Anda di halaman 1dari 30

PERILAKU KONSUMEN DALAM MENENTUKAN KEPUTUSAN

PEMBELIAN TANAMAN HIAS ANGGREK DI MEDIA SOSIAL


(STUDI KASUS PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DAN FACEBOOK)

USULAN PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
JUNARDI DWI PRASETYO
NIM P2D018004

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER AGRIBISNIS
PURWOKERTO
2019
BAB 1. PENAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Revolusi Industri 4.0 secara perlahan telah masuk di Negara Indonesia,


yang mempunyai dampak dan peluang yang besar. Inovasi teknologi memberi
dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat,
sehingga perubahan yang tidak terduga akan sering muncul di era Revolusi
Industri 4.0.

Di Negara Indonesia pengguna internet dari tahun ke tahun mengalami


kenaikan, menurut proyeksi dari APJII (Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet
Indonesia) jumlah pengguna akan terus meningkat. Berikut ini merupakan data
survei dari APJII:

Gambar 1.1
Pengguna Internet Indonesia

Sumber : http://www.apjii.or.id
Jutaan orang memegang smartphone, menjadikan teknologi informasi
dalam bentuk digital sangat mudah di akses, hingga ke seluruh pelosok melalui
jejaring sosial dalam bentuk aplikasi media sosial. Dalam perkembangannya
media sosial digunakan menjadi sarana jual beli yang sangat menjanjikan. Telah
banyak pengusaha muda, home industry, bahkan ibu rumah tangga yang sukses
dalam jual beli di media sosial, kunci kesuksesannya adalah kreatif, inovatif,
menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen.

Menurut hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet


Indonesia) tahun 2016 tenteng contents media sosial yang paling banyak
dikunjungi yaitu :

Gambar 1.2
Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2016

Sumber: http://www.apjii.or.id/survei2016
Memposting atau mempromosikan barang atau jasa kepada publik melalui
jejaring media sosial akan mendapatkan tanggapan atau respon, sehingga dapat
dijadikan ukuran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas produk. Media
sosial mempunyai fitur tampilan postingan pesan di dinding, yang dapat dilihat
oleh setiap orang yang berteman atau mengikuti si pengirim, dapat melihat apa
yang disampaikan baik orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Dengan
demikian apapun yang dikirim si pengirim maka akan dilihat oleh seluruh orang
yang berteman dengannya.

Melihat fenomena ini banyak pengusaha mulai melirik media sosial


sebagai sarana media jual beli khususnya tanaman hias anggrek. Anggrek adalah
keluarga Orchidaceae, sebagian besar keragamannya berpusat di kawasan tropis
dan subtropis. Anggrek yang terdapat di Indonesia kurang lebih 5000 jenis
anggrek. Tanaman hias anggrek termasuk dalam tanaman hortikultura, anggrek
mempunyai kelebihan tersendiri dari tanaman hias lainya yaitu warna, bentuk,
ukuran, bau dan bunga yang tahan lama. Anggrek mempunyai banyak penggemar
atau konsumen baik dalam negeri ataupun luar negeri, sehingga mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi selain mempunyai harga yang stabil.

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok,


dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagimana barang, jasa, ide
atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Kotller,
2009 : 166). Ada dua faktor yang memperngaruhi perilaku konsumen dalam
menentukan keputusan pembelian yaitu faktor lingkungan dan individual. Faktor
lingkungan mempengaruhi faktor individual, lalu faktor individu mempengarui
keputusan pembelian. Faktor lingkungan yaitu faktor budaya dan sosial, faktor
individual yang mencakup faktor pribadi dan psikologis.

Menurut Setiadi (2008 : 415) pengambilan keputusan konsumen adalah


proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi
dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu di antaranya.
Mempelajari faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dapat menimbulkan
gagasan mengenai strategi yang tepat agar penjualan maksimal dan menjadi acuan
bagi para pemasar untuk mengembangkan produk yang mereka miliki. Perilaku
konsumen menggambarkan bagaimana konsumen melakukan pengambilan
keputusan dan bagaimana konsumen mengatur dan menggunakan barang atau
jasa. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat dilakukan dengan mengadakan
penelitian sehingga dapat diukur dan menilai keinginan sikap serta perilaku.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh


Perilaku konsumen (X) sebagai independent variable, faktor budaya (X1), faktor
sosial (X2), faktor pribadi (X3) dan faktor psikologis (X4) terhadap Keputusan
Pembelian (Y) sebagai variable dependen pada tanaman hias anggrek di media
sosial instagram dan facebook.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat diambil kesimpulan rumusan


masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh signifikan positif antara perilaku konsumen terhadap


keputusan pembelian tanaman hias anggrek di media sosial instagram.

2. Apakah ada pengaruh signifikan positif antara perilaku konsumen terhadap


keputusan pembelian tanaman hias anggrek di media sosial facebook.

3. Apakah ada pengaruh perbedaan signifikan positif antara perilaku konsumen di


media sosial instagram dan facebook terhadap keputusan pembelian tanaman
hias anggrek.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan


penelitianini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara perilaku konsumen terhadap


keputusan pembelian tanaman hias anggrek di media sosial instagram.
2. Untuk mengetahui pengaruh signifikan antara perilaku konsumen terhadap
keputusan pembelian tanaman hias anggrek di media sosial facebook.

3. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan signifikan positif antara perilaku


konsumen di media sosial instagram dan facebook terhadap keputusan
pembelian tanaman hias anggrek.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, dapat memperluas wawasan dan pengetahuan sejauh mana


teoriteori yang didapat selama perkuliah sebagai gambaran untuk bahan studi
perbandingan dengan fakta yang ada.

2. Bagi petani anggrek, sebagai wacana dalam melihat prospek dan strategi
kegiatan pemasaran melalui media sosial, sebagai perbandingan dalam
menentukan strategi pemasaran di media sosial.

3. Bagi pihak akademis, dapat dijadikan sebagai masukan untuk


mengembangkan wawasan ilmiah serta bahan pertimbangan bagi penelitian-
penelitian selanjutanya. Dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang manajemen pemasaran terutama
dalam perilaku konsumen dan keputusan pembelian.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan untuk
keperluan pendidikan atau memberi pengetahuan yang baru terutama
berkaitan dalam manajemen pemasaran dalam hal perilaku konsumen dan
keputusan pembelian.

1.5 Hipotesis
1. Variable budaya (X1), Variable sosial (X2), Variable pribadi (X3) dan
Variable psikologis (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian (Y) pada media sosial instagram.
2. Variable budaya (X1), Variable sosial (X2), Variable pribadi (X3) dan
Variable psikologis (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian (Y) pada media sosial facebook.
3. Variable budaya (X1), Variable sosial (X2), Variable pribadi (X3) dan
Variable psikologis (X4) pada instagram mempunyai perbedaan Variable
budaya (X1), Variable sosial (X2), Variable pribadi (X3) dan Variable
psikologis (X4) pada facebook.
4. Salah satu variabel mempunyai pengaruh dominan terhadap Keputusan
Pembelian.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Teori Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku adalah suatu kegiatan dan aktifitas


organisme yang bersangkutan, baik aktifitas yang dapat diamati atau yang tidak
dapat diamati oleh orang lain. Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya
kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya kebutuhan akan muncul
motivasi ataupenggerak. Sehingga individu itu akan beraktifitas untuk mencapai
tujuan dan mengalami kepuasan.

Seorang ahli psikolog Skinner (1983) mengatakan bahwa perilaku adalah


respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Teori Skinner disebut teori S-O-R
(stimulus-organism-response). Ada dua jenis respon menurut teori S-O-R yaitu
respondent respon dan operant respon. Yang pertama adalah Respondent respon
merupakan respons yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu dan menimbulkan
respons yang relatif tetap. Sedangkan yang kedua yakni Operant respon, yang
merupakan respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli
yang lain.

Benjamin S. Bloom (1956) dalam Notoatmodjo (2003) berpendapat bahwa


ada 3 tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan
tindakan atau praktik.

1. Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil


pengetahuan seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki.

2. Sikap (attitude) adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

3. Tindakan atau praktik, praktik terpimpin adalah melakukan sesuatu tetapi masih
menggunakan panduan. Sedangkan praktik secara mekanisme adalah melakukan
sesuatu hal secara otomatis.

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen


Menurut Setiadi (2008), untuk memahami konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami apa yang
mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (afeksi), apa yang mereka
lakukan (perilaku), dan serta dimana (kejadian disekitar) yang mempengaruhi
serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan konsumen
tersebut.

The American Marketing Associaton (1995) dalam Peter dan Olson


(2010:5) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “The dynamic interaction
of affect and cognition, behavior and environmental events by which human
beings conduct the exchange aspect of their lives”, artinya perilaku konsumen
didefinisikan sebagai interaksi dinamis antara afeksi, kognisi, perilaku, dan
lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka.

Sedangkan menurut Engel et al (2010:3) perilaku konsumen adalah


tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul
dari tindakan ini.

Menurut Kotler dan Keller (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku konsumen yaitu sebagai berikut :

2.1.1.1 Faktor-faktor Kebudayaan

Kebudayaan merupakan susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan,


dan perilaku yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan
institusi penting. Kelompok pertama yang penting atas faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen adalah faktor budaya.
Budaya merupakan susunan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku
yang dipelajari anggota suatu masyarakat dari keluarga dan institusi penting
lainnya (Lamb, 2001).

2.1.1.2 Faktor-faktor Sosial


Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga
indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal. Irawan dan
Basu (1986) membagi masyarakat kedalam tiga golongan kelas sosial, yaitu:

(1) Golongan atas (pengusaha-pengusaha kaya, pejabat tinggi),

(2) Golongan menengah (kelas pekerja/karyawan),

(3) Golongan bawah (pekerja buruh, pegawai rendah).

Pembagian kelas ini tentunya akan mempengaruhi perilaku yang


berbeda dalam tingkah laku pembelian. Secara khusus, konsumen berinteraksi
sosial dengan kelompok yang memberikan pengaruh, pemimpin, opini, dan
anggota keluarga untuk memperoleh informasi atas produk dan persetujuan
keputusan (Rafiz, 2016).

2.1.1.3 Faktor Pribadi

Keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik


pribadi atau individu. Karakteristik tersebut meliputi:

1. Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup (Wells and Gubar, 1966)

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.


Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam
siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan
atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

2. Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja


yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. Jurnal
Manajemen, Ide dan Inspirasi Juni, Vol. 5 No.1, 2018 Hal. 113-132

3. Keadaan Ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari
pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya)
tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang),
kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan
menabung.

4. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan


oleh kegiatan, minat, dan pendapatan seseorang. Gaya hidup menggambarkan
”seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya
hidup juga mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial seseorang.

5. Kepribadian dan Konsep Diri

Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis


yang berbeda dan setiap orang yang memandang responya terhadap lingkungan
yang relatif konsisten. Bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan
memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dan
berbagai pilihan produk atau merek.

2.1.1.4 Faktor-faktor Psikologis

Menurut teori, pilihan pembelian konsumen dipengaruhi oleh empat


faktor psikologis utama meliputi motivasi, persepsi, pembelajaran, serta
keyakinan dan pendirian. Motivasi, konsumen memiliki banyak kebutuhan
pada waktu tertentu, beberapa kebutuhan bersifat biogenis. Persepsi seorang
konsumen yang termotivasi akan siap untuk bertindak, bagaimana seorang
konsumen yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi
tertentu. Sementara proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman dan kebanyakan perilaku manusia
adalah hasil proses belajar. Pembelajaran dapat dipandang sebagai proses
dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap atau
prilaku (Setiadi, 2008).
2.3 Keputusan Pembelian

Schiffman dan Kanuk (2008) secara umum mengatakan bahwa keputusan


adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif, sebaliknya jika konsumen tidak
memiliki alternatif tidak dikategorikan sebagai pengambilan keputusan.

Menurut Kotler dan Keller (2016 : 99), proses keputusan pembelian


diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan (problem
recognition), dimana pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi
sesungguhnya dan kondisi yang diinginkannya. Setelah itu seorang konsumen
yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak
sehingga mendapatkan koleksi merek dengan berbagai fiturnya (information
search). Sumber utama yang menjadi tempat konsumen untuk mendapatkan
informasi dapat digolongkan kedalam empat kelompok yaitu :

a. Sumber pribadi, keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.

b. Sumber komersial, iklan, tenaga penjualan, penyalur, kemasan, dan pameran.

c. Sumber publik, media massa dan organisasi konsumen.

d. Sumber pengalaman, pernah menangani, menguji dan menggunakan produk.

Secara umum, konsumen mendapatkan sebagian informasi tentang sebuah


produk melalui sumber komersial yaitu sumber yang menjadi domain pemasar.
Akan tetapi hal ini masih harus diteliti lebih lanjut, karena kemungkinan berbeda
kasus per kasus.

Mengevaluasi alternatif merupakan langkah selanjutnya yang biasa


dilakukan konsumen sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli produk
dengan merek pilihan dengan fitur yang diinginkan. Pada tahap keputusan
pembelian, konsumen dipengaruhi oleh dua faktor utama yang terdapat diantara
niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu (Herlambang, 2014) :

a. Sikap orang lain yaitu sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif
yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal. Pertama, intensitas
sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai calon konsumen.
Kedua, motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin
gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut
dengan konsumen, maka konsumen akan semakin mengubah niat
pembeliannya. Keadaan preferensi sebaliknya juga berlaku, preferensi
pembelian terhadap merek tertentu akan meningkat jika orang yang ia sukai
juga sangat menyukai merek yang sama.

b. Faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat mengurangi niat


pembelian konsumen. Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda
atau menghindari keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh resiko yang
difikirkan.

Proses ini tidak berhenti sampai disini, seorang pemasar yang pintar harus
memahami dan mencari tahu apakah konsumenya puas atau tidak puas dengan
produk yang dijualnya. Karena kosumen yang tidak puas akan melakukan aksi
berbeda, bisa jadi mereka berhenti membeli, mengajukan komplain atau melarang
temanya untuk membeli produk yang sama di masa depan.

2.4 Media Sosial (Social Media)

Pengertian Media Sosial Menurut Mc Quail (2011: 17), Social media


adalah kebiasaan informasi dan pergeseran peran orang dalam proses membaca
dan menyebarkan informasi yang didukung oleh teknologi web. Social media
memberdayakan masyarakat untuk menjadi penyebar informasi. Social media
merupakan pergeseran penyebaran informasi dari mekanisme broadcast (one-to-
many) menjadi mekanisme many-to-many.

Media sosial adalah konten berisi informasi yang dibuat oleh orang yang
memanfaatkan teknologi penerbitan, sangat mudah diakses dan dimaksudkan
untuk memfasilitasi komunikasi, pengaruh dan interaksi dengan sesama dan
dengan khalayak umum (Nasrullah, 2015: 6).
Dewasa ini, praktek pemasaran dengan social media mulai berkembang
dan digunakan sebagai alat strategi pemasaran produk, mempromosikan merek,
dan brand suatu perusahaan. Sosial media merupakan tempat berkumpulnya
orang-orang yang ingin berbagi informasi dan tempat untuk mencari teman baru.

2.5 Tanaman Hias Anggrek

Anggrek termasuk Famili Orchidaceae, famili ini merupakan salah satu


grup terbesar di antara tanaman berbunga lainnya. Anggrek merupakan salah satu
tanaman hias yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, karena bentuk dan warna
bunga yang menarik. Bahkan jenis tanaman ini lebih banyak dikenal orang dari
pada jenis tanaman hias lainnya. Klasifikasi ilmiah anggrek dapat dilihat pada

Klasifikasi Ilmiah Anggrek

KINGDOM Plantae
DIVISI Magnoliophyta
KELAS Liliopsida
ORDO Asparagales
FAMILI Orchidaceae
GENUS Lebih dari 800 genus
SPESIES Lebih dari 25.000 spesies alam
Sumber : Ira, P, 2007

Anggrek memiliki variasi jenis cukup banyak, baik yang spesies maupun
hibrida, karena variasi masing-masing jenis tersebut, maka memerlukan perlakuan
yang berbeda. Tanaman anggrek dikenal sebagai sosok tanaman yang memiliki
bunga indah dan tahan lama. Pesona bunganya yang indah, merupakan daya tarik
yang paling memikat. Untaian bunganya tersusun indah dan memiliki bentuk serta
corak yang beragam. Bunga yang telah mekar sempurna, bisa bertahan hingga 2
sampai 3 minggu, bahkan beberapa jenis anggrek ada yang tahan hingga 2 bulan.

Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keragaman


bunga, dalam hal warna dan bentuk cukup beragam. Memiliki struktur bunga
yang sama dan khas. Bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal), mahkota (petal),
dan lidah (labelum). Daun anggrek memiliki ciri khas bertulang daun sejajar dan
bentuknya berbeda-beda, tergantung pada spesies anggrek. Akar anggrek
berbentuk silindris dan berdaging, lunak, mudah patah, dengan ujung akar yang
merucing licin dan sedikit lengket.

Budidaya tanaman hias ternyata mampu mengubah pola usahatani dari


sekedar hobi menjadi usaha komersial yang prospektif, yang dapat memberikan
prospek yang cukup menjanjikan. Sejak 10 tahun terakhir permintaan akan
tanaman hias cenderung meningkat, terutama di Bogor. Lebih dari 50 juta tangkai
potong per tahun, dibutuhkan untuk mencukupi permintaan pasar di Bogor.
(Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 2001).

Tanaman anggrek dalam pot mempunyai pangsa pasar sendiri, yaitu para
penggemar anggrek yang terus mencari varietas-varietas baru hasil silangan.
Secara umum jenis yang ditanam di Bogor adalah Dendrobium, Cattleya,
Phalaenopsis, Vanda, Oncidium, dan masih ada beberapa jenis lainnya.
Peningkatan produksi anggrek dapat dicapai, apabila penganggrek mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penggunaan bibit unggul


2. Faktor lingkungan
3. Sumberdaya manusia yang berkualitas.

Dalam usaha meningkatkan produksi anggrek, penyediaan bibit unggul


merupakan kegiatan yang sangat penting. Tersedianya bibit unggul baru yang
mempunyai sifat lebih baik atau berbeda dengan bibit anggrek sebelumnya selalu
diperlukan, untuk mengantisipasi timbulnya tipe hama dan penyakit. Persilangan
anggrek dilakukan secara luas, sehingga untuk mendapatkan tanaman yang sama
dengan induknya dengan jumlah besar sangat tidak mudah. Oleh karana itu, teknik
perbanyakan vegetatif secara cepat sangat diperlukan yaitu dengan terknik kultur
jaringan (Departemen Pertanian, 2003).
Budidaya anggrek membutuhkan waktu kurang lebih lima tahun, untuk
sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Keberhasilan produksi bunga
tergantung faktor waktu, disamping kondisi lingkungan dan perawatan khusus.
Untuk mendapatkan ekosistem yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, tempat
pemeliharaan harus mendapatkan perhatian penting, seperti iklim, cuaca, curah
hujan, kelembaban, cahaya, temperatur, angin, derajat asam air siraman, larutan
pupuk dan media harus diperhatikan. Keterampilan dalam mengelola mulai dari
perencanaan, pengadaan bahan prasarana, sarana produksi dan penggunaan secara
tepat, akan menghasilkan tanaman anggrek yang berkualitas dalam jumlah besar.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian

Dalam penelitian ini, waktu yang dibutuhkan dari penyusunan thesis


hingga terselesaikannya thesis dimulai dari bulan 2018 sampai 2019. Wilayah
penelitian dilakukan pada konsumen media sosial instagram dan facebook.

3.2. Jenis Penelitian

Sesuai masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Ferdinand, 2014: 229).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen dalam


menentukan keputusan pembelian tanaman hias anggrek di media sosial.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner pada konsumen media sosial
instagram dan facebook.
3.3. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel

3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010: 61), populasi adalah wilayah geneneralisasi terdiri


atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Jumlah populasi yang diambil untuk menentukan sampel adalah
konsumen tanaman hias anggrek.

3.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2010: 62), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam suatu penelitian, tidak semua
individu dalam populasi dapat diteliti karena mengingat keterbatasan dalam
faktor dana, tenaga, dan waktu yang tersedia maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari sebagian populasi (Arikunto, 2006: 109).
Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus slovin, dari
Umar dalam (Kriyantono, 2012: 89) mengatakan, bahwa batas kesalahan yang
ditolerir dalam sebuah penelitian memakai tingkat kesalahan ada yang 1%, 2%,
3%, 4%, 5%, dan 10%. Dalam penelitian ini peneliti memakai 10%, rumusnya
slovin untuk menentukan jumlah sampel adalah:

N
N=
1 + Nde2

Dimana:

n = Jumlah sampel
N = Jumlah seluruh anggota populasi
de = Tingkat kesalahan (batas kesalahan yang ditoleransi, yaitu 10%).

Berdasarkan penghitungan pengambilan sampel diatas, maka dapat diketahui


bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak ….
responden pada konsumen, akan tetapi untuk meminimalisir kesalahan dalam
pengambilan data, penelitin mengambil ….. konsumen sebagai sampel
penelitian.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan


dalam penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling yaitu
sampling accidental. Sampling accidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010: 85). Sehingga
dengan teknik ini peneliti mengambil responden pada konsumen yang saat itu
menggunakan media sosial instagram dan facebook.
3.4. Data dan Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari
tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah responden individu atau
kelompok fokus (Sekaran, 2011: 172). Data primer dalam penelitian ini
diperoleh penyebaran kuesioner di media sosial, kuesioner dibagikan kepada
konsumen

Hasil dari data primer adalah jawaban dari responden atas pernyataan-
pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Pernyataan-pernyataan tersebut
menyangkut tentang pemasaran berdasarkan pengalaman…...

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan
dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau
dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
situs Web, internet dan seterusnya (Sekaran, 2011: 173). Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari referensi pada buku, internet, jurnal, dan sumber
lainnya yang dijadikan pedoman pengolahan data.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan secara langsung di lapangan untuk


memperoleh data dari obyek penelitian. Dalam penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan metode survey yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada
konsumen di media sosial instagram dan facebook.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2010: 127). Kuesioner digunakan untuk mengetahui
pendapat responden. Dalam hal ini responden hanya menjawab
pertanyaan/pernyataan dengan cara memberi tanda tertentu pada alternatif
jawaban yang disediakan.

Dalam kuesioner setiap variabel akan diukur dengan menggunakan


skala likert, yang mana nilai jawaban dari responden pada masing-masing item
dihitung menggunakan skor. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik
oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono,
2010: 133).

Dengan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi


indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan untuk menyusun
item-item intrument yang dapat berupa pernyataan-pernyataan. Jawaban setiap
intrumen yang menggunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yaitu antara lain (Sugiyono, 2010: 134):

Sangat Tidak Setuju (STS) Nilai 1


Tidak Setuju (TS) Nilai 2
Kurang Setuju (KS) Nilai 3
Setuju (S) Nilai 4
Sangat Setuju (SS) Nilai 5
Instrument penelitian disajikan pada Tabel 1 yang menyajikan
variabel, sub variabel, indikator dan skala yang digunakan dalam
pengumpulan data.
Tabel 1. Instrumen Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Perilaku Konsumen Faktor Kebudayaan 1. Budaya Likert
(Variabel X) (X1) 2. Sub Budaya
3. Kelas Sosial
Faktor Sosial (X2) 1. Kelompok Referensi Likert
2. Keluarga
3. Peran dan Status
Faktor Pribadi (X3) 1. Usia dan Tahap Likert
2. Pekerjaan
3. Keadaan Ekonomi
4. Gaya Hidup
5. Konsep Diri
Faktor Psikologis (X4) 1. Motivasi Likert
2. Persepsi
3. Proses Belajar

Keputusan Pembelian Pengenalan Masalah 1. Pengenalan Kebutuhan Likert


(Variabel Y)
Pencarian Informasi 1. Sumber Pribadi Likert
2. Publik
3. Pengalaman
Evaluasi Alternatif 1. Sumber Pribadi Likert
2. Publik
3. Pengalaman
Keputusan Pembelian 1. Merek Likert
2. Lokasi
3. Kuantitas waktu
4. Metode pembayaran
Perilaku Pasca 1. Tingkat Kepuasan Likert
Pembelian

Sumber: Disimpulkan dari Kerangka Teori, 2018

3.5.2. Studi Pustaka

Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari buku


literatur, jurnal ilmiah, serta situs di internet yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan. Metode ini digunakan sebagai landasan teori yang
memadai dan dipergunakan untuk menentukan variabel-variabel yang diukur
dan menganalisis hasil-hasil penelitian sebelumnya.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang berbeda atau bervariasi, yaitu simbol atau
konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai (Sarwono, 2006: 62).
Berkaitan dengan penelitian ini, variabel yang digunakan antara lain terdiri dari
variabel independen dan variabel dependen.

3.6.1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen (bebas) adalah variabel stimulus atau variabel yang


mempengaruhi variabel lain. Variabel independen merupakan variabel yang
variabilitasnya diukur, dimanipulasi, atau dipilih peneliti untuk menentukan
hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi (Sarwono, 2006: 62).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah perilaku
konsumen (X).

3.6.2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang memberikan reaksi atau


respon jika dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas. Variabel
dependen adalah variabel yang variabilitasnya diamati dan diukur untuk
menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel independen (Sarwono,
2006: 62). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
Keputusan Pembelian (Y).

3.7. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sarwono (2006: 62), variabel adalah sesuatu yang berbeda atau
bervariasi, yaitu simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai.
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu perilaku konsumen
(X), dan variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y).
3.8. Uji Instrumen

Menurut (Sugiyono, 2010: 121) uji instrumen termasuk salah satu bagian
yang sangat penting, karena instrumen yang benar akan menghasilkan data yang
akurat dan data yang akurat akan memberikan hasil riset yang mampu
dipertanggungjawabkan. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah sebuah
instrumen itu baik atau tidak. Uji instrumen dalam penelitian ini yang digunakan
adalah uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Validitas pada dasarnya kata “valid” mengandung makna yang sinonim


dengan kata “good”, validitas dimaksudkan sebagai pengukur kemampuan
atribut-atribut dalam variabel (Ferdinand, 2014: 217). Dan menurut Ghozali
(2013: 45), uji validitas digunakan untuk sah atau valit tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika kuesioner mampu untuk mengungkapkan
suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dapat dihitung
menggunakan aplikasi SPSS. Dengan membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel untuk degree of freedom (df)= n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel.
untuk menguji apakah masing-masing indikator valit atau tidak, dapat dilihat pada
tampilan output cronbach alpha pada kolom correlated item-total correlation.
Jika r hitung lebih besar dari pada r tabel dan nilai positif maka indikator tersebut
dinyatakan valid (Ghozali, 2013: 46).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dilakukan untuk mengukur data-data yang dihasilkan disebut


reliabel atau terpercaya, apabila intrumen itu secara konsisten memunculkan hasil
yang sama setiap kali dilakukan pengukuran (Ferdinand, 2014: 218). Reliabilitas
adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk (Ghozali, 2013: 52) suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu.
Uji reabilitas dapat hitung menggunakan aplikasi SPPS. Untuk mengukur
realibilitas dilakukan dengan menghitung uji statistik Cronbach Alpha. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan cronbach Alpha > 0.70
(Ghozali, 2013: 53).

3.9. Teknis Analisis Data

Pada tahap ini data diolah dan dianalisis terlebih dahulu sedemikian rupa
sehingga berhasil menarik kesimpulan untuk menjawab persoalan-persoalan yang
diajukan dalam penelitian. Menurut Sujarweni (2015: 157) teknik analisis data
adalah sebuah proses yang berhubungan dengan prosedur penelitian. Analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis),
dengan pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS versi 20.0.

3.9.1. Uji Asumsi Klasik

Menurut (Ghozali, 2013: 158) uji asumsi klasik adalah pengujian yang
dilakukan untuk menilai kehandalan suatu model. Uji asumsi klasik sebagai uji
persyaratan suatu analisis regresi linier berganda. Dalam pengujian ini uji asumsi
klasik tersiri dari uji multikolonieritas, uji autokolerasi, heteroskedasitas, dan uji
normalitas. Asumsi klasik penting dilakukan karena merupakan syarat yang harus

dipenuhi dalam model regresi agar model tersebut menjadi valid sebagai alat
penduga. Asumsi klasik dalam penelitian ini yaitu:

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013: 160), uji normalitas bertujuan untuk menguji


apakah dalam model, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Variabel pengganggu dari suatu regresi disyaratkan berdistribusi normal,
jika variabel terdistribusi normal maka variabel yang diteliti juga berdistribusi
normal.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Sig. pada hasil uji
normalitas dengan menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Ketentuan suatu model regresi berdistribusi secara normal apabila probability dari
Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari α (p>0,1), atau dapat di lakukan dengan
membuat hipotesis (Ghozali, 2013: 164), sebagai berikut:
1). H0: hipotesis berdistribusi normal apabila p value (Sig) > α=0,1
2). HA: hipptesis tidak berdistribusi normal apabila p value (Sig) < α=0,1

2. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2013: 105), uji multikolonieritas bertujuan untuk


menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model yang baik adalah model tidak terjadi korelasi antar variabel.
Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat problem multikolonieritas.

Uji multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflastion


Factor (VIF) dan nilai Tolerance pada hasil uji multikolonieritas SPSS. Nilai
Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena FIV = 1/Tolerance).
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas
adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013:
106).

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013, 139), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk


menguji apakah dalam model regreasi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Hemoskedastisitas
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model yang baik adalah model
Hemoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat hasil uji Glejser


pada tingkat signifikansi hasil regresi nilai absolute residual. Jika tingkat
signifikansi berada diatas 10% atau 0,1 berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
tetapi jika berada dibawah 10% atau 0,1 berarti terjadi gejala heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013: 142-143).
3.9.2. Uji Model

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh


antara variabel bebas dalam mempengaruhi variabel tidak bebas secara bersama-
sama ataupun secara parsial (Kuncoro, 2010 dan Basuki, 2004).

Adapun bentuk persamaan regresi linear berganda untuk dua variabel


bebas yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2+b3X3+b4X4 + e

Keterangan:
Y = Keputusan pembelian
a = Konstanta
b1, b2, b3,b4 = Koefisien regresi berganda
X1 = Kebudayaan
X2 = Sosial
X3 = Pribadi
X4 = Psikologi
e = Error
Koefisien korelasi merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur
kekuatan atau keeratan suatu hubungan antar variabel. Keeratan korelasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:

1) 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah.

2) 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah.

3) 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat.

4) 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat.

Disamping itu, untuk mengetahui seberapa besar keberagaman variabel


independen dapat menjelaskan variabel dependen, dihitung koefisien determinasi
(R²). Nilai R square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R square berkisar
antara 0-1 (Sujarweni, 2015).
3.9.3. Uji Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghazali, 2013: 97). Atau dapat dikatakan
bila nilai koefisien determinasi (R2) = 0 berarti diantara variabel independen
dengan variabel dependen tidak ada hubungan, sedangkan bila nilai koefisien
determinasi (R2) = 1 berarti antara variabel independen dengan variabel terikat
mempunyai hubungan kuat.

2. Uji F

Uji F adalah pengujian signifikansi persamaan yang digunakan untuk


mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel tidak bebas (Sujarweni, 2015: 163). Uji statistik F pada
dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2013: 98). Menurut Ghozali, (2013: 99)
menguji hipotesis statistik F dapat dilakukan dengan pengambilan keputusan
sebagai berikut:

a. Quick look: apabila nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho ditolak pada derajat
kepercayaan 10%. Dengan kata lain Ha diterima dimana hal tersebut
menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen.

b. Membandingkan nilai F perhitungan dengan nilai f menurut tabel. Bila F hitung


lebih besar dari pada f tabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha.
c. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi:

1) Apabila probabilitas signifikansi ≥ 0,1, maka H0 diterima dan HA ditolak.


Dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) Apabila probabilitas signifikansi ≤ 0,1, maka H0 ditolak dan HA diterima.


Dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3. Uji t (Uji Parsial)

Uji statistic t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel


bebas secara parsial dalam menerangkan variasi variabel terikat. Jika nilai t hitung
lebih besar dari nilai t tabel, maka dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara
parsial berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Jika nilai signifikansi t <
0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel bebas secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
DAFTAR PUSTAKA

APJII. 2017. Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Pengguna Internet


Indonesia: Survey. https://apjii.or.id. (diakses pada tgl 4 Juni 2018)

Basuki, Agus, Tri dan Nano Prawoto. 2004. Analisis Regresi dalam
Penelitian Ekonomi dan Bisnis, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada

Bhuono, Agung Nugroho. 2005. Strategi Jitu: Memilih metode statistik


penelitian dengan SPSS, Jakarta: Erlangga

Didin, Kartikasari, dkk (2013). Pengaruh Perilaku Konsumen


Terhadap Keputusan Pembelian (Penelitian pada Mahasiswa Administrasi
Bisnis Angkatan 2012/2013 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
yang Mengkonsumsi Produk Mie Instan merek Indomie), Jurnal Administrasi
Bisnis Vol 3, No 2: JULI

Engel, F. James, Blackwell D. Roger, dan Miniard W. Paul. 2010.


Perilaku Konsumen. Alih Bahasa Budiyanto. Binarupa Aksara, Jilid 1, Jakarta.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program


IBM SPSS 21, Diponegoro

Globalwebindex. 2018. Trends 18, The Trends to Know for 2018.


Tersedia pada https://cdn2.hubspot.net/hubfs/304927/Downloads/Trends-
18.pdf. (Diakses pada 30 Mei 2018).

Herlambang, Susatyo. 2004. Basic Marketing (Dasar-Dasar Pemasaran)


Cara Mudah Memahami Ilmu Pemasaran. Cet; Gosyen Publishing

Irianto, Agus. 2003. Statistik: Konsep Dasar, Aplikasi dan


Pengembangannya. Jakarta: Kencana

Kotler, Philip dan Keller, Lane Kevin. 2009. Manajemen Pemasaran


Jilid 1, Edisi 13, Jakarta: Erlangga

Kotler, Philip dan Keller, Lane Kevin. 2016. A Framework for


Marketing Management. Global Edition. Pearson Education Limited, 6th Edition

Kuncoro, Agus. 2010. Analysis Multivariat, Bandung: Penerbit


Alfabeta

Lamb, Hair. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Edisi
Pertama. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

Mariaji, Wahyu dan Yuniati, Tri. (2014). Pengaruh Perilaku


Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen
Vol. 3 No. 8 Okta Nofri, Andi Hafifah
Notoatmodjo, Seokidjo. 2003. Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Pasha, Muhammad Reksa. 2017. Kemudahan yang Didapat dari Belanja


Online, https://blog.syarq.com (diakses pada tgl 21 Mei 2017)

Paul.D. Leedy and Jeanne.E. Ormrod. 2005. Practical Research:


Planning and Design Research Edisi 8. Ohio : Pearson Merrill Prentice Hall

Peter, Paul J. and Olson, C. Jerry. (2010). Consumer Behavior and


Marketing Strategy. Mcgraw-Hill/Irwin Series in Marketing, 9th Edition

Rafiz, Fadhil Mohammad. 2016. Analisis Pengaruh Perilaku


Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Mobil Merek Daihatsu: Studi
pada Konsumen Kendaraan Daihatsu di PT. Jolo Abadi Authorized Daihatsu
Dealer Malang, Jurnal Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang, Vol.
39 No. 2.

Rahman, M. A. (2017). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Masyarakat


Memilih Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Fityan Kabupaten Gowa. Al-
Mashrafiyah (Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah), 1(1).

Rahman, Muh. Akil. (2016, June). Pengaruh Penggunaan Media


Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Lewat Internet di Kalangan
Mahasiswa. In Assets (Vol. 6, No. 1, pp. 103-115).

Schiffman, G. Leon, Kanuk L. Lazar. 2008. Perilaku Konsumen. Alih


Bahasa : Zoelkifli Kasip. Jakarta : PT. INDEKS

Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi


untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ke-13, Jakarta

Sujarweni, Wiratna. 2015. SPSS untuk Penelitian, Yogyakarta

Umar, Husein. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.
Edisi kedua, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Wells and Gubar. 1966. Life Cycle Concept in Marketing Research.


Journal of Marketing. November

Widaryono, Agus. (2013). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk


Ekonomi dan Bisnis (Yokyakarta: Ekonosia, 2005), Hal. 177-182

Anda mungkin juga menyukai