Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam
kehidupan sehari-hari. Secara sadar ataupun tidak, setiap aktivitas manusia tidak akan
terlepas dari matematika. Misalnya ketika melakukan jual-beli, menentukan luas suatu
daerah, menentukan jarak dan kecepatan, menentukan tinggi gedung, membangun
rumah, ataupun dalam menyelesaikan permasalahan lainnya. Begitu banyaknya
peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga matematika sering
dibangun dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh manusia
atau biasa disebut dengan istilah mathematic is a human activity (Sabandar, 2010).
Selain itu, matematika juga tidak dapat berdiri sendiri, matematika harus dipadankan
dengan bidang ilmu lainnya agar menjadi lebih bermakna. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Kline (Rohendi, 2013) bahwa “Mathematics is not an autonomous
knowledge that can be perfect by itself, but was mainly to help people in
understanding and mastering the problems of social, economic, and nature”. Oleh
sebab itu, matematika dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang harus
dipelajari oleh siswa pada setiap jejang pendidikan, sebagaimana yang tertuang dalam
PP Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas PP Nomor 19 tahun 2005 tentang
SNP.
Tujuan diberikannya matematika pada setiap jenjang pendidikan menurut Depdiknas
(2006) adalah agar siswa mampu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes,
akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

1
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa aspek yang menjadi
perhatian dan kajian dalam penelitian ini. Aspek tersebut antara lain adalah pembelajaran
Kooperatif Learning. Oleh sebab itu, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
model pembelajaran Kooperatif Learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat pengaruh hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
metode Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan model pembelajaran Kooperatif Learning lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional?
4. Apakah terdapat pengaruh signifikan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan metode Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional?
5. Apakah hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran
Kooperatif Learning dan metode Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
1. Menelaah perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan model Kooperatif Learning dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional
2. Menelaah perbedaan peningkatan kemampuan matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran dengan model Kooperatif Learning yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
3. Menelaah pengaruh signifikan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan model pembelajaran Kooperatif Learning lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
4. Menelaah pengaruh signifikan hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran
dengan metode Discovery Learning lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
5. Menelaah hasil belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model
pembelajaran Kooperatif Learning dan metode Discovery Learning lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional

D. Manfaat Penelitian

Selain menjawab permasalahan penelitian yang dikaji, penelitian ini juga diharapkan
memberikan banyak manfaat kepada siswa, guru, dan praktisi pendidikan lainnya. Adapun
manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat selama penelitian
a. Siswa dapat berlatih dan berusaha mengembangkan model pembelajaran Kooperatif
Learning dan metode Discovery Learning.
b. Siswa dapat memaksimalkan potensi lainnya melalui pembelajaran dengan metode
Discovery Learning..
c. Guru dapat berlatih untuk mengimplementasikan pembelajaran dengan metode.
2. Manfaat hasil penelitian
a. Manfaat teoretis
1) Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan memperkaya khasanah pembelajaran matematika khususnya
untuk peningkatan hasil belajar siswa
2) Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi dalam menyikapi perbedaan
siswa pada pembelajaran matematika.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi tentang hasil belajar siswa dengan mengimplementasikan
pembelajaran dengan metode Discovery Learning.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Hasil Belajar Matematika


1. Definisi Hasil Belajar
Menurut Supardi (2013) Belajar adalah proses aktivitas yang dilakukan
secara sadar oleh seseorang dengan memberdayakan panca indra yang dimilikinya
untuk mendapatkan perubahan tingkahlaku yang berupa kemampuan, keterampilan,
maupun sifat-sifat yang ada dalam dirinya ke arah yang lebih baik sebagai
pengalaman dan interaksi lingkungan. Belajar salah satu aktivitis individu yang
dilakukan dimana saja. Belajar ini juga perubahan yang mendorong seseorang dari
hal yang tidak paham menjadi paham.
Menurut Hamalik (Hamid,2013) mengatakan belajar juga terjadi ketika
adanya interaksi individu dan lingkungan, baik lingkungn fisik maupun lingkungan
sosial. Intraksi dapat dibentuk karena adanya suatu proses belajar. Dalam proses ini
seorang individu bisa di lakukan baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Pada dasarnya belajar ini intraksi dengan manusia atau dengan lingkungan yang
dapat di amanit atau di rasakan dengan panca indra.
Menurut Lestari (2015) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan diri seseorang. Perubahan yang menodrong seseorang dalam hal
ini merupakan adanya suatu kegiatan belajar. Dengan adanya kegiatan belajar
seorangn individu atau kelompok dapat menciptakan suatu ide atau gagasan dalam
mengembankan gagasan yang ingin di capai.
Menurut Haryanto (2015) matematika merupakan dasar dari segala bidang
studi yang ahlinya dan merupakan pembelajaran yang dapat membantu pemecahan
masalah. Matematika pula yang membuat ide atau pola pikir kita semakin maju.
Dengan adanya matematika dalam kehidupan atau keseharian dimana pun tidak
terlepas dengan matematika, sehingga matematika dikatakan sebagai dasar dalam
segala ilmu pengetahuan.
Menurut Supardi (2013) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menekankan aktivitas dalam
dunia rasio dari seluruh kehidupan matematika, mulai dari sederhana sampai yang
paling kompleks. Matematika ini mampu menekan kemampuan dan solusi untuk
memecahkan masalah. Dalam bidang atau keseharian ini, matematika yang
memberikan satu gagasan atau solusi, ketika kita dalam menghadapi problem atau
masalah yang besar disitulah matematika muncul sebagai bengkel dalam
penyelesaianya.
Dari para pendapat di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa hasil belajar
matematika merupakan ururan suatu proses peserta didik dalam menjalakan
perubahan hal yang kurang paham menjadi paham, yang berawal tidak tahu menjadi
tahu dengan adanya kegiatan belajar yang menumbuhkan daya pikir seseorang lebih
kompleks lagi. Proses tersebut yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya tujuan
awal belajar matematika. Dengan kata lain hasil belajar matematika adalah
perubahan kemampuan memahami dan menerapkan konsep-konsepmatematika
mencakup aspek kognitif, afekti dan psikomotorik yang dimiliki seorang atau
peruahan kompetensi setelah adanya prosese pembeajaran.
2. Definisi discovery learning
Menurut Pardede, dkk (2016) Pembelajaran penemuan terbimbing (guided
discovery) merupakan pembelajaran yang melatih dan membimbing siswa untuk
belajar, memperoleh pengetahuan, dan membangun konsep-konsep yang mereka
temukan untuk diri mereka sendiri. Metode ini dapat merangsang peserta didik
dalam melakukan atau memahi kegiatan belajar. Bahkan penemuan ini juga siswa
akan lebh aktif dalam proses belajar, karena akan lebih melekap informasi atau
pengetehuan yang dimiliki atau di peroleh dari tindakan secara langsung. Penemuan
ini pula mampu membuat konsep-konsep yang sederhana.
Menurut Sani (2013) juga berpendapat bahwa “Discovery adalah
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery merupakan metode
pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi
yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri”.
Data atau informasi yang di dapat akan lebih mengena di dalam diri peserta didik.
Metode ini pula salah satu cara pembelajaran kognitif atau pengetahuan yang
menuntuk guru dan siswa lebih aktif kembali. Seorang guru di tuntut jiwa kreatifnya
dalam metode ini. dan siswa di tuntuk aktif dalam kegiatan dengan metode yang
diterapkan seperti ini.
Menurut choirul (2015) berpendapat bahwa Penemuan bukan merupakan
model pembelajaran yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang benar-benar
baru, namun dalam model ini, siswa diharapkan dapat menemukan pengetahuan
secara aktif seperti melakukan tebakan, perkiraan, dan mencoba agar siswa dapat
menemukan konsep, formula dan sejenisnya. dengan bimbingan guru. Siswa
menemukan konsep tersebut melalui bimbingan dan arahan guru karena pada
umumnya kebanyakan siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk bisa
menemukan sesuatu. Model ini sangat berguna untuk mata kuliah matematika
sesuai dengan karakteristik matematisnya.
Hal ini sejalan dengan usulan Sugiyono dalam Yuliani dan Saragih (2013)
bahwa model penemuan terpandu adalah salah satu pembelajaran discovery,
dimana siswa mendapatkan pengetahuan untuk dipahami dengan bimbingan guru,
seperti melalui pertanyaan, show-demonstration atau media lainnya.

3. Definisi model pembelajaran kooperatif


Menurut Asma (2014) belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang
mencangkup kelompok kecil dari siswa yang bekerja barsama sebagai suatu tim
untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu
tujuan bersama.
Menurut Isjoni (2015) Model belajar cooperatif learning merupakan suatu
bentuk model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan proses
belajar dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesamaanggota kelompok
gunameningkatkan motivasi, produktifitas, dan prestasi belajar. Sehingga
pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerja
sama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki peserta didik
dalam rangka memahami konsep yang sulit, berfikir kritis, dan kemampuan
membantu teman. pembelajaran kooperatif juga dikatakan suatu kegiatan yang
berlangsung di lingkungan belajar peserta didik dalam kelompok kecil yang saling
berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada.
Menurut Komalasari (2013) juga mengatakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai
6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuhantara
sesamasiswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Pembelajaran kooperatif menganut aliran belajar konstruktivistik, dimana
siswa membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang
didapatkannya. Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat interaksi sosial sangat
penting bagi kelangsungan hidup.
Berdasarkan teori konstruktivisme sosial Vigotsky peserta didik berada
dalam konteks sosiohistoris, dimana keterlibatannya dengan orang lain memberikan
mekanisme yang penting terhadap pemahaman serta perkembangan pemikiran
mereka.Dukungan lain dari teori Vigostky terhadap model pembelajan kooperatif
adalah arti penting belajar kelompok. Dari beberapa pendapat pengertian kelompok
bukan sekedar kumpulan orang – orang melainkan intraksi, mempunyai tujuan dan
terstruktur dari satu kesatuan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif
mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan
sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota
kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran
dengan baik.
B. Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan ukuran pencapaian proses belajar yang di tandai
dengan perubahan tingkah lakuk peserta didik. dalam menjalakan kegaiatan belajarnya.
Proses tersebut yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya tujuan awal belajar
matematika. Dengan kata lain hasil belajar matematika adalah perubahan kemampuan
memahami dan menerapkan konsep-konsepmatematika mencakup aspek kognitif,
afekti dan psikomotorik yang dimiliki seorang atau perubahan kompetensi setelah
adanya proses belajar.
Hasil belajar matematika saat ini masih kurangnya dan kurang maksimal
dalamtujuan yang di harapakan. Oleh karena dengan berbagai model dan metode
pembelajaran yang di terapkan di dalam lembaga sekolah atau intansi lain, agar
tercapainya suau hasil yan optimal. Dengan metode dan model yang di gunakan
mengharapkan hasil peserta didik memuaskan.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (variabel
bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Dimana dalam penelitian ini ada dua
variabel independen yaitu model koopratif learning (X1) dan Discovery Learning (X2).
Variabel dependennya adalah hasil belajar matematika (Y) melaui penerapan model
dan metode pembelajaran tersebut.
1. Pengaruh model kooperatif learning terhadap hasil belajar matematika
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. sehingga siswa terbiasa dalam
pemecahan masalah pengambilan keputusan dan menarik kesimpulan dari masalah
yang ada. Kesimpulan yang dapat di peroleh seorang siswa akan menjadi suatu dasar
dalam pencapain sutau keberhasilan atau hasil belajar matematika.
Jadi model kooperatif learning ini dapat mempengaruhi keberhasilan siswa
dalam belajar matematika.
2. Pengaruh metode discovery learning terhadap hasil belajar matematika
metode pembelajaran Discovery Learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi
sendiri. Metode Pembelajaran Discovery Learning siswa dihadapkan untuk
menemukan suatu permasalahan, setelah menemukan lalu didiskusikan, kemudian
dibuat kesimpulan yang memungkinkan indikator dari hasil belajar matematika
dapat terpenuhi diantaranya memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar dan membangun strategi dan taktik. Pada dasarnya hasil belajar
matematik dapat dibentuk atau di capai dengan metode discovery learning.
3. Pengaruh interaksi model kooperatif learning dan metode discovery learning
terhadap hasil belajar siswa
Dari model dan metode pembelajaran sebelumnya sama-sama menunjang
kemampuan dan hasilbelajar dilihat dari indikator-indikator yang terpenuhi. Ini
sesuai dengan teori belajar kontruktivisme, bahwa teori kontruktivisme memandang
pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita. Konsep kontruktivisme
memandang bahwa pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan
dari guru kepada siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa
membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti berpartisipasi guru
bersama siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,
berpikir kritis, dan mengadakan justifikasi.
Jadi, pembelajaran adalah suatu bentuk belajar mandiri. Menurut
kontruktivisme, dalam proses belajar merupakan proses aktif siswa
mengkontruksikan arti, wacana,dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Dari uraian
di atas setelah mengetahui model pembelajaran koopratif Learnning dan Discovery
Learning, akan terlihat bahwa siswa yang aktif dan mampu memecahkan masalah
dengan siswa lainnya akan lebih mendominasi dan berpengaruh pada hasil belajar
siswa tersebut maka diduga kemampuan hasil belajar matematika siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran koopratif Learning dan
Discovery Learning ada suatu hubungan dan intraksi di antara kedunya. Maka oleh
karena itu, hasil belajar matematika siswa dapat di pengaruhi dengan salah satu
model dan metode yang penulis buat, untuk itu ada kesenambungan antar metode
satu dengan metode yang lainya.

DAFTAR PUSTAKA
Supardi. 2013. Hasil belajar matematika siswa ditinjau dari intraksi tes formatif uraian
dan kecerdasan emosional. Jurnal formatif , 3(2): 78-96.
Hamid. 2013. Pengembangan Sistem Pendidikan di indonesia. Bandung : Pustaka Setia.
Lestari, Indah. 2015. Pengaruh Strategi Pembelajaran Metakognitif Terhadap Hasil
belajar Matematika. Eduresearch. Vol. (1). Unindra.
Haryanto. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap
Pemecahan Masalah. Eduresearch. Vol. (1). Unindra.
Pardede, E. dkk .2016. Efek Model Pembelajaran Guided Discovery Berbasis Kolaborasi
Dengan Media Flash Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar
Kognitif Tinggi Fisika Siswa Sma. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol.5, No.1
Sani, R.A. 2013. Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Isjoni 2013. Cooperatif Learning, (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), Bandung:
Alfabeta, hal. 14
Sugiyono. 2013. Exploiting Software Cabri in Learning by Guided discovery. Proceedings
of the National Seminar on Mathematics Learning School, Department of
Mathematics Education.
Asma, Nur. 2013. Model Pembelajaran Kooperati terhadap berpiir kritis . Bandung :
hal.11.
Komalasari, Kokom 2013. Pembelajaran konstektual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT
Refika Aditama.
Cholifatul, S .2015. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap keaktifan dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII MTs N Karangrejo. Skirpsi. Iain Tulungagung

Anda mungkin juga menyukai