Anda di halaman 1dari 4

INI DEMAK GAESS 

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan


Demak

Demak merupakan kota yang penting yang berada di tepi pantai Jawa yang kemudian
menjadi tempat persinggahan kapal-kapal para pedagang dari berbagai wilayah.

Raden Patah yang bergelar Sultan Alam Akbar al Falah (1500 – 1518) adalah raja pertama
Kerajaan Demak. Menurut silsilah, Raden Fatah adalah putra raja Kertabumi (Brawijaya V)
dari Kerajaan Majapahit dengan putri China. Pada awalnya Raden Patah merupakan Bupati
Demak yang masih dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Ketika tahun 1500, Raden
Patah memerdekakan diri dari kekuasaan Majapahit yang ketika itu kekuasaan dipegang
oleh Girindrawarna.

Setelah melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit, Raden Patah lalu memproklamasikan
berdirinya kerajaan Demak. Kesultanan ini merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang
terletak di Pulau Jawa yang mendapat dukungan dari para wali. Berdirinya Kerajaan Demak
diawali dengan ancaman Portugis yang berpusat di Malaka saat itu.

Berangkat dari hal tersebut di atas, maka pada tahun 1513, Kerajaan Demak mengirimkan
armada lautnya untuk menyerang Portugis dimana pasukannya dibawah pimpinan Pati
Unus, yang tak lain adalah putra dari raden Patah.

Serangan yang diarahkan ke Malaka tersebut melewati lau di sebelah utara Pulau Jawa
sehingga Pati Unus kemudian dikenal dengan nama Pangeran Sabrang Lor (Sabrang
berarti menyeberang; lor berati utara; sabrang lor berarti menyeberang ke sebelah utara).
Tetapi sayangnya serangan yang dilakukan Pati Unus tersebut tidak berhasil disebabkan
kalah dalam hal persenjataan.
Pati Unus (1518 – 1521) yang selanjutnya menjadi pengganti Raden Fatah sebagai Raja
Kesultanan Demak, kemudian Pati Unus digantikan oleh Sultan Trenggano (1521 – 1546).
Pada masa kekuasaannya ini Kerajaan Demak mencapai zaman keemasannya.

Ia berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke Jawa timur dan ke Jawa Barat. Portugis
yang pada waktu itu masih menguasai Malaka menjadi ancaman utama bagi
keberlangsungan Kerajaan Demak.

Ketika Portugis merencanakan mendirikan banteng di Sunda Kelapa (yang merupakan hasil
perjanjian antara Nrique Eme, seorang utusan Portugis dengan penguasa Kerajaan
Pajajaran), Sultan Trenggono mengirim tentara tahun 1522. Pasukan di bawah pimpinan
Fatahillah tersebut mempunyai maksud menundukkan Jawa Barat sekaligus mengusir
orang-orang Portugis.

Kehidupan Politik
Silsilah Kerajaan Demak

Pada tahun 1527, tentara Kerajaan Demak dibawah pimpinan Fatahillah


berhasil mengalahkan dan mengusir orang-orang Portugis dari Sunda Kelapa.
Sunda Kelapa yang berhasil diduduki oleh Fatahillah kemudian diganti
namanya dengan Jayakarta yang berarti kemenangan. Pada masa
pemerintahan Sultan Trenggono, beberapa wilayah di Jawa Timur pun
berhasil dikuasai.

Tetapi sayangnya Sultan Trenggono gugur dalam upaya menaklukkan ke


daerah Pasuruan yang terjadi pada tahun 1546. Meninggalnya Sultan
Trenggono mengakibatkan perselisihan. Yang seharusnya menggantikan
Sultan Trenggono adalah Pangeran Sekar Seda Lepen. Tetapi pangeran
tersebut telah dibunuh oleh Pangeran Mukmin (Pangeran Prawoto).

Sementara itu, Arya Panangsang sebagai putra Pangeran Sekar Seda lepen
menganggap dirinya sebagai pewaris tahta Kerajaan Demak. Selanjutnya
Arya Penangsang merencanakan pembunuhan terhadap Pangeran Mukmin.
Dari perselisihan itu mengakibatkan Aryo Penangsang membunuh Pangeran
Prawoto dan Pangeran Hadiri.

Musuh lain Arya Penangsang adalah hadiwijaya (Jaka Tingkir), adiati Pajang yang
menjadi menantu Sultan Trenggono. Adipati Hadiwijaya yang dibantu oleh Ki Agen
Pemanahan dan Sutawijaya mengadakan perlawanan terhadap Arya Penangsang yang
mengakibatkan Arya Panangsang terbunuh oleh Sutawijaya.

Setelah berhasil membunuh Arya Panangsang pada tahun 1568, Hadiwijaya


memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Demak ke Pajang (Pedalaman Jawa
Tengah). Adanya perpindahan tersebut menyebabkan berakhirnya kekuasaan Kerajaan
Demak menandai perpindahan kekuasaan dari daerah pesisir (Demak) ke daerah
pedalaman (Pajang).

Kehidupan Sosial Budaya


Dalam kehidupan sosial budaya Kerajaan Demak, masyarakatnya secara
umum dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni golongan raja dan
keluarganya, kaum bangsawan dan rakyat umum.

Selain itu, ada kelompok kaum alim ulama atau para wali yang mempunyai
peran sangat penting di masa perkembangan Kerajaan Demak. Keberadaan
pondok-pondok pesantren baik secara langsung maupun tidak mendorong
terjadinya hubungan antara para ulama, kaum bangsawan dan rakyat secara
umum. Hal itu terjadi karena di pondok pesantren ada para santri yang
berasal dari kalangan bangsawan maupun rakyat.

Ketika masa Kesultanan Demak, dibangun masjid di berbagai tempat, baik


oleh rakyat biasa maupun yang dilakukan oleh para wali. Salah satu masjid
agung peninggalan Kerajaan Demak yang hingga kini masih dapat kita
saksikan dan kita nikmati adalah Masjid Agung Demak yang masih berdiri
megah.

Seni ukir dan hiasan Masjid Agung Demak sangat indah, contohnya ukiran
pada delapan tiang serambi dan pintu masuk. Pada bagian samping bentuk
atapnya yang betumpang tiga, keunikan masjid peninggalan Kerajaan Demak
ini adalah adanya empat saka guru di dalam ruangan utama masjid yang
mempunyai ukuran cukup besar.

Kehidupan Ekonomi
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria.
Ambisi Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan
upayanya merebut Malaka dari tangan Portugis, namun upaya ini ternyata
tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain
di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan transito
(penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber
penghasilan pertanian yang cukup besar.

Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah


pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama
beras. Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor,
antara lain beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui
Pelabuhan Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat
berkembang lebih baik.

Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung


atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian timur dengan
Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju kawasan
Barat. Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia
kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.

Anda mungkin juga menyukai