organisasi serta waktu dari aset perusahaan

kerja dan jumlah pekerja.


2.3. Sejarah
PT. Asia Pacific Fibers berdiri pada tahun
1984 dengan Akte Notaris di Jl. Tirta Ami Jaya
BAB III SISTEM PERUSAHAAN
No 22 tanggal 15 Februari dengan status PMDN
Bagian ini berisi tentang produksi yang
(Penanaman Modal Dalam Negeri). Perusahaan
berlangsung dalam perusahaan yaitu kebutuhan

3
ini mulai beroperasi pada tahun 1966 dengan Sistem inventory adalah serangkaian
pemegang saham yaitu : kebijaksanaan / pengendalian yang memonitor
1. Bapak Sinivasan tingkat persediaan sumber daya, baik bahan baku
2. Bapak G Munusamy utama maupun bahan pembantu. Sistem inventory

3. Bapak Pong Nugroho mempunyai fungsi diantaranya menghindari

PT. Asia Pacific Fibers yang merupakan keterlambatan pengiriman, menghindari ada

salah satu dari anak perusahaan Texmaco Group material / part yang rusak, menghindari kenaikan

secara simbolis diresmikan oleh Bapak Presiden harga, menghindari tidak ada barang musiman,

Soeharto pada tanggal 19 November 1988 bersama dan menjamin kelangsungan produksi.
Inventory dapat diklasifikasikan yang
dengan perusahaan lainnya. PT Asia Pasific Fibers
ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis
juga berperan dalam pengadaan sandang dalam
perusahaan yang membeli barang akan dijual lagi,
negeri serta membantu pemerintah dalam bidang
maka klasifikasi hanya ada satu macam saja yaitu
perluasan lapangan pekerjaan. Namun dalam
persediaan barang dagangan. Sedangkan bila
perkembangannya PT Asia Pasific Fibers tidak
jenis perusahaan adalah pabrikasi yaitu
hanya berperan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan yang mengolah bahan mentah
sandang dalam negeri akan tetapi PT Asia Pacific
menjadi barang jadi, maka klasifikasi inventory
Fibers telah merambah dunia eksport.
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu persediaan
PT Asia Pacific Fibers awalnya bernama
bahan baku, persediaan dalam proses, persediaan
PT Polysindo Eka Perkasa yang mengalami
barang jadi.
perubahan nama yang di setujui oleh pemegang PT. Asia Pacific Fibers merupakan
saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar perusahaan pabrikasi yang mengolah bahan
Biasa (RUPSLB) PT Polysindo Eka Perkasa yang mentah menjadi barang jadi. Untuk persediaan
dinyatakan dalam Akta Keputusan Rapat Nomor 50 bahan baku didatangkan dari PT Asia Pacific
tanggal 10 September 2009 yang dibuat dihadapan Fibers II karawang. Bahan baku berupa chip yang
Sutjipto, SH. Mkn. Notaris di jakarta dan telah nantinya mengalami proses menjadi barang
mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan setengah jadi yang dilakukan di departemen
Hak Asasi Manusia sesuai keputusannya Nomor : spinning 4 dan MKI disimpan digudang
AHU-54294.AH.01.02 Tahun 2009 tanggal 10 departemen tersebut terlebih dahulu yang pada
November 2009. akhirnya akan dikirim ke departemen lain untuk
Perubahan nama perseroan dari PT diproses kembali menjadi produk akhir. Setelah
Polysindo Eka Perkasa menjadi PT Asia Pacific produk akhir selesai mengalami proses akan
Fibers tidak merubah status kekaryawanan yang disimpan ke gudang penyimpanan masing-masing
telah di tetapkan untuk para karyawan, khususnya departemen yang nantinya akan dikirim ke
bagi karyawan tetap. customer.
BAB III Sistem Perusahaan Penilaian resiko yang dilakukan perusahan

3.1. Sistem Inventori atas persediaan bahan sudah cukup memadai hal
ini terlhat pada strategi perusahaan yang

4
menetapkan stok pengaman (safety stock) untuk order yang masuk pada perusahaan. Dengan
persediaan bahan baku. Hal ini dilakukan untuk adanya perencanaan ini perusahaan dapat
mengatasi keterlambatan supplier dalam membuat janji pada konsumen (buyer) mengenai
mengirimkan barang. Prosedur pengeluaran produk proses pengiriman barang.
Karena ada beberapa departemen produksi
dilakukan dengan baik yaitu dengan
didalam perusahaan maka departemen PPC pun
diberlakukannya metode FIFO, dimana metode ini
melakukan koordinasi dengan departemen
menganggap bahwa barang yang diterima pertama
produksi untuk memastikan operasi pabrik sesuai
kali masuk maka akan keluar pertama kali pula.
dengan rencana-rencana yang telah dibuat.
Dalam hal ini barang yang pertama kali diproduksi,
maka itulah barang yang pertama kali dijual. 3.3. Sistem Produksi
Berdasarkan cara pembuatannya PT. Asia
3.2. Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Pacific Fibers menerapkan sistem produksi Made
Produksi
to order dan Made to stock.
Material Perencanaan dan pengendalian
Made to order merupakan proses produksi
produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan
yang berproduksi (membuat) dengan fasilitas
produksi, agar apa yang telah direncanakan
produksi yang dimiliki untuk memenuhi pesanan
terlaksana dengan baik. Perencanaan produksi
(order). Made to stock merupakan proses
merupakan aktifitas untuk menetapkan produk
produksi yang tidak ditujukan untuk melayani
yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan
pesanan, namun distok untuk mengantisipasi
produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber
pesanan.
yang dibutuhkan. Pengendalian produksi Proses produksi merupakan faktor
merupakan aktifitas yang menetapkan kemampuan terpenting dari seluruh kegiatan produksi dalam
sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi perusahaan. Proses produksi yang dialami oleh
rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai bahan baku di PT Asia Pacific Fibers meliputi
rencana, dan melakukan perbaikan rencana. beberapa tahap sebagai berikut :
 Proses Dryer (pengeringan)
Perencanaan dan pengendalian produksi memiliki
Yaitu proses paling awal dari pembuatan
beberapa tujuan utama yaitu :
benang, dimana chip dikeringkan didalam
 Memaksimumkan pelayanan bagi konsumen
 Meminimumkan investasi pada perusahaan kristalizer agar mencapai tingkat kekeringan
 Perencanaan kapasitas
yang diinginkan yang sebelumnya melewati
 Pengesahan produksi dan pengendalian
beberapa proses.
produksi
 Proses Melting (pelelehan)
 Persdiaan dan kapasitas
Proses melting merupakan proses pelelehan,
 Penyimpanan dan pergerakan material
Perencanaan dan pengendalian pada PT. Asia artinya butiran-butiran chip kering yang berasal
Pacific Fibers meliputi perencanaan proses dari dryer dilelehkan atau diubah bentuknya
produksi, dimana dalam proses perencanaan ini menjadi lelehan polimer, setelah menjadi polimer
diserahkan sepenuhnya pada departemen chip ditekan dengan udara (pressure) kemudian
perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) melewati Continous polymer filter (CPF) alat ini
untuk merencanakan proses produksi berdasarkan fungsinya untuk menyaring polimer apabila ada

5
kotoran-kotoran yang ada dalam polimer seperti Baik pada bagian preparation maupun bagian
pasir dan carbon. Karena kotoran tersebut akan finishing, apabila ada hasil yang tidak sesuai
mengakibatkan break filament (filamen putus). setelah dilakukan proses pemeriksaan, maka
Setelah dari CPF, polimer tersebut melewati bagian QC akan segera melapor kepada kepala
spinning pump. Fungsi dari spinning pump ini bagian masing-masing untuk segera dilakukan
untuk menentukan besar kecilnya yang kita proses ulang.
kehendaki. Setelah melewati spinning pump
polimer akan dilewatkan ke spinneret untuk 3.5. Sistem Maintanance
menentukan banyaknya jumlah filamen yang kita Kegiatan perawatan yang dilakukan oleh
kehendaki kemudian filamen tersebut didinginkan PT. Asia Pacific Fibers untuk menjaga
dengan suhu 20°C - 25°C dan kemudian diberi kelancaran produksi dan meminimalkan resiko
finish oil. Agar filamen tetap menyatu maka terjadinya breakdown yaitu
dilewatkan pada pig tail. a. Preventive Maintenance
 Proses Take-up (penggulungan) Perawatan mesin-mesin produksi dilakukan
Proses take-up adalah proses penggulungan
secara rutin (routine maintenance) yaitu
benang. Proses penggulungan adalah proses
setiap hari , para pekerja memeriksa Gear
terakhir dari spinning setelah benang melalui
Box, membersihkan dan melumasi mesin
proses pelelehan. Pada proses penggulungan
tersebut untuk mencegah kemacetan pada
benang melewati guide serta yarn path dan
saat pengoperasian mesin tersebut. Selain itu
melewati godet 1 dan godet 2 kemudian
periodic maintenance juga selalu dilakukan
melewati sensor yang berfungsi apabila ada
oleh staf bagian maintenance setiap sebulan
salah satu filamen yang putus atau benang yang
sekali dengan kartu kontrol mesin. Kegiatan
putus sensor akan memerintahkan cutter untuk
preventive maintenance yang dilakukan
memotong semua benang dan dihisap oleh
antara lain :
suction, akan tetapi bila dalam proses secara o Pemeriksaan fisik
o Pembersihan setiap jam istirahat
normal maka benang akan digulung oleh chuck
o Pelumasan
yang mana kecepatan penggulungan 2700m/m o Warming up
sampai 3200m/m dan sistem penggulungan b. Breakdown Maintenance
Breakdown maintenance dilakukan pada
dengan sistem authomatic artinya setiap doffing
saat mesin tersebut mengalami kerusakan
chuck akan berpindah sendiri.
atau kemacetan. Tugas tersebut dikerjakan
oleh staff bagian maintenance yang
mendapat laporan dari pekerja jika terdapat
3.4. Sistem Pengendalian Kualitas mesin yang rusak dan perlu perbaikan.
Pengendalian kualitas produk PT. Asia Kegiatan breakdown maintenance meliputi :
 Reparasi
Pacific Fibers sepenuhnya diserahkan pada
 Penggantian komponen mesin.
bagian QC ( Quality Control ) untuk menjaga
mutu dan kualitas dari produk yang dihasilkan. 3.6. Sistem Tata Letak Pabrik

6
PT Asia Pasific Fibers didirikan di desa keterkaitan dan pentingnya kegiatan
Nolokerto, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten mereka serta bagaimana kostribusinya
Kendal. Tepatnya di Jl. Raya Semarang-Kendal terhadap sasaran mutu melalui penilaian
dengan jarak 19 KM dari pusat kota semarang. prestasi atau audit mutu internal.
Desa Nolokerto dipilih sebagai lokasi
6. Memelihara
perusahaan karena :
catatan pendidikan, pelatihan,
 Letak yang strategis
 Mudah dijangkau transportasi sehingga dapat keterampilan dan pengalaman.
memperlancar kegiatan perusahaan
 Mudah mendapat prasarana pendukung proses
3.8. Sistem Keselamatan dan Kesehatan
produksi
Kerja
 Mudah mendapat tenaga kerja
 Tidak terlalu jauh dari perkotaan Kecelakaan kerja yang terjadi pada PT
Asia Pacific Fibers disebabkan oleh beberapa
3.7. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia
faktor dibawah ini :
PT Asia Pacific Fibers sebagai perusahaan 1. Un safe action = 88%
yang bergerak dibidang tekstil bertekad untuk  Kurang mengerti tentang K3
Tidak bisa memakai alat K3 dengan
memenuhi persyaratan pelanggan dan melakukan
baik, berpakaian tidak rapi, tidak
perbaikan secara berkesinambungan untuk
mengikuti safety procedure,
mencapai kepuasan pelanggan, salah satunya
menggunakan alat-alat kerja yang tidak
melalui penyediaan sumber daya manusia yang
tepat.
unggul.  Tidak disiplin
Dalam penyediaan sumber daya yang unggul Kerja terburu-buru, bercanda/ribut-
PT Asia Pacific Fibers mempunyai kebijakan ribut, tidak hati-hati / gegabah, iseng /
antara lain : perbuatan teman sekerja, bermalas-
malasan, komunikasi tidak jelas.
1. Menempatkan  Kelainan fisik / mental
sumber daya manusia sesuai kompetensinya Kondisi fisik lemah, fisik tidak

ditinjau dari kesesuaian pendidikan, pelatihan, sempurna, gangguan mental, konflik

ketrampilan dan pengalaman. kejiwaan.


2. Un safe condition = 10%
2. Mengidentifikasi Kondisi / lingkungan yang tidak aman /
kebutuhan kompetensi personil yang membahayakan dapat menimbulkan
kegiatannya memiliki dampak terhadap bahaya kecelakaan. Contohnya :
mutu dalam persyaratan jabatan.  Penerangan kurang
 Ventilasi kurang
3. Menyediakan  Penyusunan barang tidak rapi
pelatihan atau langkah lainnya.  Lantai licin
3. Di luar kemampuan manusia = 2%
4. Mengevaluasi Setiap karyawan PT Asia Pacific Fibers
efektivitas training atau langkah lainnya. mendapatkan hak asuransi kecelakaan
5. Memastikan kerja. Setiap kecelakaan kerja yang
bahwa semua personil memahami menimpa karyawan berhak mendapatkan

7
pemeriksaan, perawatan, dan pengobatan persoalan yaitu penelitian hanya dilakukan
secara gratis (ditanggung oleh didalam proses produksinya produk benang
perusahaan/asuransi yang ditunjuk). DTY (draw texturized yarn) yang ada di
Kecelakaan kerja yang mendapatkan departemen Texturizing II
asuransi yaitu :
 Mulai perjalanan berangkat kerja (dari
4.3. Metodologi Penelitian
rumah menuju tempat kerja)
Pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat
 Dalam perjalanan pulang kerja (dari
pada diagram alur sebagai berikut :
perusahaan menuju rumah)
 Pada saat melakukan aktifitas kerja di
perusahaan

3.9. Sistem Pemasaran


PT. Asia Pacific Fibers sebagai perusahaan
besar penghasil benang Polyester mempunyai
target menghasilkan Polyester dengan kualitas
tinggi di Indonesia dan menguasai pasar
Internasional. Oleh sebab itu hasil produksi PT.
Asia Pacific Fibers selain disuplay dari
perusahaan yang tergabung dalam Texmaco
group, sebagaian besar produk yang dihasilkan
Gambar 4.1. Metodologi Penelitian
juga di export ke luar negeri diantaranya adalah
4.4. Proses produksi benang DTY
kawasan Asia, Australia, Eropa, Timur Tengah,
Beberapa tahapan proses produksi
Amerika Selatan dan USA.
yang ada pada departemen Texturizing II di
BAB IV PEMBAHASAN PT Asia Pacific Fibers :
4.1. Perumusan Masalah 1) Penerimaan Spurn Yarn Normal
Untuk mengetahui spurn yarn yang
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek
dikirim dari spinning/packing sesuai
ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai
dengan rencana loading, penerimaan spurn
berikut :
yarn ini dilakukan oleh Sub. Section Head.
1. Mengetahui jalannya proses pembuatan
Persiapannya hanya menyiapkan tempat
benang DTY
2. Mengetahui fungsi mesin yang digunakan untuk penempatan spurn yarn. Sedangkan
untuk proses produksi benang DTY untuk pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Penerimaan spurn yarn dari
4.2. Pembatasan Masalah spinning/packing harus lengkap dan
Agar persoalan yang dibahas dalam benar meliputi :
a. Kondisi trolly
penelitian ini tidak terlalu meluas dan tanpa
b. Kondisi box/pallet
mengurangi tujuan yang di capai, maka perlu di c. Kondisi spurn yarn/label trolly
d. Ujung spurn yarn diikat
adakan pembatasan masalah ruang lingkup

8
e. Sticker Section Head. Persiapannya yang
f. Tail harus baik
dilakukan menyiapkan spurn yarn
2. Merapikan dan mengalokasikan spurn
abnormal ditrolly dengan keterangan No
yarn sesuai kebutuhan proses di
Lot, No MC, No posisi, No doffing,
Texturizing II
3. Check identitas dan kebutuhan untuk Luster, Denier filament dan menyiapkan
proses di mesin format complain. Sedangkan untuk
4. Penerimaan spurn yarn/transfer note
pelaksanaannya sebagsi berikut :
harus di tanda tangani oleh supervisor shift 1.Kembalikan spurn yarn abnormal ke
spinning dengan trolly khusus
2) Penerimaan Spurn Yarn Abnormal
2.Lakukan serah terima dengan petugas
Menerima, mengontrol dan mengendalikan
spinning dan tanda tangan pada transfer
pengiriman spurn yarn abnormal dari
note
spinning agar tidak terjadi campur dengan
3.Pengembalian spurn yarn abnormal
yang normal. Penerimaan spurn yarn
dilakukan pada jam GS (general shift)
abnormal ini dilakukan oleh Sub. Section
4) Spurn Yarn Loading dan Sambung
Head. Kemudian menyiapkan tempat untuk
Pemasangan POY di crell sesuai dengan
spurn yarn abnormal. Sedangkan untuk
rencana loading untuk menghilangkan
pelaksanaannya sebagai berikut :
start threading secara massal dan untuk
1. Meminta/menerima komunikasi tertulis
meningkatkan efisiensi. Proses ini
dari spinning/packing tentang pengiriman
dilakukan oleh operator loading/sambung.
spurn yarn abnormal
2.Periksa identitas sesuai transfer note yang Alat dan sarana yang digunakan adalah :
a. Aspirator (alat suction POY)
meliputi :
b. Alat sambung
a. Lot
c. Cutter
b. Denier/filament
d. Box kosong
c. Total bobbin
Sedangkan untuk pelaksanaannya adalah
d. Warna bobbin
e. Sticker sebagai berikut :
3.Tempatkan diarea khusus material 1.Periksa/check mesin yang akan
abnormal diloading
4.Jelaskan pada operator loading/sambung 2.Pasang spurn yarn pada peg crell sesuai
dan operator mesin untuk rencana proses alokasi proses
5.Pasang informasi dimesin pada waktu 3.Pemasangan spurn yarn dilaksanakan
proses dari satu persatu trolly/box sampai habis,
6.Hasil doffing langsung diberi tanda B
bila spurn yarn dalam box masih tersisa
grade (lingkaran kecil warna merah
ditutup kembali
dibenang) 4.Lipat, susun dan rapikan box kosong dan
plastik dipisahkan serta disimpan
3) Pengembalian Spurn Yarn Abnormal
Mengadakan pengembalian spurn yarn ditempat khusus
5.Kembalikan trolly kosong ke area
abnormal ke spinning agar spinning
spinning
melakukan perbaikan. Pengemblian spurn
6. Lakukan suction POY ± 30 detik
yarn abnormal ini dilakukan oleh Sub.

9
7.Letakkan peg crell kembali ke posisi 4. Tarik ujung spun yarn dari tube creel
5. Masukkan kedalam lubang Heater 2,
semula
8. Check ulang spurn yarn yang sudah sambil dihisap oleh suction gun
6. Lilitkan spun yarn pada Roll 2 dan
diloading supaya tidak terjadi salah
separator roll secara bersamaan, lalu
proses
9. Potong tail dengan baik dan benar ON-kan
7. Masukkan kedalam positorq
menggunakan cutter yang tajam
10. Buang sisa potongan tail ke dalam box menggunakan guide positorq dengan
kosong bantuan hose basah (jika menggunakan
11. Lakukan proses sambung dengan hati-
Nozzle, ON-kan)
hati menggunakan alat sambung 8. Naikkan sledge, ON-kan Roll 1, tutup
12. Pastikan hasil sambungan baik dan rata,
Unitens
bila hasil sambungan jelek atau gagal 9. Suction guns ditarik dilewatkan Roll 3,
maka diulangi kembali roll oil, guide bar, dan disulung di take
13. Letakkkan posisi sambungan di deck
up
crell dengan benar 10. ON-kan cutter
14. Setelah semua selesai, pastikan posisi 11. Selesai start periksa dan pastikan
parking crell dalam keadaan yang benar benang melewati jalur threading
dengan benar
5) Start
12. Lakukan restart kalau ada posisi yang
Memulai proses produksi dari urutan jalur
putus
proses yaitu crell, input roll, primary heater,
13. Bila putus 3 kali spurn yarn diturunkan
positorq, mid roll 2, second heater, output,
diletakkan disamping OLT dengan
roll oil roll, detector dan berakhir di take up.
diberikan keterangan jelas, spurn yarn
Start up dilakukan disemua posisi sesuai
diganti baru dan di restart ulang
batas waktu interval yang ditentukan. Proses
6) Check jalur threading
ini dilakukan oleh operator. Peralatan yang
Untuk memastikan dengan melakukan
diperlukan dalam proses start adlah sebagai
pengecekan jalur benang pada semua
berikut :
posisi dimesin mulai dari crell sampai take
a. Stick threading
b. Selang kecil up sesuai standart. Alat yang disiapkan
c. Suction gun
untuk proses ini adalah sebagai berikut :
d. Trolly threading
a. Stick threading
e. Guide kawat
b. Selang kecil
f. Paper tube dipasang di take up
c. Section gun
Sedangkan untuk pelaksanaannya adalah
d. Trolly threading
sebagai berikut : e. Papertube
1.Catat jam start setelah tombol timer f. Spidol merah/biru
Sedangkan untuk pelaksanaannya
ditekan
2. Lakukan start 2 orang, mulai dari side A adalah sebagai berikut :
1. Periksa jalur threading setiap habis
(posisi 1-108) dilanjutkan side B (109-
start
216)
2. Pengecekan jalur threading
3. Cutter OFF, Roll 1 OFF, pintu Heater 1
meliputi :
OFF

10
a. Tabung guide crell tidak cacat b.Siapkan papertube yang baik sesuai jenis
atau bengkok warna dan ukuran yang ditetapkan,
b. Input zone tidak bergetar, cacat
diletakkan berderek dibawah crell
dan input roller tidak bergetar c.Siapkan trolly dan peg trolly harus
c. Benang tidak keluar dari guide
lengkap
pully d. Siapkan label trolly
d. Benang nempel pada heater Sedangkan untuk pelaksanaannya adalah
e. Temperatur heater 1 dan heater 2
sebagai berikut :
sesuai standart 1. Buka komputer OLT, pada winding
f. Benang tidak keluar dari cooling
time pastikan waktunya sesuai
plate
dengan rencana doffing
g. Jalur benang pada positorq tidak
2. Riset dulu tombol doffing sesuai
ada lapping, guide positorq pecah
rencana doffing (doffing 1) untuk
dan keluar dari positorq
doffing selanjutnya secara otomatis
h. Intermediate zone tidak bergetar
lampu doffing menyala sendiri diikuti
atau renggang, lilitan sesuai
lampu interval
standart dan nipp roll tidak cacat
3. Cutter off, tunggu sampai lampu
i. Posisi benang pada output zone
doffing menyala
tidak terdapat lilitan
4. Putus ujung benang dan hisap dengan
j. Oil roll petunjuk sesuai standart
k. Memberikan tanda keterangan suction gun kemudian angkat cradle
atau grade pada benang bila arm
5. Ambil benang yang sudah didoffing
ditemukan benang tidak sesuai
lalu tempel sticker dan letakkan pada
standart
3.Melakukan pemotongan / pembetulan dan trolly, pisahkan yang full dengan
restart terhadap jalur benang yang tidak unfull
6. Pasang papertube yang baru pada
sesuai dengan standart
4.Tx yarn problem tempatkan pada trolly posisi yang tetap untuk membuat tail
isolasi card serta gulungan, pastikan benang
lewat detector, roll oil dan guide bar
7) Doffing
7. Tulis identitas produksi dengan
Memutuskan benang pada take up setelah
lengkap pada label trolly dan tempel
mencapai berat standart sesuai jam doffing
label pada tepatnya ditiap trolly
dan mengganti papertube untuk membuat
gulungan baru, proses doffing ini dilakukan 8) Relling
Membuang beberapa lapisan permukaan
oleh operator. Persiapan yang perlu
gulungan pada benang-benang break dan
dilakukan pada proses doffing adalah
permukaan gulungan benang yang kotor,
sebagai berikut :
a.Siapkan sticker sesuai Merge, No Doffing, proses relling ini dilakukan oleh I.
Tanggal, No Mesin, No posisi tempel pada Persiapan yang dilakukan pada proses
crell arm relling adalah sebagai berikut :
a. Pisahkan benang break dan benang
yang kotor di trolly sendiri

11
b. Pisahkan benang hasil doffing Beberapa tahapan proses pengepakan
langsung yang ada pada departemen Texturizing II di
c. Siapkan mesin relling
PT Asia Pacific Fibers :
Sedangkan untuk pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1. Benang hasil doffing langsung ditarik
hanya sampai gulungan setempatnya 1) Inspection
Memastikan mutu benang dengan
hilang
2. Ambil semua ujung benang dan memberi grade dan mengelompokan
jadikan satu sesuai standart gradenya. Untuk
3. Tarik semua benang kemudian lilitkan
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
pada mesin relling 1. Ambil benang dari area back log dan
4. Lakukan relling permukaan benang
dorong dimeja inspect
selama 20 detik 2. Periksa papertube, sticker dan trolly
5. Periksa kembali benang sebelum
card sesuai dengan benangnya
dikirim ke bagian timbang 3. Tarik ujung benang dan periksa tebal
6. Kirim benang ke bagian timbang
tipis benang, bila dijumpai abnormal
9) Weigher tempatkan benang tersebut pada
Menimbang setiap bobbin hasil doffing
trolly khusus
masing-masing mesin sesuai standart berat 4. Tarik benang 3 kali berturut-turut
5. Pada saat bersamaan periksa
maupun size yang ditetapkan dan mencatat
kekuatan benang dengan memutus
pencapaian full doffing masing-masing
satu persatu
mesin, dilakukan oleh seorang weigher.
6. Lakukan check break filament,
Persiapan yang perlu disiapkan meliputi :
bentuk gulungan benang dan OTY
a. Siapkan timbangan
b. Siapkan benang ditrolly hasil full bila dijumpai beri tanda sesuai
doffing di area weigher gradenya
Sedangkan untuk pelaksanaannya adalah 7. Ambil tail veri lilitan untuk benang
sebagai berikut : export/lokal (3-5 lilitan)
1. Periksa label trolly, data yang tertulis 8. Datakan benang telah dicheck di
harus sesuai dengan jenis dan jumlah blanko inspect/kartu trolly dengan
benangnya benar dan bubuhkan stemple check
2. Beri tanda pada papertube bagian
pada kolom check by
dalam lalu catat pencapaian full 9. Buat laporan hasil inspect untuk
doffing pada buku monitor diserahkan ke pimpinan shift
3. Kirim trolly ke bagian transfer
4. Isikan pencapaian full doffing ke 2) Visual scan
Visual Scan adalah bagian sistem
dalam monitoring card di masing-
barcode yang sudah di check sesuai
masing mesin
dengan kriteria yang ada, kemudian
4.5.1. Tahapan-tahapan dalam proses packing
marking dengan sistem scaring sesuai
grade nya masing-masing (A, AL, XQ,
X, B, C )

12
a. Total box sama dengan yang ada
dipacking slip
b. Merge yang ada dilabel sama
3) Selector grade
Tugas dan fungsi selector grade memilih dengan yang ada dipacking slip
c. Nomor box yang ada dipacking
dan mengelompokkan benang sesuai
slip sama dengan yang ada
dengan Merge dan Grade nya berdasarkan
dipojok box
tanda pada bobbin / benang sesuai hasil
3. Lakukan transfer benang ke gudang
Inspector. 4. Menggunakan scanner untuk
mencatat jumlah benang yang
4) Pengepakan & penimbangan
Dalam sistem barcoding proses dikirim dari packing ke gudang
5. Buat laporan dibuku laporan transfer
pengepakan dan penimbangan dilakukan
6. Laporkan hasil kerja ke supervisor
dalam satu paket.
GS/Section Head
Tujuan pengepackan dan penimbangan
untuk memudahkan dalam proses BAB V Penutup
pengiriman dan untuk mengetahui hasil 5.1. Kesimpulan
produksi. Dari hasil pengamatan, pengumpulan,
Tahapan Proses Pengepackan :
pengolahan dan analisa data dapat diambil
a. Assembling Box kesimpulan sebagai berikut :
b. Pengepackan 1. Fungsi mesin SDS 1200 yang digunakan
c. Penimbangan untuk proses produksi benang DTY adalah
d. QC Box untuk memberikan proses sebagai berikut :
a. Drawing : pada proses drawing terjadi
e. Strapping Box
penarikan bahan baku, yaitu POY. Terjadi
perubahan Denier, Elongation, Tenacity.
5) Penyimpanan & transfer
Penyimpanan dipacking hanya untuk Denier merupakan penomoran benang
sementara dan harus segera disiapkan filament, diukur setiap panjang 9000 m
untuk dikirim ke gudang. Menyiapakan dalam gram. Elongation merupakan mulur
dan mengirim benang hasil produksi benang sampai putus dinyatakan dalam
packing ke gudang selanjutnya untuk 0%. Sedangkan tenacity merupakan angka
dikirim ke customer dengan data yang kekuatan benang dinyatakan dalam gram
benar dan aman. Untuk pelaksanaannya per denier.
b. Heating : terjadi pemanasan pada primary
adalah sebagai berikut :
1. Ambil packing slip dari pallet yang heater (heater 1) terjadi antara 50°-250°,
akan ditransfer, check packing slip semakin besar deniernya maka semakin
tersebut sudah dicheck atau belum tinggi temperatur yang digunakan.
2. Pastikan packing slip tersebut benar- c. Twisting : merupakan proses pemuntiran.
benar milik pallet yang akan ditransfer Ada 2 jenis twist yang digunakan yaitu
dengan cara : “Z” dan “S”. Twist Z putaran positorq
berlawanan dengan arah jarum jam, twist

13
S putaran positorq searah dengan arah jarum 1. Penulis berharap kepada
jam. seluruh staf karyawan untuk memperhatikan
d. Stabilishing : merupakan proses tambahan,
sebaik-baiknya tentang mahasiswa yang
yaitu saat benang keluar dari roll 2 dan
sedang melaksanakan kerja praktek.
masuk ke secondary heater (heater 2) dan 2. Perlu ditingkatkannya prosedur
setelah itu masuk ke roll3. keselamatan kerja yang ada didalam area
e. Winding : merupakan proses terakhir
produksi misalnya adanya jalur khusus
dimana benang yang sudah berbentuk
untuk para operator ataupun karyawan.
textured yarn digulung pada papertube. Pada 3. Untuk bagian produksi agar
proses winding ada beberapa bagian sebagai lebih meningkatkan kesadaran tentang
berikut : kesehatan maupun keselamatan kerja.
2. Tahapan-tahapan dalam proses produksi benang
Karena beberapa kesempatan masih terlihat
DTY meliputi :
karyawan yang tidak menggunakan APD
1. Penerimaan spurn yarn normal
2. Penerimaan spurn yarn abnormal (alat pelindung diri) yang semestinya ketika
3. Pengembalian spuirn yarn abnormal
melakukan pengecekan saat proses produksi
4. Loading dan sambung
5. Start berlangsung.
6. Check jalur threading
7. Doffing
8. Relling
9. Weigher

5.2. Saran
Semarang, Maret 2012
Menyetujui Dosen Pembimbing

Akhmad Syakhroni, ST, M.Eng.

14

Anda mungkin juga menyukai