Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

NO./ JUDUL PRAKTIKUM : 5/PEWARNAAN DAN CARA-CARA


PEWARNAAN
TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 15 NOVEMBER 2018

Disusun Oleh :

JURUSAN BIOLOGI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN GENETIKA MOLEKULER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan
hidup merupakan hal yang sangat sulit, selain karena bakteri tidak berwarna,
bakteri juga transparan dan kecil. Bakteri yang hidup akan kontras dengan air
dimana sel-sel tersebut disuspensikan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
dikembangkan sebuah teknik pewarnaan bakteri, sehingga sel mudah diamati.
Untuk mengamati bentuk atau ciri-ciri suatu mikroba dengan teknik pewarnaan,
dapat digunakan dua cara, yaitu mengamati sel mikroba yang masih hidup tanpa
diwarnai dan mengamati mikroba yang telah mati dengan diwarnai. Namun, yang
paling banyak digunakan adalah mengamati mikroba dengan diwarnai. Maka dari
itu, teknik pewarnaan mikroba menjadi cara utama yang digunakan dalam
praktikum mikrobiologi pada umumnya.
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba atau
mikroorganisme. Karena ukurannya yang sangat kecil dan sukar dilihat oleh mata
biasa, maka mikroba hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop (Sumarsih,
2003). Berbagai macam tipe morfologi bakteri (coccus, bacillus, spiral, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan mewarnai menggunakan zat pewarna.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan
cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan berkembangnya teknik pewarnaan
bakteri. Zat warna akan mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna
memungkinkan pengamatan struktur pada mikroba yang diamati. Terdapat juga
beberapa faktor pewarnaan yang akan dipelajari dan dilakukan dalam praktikum
kali ini (Dwidjoseputro, 1994).
Oleh karena itu, pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui apa itu
pewarnaan pada mikroba, untuk mengetahui manfaat dari pewarnaan terhadap
mikroba, untuk mengetahui hasil mikroba yang didapatkan pada pewarnaan
sederhana, untuk mengetahui hasil mikroba yang didapatkan pada pewarnaan
negatif, dan untuk mengetahui hasil mikroba yang didapatkan pada pewarnaan
gram.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya pratikum Mikrobiologi Dasar adalah untuk dapat
mengetahui hasil bentuk mikroba yang didapatkan pada pewarnaan sederhana,
pewarnaan negatif dan pewarnaan gram, untuk mengetahui hasil mikroba yang
didapatkan pada pewarnaan negatif, dan untuk mengetahui hasil mikroba yang
didapatkan pada pewarnaan gram.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Mikroba dan Pewarnaan


Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba atau
mikroorganisme. Karena ukurannya yang sangat kecil dan sukar dilihat oleh mata
biasa, maka mikroba hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop (Adji, 2007).
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Dwi, 2012).
Bakteri adalah mikroba yang memiliki bentuk bervariasi seperti coccus,
bacillus, dan spiral. Dan pada umumnya, bakteri tidak memiliki pigmen sehingga
bakteri tidak berwarna. Untuk itu perlu dilakukan pewarnaan agar bakteri tampak
jelas bila diamati dengan mikroskop (Dwi, 2012).
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat
warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme
disekelilingya ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan
struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula
fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel
disebut pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk
memilahkan mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memilahkan
bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial
lainnya ialah pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi
kelompok-kelompok tahan asam dan tidak tahan asam (Dwi, 2012).
Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan bakteri
Bacillus sp. gram positif diantaranya yaitu subtilin yang dihasilkan oleh bacillus
subtilis, megacin yang dihasilkan oleh B. megaterium, coagulin yang dihasilkan
oleh B. coagulans, dan tochicin yang dihasilkan oleh B. thuringiensis. Pewarnaan
pada bakteri dibedakan menjadi empat, yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan
gram, pewarnaan negatif dan pewarnaan spora (Dwi, 2012).
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan
pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Aini, 2015).
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena
banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Aini, 2015).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel
bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri,
dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau
kimia jaSad dapat diketahui (Aini, 2015).
Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun
1884. Dengan metode ini bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat
bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Aini,
2015).
Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian
warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam).
Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh
ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut
berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang
bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka
zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna
adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Aini, 2015).
Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat
warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut
kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian
yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa
lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan didinding sel,
membran sel dan sitoplasmasewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat
warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga
mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwi, 2012).
Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk
mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai
mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang
sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat
berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadang kala zat
warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan
positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap
struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses
pewarnaan (Dwi, 2012).
Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut
pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa
yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif.
Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme
diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna.
Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas
(Dwi, 2012).
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek.
Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah
cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati.
Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang
terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat.
Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh
kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya (Budiman, 2009).
2.2 Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak
digunakan pada praktikum mikrobiologi. Disebut sederhana karena hanya
menggunakan satu jenis zat untuk mewarnai mikroba yang akan diamati. Pada
umumnya bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan sederhana, karena
sitoplasmanya bersifat basofilik atau suka dengan basa. Pewarnaan sederhana
biasanya menggunakan pewarna tunggal yaitu metal biru, basic fuchsin dan
kristal violet. Pewarnaan sederhana bertujuan untuk memberikan kontras antara
bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan ketika kita ingin
mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri (Budiman, 2009).
Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini
sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme
bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral.
Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus
dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur
(stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8
(saranae) (Budiman, 2009).
2.3 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif berdasarkan sifat fisik kimia dinding sel bakteri. Pewarnaan
menggunakan pewarna utama kristal violet dan pewarna tandingan safranin.
Tujuan pewarnaan ini adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar
dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, serta meningkatkan
kontras mikroorganisme dengan sekitarnya (Djayasinga, 2017).
Pewarnaan ini dapat membagi bakteri menjadi gram positif dan gram
negatif berdasarkan kemampuannya untuk menahan pewarna primer (kristal
ungu) atau kehilangan warna primer dan menerima warna tandingan (safranin).
Bakteri gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak
dalam presentase lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol (etanol)
pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga
memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk kedalam sel
dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif
sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan
alkohol, pori-pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun
sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel menjadi berwarna
ungu, yang merupakan warna dari kristal violet (Djayasinga, 2017).
Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakhan biakan segar
yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan
penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami
kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini
menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini
berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat
memertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif
(Djayasinga, 2017).
2.4 Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam
seperti negrosin, eosin, atau tinta cina sebagai pewarna utama. Pewarnaan negatif
dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana. Pewarnaan
negatif bertujuan untuk memberi warna gelap pada latar belakang dan tidak
member warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena pada pewarnaan
negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam dan memiliki komponen
kromoforik yang bermuatan negatif. Sehingga pewarna tidak dapat menembus
atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negative charge pada permukaan
sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat transparan (tembus
pandang) (Fauziyyah, 2016).
2.5 Pewarnaan Spora
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus
Bacillus dan genus Clostridium. Struktur spora yang terbentuk di dalam tubuh
vegetative bakteri disebut sebagai endospora (endo: dalam, spora: spora) yaitu
spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa
endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang
mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan (Pelczar, 1988).
Dalam pewarnaan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat
menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksud tersebut
adalah dengan penggunaan larutan hijau malakit dan untuk memperjelas
pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan safranin sehingga sel
vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau. Dengan demikian,
ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel
vegetatif juga dapat diidentifikasi (Pelczar, 1988).
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum tentang “Pewarnaan dan Cara-Cara Pewarnaan” ini telah dilakukan
pada hari Rabu, 15 November 2018, pada pukul 15.30-17.30 WITA di
Laboratorium Mikrobiologi dan Genetika Molekuler, gedung C, lantai 2, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,
jarum ose, vortex, pinset, rak tabung reaksi, pipet tetes, pembakar bunsen, korek
api, kaca objek, cover glass.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bakteri yang
telah ditumbuhkan, tisu, alumunium foil, larutan methylen blue, larutan crystal
violet, larutan safranin, larutan malachite green, larutan nigrosin, larutan lugol,
aquadest

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pewarnaan Sederhana
Pertama-tama dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dicuci
kaca objek yang akan digunakan dengan aquadest dan dikeringkan. Difiksasi kaca
objek pada pembakar bunsen selama 1 menit. Setelah itu, diambil bakteri dengan
jarum ose dan diulas pada kaca objek. Ditetesi Crystal violet sebanyak 1-2 tetes
dan didiamkan selama 2 menit. Jika telah kering, bilas dengan air mengalir dan
dikering anginkan. Kemudian amati dibawah mikroskop dengan perbesaran
40x10.
3.3.2 Pewarnaan Negatif
Pertama-tama dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian dibersihkan kaca objek dengan alkohol 70% dan difiksasi pada
pembakar Bunsen. Setelah itu, diambil bakteri dengan jarum ose dan diulas pada
kaca objek. Diberi zat warna nigrosin sebanyak 1-2 tetes, diratakan dengan ujung
pipet sambil dikering anginkan. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
40x10.
3.3.3 Pewarnaan Gram
Pertama-tama dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian dibersihkan kaca objek dengan alkohol 70% dan difiksasi pada
pembakar Bunsen. Setelah itu, diambil bakteri dengan jarum ose dan diulas pada
kaca objek. Lalu difiksasi kembali dengan pembakar bunsen dan ditunggu hingga
dingin. Diberi sebanyak 2-3 tetes Crystal violet dan didiamkan selama 1 menit
hingga mengering. Kemudian ditetesi lugol secukupnya dan didiamkan selama 1
menit. Setelah itu dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Apabila telah
kering, dibilas kembali menggunakan alkohol 95% selama 30 detik. Dicuci
dengan air mengalir dan dikeringkan. Lalu ditetesi 1-2 tetes larutan safranin,
diamkan selama 2 menit. Kemudian cuci dengan air mengalir dan keringkan.
Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x10.
3.3.4 Pewarnaan Spora
Pertama-tama dipersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Kemudian diambil bakteri dengan jarum ose dan diulas pada kaca objek. Ditutup
dengan kertas saring dan ditetesi malachite green sebanyak 2-3 tetes. Setelah itu
bungkus kaca objek dengan alumunium foil hingga semua bagian tertutup. Lalu
dipanaskan di atas waterbath selama 5 menit. Didiamkan selama 1 menit dan
kertas saring dibuang tanpa diseret. Kemudian dibilas dengan aquadest selama 30
detik. Ditetesi safranin dan didiamkan selama 30 detik. Diamati dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40x10.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Bakteri Hasil Gambar Keterangan
1. Pewarnaan : Spora
Berwarna : Merah dan
Hijau
S Bentuk : Basil
1
S Susunan : Single
p
p 2
Ket :
2 1. Spora
1 2. Sel vegetative

No. Gambar Keterangan


1. Pewarnaan : Sederhana
Berwarna : Ungu
Bentuk : Coccus
Susunan : Single
Perbesaran : 40x10

2. Pewarnaan : Negatif
Berwarna : Bening
Bentuk : Coccus
Susunan : Single dan
koloni
Perbesaran : 40x10
3. Pewarnaan : Gram
Berwarna : Ungu
Bentuk : Coccus
Susunan : Single dan
koloni
Perbesaran : 40x10

4.2 Pembahasan
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk menunjukkan bagian-bagian sel,
membedakan mikroba yang satu dengan yang lainnya dan untuk mengenal sifat-
sifat dari mikroorganisme. Terdapat beberapa teknik atau cara pewarnaan yaitu
pewarnaan sederhana, pewarnaan negatif, pewarnaan Gram, dan pewarnaan spora.
Selain tergantung dari teknik pewarnaan juga terdapat faktor yang mempengaruhi
pewarnaan yaitu zat warna bakteri. Dimana terdapat gugus khromofor yaitu gugus
yang mampu memberikan warna pada molekul zat warna. Dan gugus auxokhrom
yakni zat warna yang mampu memberikan disosiasi elektrolit-elektrolit pada
molekul zat warna sehingga zat warna bersifat lebih mudah bereaksi (Pelczar,
1988).
Pewarnaan sederhana dimana tujuan dari pewarnaan sederhana adalah untuk
mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal.
Zat warna yang digunakan adalah crystal violet. Mdari praktikum yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sel bakteri yang diamati berwarna ungu. Hal ini
disebabkan oleh warna dari crystal violet menyerap secara baik kedalam sel-
selnya bakteri. Bentuk selnya coccus (bulat) dan susunan sel bakterinya single dan
menyebar. Pada pewarnaan ini dilakukan fiksasi yang bertujuan untuk
memudahkan warna dari crystal violet dapat menyerap pada sel bakteri (Pelczar,
1988).
Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri dibagi menjadi dua golongan,
tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau Kristal violet.
Pertama yaitu bakteri gram positif yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna
utama (Kristal violet) dengan kuat dan tidak dapat dilunturkan oleh zat warna
lawan atau safranin. Pada pengamatan mikroskop sel-sel bakteri ini akan tampak
berwarna biru ungu (violet). Kedua yaitu gram negatif yaitu bakteri yang
mempunyai daya mengikat zat warna utama tidak kuat dan pada pengamatan
mikroskop bakteri ini berwarna merah. Pada percobaan ini didapatkan hasil
berupa bakteri berwarna ungu, berbentuk strepto coccus dan susunanya berkoloni.
Berdasarkan hasil tersebut maka bakteri merupakan bakteri gram positif (Dwi,
2012).
Pewarnaan spora. Endospora merupakan struktur tambahan dan bentuk
kondisi inaktif dari bakteri yang terbentuk di dalam sel dan memberikan
perlindungan terhadap bakteri dari lingkungan yang tidak menguntungkan. Spora
tidak dapat diwarnai dengan pewarna pada umumnya sehingga digunakan larutan
malachite green dan spora bakteri akan berwarna hijau. Pada percobaan ini
didapatkan bakteri mempunyai spora yang berwarna hijau dan sel vegetativ
berwarna merah, bentuknya bulat atau coccus dan susunanya berantai (Aini,
2015).
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil yaitu pada pewarnaan spora
dengan perbesaran 40x10 terlihat sel vegetatif dan sporanya. Spora tidak terlalu
jelas terlihat karena bertumpuk. Memiliki bentuk basil dan susunan single.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil yaitu pada pewarnaan
sederhana dengan perbesaran 40x10 terlihat berwarna ungu, dengan bentuk
coccus dan susunannya yang single.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil yaitu pada pewarnaan negatif
dengan perbesaran 40x10 terlihat berwarna bening, dengan bentuk coccus dan
susunannya yang single dan berkoloni.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil yaitu pada pewarnaan Gram
dengan perbesaran 40x10 terlihat berwarna ungu, dengan bentuk coccus dan
susunannya yang single dan berkoloni.
Adapun faktor kesalahan pada praktikum ini adalah lupa menggunakan
larutan alkohol 70% sebagai spray sterilisasi tangan, sehingga mengakibatkan
bakteri yang akan dilakukan pewarnaan dapat kontaminasi, praktikan meletakkan
dengan sembarangan alat dan bahan, sehingga dapat menyebabkan kontaminasi.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan pada pewarnaan spora bakteri
berbentuk basil, pewarnaan sederhana berbentuk coccus, pewarnaan
negatif berbentuk coccus dan pewarnaan gram berbentuk coccus.
 Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan pada pewarnaan negatif bakteri
berwarna bening, berbentuk coccus, dan susunanya single dan koloni.
 Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan pada pewarnaan gram berwarna
ungu, berbentuk coccus, serta susunanya single dan koloni.

5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya sebaiknya dapat menggunakan bakteri yang telah
dibiakkan dari apel busuk.
DAFTAR PUSTAKA

Adji, D. & Larashanty. 2007. Perbandingan efektivitas sterilisasi alkohol 70%,


inframerah, autoklaf terhadap pertumbuhan bakteri. Jurnal sain veteriner.
Vol. 25 (1)
Aini. 2015. Media alternatif untuk pertumbuhan jamur menggunakan sumber
karbohidrat yang berbeda (Doctoral dicsertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Jurnal teknik kimia.

Budiman. 2009. Pengaruh konsentrasi substrat, lama inkubasi dan PH dalam


proses isolasienzim xylanase dengan menggunakan media jerami padi.
Jurnal keguruan dan pendidikan.

Djayasinga, R. 2017. Efektivitas penggunaan voltase rendah pada sterilisasi media


biarkan bakteri. JFL : jurnal farmasi lampung. Vol. 6 (2)

Dwi. 2012. Mikrobiologi pertanian.Yogyakarta: Garaha Ilmu

Fauziyyah. dkk. 2016. Isolasi Jamur dari Batuan Penutup Drainase Pada Sisi
Selatan Pantai II Bidang H Candi Borobudur. Jurnal Konservasi Budaya
Borobudur. Vol. 10 (2) : 40-44

Pelczar. 1988. Dasar-dasar mikroorganisme. Jakarta: UI press


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai