Kelompok :
Anggota :
Fakultas Pertanian
Universitas Padjajaran
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah yang berjudul Peran
Komposisi Senyawa Kimia ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal hinggai akhir. Semoga Tuhan YMEsenantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
Benih biasa diartikan sebagai organ generatif yang berasal dari hasil fertilisasi
antara putik dan tepung sari yang dilakukan oleh tanaman untuk tujuan perbanyakan.
Benih sering kali disama artikan dengan biji, padahal jelas berbeda. Dapat ditinjau
dari segi fungsionalnya. Seperti yang kita tahu bahwa benih diperuntukan untuk
perbanyakan khususnya perbanyakan generatif, sedangkan biji tidak diperuntukkan
untuk perbanyakan tetapi berfungsi sebagai bahan makanan tanaman. Berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang
selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman(Sutopo, 2004).
Dalam penggunaannya kita harus memperhatikan kandungan , komposisi dan
kualitas benih yang akan kita tanam. Dengan demikian kita juga harus memiliki
kemampuan dan pengetahuan mendalam tentang benih yang akan dipakai. Selain itu
pemahaman dan pengetahuan tentang perkecambahan benih juga diperlukan.
Mengapa demikian? agar dalam pengaplikasiannya dapat dilakukan dengan benar dan
tanaman yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Adapun pengertian dari
perkecambahan benih yaitu Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan
individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa
benih(Belakang, 2010). Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air
dalam medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu
aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Agustrina, 2008). Kandungan
dan komposisi yang ada pada benih sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya
suatu proses perkecambahan benih. Kandungan dan komposisi dalam benih
bermacam-macam, seperti contoh komposisi senyawa kimia yang terkandung
berpengaruh vesar dalam proses perkecambahan. Mengenai hal ini maka kelompok
kami akan membahas pengaruh komposisi senyawa kimia pada proses
perkecambahan.
1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sevagai berikut:
- Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu memberikan informasi mengenai teori
tentang struktur dan komposisi kimia benih
- Pembaca dapat mengetahui apa saja komposisi senyawa kimia yang terkandung
dalam benih.
- Pembaca dapat mengetahui apakah komposisi senyawa kimia yang ada di dalam
benih berpengaruh terhadap proses pertumuhan dan perkecambahan benih.
- Pembaca dapat mengetahui bagaimana pengaruh komposisi senyawa kimia yang
ada dalam benih pada proses perkecambahan.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
- Apa saja komposisi senyawa kimia yang terkandung dalam benih?
- Apakah komposisi senyawa kimia yang ada di dalam benih berpengaruh terhadap
proses pertumuhan dan perkecambahan benih?
- bagaimana pengaruh komposisi senyawa kimia yang ada dalam benih pada proses
perkecambahan?
BAB II
PEMBAHASAN
Benih merupakan organ generatif hasil fertilisasi putik oleh tepung sari yang
digunakan untuk perbanyakan tanaman. Benih sering disamaartikan dengan biji, namun
sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Benih berfungsi untuk perbanyakan
tanaman sedangkan biji berfungsi sebagai cadangan makanan. Berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I
ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya
disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak
dan atau mengembangbiakkan tanaman. (Sutopo, 2004).
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan cadangan makanan atau energi yang utama pada
benih. Karbohidrat(zat tepung) biasanya terdapat pada tanaman serealia seperti
padi, jagung, gandum. Zat tepung merupakan karbohidrat yang paling umum
tersimpan dalam benih. Karbohidrat yang terkandung dalam benih yaitu amilosa
dan amilopektin, yang merupakan zat penting selama perkecambahan. Selain itu,
beberapa benih tertentu mengandung hemiselulosa. Amilosa dan amilopektin
merupakan polimer rantai panjang dari molekul glukosa dengan ikatan 1-4.
Amilase merupakan rantai lurus yang terdiri dari 300-400 molekul glukosa.
Amilopektin mempunyai rantai cabang dengan ikatan 1-6 dengan molekul
utama. Amilopektin mungkin mengandung lebih dari seribu satuan glukosa
akibatnya amilopektin mempunyai berat molekul yang lebih tinggi dan secra
kimiawi dan fisika sifatnya berbeda dengan sifat amilase. Pada uji iodium untuk
zat tepung, amilopektin menghasilkan warna merah sedangkan amilosa
menghasilkan warna biru. Amilose itu 100% dapat dipecah oleh amilose,
amilopektin kira-kira 50% dapat dicerna. Dari kedua tipe, amilose lebih penting
dari kebanyakan biji bertepung.
Karbohidrat lainnya yang seringkali ditemukan pada benih meliputi :
a. stakiosa (tetrasakarida)
b. rafinosa ( trisakarida)
c. sukrosa (disakarida)
d. gula yang mereduksi seperti glukosa (monosakarida)
2. Lipid/Lemak
Lipid merupakan senyawa yang dapat larut dalam eter, benzena, dan
kloroform tetapi tidak larut dalam air (Bloor, 1928). Lipid merupakan istilah
genetik bagi lemak dan minyak, minyak berbentuk cair pada suhu normal
sedangkan lemak berbentuk padat. Lemak merupakan cadangan makanan utama
pada benih, misalnya pada tanaman kedelai, kacang tanah, kapas, bunga
matahari, wijen dan lain-lain. Benih dengan kandungan lemak tinggi, daya
simpan lebih rendah dibanding karbohidrat, terutama asam lemak tidak jenuh
yang tinggi. Selama perkecambahan, lemak terhidrolisis menjadi komponen
asam lemak dan gliserol. Metabolit ini bersifat mudah bergerak dan siap
diangkut kesumbu embrio, tempat asam lemak tersebut mengalami oksidasi
lebih lanjut melalui daur krebs atau lintasan pentosa fosfat.
3. Protein
Protein merupakan cadangan N pada biji bagi perkecambahan dan
merupakan polimer asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida.
Duapuluh asam amino yang membentuk protein terdapat di alam sebagian atau
seluruhnya, dapat terangkai dengan urutan yang bervariasi untuk membentuk
protein yang berbeda. Perangkaian asam amino dalam sistem biologi ditandai
dengan polinukleotid DNA dan RNA. Komposisi asam amino pembentuk
cadangan protein dalam biji berbeda dari cadangan protein yang berada dalam
batang atau jaringan vegetatif. Protein ini sebagai cadangan utama pada tanaman
leguminosae(kedelai). Berdasarkan pada kelarutan dan metode pemisahan,
Osborne (1924) membagi protein dalam empat macam :
a. Albumin
Albumin adalah protein yang larut dalam air pada kondisi netral atau
sedikit asam dan mudah mengalami koagulasi karena panas.
Contohnya pada leukosin(serealia), ricin (padi), dan legumelin.
b. Globulin
Globulin adalah protein yang tidak larut dalam air namun larut dalam
larutan garam dan relatif lebih sulit terkoagulasi karena panas.
Contohnya vignin, glycinin (kedelai), arachin (kacang tanah).
c. Glutelin
Glutelin adalah protein yang larut dalam air, larutan garam dan
etilalkohol. Contohnya glutenin.
d. Prolamin
Prolamin adalah protein yang larut dalam etilalkohol 70 -90% namun
tidak larut dalam air. Contohnya gliadin (gandum, rye) dan zein
(jagung).
4. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa komplek yang mengandung nitrogen
siklik. Alkaloid menyebabkan ciri rasa dan bau yang kuat dan dapat bersifat
racun bagi hewan dan tumbuhan lain. Sejenis tanaman yang diminum Socrates
mengandung alkaloid konin. Selain itu ada alkaloid lain seperti nikotin, kafein,
morfin, striknin, dan teobromin (pada teh).
Hal yang perlu diperhatikan dalam wujud benih adalah komposisi kimia dan
keragaan strukturnya karena memiliki pengaruh terhadap kadar air keseimbangan benih,
laju kemunduran benih, dan kerentanannya terhadap kerusakan mekanis (Mugnisjah, et.
al., 1990).
Zadani, I. 2011. Struktur dan Komposisi Kimia Benih. Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran.