Makalah Akhlak
Makalah Akhlak
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin
moderen dan manusiapun hidup beragam dengan kemudahan - kemudahan yang
di sajikan oleh moderenisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat ini membuat
kodrat manusia sebagai hamba ALLAH SWT yang semata-mata hanya di wajibkan
patuh dan hanya menyembah satu kepadanya, kini menjadi sedikit terasingkan dan
tersingkirkan dari kehidan sehari-hari manusia itu sendiri. yang mana di karenakan
merosotnya Iman-iman manusia itu sndiri “subhanallah”. Kini Tindakan mereka
semakin tidak terkontrol lagi, kemerosotan ahlak dan moral yang seharusnya
menjadi hal yang di prioritaska dalam melakoni kehidupan sosial mereka di dunia
yang hanya sementara ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam
kehidupan mereka tanpa mengetahui maknanya. Kemerosotan moral dan ahlak
manusia itu semakin hari semakin bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan
tindakan mereka semakin tidak terkontrol dengan ketidak tauanya dan ketidak
adanya pelakon yang menggambarkan bagaimana semestinya contoh manusia yang
beriman kepada ALLAH SWT.
Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha sekeras dan semaksimal
mungkin demi tercapainya keimanan yang hakiki kepada ALLAH SWT.
B. Rumusan masalah
Untuk mengetahui Ahlak secara lebih jelas lagi. Serta dapat membedakan
antara ahlak moral serta etika dalam Islam
1
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
C. Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan mengenai baik buruknya ahlak,
moral serta etika seseorang dalam islam, yang menyasar pada perebaikan dan
kemajuan penegetahuan ahlak, moral serta etika seorang manusia di masa yang
akan datang nantinya.
2
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak sebagaimana
telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
beakhlak kepada Allah.
Sementara itu menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak
kepada Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan
manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkaunya.
3
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul "Membina Moral dan
Akhlak" bahwa akhlak terhadap Allah, itu antara lain :
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT,
manusia seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan
penuhkeikhlasan dan bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan
ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya.Dalam melaksanakan kewajiban yang
diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti
shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan
batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an
yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat
Islam.
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa
dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik
kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah Swt membuat kita harus
berakhlak baik kepada-Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada
masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah
secara langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya.
4
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
b. Mencintai dan Memuliakan Rasul
c. Mengikuti dan Mentaati Rasul
d. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasulullah
e. Menghidupkan Sunnah
f. Menghormati Pewaris Rasul
g. Melanjutkan Misi Rasul
Macam akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik
dan akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam Akhlak Individu yang baik:
a. Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu
berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam
hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati
dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari penyakit hati.
Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari mulut merupakan
suatu kebenaran bukan kebathilan.
5
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Rosulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur,
karena sikap sidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan
menghantarkan ke surga.
b. Amanah ( dipercaya )
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam
pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia
dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik.
c. Istoqomah
Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang
berarti tegak lurus. Daam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh
dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi
berbagai macam rintangan dan godaan. Perintah dalam beristiqomah
dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :
Artinya : “ Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan
istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 )
d. Iffah
Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah
yang berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti
kesucian tubuh. Secara terminologi ‘iffah adalah memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjauhkannya.
Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh
dari ‘iffah diantara lain ;
Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah
Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah
harta
6
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan
kepercayaan orang lain kepada dirinya
e. Mujahadah
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala
kemampuan. Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk
melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghambat dalam melakukan
pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan melawan semua
hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang
sungguh-sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah.
Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt.,
maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai
tujuannya tersebut. Dalam hal ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-
Ankabut ayat 69 :
”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)
f. Syaja’ah
Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan
dilakukan dengan penuh pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak
pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa. Mengendalikan amarah adalah
salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.
Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah :
a. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan
b. Keberanian menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus
disampaikan sekalipun mengandung resiko.
c. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah.
7
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
g. Tawadlu
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan
Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu
adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya
bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam
hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa
bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah
diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala
sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya karena
Allah.
Lawan dari tawadlu’ adalah takabbur atau sombong yaitu suka
meremehkan orang lain.
h. Malu
Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan
keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang
memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah
atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya
orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa
ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi
keistimewaan ajaran Islam.
Sifat malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :
1. Malu kepada Allah ; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia
tidak mengerjakan perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta
tidak mengikuti petunjuknya.
2. Malu kepada diri sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan
sendirinya malu terhadap dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan
pernuatan salah sekalipun tidak ada orang lain yang melihat atau
mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.
8
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
3. Malu kepada orang lain ; setelah malu pada diri sendiri, dia akan
malu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
i. Sabar
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang
(al-habs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari
segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak
disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal – hal yang
disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa
nafsu.
Macam – macam sabar
Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-
Qur’an, sabar dapat dibagi kepada enam macam :
1. Sabar menerima cobaan hidup
2. Sabar dari keinginan hawa nafsu
3. Sabar dalam taat kepada Allah swt.
4. Sabar dalam berdakwah
5. Sabar dalm perang
6. Sabar dalam pergaulan
j. Pemaaf
Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain
tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam
bahasa Arab sifat pemaaf tersebut disebut dengan al-‘afwu yang secara
etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih.
Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan
orang lain tanpa harus menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah.
Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari kesalahahnnya dan berniat
untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis
untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu
9
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum
dimintai maaf.
Selain Akhlak Terhadap Individu kita juga harus berakhlak terhadap social
sebab Akhlak sosial merupakan bagian ajaran tentang akhlak, yang berkaitan
dengan keharusan perilaku baik dan yang seharusnya dijauhi berkaitan dengan
hubungan-hubungan sosial dalam kehidupan masyarakat. Seperti kita tak boleh
mendholimi orang lain, orang yang lebih ‘lemah’ dibanding kita. Kita tidak boleh
tidur pulas karena kekenyangan sementara ada tetangga kita yang tidak bisa tidur
karena kelaparan. Inti kajian ini adalah kepedulian kita terhadap sesama dalam
kehidupan bersama.
10
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu
masyarakat serta merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa
berakhlak yang baik terhadap lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari
etika itu sendiri.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya
interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam
lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan
pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak
memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini
berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi, sehingga ia tidak
melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan
suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran,
kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.
Dari Syaddad bin Aus berkata, “Ada dua hal yang aku hapal dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata, “Sesungguhnya Allah mewajibkan
berlaku ihsan kepada segala sesuatu”. Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak
bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta
semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang
Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.
11
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6) : 38 ditegaskan bahwa binatang
melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga
semuanya seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya "Tidak boleh
diperlakukan secara aniaya."
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan
kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13)
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan
alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat.
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad SAW yang
membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat
itu, Nabi Muhammad SAW bahkan memberi nama semua yang menjadi milik
pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan kesan
adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk
bersahabat dengan pemilik nama. Nabi Muhammad saw telah mengajarkan :
"Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah,
dan beri makanlah dengan baik."
Alam sebagai rahmat dan karunia Allah dijelaskan dalam Qs. Al-Jatsiyah (45) : 13,
yang berbunyi:
Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia
dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama,
12
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah
direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh
diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu
mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara
meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan.
Akhlak Islam dalam kehidupan bernegara di landasi atas nilai ideologi, yaitu
menciptakan “baladtun tayyibatun wa rabbun ghafur”, (negri yang sejahtra dan
sentosa). Dengan membangun kemakmuran di muka bumi, Maka cita-cita
kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat akan terwujud sesuai dengan janji
Allah, hal tersebut dapat di capai dengan iman dan amal, bermakna manusia harus
mengikuti kebenaran yang dibawa Rasulullah saw.
13
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
dengan kedamaian, sebagaimana yang menjadi tujuan hidup manusia itu
sendiri.
3. Khalifah,berarti wakil dari tuhan dimuka bumi untuk menjalankan
ketentuan Tuhan dengan sebenarnya, mengikuti tuntutan yang dibawa
rasulullah.Ketiga hal ini menjadi penentu bagi terwujudnya akhalak dalam
kehidupan bernegara, karena tujuan pembentukan suatu negara
sebagaimana yang tertera di dalam Al-Qur’an, ialah menegakkan,
memelihara dan mengembangkan yang ma’ruf yang dikehendaki oleh
pencipta alam, agar menghiasi kehidupan manusia di dunia, dan mencegah
serta membasmi segala yang mungkar, yaitu kejahatan-kejahatan yang
dapat menciptakan kemudaratan dalam kehidupan.
14
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
pihak lain dan merebut kemerdekan. Karena pada negeri yang merdekalah akan
tercurah rahmat dan kasih sayang. Mencintai tanah air menjadi modal bagi
suksesnya pembangunan suatu bangsa.
15
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
4. Asas Bhineka Tunggal Ika, yaitu mencerminkan muatan perundang-
undangan harus memerhatikan keragaman penduduk, agama, suku,
dan golongan, kondisi khusus daerah daerah dan budaya, khusus
yang menyangkut masalah-masalah sensitif didalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
5. Asas keadilan: yaitu setiap materi perundang-undangan harus harus
mencerminkan keadilan secara profesional bagi setiap warga negara
tanpa terkecuali. Tingkah laku manusia di batasi oleh kaidah-kaidah
normatif yang berlaku didalam kehidupan bermasyarakat dengan
tujuan tercapainya kehidupan yang tertib, aman dan dami. Akan
tetapi untuk mencapai tujuan normatif tersebut diperlukan
sosialisasi yang membutuhkan waktu relatif lama, sehingga norma
yang ada disepakati dan cukup efektif didalam mengendalikan
kehidupan masyarakat untuk meraih kemampuan sosial.
16
Al Islam dan Kemuhammadiyahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ahlak merupakan suatu perlakuan yang tetap sifatnya di dalam jiwa seseorang
yang tidak memerlukan daya pemikiran di dalam melakukan sesuatu
tindakan.Berdasarkan apa yang telah menjadi pokok bahasan pada materi di atas,
maka secara sederhana dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu ahlak merupakan
cerminan dari agama islam itu sendiri, dimana bila ahlak seorang manusia
mencerminkan sebuah kebaikan, kesucian, kesopanan dan lain sebagainya yang
bertujuan menggapai rido allah swt. Yang menjadi ukuran baik dan
burukna ahlak adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang
baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk. Perkembangan teknologi
dapa mempengaruhi lingkungan serta kebudayaan masyarakat. Apabila dalam
dingkungan masyarakat tersebut tidak memiliki tembok yang kuat, niscaya
keruntuhan Ahlak dan morallah yang akan terjadi. Yaitu di mulai dengan hilangnya
norma-norma dalam masyarakat tersebut.
B. Saran
Kerusakan ahlak pada manusia di sebabkan oleh pengaruh lingkungan yang
semakin hari, semakin kebarat baratan yang selalu menurutu hawa nafsu yang
menggebu-gebu dalam menggapai ataupun meraih sebuah tujuan. Namun dengan
adanya pengaruh syaitan yang sangat kuat dalam diri manusia itu sendiri, yang
menjadikan tujuan yang baik, menjadi merosot kearah keburukan yang
menyesatkan kehidupan manusia baik di dunia maupun akherat. Untuk itu marilah
kita secara sadar dan bersama-sama menjalanka kaidah dan menguatkan nlai-nilai
aqidah islam dalam jiwa kita degan sebaik-baiknya.
17
Al Islam dan Kemuhammadiyahan