Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin
moderen dan manusiapun hidup beragam dengan kemudahan - kemudahan yang
di sajikan oleh moderenisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat ini membuat
kodrat manusia sebagai hamba ALLAH SWT yang semata-mata hanya di wajibkan
patuh dan hanya menyembah satu kepadanya, kini menjadi sedikit terasingkan dan
tersingkirkan dari kehidan sehari-hari manusia itu sendiri. yang mana di karenakan
merosotnya Iman-iman manusia itu sndiri “subhanallah”. Kini Tindakan mereka
semakin tidak terkontrol lagi, kemerosotan ahlak dan moral yang seharusnya
menjadi hal yang di prioritaska dalam melakoni kehidupan sosial mereka di dunia
yang hanya sementara ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam
kehidupan mereka tanpa mengetahui maknanya. Kemerosotan moral dan ahlak
manusia itu semakin hari semakin bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan
tindakan mereka semakin tidak terkontrol dengan ketidak tauanya dan ketidak
adanya pelakon yang menggambarkan bagaimana semestinya contoh manusia yang
beriman kepada ALLAH SWT.

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha sekeras dan semaksimal
mungkin demi tercapainya keimanan yang hakiki kepada ALLAH SWT.

B. Rumusan masalah
Untuk mengetahui Ahlak secara lebih jelas lagi. Serta dapat membedakan
antara ahlak moral serta etika dalam Islam

1
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
C. Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan mengenai baik buruknya ahlak,
moral serta etika seseorang dalam islam, yang menyasar pada perebaikan dan
kemajuan penegetahuan ahlak, moral serta etika seorang manusia di masa yang
akan datang nantinya.

2
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akhlak Terhadap Allah Dan Rasulullah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah.

1. Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang


menciptakan manusia dari air yangditumpahkan keluar dari tulang
punggung dan tulang rusuk.
2. Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca
indera, berupa pendengaran,penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari,
disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
3. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahandan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air,udara, binatang ternak dan
lainnya.Firman Allah dalam surat Al-Jatsiyah ayat 12-13.
4. Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan, daratan dan lautan.

Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak
kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan
manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.

3
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan
Akhlak" bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :

a) Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.


b) Berbaik sangka kepada Allah SWT.
c) Rela terhadap kadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah SWT.
d) Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
e) Bertawakal/ berserah diri kepada Allah SWT.
f) Senantiasa mengingat Allah SWT.
g) Memikirkan keindahan ciptaanAllah SWT.
h) Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.

Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT,
manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan
penuhkeikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan
ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya.Dalam melaksanakan kewajiban yang
diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti
shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan
batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an
yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat
Islam.

Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik
kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus
berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada
masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah
secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.

a. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul Saw

4
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
b. Mencintai dan Memuliakan Rasul
c. Mengikuti dan Mentaati Rasul
d. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasulullah
e. Menghidupkan Sunnah
f. Menghormati Pewaris Rasul
g. Melanjutkan Misi Rasul

B. Akhlak Individual dan Sosial

Akhlak menurut kamus Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai


tingkah laku atau tabiat. Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak
adalah kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

Akhlak Individu terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya


disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik
secara jasmani maupun secara rohani.

Macam Akhlak Individu

Macam akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik
dan akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam Akhlak Individu yang baik:

a. Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu
berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam
hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati
dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari penyakit hati.
Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari mulut merupakan
suatu kebenaran bukan kebathilan.

5
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Rosulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur,
karena sikap sidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan
menghantarkan ke surga.
b. Amanah ( dipercaya )
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam
pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia
dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik.
c. Istoqomah
Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang
berarti tegak lurus. Daam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh
dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi
berbagai macam rintangan dan godaan. Perintah dalam beristiqomah
dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :
Artinya : “ Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan
istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 )
d. Iffah
Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah
yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti
kesucian tubuh. Secara terminologi ‘iffah adalah memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjauhkannya.
Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh
dari ‘iffah diantara lain ;
 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah
 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah
harta

6
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan
kepercayaan orang lain kepada dirinya

e. Mujahadah
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala
kemampuan. Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk
melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghambat dalam melakukan
pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan melawan semua
hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang
sungguh-sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah.
Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt.,
maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai
tujuannya tersebut. Dalam hal ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-
Ankabut ayat 69 :
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)
f. Syaja’ah
Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan
dilakukan dengan penuh pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak
pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa. Mengendalikan amarah adalah
salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.
Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah :
a. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan
b. Keberanian menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus
disampaikan sekalipun mengandung resiko.
c. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah.

7
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
g. Tawadlu
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan
Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu
adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam
hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa
bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah
diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala
sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya karena
Allah.
Lawan dari tawadlu’ adalah takabbur atau sombong yaitu suka
meremehkan orang lain.
h. Malu
Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang
memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah
atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya
orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa
ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi
keistimewaan ajaran Islam.
Sifat malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :
1. Malu kepada Allah ; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia
tidak mengerjakan perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta
tidak mengikuti petunjuknya.
2. Malu kepada diri sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan
sendirinya malu terhadap dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan
pernuatan salah sekalipun tidak ada orang lain yang melihat atau
mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.

8
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
3. Malu kepada orang lain ; setelah malu pada diri sendiri, dia akan
malu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
i. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang
(al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari
segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak
disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal – hal yang
disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa
nafsu.
 Macam – macam sabar
Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-
Qur’an, sabar dapat dibagi kepada enam macam :
1. Sabar menerima cobaan hidup
2. Sabar dari keinginan hawa nafsu
3. Sabar dalam taat kepada Allah swt.
4. Sabar dalam berdakwah
5. Sabar dalm perang
6. Sabar dalam pergaulan
j. Pemaaf
Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam
bahasa Arab sifat pemaaf tersebut disebut dengan al-‘afwu yang secara
etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih.
Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan
orang lain tanpa harus menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah.
Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari kesalahahnnya dan berniat
untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis
untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu

9
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum
dimintai maaf.

Selain Akhlak Terhadap Individu kita juga harus berakhlak terhadap social
sebab Akhlak sosial merupakan bagian ajaran tentang akhlak, yang berkaitan
dengan keharusan perilaku baik dan yang seharusnya dijauhi berkaitan dengan
hubungan-hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Seperti kita tak boleh
mendholimi orang lain, orang yang lebih ‘lemah’ dibanding kita. Kita tidak boleh
tidur pulas karena kekenyangan sementara ada tetangga kita yang tidak bisa tidur
karena kelaparan. Inti kajian ini adalah kepedulian kita terhadap sesama dalam
kehidupan bersama.

Sebagai bagian dari masyarakat, kepedulian pada lingkungan sekitar


merupakan tuntutan yang melekat pada individu yang bertanggung jawab.
Meminjam istilah Ali Syari’ati, orang-orang yang tercerahkan (enlightenment)
adalah orang-orang yang peka pada lingkungannya dan mampu menjadi motor bagi
masyarakatnya, bukan individu yang memiliki gelar panjang dan telah mencicipi
bangku pendidikan sampai tingkat tertinggi tetapi tidak peduli pada masyarakatnya.
Justru, orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi ilmunya tak pernah
menularkan ilmunya pada lingkungannya adalahorang-orang yang mencuri
kesempatan dan kekayaan dari masyarakatnya. Pendek kata, orang yang berguna
bagi masyarakatnya adalah orang yang tercerahkan dan paling beruntung.

C. Akhlak Terhadap Lingkungan


Akhlak kepada lingkungan adalah perilaku atau perbuatan kita terhadap
lingkungan, Akhlak terhadap lingkungan yaitu manusia tidak dibolehkan
memanfaatkan sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar-
besaran,sehingga timbul ketidakseimbangan alam dan kerusakan bumi.

10
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu
masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa
berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari
etika itu sendiri.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam
lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini
berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan
suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran,
kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.
Dari Syaddad bin Aus berkata, “Ada dua hal yang aku hapal dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata, “Sesungguhnya Allah mewajibkan
berlaku ihsan kepada segala sesuatu”. Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta
semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang
Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.

11
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6) : 38 ditegaskan bahwa binatang
melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga
semuanya seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya "Tidak boleh
diperlakukan secara aniaya."
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan
kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13)
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan
alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat.
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad SAW yang
membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat
itu, Nabi Muhammad SAW bahkan memberi nama semua yang menjadi milik
pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan kesan
adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk
bersahabat dengan pemilik nama. Nabi Muhammad saw telah mengajarkan :
"Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah,
dan beri makanlah dengan baik."
Alam sebagai rahmat dan karunia Allah dijelaskan dalam Qs. Al-Jatsiyah (45) : 13,
yang berbunyi:

‫ت فِي ما ل ُكم س َّخر و‬ ِ ‫سماوا‬ ِ ‫ذ ِلك في ِإ َّن ِمنهُ جميعا اْلر‬


َّ ‫ض فِي وما ال‬
‫يتف َّك ُرون ِلقوم َليات‬
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang


demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir”.

Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia
dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama,

12
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah
direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh
diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu
mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara
meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan.

D. Akhlak Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai ideologi, yaitu
menciptakan “baladtun tayyibatun wa rabbun ghafur”, (negri yang sejahtra dan
sentosa). Dengan membangun kemakmuran di muka bumi, Maka cita-cita
kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud sesuai dengan janji
Allah, hal tersebut dapat di capai dengan iman dan amal, bermakna manusia harus
mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah saw.

Dan melaksanakan usaha pembangunan material spiritual, memelihara,


mengembangkan ketertiban dan ke amanan bersama sistem politik islam di
dasarkan atas tiga prinsip,tauhid,( kemaha esaan tuhan), Risalah ( kerasulan
Muhammad), dan Khalifah. Ketiga hal itu dapat di jelaskan berikut:

1. Tauhid, berarti hanya Tuhan hanyalah pencipta, pemeliharan dan penguasa


dari seluruh alam. Dialah yang berhak memberi perintah atau
melarang.alam Pengabdian dan ketaatan hanya kepadanya. Semua yang
ada di alam ini merupakan anugrah dari tuhan, untuk dimanfaatkan didalam
kehidupan manusia
2. Risalah,berati perantara yang menerima hukum Tuhan dan akan
disampaikan kepada manusia. Apa yang di sampaikan rasul menjadi ajaran
bagi ummat manusia yang mengimaninya.Dari awal yang di sampaikan
itulah ummat manusia menentukan suatu pola dari sistem hidup dalam
islam melaksanakan ajaran itu terwujud suatu kehidupan yang penuh

13
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
dengan kedamaian, sebagaimana yang menjadi tujuan hidup manusia itu
sendiri.
3. Khalifah,berarti wakil dari tuhan dimuka bumi untuk menjalankan
ketentuan Tuhan dengan sebenarnya, mengikuti tuntutan yang dibawa
rasulullah.Ketiga hal ini menjadi penentu bagi terwujudnya akhalak dalam
kehidupan bernegara, karena tujuan pembentukan suatu negara
sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an, ialah menegakkan,
memelihara dan mengembangkan yang ma’ruf yang dikehendaki oleh
pencipta alam, agar menghiasi kehidupan manusia di dunia, dan mencegah
serta membasmi segala yang mungkar, yaitu kejahatan-kejahatan yang
dapat menciptakan kemudaratan dalam kehidupan.

Dengan mengemukakan cita-cita islam, memberikan gambaran sistem moral,


yang mengemukakan dengan tegas antara yang baik dan yang buruk. Dengan
berpegang kepada cita-cita islam dapat di rencanakan kemakmurandalam
kehidupan bernrgara. Penempatan akhlak sebagai landasan pembangunan politik
menjadi tuntutan cita-cita islam. Yaitu sistem politik tetap konsisten berlandas
keadilan kebenaran dan kejujuran. Sebaliknya menindas hal-hal yang merusak
moral dan peradaban kehidupan bernegara, berupa penipuan, kepalsuan, kesaliman
dan ketidak adilan lainya.Islam meletakkan kewajiban atas negara, sebagaimana di
wajibkan atas perorangan, agarmemenuhi segala perjanjian, kontrak-kontrak dan
kewajiban-kewajiban di samping hak-haknya, dan tidak melupakan hak-hak orang
atau negara.

Negara hendaknya menggunakan kekusaan dan otoritas luas menegakkan


keadilan dan bukan melakukan kesaliman, memandang tugas sebagai kewajiban
suci dan menjalankan dengan penuh teliti, yang penting adalah menganggap tugas
sebagai amanah dari Tuhan dan menggunakan kekuasaan itu dengan kepercayaan
bahwa segala sesutu akan ia pertanggung jawabkan di hadapan tuhan.Disamping
itu, menjadi tugas yang berat bagi bangsa untuk membela negara dari serangan

14
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
pihak lain dan merebut kemerdekan. Karena pada negeri yang merdekalah akan
tercurah rahmat dan kasih sayang. Mencintai tanah air menjadi modal bagi
suksesnya pembangunan suatu bangsa.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-nisa” ayat 58 :Artinya:


(sesungguhanya allah memerintahkan kepada kamu agar kamu menunaikan
amanat-amanat itu kepada pemiliknya dan apabila kamu menghukum
diantara manusia, agar kamu menghukum dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepada kamu. Sesunggunya Allah
maha mendengar lagi maha melihat).

 Hukum Akhlak di Dalam ke Hidupan Berbangsa dan Bernegara


Adapun hukum akhlak di dalam kehidupan berbangsa dan Bernegara
yaitu Hukum akhlak bertumbuh dari adat kepada undang-undang, lalu
berikut pertumbuhanya sehingga sampai kepada beberapa pendirian yang
berdasar kepada buah fikiran. Ada lima asas untuk materi muatan peraturan
perundang-undangan yaitu sebagai berikut:
1. Asas pengayoman, yaitu setiap materi muatan materi perundang-
undangan harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka
menciptakan ketentraman masyarakat.
2. Asas ke manusiaan, yaitu setiap materi perundang-undangan harus
menceminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi
manusia serta harkat dan martabat setiap warganegara dan
penduduk indonesia secara profesional.
3. Asas kebangsaan, setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan harus mencrminkan sifat dan watak bangsa indonesia
yang prulalistik (kebhinekaan) dengan tetap menjaga prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

15
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
4. Asas Bhineka Tunggal Ika, yaitu mencerminkan muatan perundang-
undangan harus memerhatikan keragaman penduduk, agama, suku,
dan golongan, kondisi khusus daerah daerah dan budaya, khusus
yang menyangkut masalah-masalah sensitif didalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
5. Asas keadilan: yaitu setiap materi perundang-undangan harus harus
mencerminkan keadilan secara profesional bagi setiap warga negara
tanpa terkecuali. Tingkah laku manusia di batasi oleh kaidah-kaidah
normatif yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat dengan
tujuan tercapainya kehidupan yang tertib, aman dan dami. Akan
tetapi untuk mencapai tujuan normatif tersebut diperlukan
sosialisasi yang membutuhkan waktu relatif lama, sehingga norma
yang ada disepakati dan cukup efektif didalam mengendalikan
kehidupan masyarakat untuk meraih kemampuan sosial.

16
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ahlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang
yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu
tindakan.Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas,
maka secara sederhana dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu ahlak merupakan
cerminan dari agama islam itu sendiri, dimana bila ahlak seorang manusia
mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang
bertujuan menggapai rido allah swt. Yang menjadi ukuran baik dan
burukna ahlak adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang
baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk. Perkembangan teknologi
dapa mempengaruhi lingkungan serta kebudayaan masyarakat. Apabila dalam
dingkungan masyarakat tersebut tidak memiliki tembok yang kuat, niscaya
keruntuhan Ahlak dan morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya
norma-norma dalam masyarakat tersebut.

B. Saran
Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang
menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan
adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang
menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang
menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu marilah
kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai
aqidah islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.

17
Al Islam dan Kemuhammadiyahan

Anda mungkin juga menyukai