Anda di halaman 1dari 6

PORAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN


“Sterilisasi Alat”

Oleh
Nama : M Guruh Arif Zulfahmi
NIM : 105040201111091

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu hal yang terpenting dalam kegiatan yang bersinggungan dengan aktivitas
mikrobiologi adalah proses sterilisasi. Tujuan utama dengan adanya adalah untuk
meminimalisir atau meniadakan potensi kontaminasi dari mikroba yang tidak diinginkan.
Kontaminasi yang timbul dari mikroba yang tidak diharapkan dikhawatirkan dapat
menghambat aktivitas dari mikroba yang ditumbuhkan atau dapat membahayakan
keselamatan dari pelaksana kegiatan tersebut. Metoda sterilisasi yang dilakukan
diupayakan berlangsung secara cepat dan dapat meminimalkan atau menghilangkan
potensi kontaminasi mikroba seefektif mungkin. Proses sterilisasi yang tidak sempurna
dapat menyebabkan munculnya kontaminasi mikroba baik yang berasal dari peralatan
tersebut atau kontaminasi mikroba dari lingkungan.
Sterilisasi merupakan usaha untuk membebaskan alat dari segala bentuk kehidupan.
Dalam melakukan suatu pekerjaan dalam praktek mikrobiologi sangat dipengaruhi oleh
kebersihan suatu alat yang digunakan sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal pada saat melakukan biakan murni yaitu hanya satu
spesies mikroba yang berkembang.
Berdasarkan pemaparan diatas sterilisasi sangat penting dalam melakukan suatu
percobaan, sehingga melatar belakangi praktikan dalam membuat laporan ini agar
pengerjaan praktikan mikrobiologi selanjutnya dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan
percobaan.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari proses sterilisasi, macam –
macam sterilisasi serta metode untuk melakukan sterilisasi.

Manfaat
a. Mendapatkan pemahaman tentang cara melakukan sterilisasi alat.
b. Mengetahui macam – macam metode sterilisasi.
c. Mengetahui cara pelaksanaan sterilisasi alat laboratorium.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga
jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang
biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora
bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau
barang dimana pada akhir proses tidak terdapat mikroorganisme pada bahan atau barang
tersebut (Diana Arisanti, 2004). Sterilisasi adalah setiap proses kimia , fisika dan mekanik
yang membunuh semua bentuk kehidupan , terutama mikroorganisme ( waluyo,2005).

2.2. Metode Sterilisasi


Pemanasan basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan
uap air. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang
mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama
15 menit (Hadioetomo, 1985). Cara pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau
mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein,
termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992).
Pemanasan kering
Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan
suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa
kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat
menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz,
1992). Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi
bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap
kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering
sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan
oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz,
1992).
Pemanasan bertahap
Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap
1000C (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara
memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk
tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan
supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada
pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).
Perebusan
Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 1000C
selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang
spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Penyaringan
Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar. Sterilisasi
dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum,
urea dan enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi
dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan
dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih
besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril
(Hadioetomo,1985).
Radiasi ionisasi
Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi
daripada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat.
Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10
(Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif
(Lay dan Hastowo, 1992).
Radiasi sinar ultra violet
Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial
yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan
kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan
berkas yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992).

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Alat Dan Bahan Serta Fungsi


a. Alat

 Autoklaf : Digunakan untuk sterilisasi alat atau media lain (termasuk


sterilisasi basah)

b. Bahan

 Kertas : Untuk mebungkus alat atau media yang akan disterilisasi.


 Alumunium Foil : Untuk menutup media berupa botol yang disterilisasi.
 Botol UC 1000 : Bahan yang disterilisasi.
 Tissu : Untuk membersihkan dan mengeringkan bahan yang
disterilisasi.
 Cawan Petri : Bahan yang disterilisasi.
 Aquadest : Bahan yang dimasukkan ke dalam autoklaf untuk
memunculkan uap panas.
 Sabun cuci : Untuk mencuci media yang akan disterilisasi.

3.2. Pelaksanaan

1. Alat (Cawan Petri) dicuci lalu dikeringkan.


2. Dibungkus dengan kertas.
3. Bila air dalam Autoclaf kurang,maka tambah dengan air sampai menutupi
elemen pemanas.
4. Media dimasukkan Autoclaf untuk disterilisasi
5. Autoclaf ditutup dan dirapatkan.
6. Dinyalakan kompor dan tutup dirapatkan hingga suhu naik menjadi
125˚C(249,8˚F) tekanan 1 atm(o,15 Mpa)
7. Ditunggu selama 45-60 menit
8. Dimatikan kompor dan tunggu sampai tekanan 0 Mpa
9. Dibuka tutup Autoclaf dan dikeluarkan alat-alat
10. Didinginkan
11. Hasil

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan dengan materi sterilisasi, metode yang kami
terapkan ialah pemanasan basah dengan uap bertekanan menggunakan alat
autoklaf.Untuk mensterilkan kurang lebih 60 Cawan Petri kami memanaskan alat tersebut
dengan suhu 125oC, dengan tekanan 1 atm selama kurang lebih 45 menit. 30 menit
pertama ialah waktu yang digunakan agar tekanan pada alat tersebut dapat naik begitu
juga suhunya, kemudian ditambah sekitar 15 menit agar alat yang disterilisasi benar –
benar steri dan bebas dari mikroba atau zat
Alat yang disterilisasi (cawan petri) dapat dikatakan steril apabila tidak ada mikroba
atau kontaminan pada alat tersebut. Indikasinya dapat diketahui pada saat alat tersebut
digunakan sebagai wadah untuk penempatan media atau bahan yang lain. Jadi salah satu
factor yang menyebabkan terjadinya kontaminasi pada media buatan adalah tempat yang
kurang steril.Namun, kemungkinan terjadinya kondisi tersebut cukup kecil.
Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti medium
pertumbuhan mikroba atau peralatan laboratorium dari semua bentuk kehidupan. Proses
sterilisasi dapat dibedakan menurut teknik pengerjaannya, yaitu sterilisasi dengan
penyaringan, khususnya untuk bahan cair yang bersifat termolabil, seperti ekstrak enzim,
serum, toksin bakteri, dan medium pertumbuhan, sterilisasi dengan pemanasan melalui
teknik pemijaran, udara panas, uap air panas maupun uap air panas bertekanan, sterilisasi
dengan senyawa kimia, seperti etilen oksida, maupun beta propiolacton dan sterilisasi
melalui medium UV.
Untuk sterilisasi dengan menggunakan pemanasan, biasanya yang digunakan adalah
pemanasan kering yaitu menggunakan oven sebagai alat sterilisasinya, dimana dengan
menggunakansuatu siklus oven modern yang dilengkapi udara yang dipanaskan dan
disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana sterilisasi kosong adalah
lebih kurang 15o , jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang dari 250o. selain
menggunakan oven, pemanasan kering juga bisa menggunakan alat yang disebut bunsen
dan spiritus, dimana alat ini biasanya untuk mensterilisasi jarum ose yang akan digunakan
pada proses inokulasi mikroba. Sedangkan pada pemanasan basah yaitu menggunakan
alat yang disebut autoclave, dimana alat ataupun bahan yang akan disterilisasi akan
dipanaskan dengan suhu 1210C, dengan tekanan 1-2 atm, selama 45 menit.
Ketika ingin menggunakan autoclave, harus diisi dengan air sampai batas rang atau
dasar yang berlubang-lubang tempat meletakkan alat. Alat-alat yang ingin disterilkan harus
terlebih dahulu dibungkus dengan alumunium foil dan bagian mulutnya ditutup dengan
kapas. Hal ini dilakukn untuk menghindari terbentuknya uap air didinding dan didalam alat-
alat yang dipanaskan. Alat-alat yang ingin dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam
autoclave, selanjutnya tutup dipasang hingga pas. Kran pengatur tempat keluar air
dibiarkan terbuka sampai uap air saja dan semu udara terdesak keluar dengan demikian
didalam bejana hanya terdapat tekann uap air saja. Besarnya tekanan yang digunakan
tergantung pada jenis bahan atau alat yang disterilisasi.
Berdasarkan literatur suhu yang digunakan pada oven pada saat sterilisasi sesuai
dengan literatur yang menyatakan “ Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi
alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-180oC
selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992). Suhu yang digunakan pada
autoklaf 121oC hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan “Pemanasan basah
adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Pemanasan
basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat
dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit
(Hadioetomo, 1985).

BAB V
KESIMPULAN

Pada praktikum ini, metode sterilisasi yang diterapkan adalah metode sterilisasi secara
fisik dengan uap bertekanan yaitu dengan menggunakan alat yang disebut autoklaf.
Secara teknis proses sterilisasi telah dilakukan secara procedural dan dapat dikatakan
berhasil. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dipahami bahwa sterilisasi
adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti medium pertumbuhan
mikroba atau peralatan laboratorium dari semua bentuk kehidupan. Macam – macam
metode sterilisasi diantaranya sterilisasi secara fisik, kimia dan mekanik.

Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya ialah agar praktikum teknik proses
sterilisasi alat diperbanyak banyak lagi agar dapat diketahui lebih banyak dan juga
praktikan dalam melakukan percobaan dalam laboratorium tidak gaduh agar praktikum
dapat berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Dinoto. 2007. Media Agar. Ide Besar Istri Peneliti.
http://www.nvtech.com Diunduh tanggal 19 maret 2013
Anonymous. 2012. Laporan Praktikum Sterilisasi. http://fheeyraredzqiiy.wordpress.com/
Diunduh 19maret 2013
Arisanti, Dian. 2004. Efektivitas Sterilisasi Menggunakan Sinar Ultraviolet Terhadap
Penurunan Angka Kuman Udara Di Ruang Operasi Ibs Rsud Tugurejo
Semarang.Unpublished.
Iman, M. S. 2010. Sterilisasi Dan Pembuatan Media Mikroba.Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
Scoville’s : The Art of Compounding, Glenn L. Jenkins et.all., 1957, New York : MC-Graw
Hill Book Companies.
Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version), James Agalloco, 2008, USA
: Informa Healthcare Inc.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai