Anda di halaman 1dari 21

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang dikembang luaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa

negara dari sektor nonmigas. Indonesia merupakan kepulauan Nusantara yang

terletak di sepanjang khatulistiwa, dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan

95 BT – 141 BT, secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi

baik untuk pengembangan kakao. Kakao merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang peranannya cukup utama bagi perekonomian nasional, khususnya

sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping

itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan

pengembangan agroindustri.

Saat ini luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1,44 juta hektar,

dengan produksi sekitar 779.186 ton. Sementara ekspor kakao tahun 2007 mencapai

665.429 ton dengan nilai US$ 950 juta. Indonesia merupakan produsen kakao

terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading. Produksi kakao secara nasional pada

tahun 2005 mencapai 748,8 ribu ton, kemudian tahun 2006 mencapai 769,4 ribu ton

dan tahun 2007 mencapai 779,2 ribu ton. Di Sulawesi mencapai 913 ribu hektar,

Sumatera mencapai 238,7 ribu hektar, Jawa mencapai 77,1 ribu hektar. Kawasan

NTT, NTB dan Bali mencapai 58,2 hektar, Kalimantan mencapai 52,1 hektar dan

Maluku dan Papua mencapai 103 ribu hektar (Rubiyantoro, 2009). Dinas Perkebunan

Provinsi Riau (2013), luas areal tanaman kakao pada tahun 2013 seluas 4.218 ha

dengan produksi 684 ton/tahun.


2

Salah satu usaha yang dapat dikelola untuk meningkatkan kualitas maupun

kuantitas produksi kakao adalah dengan memperhatikan aspek dari budidaya

tanaman kakao itu sendiri. Diantaranya adalah pengelolaan tanah, pemupukan,

pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, serta pemberian zat pengatur

tumbuh. Yang juga tidak kalah pentingnya dalam budidaya tanaman kakao adalah

penyediaan bahan tanam dalam pembibitan, karena dari pembibitan inilah akan

didapatkan bahan tanam yang layak untuk ditanam di lapangan yang nantinya akan

menghasilkan bibit tanaman kakao yang mampu berproduksi secara maksimal

(Triwanto, 2000).

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman

kakao adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman kakao merupakan

tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk

dalam pengusahaannya. Pada saat ini penyediaan bibit menjadi suatu permasalahan

penting, bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari daya produksinya. Untuk

memperoleh bibit yang sehat dan baik perlu mendapatkan perlakuan yang sempurna

selama dalam pembibitan. Salah satu cara yang diharapkan dapat mendorong

pertumbuhan bibit yaitu dengan menggunakan pupuk organik dan pemberian air

yang sesuai untuk tanaman kakao. Kekurangan air akan segera mengurangi kegiatan

fotosintesis sehingga menggangu produksi karbohidrat. Bila keadaan ini terus

berlanjut akan menyebabkan tanaman mati. Dan umumnya pembibitan yang

menggunakan polibag bila kekurangan air akan mempunyai respon yang lebih besar

dibanding tanaman yang ditanam di lapangan (Mildaerizanti dan Meilin, 2006).

Pada pembibitan kakao, media tanam juga berpengaruh terhadap hasil bibit

nantinya sebab kedalaman akar tunggang menembus tanah dipengaruhi keadaan air

tanah dan struktur tanah. Pada tanah yang dalam dan berdrainase baik, akar kakao
3

dewasa mencapai kedalaman 1,0 – 1,5 m. Pertumbuhan akar kakao sangat peka pada

hambatan, baik berupa batu, lapisan keras, maupun air tanah. Apabila selama

pertumbuhan, akar menjumpai batu, akar tunggang akan membelah diri menjadi dua

dan masing-masing tumbuh geosentris (mengarah ke dalam tanah). Oleh karena itu

jika ketersediaan air berlebihan atau kekurangan, air akan menjadi masalah bagi

tanaman sebab jumlah air yang optimum adalah jumlah air yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah kapasitas lapang (Taniwiryono, 2010).

Sejauh ini, pengendalian proses pengolahan biji kakao juga masih belum

optimal. Salah satu penyebabnya adalah minimalnya pengetahuan tentang tahap-

tahap proses pengolahan biji kakao dan pengendalian faktor-faktor proses

pengolahan bagi kaum petani, kaum produsen dan masyarakat. Pengeringan

merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu cokelat, di

samping proses pemanenannyakarena mutu biji kakao ditentukan dari kadar airnya.

Kadar air biji kakao setelah dipanen masih tinggi yaitu sekitar51% - 60%

(Susanto, 1994) sehingga memberikan peluang yang besar untuk cepat membusuk

akibat adanya pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu, dengan adanya

pengeringan dapat mengurangi kadar air dalam biji. Kadar air biji yang diharapkan

setelah pengeringan adalah 6%, yang bertujuan untukmemudahkan pelepasan nib

dari kulitnya, juga mencegah agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk

sehingga dapat memperpanjang umur simpan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pembibitan tanaman kakao.

C. Manfaat

1. Dapat memahami bagaimana proses perkecambahan pada tanaman kakao.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kakao secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe besar, yaitu Criollo

(Amerika Tengah dan Amerika Selatan) dan Forastero (Amazona dan Trinitario).

Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generativ ataupun vegetatif. Kakao

lindak umumnya diperbanyak dengan benih dari klon-klon induk yang terpilih.

Sedangkan kakao mulia umumnya diperbanyak secara vegetatif. Namun, kakao

lindak pun dewasa ini juga sering diperbanyak secara vegetatif untuk meningkatkan

mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat ditentukan oleh tersedianya benih dan bibit

yang baik untuk menjamin tersedianya benih yang bermutu, maka dewasa ini di

Indonesia terdapat sekitar 10 produsen benih (F.X. Susanto, 1994).

Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan satu-satunya diantara 22

jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang di usahakan secara kormersial.

Menurut Tjitrosoepomo (2008) sistematika tanaman ini adalah sebagai berikut :

Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas:

Dicotyledonae, Ordo: Malvales, Famili: Sterculiaceae, Genus: Theobroma.

Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar

kakao bisa sampai 8 meter kearah samping dan 15 meter ke arah bawah.

Perkembangan akar sangat dipengaruhi struktur tanah, air tanah, dan aerasi di

dalam tanah. Pada tanah yang drainasenya buruk dan permukaan air tanahnya

tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm. Hal yang sama

juga akan terjadi bila permukaan air tanah terlalu dalam (Siregar dkk, 2010).

Batang kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam tunas, yaitu

tunas ortotrop (chupon) dan tunas plagiotrop (fan). Anatomi kedua macam tunas

tersebut pada dasarnya adalah sama. Xilem primer batang terkumpul pada bagian
5

tepi empulur dan berdampingan dengan xilem sekunder yang tumbuh setelahnya.

Tanaman kakao yang berasal dari biji, setelah berumur sekitar 1 tahun dan memiliki

tinggi 0,9-1,5 m, petumbuhan vertikalnya akan berhenti kemudian akan membentuk

perempatan (jorket) (Wahyudi dkk, 2009).

Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau

tunas air (chupon). Dalam teknik budidaya yang benar, tunas air ini selalu dibuang,

tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan membentuk batang dan jorket

yang barusehingga tanaman mempunyai jorket yang tersusun (Mamangkey, 1983).

Daun kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun. Panjang daun berkisar

25 – 34 cm dan lebarnya 9 – 12 cm. Daun yang tumbuh pada ujung – ujung tunas

biasanya berwarna merah dan disebut daun flus, permukaannya sutera. Setelah

dewasa, warna daun akan berubah menjadi hijau dan permukaannya kasar. Pada

umumnya daun – daun yang terlindung lebih tua warnanya bila dibandingkan dengan

daun yang langsung terkena sinar matahari (Siregar dkk, 2010).

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang

dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut

semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan

bunga (cushion). Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama

lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkar yang tersusun

dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 tangkai sari yang fertil, dan 5 daun buah yang

bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat

terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap

kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkotanya panjang

6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang
6

(claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis,

fleksibel dan berwarna putih (Hartobudoyo, 1995).

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua

macam warna. Buah yang ketika masih muda berwarna hijau atau hijau agak putih

jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda

berwarna merah, setelah masak berwarna jingga/orange. Kulit buah memiliki 10 alur

dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling. Pada tipe criollo dan trinitario

alur buah kelihatan jelas. Kulit buah tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar.

Sebaliknyapada tipe forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata),

kulitnya tipis tetapi keras dan liat (Tjitrosoepomo, 1988 ; Hartobudoyo, 1995).

Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam,

yaitu 20-50 butir perbuah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh

dua kotiledon yang saling melipat dab bagian pangkalnya menempel pada poros

lembaga. Warna kotiledon putih, biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna

putih dan rasanya asam manis (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Tanaman kakao asal biji , setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti

tumbuh dan akan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan

dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya terdapat pada tanaman

kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan ortotrop

karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut stipula (semacam

sisik yang terdapat pada kuntum bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun

tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut kemudian tumbuh 3-6 cabang yang

arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0-60°dengan arah

horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang-cabang primer (cabang

plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh pada cabang-cabang


7

lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo,

1983). Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting.Dalam

kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsurhara, baik

sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air, juga sebagai

tempat berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman (Harjadi, 2006).

Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang

mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam

untukmembantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah

yanggembur juga sistem drainase yang baik. pH tanah yang ideal berkisar antara 6 –

7(Soehardjo et al., 2009).

Menurut Situmorang (2003) tanah mempunyai hubungan erat dengansistem

perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan

hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaantanah,

sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakaomenghendaki

struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidakterhambat. Selanjutnya

Tjasadiharja (2000) berpendapat, perkembangan akar yangbaik menentukan jumlah

dan distribusi akar yang kemudian berfungsi sebagaiorgan penyerapan hara dari

tanah. Tanaman kakao menghendaki permukaan airtanah yang dalam. Permukaan air

tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnyaperakaran sehingga tumbuhnya

tanaman kurang kuat.

Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis,

dengandemikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan

anginmerupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao Siregar et al.,

(2009).Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter

diataspermukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah
8

yangideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto

danDjamin, 2003).

Tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan

persediaan air yang cukup. Air ini diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari air

hujan atau air siraman. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao

berkisar antara 1.500 – 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang merata

sepanjang tahun. Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan merata

sepanjang tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan (Suyoto danDjamin,

2003).

Siregar et al., (2009) menyatakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan

tanaman kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu

besar. Rata-rata suhu minimum adalah 13 - 21˚ C dan rata-rata suhu maksimum

adalah 30 - 32˚ C. Berdasarkan kesesuaian terhadap suhu tersebut maka

tanamankakao secara komersial sangat baik dikembangkan di daerah tropis. Untuk

terjaminnya keseimbangan metabolisme maka kelembaban yang dikehendaki

tanaman kakao adalah 80% sesuai dengan iklim tropis (Syamsulbahri. 2006).

Bibit kakao sebagai bahan tanaman kakao dapat dibiakkan dengan biji,

okulasi, cangkok dan stek, yang biasa digunakan adalah dengan biji, okulasi dan stek

(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 2008). Untuk mendapatkan bahan tanam yang

sehat benih yang digunakan sebaiknya digunakan dari pohon induk terpilihyang telah

teruji kualitasnya. Biji yang digunakan untuk benih dari buah yang tuapada bagian

tengah buah, yakni 2/3 bagian dari untaian biji. Biji bagian pangkaldan ujung tidak di

ikut sertakan sebagai bahan tanam (Siregar et al.,2009).

Pembibitan tanaman kakao umumnya dilakukan dalam kantong plastik

(polibag). Sebelum dipindahkan ke dalam polybag terlebih dahulu biji-biji tersebut


9

dikecambahkan dalam bedengan persemaian. Benih yang didederkan pada

persemaian dalam keadaan tegak, dimana ujung biji tempat tumbuh radikula

ditegakkan di sebelah bawah. Jika keadaan lingkungan mendukung pertumbuhan

benih, maka benih tersebut akan berkecambah pada umur 4 – 5 hari setelah

pedederan, tetapi biji yang belum berkecambah masih dapat dibiarkan selama 2 –3

hari sebelum dibuang sebagai biji apkir bagi yang tidak tumbuh (Siregar et al.,2009).

Kecambah yang baik untuk dipindahkan ke polybag adalah kecambah yang

keping bijinya belum terbuka, karena jika keping bijinya telah membuka berarti akar

tunggang sudah panjang serta akar lateral telah bercabang-cabang. Halini akan

menyulitkan pada saat pemindahan dan sering mengakibatkan akar tunggang menjadi

bengkok, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, (Soeratno, 2000)

Selanjutnya Siregar et al., (2009) menambahkan bahwa, agarbibit tidak rusak maka

pencabutan bibit dari persemaian sebaiknya dengan menyertakan pasir bedengan.

Pemeliharaan pada pembibitan perlu dilakukan untuk mendapatkan

pertumbuhan bibit yang sehat, Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, pemupukan,

penyemprotan insektisida dan fungisida serta pengaturan naunganyang disesuaikan

dengan umur bibit. Naungan dapat dijarangkan sebanyak 50%pada saat bibit

berumur 2 – 2,5 bulan dan beransur-ansur dikurangi setelah bibit berumur 3 – 3,5

bulan.Hal ini dilakukan untuk mengadaptasikan bibit agar dapat menyesuaikandiri

dengan keadaan lapangan. Bibit yang telah berumur 4 – 6 bulan dipembibitansiap

untuk ditanam ke lapangan (Siregar et al., 2009).


10

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat Dan Waktu

Pratikum ini dilakukan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Islam Riau, Jalan Kharudin Nasution KM 11, KelurahanSimpangTiga, Kecamatan

Bukit Raya Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama 3 bulan di mulai dari

bulan Oktober sampai bulan Desember 2016 (Lampiran 1).

B. Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan adalah biji kakao, polybag, pasir. Alat-alat yang

digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, gembor,alat tulis, dan kamera.

C. Pelaksanaan Praktikum

1. Penyiapan benih

Benih yang di gunakan untuk ditanam dari buah yang isinya <50 biji, namun

seharusnya menggunakan benih yang isi bijinya >50 biji/buah, tetapi karna buah

yang di ambil tidak memadai terpaksa dilakukan dengan benih yang isi bijinya

<50/buah. Setelah itu buah kakao tadi dibelah bagian kiri kanan ujungnya, yang di

ambil hanya biji bagian tengahnya, Biji-biji tersebut kemudian dibersihkan dari

lendir (pulp) yang menempel. Caranya, campurkan serbuk gergaji atau abu gosok

pada biji yang berlendir, namun disini kami hanya menggunakan pasir untuk

membersihkan lendir (pulp) yang menempel pada biji kakao.

2. Penanaman benih

Penanaman benih di laksanakan di kebun percobaan pada hari Kamis tanggal

10 November 2016, dengan menggunakan polybag. Biji kakao yang dikecambahkan

hanya 4 biji, Setelah itu biji kakao yang telah dipilih di tanam pada polybag.

dilengkapi shading net sebagai naungan untuk menghindarkan pembibitan dari


11

teriknya sinar matahari atau tetesan air hujan secara langsung. Setelah itu, lobang

tanam setelah menanam di taburi sedikit tanah.

3. Pemeliharaan

Untuk tahap pemeliharaan ada beberapa bagian, yaitu :

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 atau 2 hari sekali apabila musim kamarau. Karna

untuk menjaga tingkat kelembaban tanah.

b. Penyiangan

Karna dalam praktikum ini menggunakan polybag maka penyiangan hanya

dilakukan sekali seminggu, hal ini dikarnakan gulma tidak terlalu banyak dan mudah

untuk membersihkan dari gulma yang mengganggu, hanya dengan menggunakan

tangan gulma yang mengganggu bisa di cabut dan dibuang.

D. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada praktikum ini adalah kapan benih berkecambah,

jumlah benih yang berkecambah pada polybag, tinggi tanaman kakao dan jumlah

tanaman kakao.
12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Umur Berkecambah

No. Tanggal Tanam Umur Berkecambah Sampel


1 2 3 4

1 10 November 2016 11 Hari 11 hari 11 hari 11 hari

Dari pengamatan yang telah dilakukan di lapangan diketahui hasil

pertumbuhan Benih Kakao sebanyak 4 benih dari 4 benih yang disemai. Dari hasil

tersebut dapat dibuat persentase perkecambahan sebagai berikut :

% pertumbuhan Benih Kakao = benih yang tumbuh x 100%


Benih yang disemai

= 4/4 x 100 %
= 100 %

Jadi persentase pertumbuhan Benih Kakao di tempat persemaian adalah 100 %

Hasil dari pengamatan tabel diatas behwa pembibitan tanaman Kakao hidup

semua dikerenakan syarat tumbuh pembibitan Kakao. ini berarti benih yang ditanam

berasal dari tanaman unggul ataupun benih unggul.

Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang

dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina

(kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau

serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para

pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa

varietas yang berbeda.

Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem

perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang
13

bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan

generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih

mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Bahkan,

kegiatan budidaya tanaman sayur dan beberapa jenis buah-buahan semusim seperti

semangka dan melon tetap menggunakan bibit biji yang berasal dari perbanyakan

secara generatif, tetapi bibit yang digunakan merupakan bibit-bibit unggul atau bibit

biji varietas hibrida yang kualitas dan kuantitas buahnya tidak diragukan lagi.

Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari perbanyakan secara generatif,

yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika

ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang bersal dari satu pohon induk yang sama

akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Ada yang

sifatnya sama, atau bahkan lebih unggul dibandingkan dengan sifat pohon induknya.

Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan

lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen

dari pohon induk jantan dan betina.

Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam penanaman secara vegetatif:

1. Menyiapkan Biji

Setelah biji dikeluarkan dari buah atau polongnya, bersihkan daging bauh

dan lendir yang menempel agar tidak menjadi tempat tumbuhnya jamur. Untuk biji

yang berukuran bersar seperti biji mangga atau durian, pembersihan cukup

dilakukan dengan mencucinya menggunakan air bersih. Sementara itu, untuk biji

berukuran kecil seperti biji jambu, atau biji yang terbungkus lapisan pembungkus

(pectin) seperti biji pepaya, pembersihan dilakukan dengan meremas-remasnya

menggunakan abu gosok sampai lendirnya hilang, lalu dicuci dengan air bersih.
14

Setelah bersih, biji diseleksi dengan melihat penampilan fisiknya. Biji yang

memenuhi syarat sebagai benih adalah biji yang padat dan bernas, bentuk dan

ukurannya seragam, permukaan kulitnya bersih dan tidak cacat. Kemudian biji hasil

seleksi fisik direndam dalam air. Pilih biji yang tenggelam, karena ini menandakan

daya kecambahnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang terapung. Biij-biji

inilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara generatif.

Sementara itu, untuk mencegah serangan penyakit, rendam biji di dalam

larutan fungisida dan bakterisida seperti Benlate atau Dithane dengan dosis 2-3

gram/liter. Bisa juga menggunakan larutan formalin 4% atau sublimat 1% dengan

dosis sesuai dengan aturan yang tertera di label kemasan.

2. Perlakuan Biji

Ada kalanya biji yang disemai lambat berkecambah bahkan tidak

berkecambah sama sekali, walaupun media semainya sudah cocok. Hal ini

disebabkan oleh dormansi yaitu keadaan terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan

kulit atau senyawa tertentu. Sebenarnya, dormansi merupakan cara embrio biji

mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi

berakibat pada lambatnya proses perkecamabahan.

3. Penyemaian

Biji dapat disemai secara massal atau satu per satu. Jika disemai massal,

wadah yang digunakan adalah bedengan. Jika disemai satu per satu wadah yang

digunakan adalah wadah-wadah kecil seperti kotak kayu, polibag, pot plastik,

keranjang kayu (besek), atau gelas bekas air mineral.

4. Penyapihan dalam polibag


15

Penyapihan ini paling baik dilakukan karena memudahkan proses

pemindahan bibit ke lahan pembesaran atau saat pengangkutan. Ukuran polibag yang

digunakan sebagai wadah menyapih bervariasi tergantung pada jenis tanamannya.

Untuk bibit sayuran dan buah-buahan semusim, digunakan polibag berukuran 10 x

15 cm. Sementara itu, untuk bibit tanaman buah tahunan digunakan polibag yang

lebih besar; berukuran 15 x 20 cm, 15 x 30 cm atau 20 x 30 cm.

Sebelum digunakan, 2/3 bagian polibag diisi dengan media, lalu dibuat

lubang tanam tepat di tengah media. Bibit ditanam sebatas leher akar. Jika akar

tunggang bibit terlalu panjang, potong terlebih dahulu agar sesuai dengan ukuran

polibag. Kemudian, tutup lubang tanam dengan sisa media dan padatkan agar bibit

dapat berdiri tegak. Selama penyapihan, bibit disiram rutin dua kali sehari pada pagi

dan sore hari.

B. Tinggi Tanaman Kakao

No. Tanggal Pengamatan Sampel

1 2 3 4

1. 28 November 2016 13,5 14 13 13,5

2. 05 Desember 2016 15,5 16 16,5 16

3. 13 Desember 2016 16,5 17 18 19,5

Total 45,5 47 47,5 49

Rerata 15,16 15,66 15,83 16,33

Dari tabel tinggi tanaman diatas dapat disimpulan bahwa tinggi tanaman

kakao setiap minggunya meningkat. pada pengamatan sampel tertinggi adalah

sampel ke 4 yaitu 16,33 cm. sedangkan sampel terendah adalah sampel ke 1 yaitu

15,16 cm. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti suhu, kelembaban, air,
16

cahaya matahari yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. pertumbuhan tinggi tanaman berlangsung baik karena pada saat pembibitan

unsur hara terpenuhi dan pada saat perawatan tanaman sudah maksimal.

C. Jumlah Daun Tanaman Kakao

No. Tanggal Pengamatan Sampel

1 2 3 4

1. 13 Desember 2016 5 5 5 5

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah daun pada semua sampel

(4 sampel) tanaman kakao yang sudah berumur 43 hari jumlah daunnya adalah 5

helai. Hal ini disebabkan adanya faktor internal seperti hormon, gas etilen dan faktor

eksternal seperti suhu, kelembaban, cahaya, air yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan daun kakao. faktor internal juga membantu pertumbuhan daun serta

proses fotosintesis dengan sempurna pada saat pembibitan.


17

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu tanaman

perkebunan yang dikembang luaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa

negara dari sektor nonmigas. Indonesia merupakan kepulauan Nusantara yang

terletak di sepanjang khatulistiwa, dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan

95 BT – 141 BT, secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi

baik untuk pengembangan kakao.

Perkecambahan benih/bibit dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang

meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat

perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya.

Yang terpenting adalah aplikasi teknik pembibitan yang baik harus lebih di

perhatikan, sehingga faktor perkecambahan benih dapat dengan mudah mendorong

tuimbuhnya benih.

B. Saran

Saran saya sebaiknya mahasiswa/i diberi buku panduan dalam praktikum agar

mahasiswa/i jauh lebih memahami kegiatan dalam praktikum ini. Laporan ini dapat

memberikan manfaat dan pengetahuan tentang pembibitan Tanaman.


18

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Cetakan ke 1. Jakarta : UI


Press.
Husain, I dan Tuiyo, R. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites
moluccana ,L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur Tumbuh
Organik Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih. JATT, 1
(2): 95100
http://myrealact.blogspot.co.id/2012/03/faktor-lingkungan-yang-mempengaruhi.html.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2016. Pukul 13:15 WIB
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan
Praktikum.Cetakan Ke-4. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mustika, S, dkk. 2010. Perkecambahan Benih Pinang pada Berbagai Cara
Penanganan Benih dan Cahaya. Agroland, 17 (2) : 108 – 114
Pramono, E. Tanpa Tahun. Perkecambahan Benih. Bahan Kuliah Dasar Dasar
Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Setiowati, T dan Deswaty F. 2007. Biologi Interaktif untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Azka Press
Siregar, N. 2010. Pengukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih dan
Pertumbuhan Bibit Gmelina (Gmelina arborea Linn). Tekno Hutan Tanaman
3 (1): 1 – 5
Susilowarno, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakrta : Grasindo
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Cetakan 5. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sutopo, L. 2010. Teknologi BenihEdisi Revisi. Cetakan 7. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
19

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Praktikum Agronomi Tanaman Perkebunan II

No. Tanggal Praktikum Kegiatan Praktikum

1. 13 Oktober 2016 - Pengisian Polybag

2. 10 November 2016 - Penanaman biji kakao

3. 14 November 2016 - Pemeliharaan Tanaman

4. 21 November 2016 - Pemeliharaan Tanaman

5. 28 November 2016 - Pengukuran Tinggi Tanaman

6. 05 Desember 2016 - Pengukuran Tinggi Tanaman

- Pemeliharaan Tanaman

7. 13 Desember 2016 - Pengukuran Tinggi Tanaman

- Pertemuan Terakhir dengan asisten dosen


20

Lampiran 2. Dokumentasi

Buah Kakao Biji Kakao

Biji kakao yang sudah Pembibitan biji di


berkecambah polibag

kecambah kakao yang tanaman kakao


sudah pecah
21

Pengukuran Tanaman pengisian polibag


Kakao

menghitung jumlah daun

Anda mungkin juga menyukai