Anda di halaman 1dari 2

Pengertian RME (realistic matematika education)

Pendidikan matematika realistis atau Realistic Mathematics Education (RME) adalah


sebuah pendekatan belajar matematika yang menempatkan permasalahan matematika dalam
kehidupan sehari-hari sehingga mempermudah siswa menerima materi dan memberikan
pengalaman langsung dengan pengalaman mereka sendiri. Masalah-masalah realistis digunakan
sebagai sumber munculnya konsep-konsep atau pengetahuan matematika formal, dimana siswa
diajak bagaimana cara berpikir menyelesaikan masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi
pokok persoalan. Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan pertama kali oleh
Freudenthal pada tahun 1971 di Utrecht University Belanda. Menurut Freudenthal bahwa belajar
matematika adalah suatu aktivitas, sehingga kelas matematika bukan tempat memindahkan
matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan
konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata (Yuwono,2001:17).

Penggunaan materi FPB dan KPK dalam kehidupan sehari-hari

Contoh dari KPK

Contoh : Ceritanya, seorang ayah ingin membeli roti hotdog dan sosis di supermarket. Namun
roti hotdog tersedia dalam 1 pak berisi 12 dan sosisnya dalam 1 pak berisi 8. Sang ayah tersebut
mengeluarkan 4 buah roti dari pak atau kantongnya karena ia tidak ingin membeli roti berlebih.
Tentu saja pegawai supermarket marah dan ia pun diusir dari supermarket. Dengan mengetahui
KPK, kita bisa menentukan berapa pak roti dan sosis yang perlu ia beli. KPK dari 12 dan 8
adalah 24, jadi dengan membeli 2 pak roti dan 3 pak sosis ia akan memperoleh 24
buah hotdog untuk keluarganya.

Kegunaan KPK yang lain, bisa untuk menentukan jadwal liburan juga. Misalnya Ani bekerja 3
hari lalu hari ke-4 libur, Beti bekerja 4 hari dan hari ke-5 libur, sedangkan Chicha bekerja 5 hari
lalu hari ke-6 libur. Di hari ke berapa mereka bisa pergi bersama pada saat mereka bertiga sama-
sama libur? Jawabnya adalah KPK dari 4, 5 dan 6, yaitu hari ke-60.

KPK juga bisa digunakan untuk menghitung orbit planet. Adik-adik tahu kan, Bumi, Jupiter,
Saturnus, dan Uranus mengelilingi Matahari. Untuk melakukan 1 putaran penuh, Bumi
memerlukan 1 tahun, Jupiter 12 tahun, Saturnus 30 tahun, dan Uranus 84 tahun. Malam-malam
kita pandangi langit dan merenung kapan mereka akan berada di posisi yang sama. Untuk itu kita
bisa pakai KPK. Nah, KPK dari 12 dan 30 adalah 60, dan KPK dari 12, 30 dan 84 adalah 420.
Jadi setiap 60 tahun Jupiter dan Saturnus berada di posisi yang sama, dan setiap 420 tahun
Jupiter, Saturnus dan Uranus berada di posisi yang sama.

Contoh dari FPB

Contoh lainnya, misalnya untuk pesta ulang tahunnya, Ani ingin dalam tiap goody bag berisi
coklat, permen, dan mainan. Misalkan terdapat 32 batang coklat, 24 permen, dan 16 mainan.
Supaya setiap goody bag berisi coklat, permen, dan mainan yang sama banyaknya, dan tidak ada
coklat, permen, ataupun mainan yang tersisa, paling banyak berapa goody bag yang dapat
dibuat? Karena FPB dari 32, 24 dan 16 adalah 8, maka dapat dibuat paling banyak 8 goody
bag yang masing-masing berisi 4 batang coklat, 3 permen, dan 2 mainan.

Ternyata, tukang jahit juga bisa menggunakan FPB . Misalnya seorang tukang jahit bernama Pak
Ali mempunyai 1 lembar kain berwarna merah sepanjang 12 meter dan 1 lembar kain berwarna
biru sepanjang 8 meter. Untuk mendapatkan potongan kain merah dan biru dengan panjang
sama, berapa potong kain merah dan biru dengan panjang terbesar yang akan didapatkan Pak
Ali? Karena FPB dari 12 dan 8 adalah 4, maka panjang terbesar dari kain merah dan biru dengan
panjang sama adalah 4 meter. Pak Ali akan mendapatkan 3 potong kain merah dan 2 potong kain
biru dengan panjang masing-masing 4 meter.

Permasalah pendekatan realistic matematika education (RME) yang terjadi didalam


materi matematika

1. Pemahaman tentang RME dan pengimplementasian RME membutuhkan paradigma, yaitu


perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal, misalnya seperti siswa,
guru, peranan sosial, peranan kontek, peranan alat peraga, pengertian belajar dan lain-lain.
Perubahan paradigma ini mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dipraktekkan karena
paradigma lama sudah begitu kuat dan lama mengakar.

2. Pencarian soal-soal yang kontekstual, yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh RME
tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena
soal tersebut masing-masing harus bisa diselesaikan dengan berbagai cara.

3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap soal juga
merupakan tantangan tersendiri.

4. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan memulai soal-soal kontekstual,


proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertikal juga bukan merupakan sesuatu
yang sederhana karena proses dan mekanisme berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar
guru bisa membantu siswa dalam menemukan kembali terhadap konsep-konsep matematika
tertentu. 5. Pemilihan alat peraga harus cermat agar alat peraga yang dipilih bisa membantu
proses berpikir siswa sesuai dengan tuntutan RME.

6. Penilaian (assesment) dalam RME lebih rumit daripada dalam pembelajaran konvensional.

7. Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara substansial, agar
proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan prinsip-prinsip RME.

Anda mungkin juga menyukai