Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MATA KULIAH

KEWARGANEGARAAN

NEGARA DAN KONSTITUSI

DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


KEWARGANEGARAAN
DOSEN PENGAMPU SRI UTAMININGSIH, SH, M, M.Pd, MH

DIBUAT OLEH :
1. SLAMET SANTOSA
2. ATIKA DWI PRATIWI

PROGRAM STUDI D3
ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2018
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah. SWT, Tuhan Yang
Maha Esa atas terselesaikannya makalah dengan judul “Negara dan
Konstitusi”, dan tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua
fihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami
buat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Kami berharap makalah yang telah selesai ini dapat bermanfaat


bagi orang–orang yang telah membacanya. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kami berharap bagi
pembaca dapat membantu kami untuk menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pamulang 16 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara dan Konstitusi
B. Sistem Konstitusi
C. Sistem Politik dan Ketatanegaraan Indonesia
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak
boleh diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan
perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan
bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang
dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan
konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi
negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan
relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini
menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang
telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen
masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta
dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian
yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena
dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan
kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi
pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang demokratis
dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat
dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu,
kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang
dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam
artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat
berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan
konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
Sedangkan Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari
proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya
tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan
analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di
dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar
menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka,
karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan
tekanan. Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu
segi pandangan saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa
dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah
yang hanya berupa pemotretan sekilas.
Pendekatan yang harus dilakukan dengan pendekatan integratif
yaitupendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan
keputusan. Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk
menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai keberhasilan
dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli
politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi
liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut moral.
Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik melihatnya dari
tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan
internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun
pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari kelompok
infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Salah satu tuntutan reformasi yang digulirkan sejak tahun 1998
adalah dibangunnya suatu sistem ketatanegaraan Indonesia yang berbasis
secara murni dan konsekuen pada paham “kedaulatan rakyat” dan “Negara
hukum” (rechstaat). Karena itu, dalam konteks penguatan sistem hukum
yang diharapkan mampu membawa rakyat Indonesia mencapai tujuan
bernegara yang di cita-citakan, maka perubahan atau amandemen UUD
1945 merupakan langkah strategis yang harus dilakukan dengan seksama
oleh bangsa Indonesia. Berbicara tentang sistem hukum tentunya tidak
terlepas dari persoalan politik hukum atau rechts politiek, sebab politik
hukumlah yang menentukan sistem hukum yang bagaimana yang
dikehendaki.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat
dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini.
Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian negara itu?
2. Apakah pengertian konstitusi itu?
3. Bagaimanakah hubungan antara negara dan konstitusi?
4. Bagaimana keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia?
5. Bagaimana sistem politik dan ketatanegaraan di Indoesia ?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari negara.


2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi.
3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi.
4. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia.
D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan kita tentang pengertian suatu negara.
2. Menambah wawasan kita tentang pengertian konstitusi.
3. Kita menjadi tahu bagaimana hubungan antara negara dan
konstitusi.
4. Kita tahu keberadaan Pancasila dan konstitusi di negara kita.
5. Kita tahu sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN NEGARA

Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau


beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu
wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan
yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Organisasi negara dalam suatu
wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain
(keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang
masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari masalah
kenegaraan). Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi
utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan
yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam
bidang organisasi-organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen yang
berperan dalam membentuk suatu negara. Elemen-elemen tersebut adalah:

1. Masyarakat

Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu


negara. Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang
berkepentingan dalam suksesna suatu tatanan dalam pemerintahan.
Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam
ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang
disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru
yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi
merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata negara.

2. Wilayah (teritorial)

Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah.


Disamping pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas,
penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan, artinya apakah
layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya
dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan
peraturan perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-
orang yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada
dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya
setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi
berbagai kewajiban yang ditentukan. Paul Renan (Perancis) menyatakan
satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk menjadi suatu negara
ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble). Pada sisi lain Otto
Bauer menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari
wilayah suatu negara.

3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan
memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan
penduduk suatu negara dan berada dalam wilayah negara.
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu
a. teori kedaulatan Tuhan,
b. kedaulatan negara,
c. kedaulatan hukum dan
d. kedaulata rakyat.
a) Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit)
Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan
atau menganggap kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh
Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu secara resmi
menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau
Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda
yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”.
b) Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit)
Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) menganggap
sebagai suatu axioma yang tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu
wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok dari semua
kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara. Otto Mayer (dalam buku
Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara adalah
memiliki kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu
Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara
sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun.
Pemerintah adalah alat negara. Teori kedaulatan hukum (Rechts
souvereiniteit). Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit)
menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor
teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.

c) Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit),


Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua
kekuasaan dalam suatu negara didasarkan pada kekuasaan rakyat
(bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa yang dikenal dengan
“kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui
Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara.

B. PENGERTIAN KONSTITUSI

Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja


yaitu “constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah
negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan)
dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda
menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang
menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah
Grondwet menjadi Undang-undang Dasar. Negara sebagai salah satu
bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut
sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Dahulu konstitusi
digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya dikeluarkan oleh
kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum kanon untuk
menandakan keputusan tertentu terutama dari Paus. Konstitusi pada
umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-
aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun
dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak
semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli
ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk
kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan
dan distibusi maupun alokasi. Konstitusi bagi organisasi pemerintahan
negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas
strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi
mengandung pula arti konstitusi ekonomi Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara. Terdapat
dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan
konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti
halnya “Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-
undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar
adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nations”, Amos J.
Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi
tertulis, kecuali Inggris dan Kanada. Di beberapa negara terdapat dokumen
yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut tidak disebut
sebagai konstitusi.

C. TUJUAN DARI KONSTITUSI

Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib


untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai
kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara
pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata negara
adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri.

Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama dengan hukum, namun
tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan:
1. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan
tugasnya masing-masing.
2. Hubungan antar lembaga Negara
3. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara
(rakyat).
4. Adanya jaminan atas hak asasi manusia
5. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman.
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak
menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak
negara yang memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam
konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah penting dengan
lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-
hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan
lebih baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam konstitusi. Dengan
demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar
konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang
terdapat pada konstitusi. Konstitusi selalu terkait dengan paham
konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan “Consti¬tutionalism
is the name given to the trust which men repose in the power of words
eng¬rossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to
keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian
rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat
dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan
membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan
untuk merespons perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam
kehidupan umat manusia.

D. KLASIFIKASI KONSTITUSI
Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu
dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan
demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di
semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi
kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka
sendiri, antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-
lainnya. Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975)
mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut:
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution
and unwritten constitution).
2. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid
constitution) Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang
memiliki ciri-ciri pokok:
a. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah .
Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti
mengubah undang-undang.
b. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat
tinggi (Supreme and not supreme constitution). Konstitusi
derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi
dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan).
c. Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusi yang tidak
mempunyai kedudukan seperti yang pertama. Konstitusi
Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary
Constitution) Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi
negara yang bersangkutan.
Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di
dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam
konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada
di tangan pemerintah pusat.
3. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan
Parlementer (President Executive and Parliamentary Executive
Constitution). Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong)
terdapat ciri-ciri antara lain:
a. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara,
tetapi juga memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan.
b. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
c. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan
tidak dapat memerintahkan pemilihan umum.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat
didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut
dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat,
maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku
adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku
tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai
constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan
sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-
negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu
konstitusi. Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi
mendahului organ pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan
konstitusi. Pengertian constituent power berkaitan pula dengan pengertian
hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum yang lebih
tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena
konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi
bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan
lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar
peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang
Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh
bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut. Dengan ciri-ciri
konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi Pemerintahan
Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and
Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan
konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer .
Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri
pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh
sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi
campuran.

E. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI

Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk


melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal,
yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi)
Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45
tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya
juga melaksanakan dasar negara.

F. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA

Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia,


Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau
kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul suatu permasalahan yang
mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan
suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi
tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di
atas dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental
negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans Kelsen
dan Hans Nawiasky. Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian
adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas yang membentuk
piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang
mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans
Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der
rechtsordnung. Susunan norma menurut teori tersebut adalah:
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm)
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz)
3. Undang-undang formal (formell gesetz)
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en
autonome satzung).
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi
pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung)
dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah
sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm
ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara. Berdasarkan teori
Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi memban-dingkannya dengan
teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia.
Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan
menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata
hukum Indonesia adalah:
1. Staatsfundamentalnorm: Pancasila (Pembukaan UUD 1945)
2. Staatsgrundgesetz: Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi
etatanegaraan
3. Formell gesetz: Undang-Undang
4. Verordnung en Autonome Satzung
Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah hingga
Keputusan Bupati atau Walikota. Penempatan pancasila sebagai suatu
Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali oleh Notonagoro.
Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk
mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji
hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan
pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila. Dengan
menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan
pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk
dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi. Yang
menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila
merupakan staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi?
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai
Philosofische grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-
dalamnya yang diatasnya akan didirikan bangunan negara Indonesia.
Soekarno juga menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau
pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas. Jika masalah
dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag
ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan
tersebut, yaitu Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut
dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische grondslag
dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-
prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia,
termasuk di dalamnya Pancasila.
G. PENEGERTIAN SISTEM POLITIK
1. Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks
dan Terorganisasi.
2. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya
Negara kota. Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata
cara pemerintahan, Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik,
tentara dan organisasi kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik
adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses
pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan
bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
3. Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat,
prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain
untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan
kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu
sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara.
4. Pengertian Sistem Politik di Indonesia
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau
keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan
dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan,Politik
adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi
negara (termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif).
Dalam Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya
kekuatan yang seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara
suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga memudahkan terwujudnya
cita-cita dan tujuan-tujuan masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang
dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni
MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden.
5. Sejarah Sistem Politik di Indonesia
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik
yang terjadi di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup
sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem
agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat
interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga
eksistensinya. Sistem politik merupakan sistem yang terbuka, karena
sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan
tekanan. Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu
segi pandangan saja seperti dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa
dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan proyeksi sejarah
yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan
dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-
tujuan dan pengambilan keputusan Kapabilitas sistem adalah kemampuan
sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar
politik. Ahli politik zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti
oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari
sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli politik
melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar
pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan
lingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan perubahan
politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari
kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional
6. Fungsi politik
Secara garis besar fungsi-fungsi pokok politik yang harus berjalan
dalam sebuah sistem politik/ negara adalah:
a. Fungsi perumusan kepentingan
Yaitu fungsi menyusun dan mengungkapkan tuntutan politik dalam
suatu negara. Orang per orang atau kelompok-kelompok dalam
sayarakat harus menentukan apa yang menjadi kepentingan mereka,
atau apa yang ingin mereka dapatkan dari negara/ politik. Fungsi ini
seharusnya terutama dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat
(LSM) atau kelompok-kelompok kepentingan
b. Fungsi pemaduan kepentingan
Yaitu fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan politik dari
berbagai pihak dalam suatu negara dan mewujudnyatakannya ke dalam
berbagai alternatif kebijakan. Pihak yang paling bertanggungjawab
untuk memadukan kepentingan adalah partai politik. Namun demikian,
proses pemaduan kepentingan juga terjadi di lembaga-lembaga
legislatif dan eksekutif.
c. Fungsi pembuatan kebijakan umum
Yaitu fungsi untuk mempertimbangkan berbagai alternatif
kebijakan yang diusulkan oleh partai politik dan pihak-pihak lain,
untuk dipilih salah satu di antaranya sebagai satu kebijakan
pemerintahan. Pelaku fungsi ini adalah lembaga legislatif dan
eksekutif (pembuatan undang-undang) atau lembaga eksekutif sendiri
(pembuatan peraturan pemerintah).
d. Fungsi penerapan kebijakan
Yaitu fungsi melaksanakan berbagai kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Pelaksana kebijakan
pemerintah adalah aparat birokrasi pemerintah di bawah pimpinan
pejabat eksekutif.
e. Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan
Yaitu fungsi mengadili pelanggar hukum. Pelaku peran untuk
mengadili adalah lembaga peradilan, yakni Mahkamah Agung beserta
lembaga peradilan di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan perdilan militer, dan
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Di samping itu, juga terdapat fungsi-fungsi politik yang lain, yaitu:
a. Fungsi komunikasi politik
Adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari
masyarakat kepada pemerintah dan juga dari pemerintah kepada
masyarakat.
b. Fungsi sosialisasi politik
Adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota
masyarakat. Proses sosialisasi berlangsung seumur hidup dan terjadi
baik secara sengaja (melalui pendidikan formal, nonformal, dan
pendidikan informal), maupun secara tidak sengaja melalui
pengalaman sehari-hari baik dalam kehidupan keluarga, tetangga,
teman sepergaulan, sekantor maupun berbagai aspek kegiatan
kehidupan lainnya.
c. Fungsi rekrutmen politik
Adalah proses menyeleksi orang/ orang-orang yang akan dipilih
atau diangkat sebagai pejabat dari jabatan-jabatan yang ada dalam
suatu negara atau partai politik. Misalnya sebagai anggota DPR/DPRD
I/DPRD II, presiden, menteri, gubernur, bupati/ walikota, hakim, jaksa,
dan lain-lain.
7. Sistem politik demokrasi di indonesia
Sistem politik yang didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan
kelembagaan yang demokratis. Adapun sendi-sendi pokok dari sistem
politik demokrasi di Indonesia adalah:
a. Ide kedaulatan rakyat
b. Negara berdasarkan atas hukum
c. Bentuk republik
d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
e. Pemerintahan yang bertanggung jawab
f. Sistem perwakilan
g. Sistem pemerintahan presidensiil
Menurut Bingham Powel, Jr., sistem politik demokrasi ditandai :
a. Legitimasi pemerintah didasarkan pada klaim bahwa pemerintah
tersebut mewakili keinginan rakyatnya.
b. Pengaturan yang mengorganisasikan perundingan untuk memperoleh
legitimasi, dilaksanakan melalui pemilu.
c. Sebagian besar orang dewasa dapat mengikuti proses pemilihan
(memilih/dipilih).
d. Penduduk memilih secara rahasia dan tanpa dipaksa.
e. Masyarakat dan pemimpin menikmati hak-hak dasar (kebebasan
berbicara, berorganisasi dan setiap partai politik berusaha untuk
memperoleh dukungan).

H. BENTUK KETATANEGARAAN INDONESIA


1. Deskripsi Singkat Struktur Ketatanegaraan RI “Sebelum” Amandemen
UUD 1945
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi).
MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power) kepada 5
Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu:
a. Mahkamah Agung (MA),
b. Presiden,
c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
d. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan;
e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
2. Deskripsi Struktur Ketatanegaraan RI “Setelah” Amandemen UUD 1945:
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah
negara kesatuan (desentralis) yang berbentuk republik. Berdasarkan hal
itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik. Negara kesatuan
adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan
tunggal di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan
subnasionalnya hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih
oleh pemerintah pusat untuk didelegasikan.
Indonesia menganut bentuk pemerintahan Republik Konstitusional,
merupakan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang presiden.
Kekuasaan presiden dibatasi oleh UUD atau konstitusi. Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus
kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang
berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. ”Dengan demikian, sistem
pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem presidensial merupakan sistem pemerintahan negara republik di
mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasaan legislatif ".
Sistem parlemen di Indonesia menganut bikameral yang tidak
sempurna, yaitu MPR yang terdiri dari DPR dan DPD. DPR merupakan
wakil partai dan DPD merupakan wakil pemerintah daerah. Ketidak
sempurnaan itu ditunjukan antara lain: MPR sebagai lembaga masih
berdiri dan mempunyai fungsi tersendiri terlepas dari lembaga DPR dan
DPD. Fungsi DPD hanya lembaga pelengkap dari DPR karena tidak
punya fungsi legislatif secara penuh. Dari kedua alasan di atas, parlemen
Indonesia dapat dikatakan menganut Trikameral (Tiga Kamar).

3. Deskripsi Lembaga-Lembaga Terkait Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif


Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power)
kepada 8 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu
Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK),
dan Komisi Yudisial.
4. Deskripsi Pengertian dan Fungsi Masing-masing Lembaga
a. Lembaga Legislatif
Badan Legislatif atau Legislature mencerminkan salah satu fungsi
badan itu yaitu legislate, atau membuat undang-undang. Nama lain yang
dipakai ialah Assembly. Nama lain lagi adalah Parliament.
Menurut teori, rakyatlah yang berdaulat; rakyat yang berdaulat ini
mempunyai suatu “kehendak”. Karena itu keputusan-keputusannya, baik
yang bersifat kebijakan maupun undang-undang mengikat seluruh
masyarakat. Lembaga legislatif di Indonesia direpresentasikan pada tiga
lembaga, yakni:
a) MPR
Dari pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa perubahan
wewenang MPR adalah
 Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi
negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
 Menghilangkan supremasi kewenangannya.
 Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
 Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena
presiden dipilih secara langsung melalui pemilu).
 Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
 Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
secara langsung melalui pemilu.
b) DPR
Dari pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa tugas dan
wewenang DPR, antara lain:
 Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk
mendapatkan persetujuan bersama.
 Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintahan
pengganti undang-undang.
 Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan.
 Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.
 Melaksanakan pengawasan terhadap UU, APBN, serta kebijakan
pemerintah, dan sebagainya.
c) DPD
Dari pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa DPD
merupakan wakil-wakil daerah provinsi dan dipilih melalui pemilihan
umum yang memiliki fungsi:
 Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan
pertimbangan yang berkaitan dengan legislasi tertentu.
 Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.
b. Lembaga Eksekutif
Dalam sistem presidensial, menteri-menteri merupakan pembantu presiden
dan langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam sistem parlementer para
menteri dipimpin oleh seorang perdana menteri.
Karena penyelenggaraan kesejahteraan rakyat merupakan tugas pokok dari
setiap negara, apalagi jika ia tergolong Negara Kesejahteraan (Welfare State),
maka kegiatan badan eksekutif mempengaruhi semua aspek kehidupan
masyarakat (pendidikan, pelayanan kesehatan, perumahan, pekerjaan dsb).
Berdasarkan UUD 1945 lembaga eksekutif di Indonesia terdiri dari atas
seorang presiden, wakil presiden, beserta menteri-menteri. Dari
pengklasifikasian isi UUD 1945 dapat diketahui bahwa kekuasaan eksekutif
mencakup beberapa bidang:

a) Diplomatik, yakni menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan


negara lain.
b) Administartif, yakni melaksanakan undang-undang serta peraturan lain
dan menyelenggarakan administrasi negara.
c) Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung. Grasi adalah pengampunan yang diberikan oleh
kepala negara kepada orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan
rehabilitasi adalah pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang
yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar kehormatannya.
d) Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan
DPR. Amnesti adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang
diberikan oleh negara kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan
politik. Sedangkan abolisi adalah pembatalan tuntutan pidana.
e) Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa
mengharumkan nama baik Indonesia, dan sebagainya.
5. Lembaga Yudikatif
Dalam tiap negara hukum badan yudikatif haruslah bebas dari campur
tangan badan eksekutif demi penegakan hukum dan keadilan serta menjamin
hak-hak asasi manusia.
Lembaga yudikatif dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, dan BPK.
a. Mahkamah Agung
Berikut adalah Kewajiban dan wewenang Mahkamah Agung, antara lain
sebagai berikut:
a) Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh
undang-undang.
b) Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.
c) Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitas.
b. Mahkamah Konstitusi
Kewajiban dan wewenang MK:
a) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final.
b) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
c. Komisi Yudisial
Dalam menjalankan tugasnya, KY melakukan pengawasan terhadap:
a) Hakim agung di Mahkamah Agung.
b) Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang
berada di bawah MA.
c) Hakim MK.
d. BPK
Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)
dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan
DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum. Berkedudukan di
ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang
mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang ada di wilayahnya.
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan
pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara.
3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat.
Karena melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar
negara.
4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau
kalimatun sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk
mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung
menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi
melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia.
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan
berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan
umum termasuk proses penentuan tujuan. Politik adalah semua lembaga-
lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara (termasuk fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Indonesia menganut bentuk pemerintahan
Republik Konstitusional, merupakan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh
seorang presiden. Kekuasaan presiden dibatasi oleh UUD atau konstitusi.
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara
dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat
1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”.
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power)
kepada 8 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar,
yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), Mahkamah
Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial. Setiap lembaga-lembaga legislatif,
eksekutif maupun yudikatif mempunyai tugas, kewajiban dan
wewenangan masing-masing dalam posisinya berdasarkan UUD 1945
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/03/sistem-ketatanegaraan-indonesia-
pasca.html
http://images.meichelheru.multiply.multiplycontent.com
http://wulanbanyu.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-isi-uud-45-eksekutif.html
http://isiotakini.blogspot.com/2012/06/bentuk-pemerintahan-sistem.html
http://setabasri01.blogspot.com/2012/05/bentuk-negara-dan-sistem-
pemerintahan_11.html
http://wulanbanyu.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-isi-uud-45-eksekutif.html

Anda mungkin juga menyukai