Anda di halaman 1dari 62

Struktur Teks Ulasan

Struktur teks itu adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks sehingga menjadi suatu teks
yang utuh. Adapun struktur yang membangun teks ulasan terdiri dari orientasi, tafsiran, evaluasi,
dan rangkuman. Baiklah mari kita bahas struktur teks ulasan dibawah ini yang telah saya susun
lengkap agar dapat dipelajari dengan mudah oleh sobat-sobat semua.

1. Orientasi, berisi pengenalan tentang gambaran umum mengenai sebuah karya (film dan
drama) yang akan diulas. Gambaran umum ini menyiapkan "latar belakang" bagi
pembaca mengenai apa yang akan diulas.
2. Tafsiran, berisi gambaran detail mengenai sebuah karya (film dan drama) yang diulas,
misalnya bagian-bagian dari hasil karya, keunikan, keunggulan, kualitas, dan sebagainya.
3. Evaluasi, berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya yang diulas. Hal ini
dilakukan setelah melakukan tafsiran yang cukup terhadap hasil karya tersebut. Pada
bagian ini penulis akan menyebutkan bagian yang bernilai (kelebihan) atau bagian yang
kurang bernilai (kekurangan) dari suatu karya (film dan drama).
4. Rangkuman, berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu karya (film dan drama).
Bagian ini juga memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut bernilai/berkualitas
atau tidak untuk ditonton/disaksikan.

KATA DASAR

kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang
menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan, duduk, pulang,
tinggal, datang, minum, langkah, pindah,tidur,bangun dll. Kata ulang adalah bentuk kata yang
merupakan pengulangan kata dasar.

VERBA AKTIF DAN PASIF

verba aktif
verba aktif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian
biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh :
Dia mencintai saya
Saya makan nasi

**Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.

Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakan kami makanan.
**Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokatif atau repetitif.
Contohnya :
Pak tani menanami sawah
Adik menyirami bunga
Orang itu memukuli anjingnya
Paman menguliti kambing.

- verba pasif
verba pasif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau
hasil.
Biasanya diawali dengan prefiks ter-, atau di-.

Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak olehku.

**Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti
afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. (pasif)
Ayah menyayangi adik (aktif)

Meja itu terangkat oleh adik. (pasif)


Adik dapat mengangkat meja itu. (aktif)

ATHIRA :

PREFIKS, INFIKS, SUFIKS & KONFIKS


1. Prefiks

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata
“prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix” yang terdiri dari kata dasar “fix” yang berarti
“membubuhi” dan prefiks “pre-“, yang berarti “sebelum”.

Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk menurunkan sebuah kata. Dalam
studi bahasa Semitik, sebuah prefiks disebut dengan “preformatif”, karena prefiks dapat
mengubah bentuk kata yang dibubuhinya.

Contoh prefiks dalam bahasa Indonesia:

 berlari: ber- adalah prefiks yang memiliki arti “melakukan”


 seekor: se- adalah prefiks yang memiliki arti “satu”
 mahakuasa: maha- adalah prefiks serapan yang memiliki arti “paling”

Macam-macam Prefiks
 Prefiks di-

Berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif. Contoh: diambil, diketik, ditulis,
dijemput, dikelola

 Prefiks me-

Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural. Prefiks ini
mengandung beberapa arti:

1. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: menari, melompat,
mengarsip, menanam, menulis, mencatat
2. ‘membuat jadi atau menjadi’. Contoh: menggulai, menyatai, menjelas, meninggi,
menurun, menghijau, menua
3. ‘mengerjakan dengan alat’. Contoh: mengetik, membajak, mengail, mengunci, mengetam
4. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’. Contoh: membujang, menjanda, membabi
buta
5. ‘mencari atau mengumpulkan’. Contoh: mendamar, merotan

 Prefiks ber-

Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri)
Prefiks ini mengandung arti :

1. ‘mempunyai’. Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut


2. ‘memakai’. Contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.
3. ‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’. Contoh: berhias, bercukur, bersolek
4. ‘berada dalam keadaan’. Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria,
berleha-leha
5. ‘saling’, atau ‘timbal-balik’ (resiprok). Contoh: bergelut, bertinju, bersalaman,
berbalasan

 Prefiks pe-

Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini
mendukung makna gramatikal:

1. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: penguji, pemisah, pemirsa,
penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
2. ‘alat untuk me…’. Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris
3. ‘orang yang gemar’. Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
4. ‘orang yang di …’. Contoh: petatar, pesuruh
5. ‘alat untuk …’. Contoh: perasa, penglihat, penggali

 Prefiks per-
Berfungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti:

1. ‘membuat jadi’ (kausatif). Contoh: perbudak, perhamba, pertuan


2. ‘membuat lebih’. Contoh: pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
3. ‘menbagi jadi’. Contoh: pertiga, persembilan

 Prefiks ter-

Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :

1. ‘dalam keadaan di’. Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat
2. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul
3. ‘dapat di-‘. Contoh: terangkat, termakan, tertampung
4. ‘paling (superlatif)’. Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.

 Prefiks ke-

Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata
kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di … i’, atau ‘yang
di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.

2. Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang memiliki
infiks misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa lainnya.

Penurunan nomina dengan memakai infiks tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita
temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai
kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat
diberi sisipan:

Sisipan -el-

 Jajah -> jelajah


 Geber -> geleber
 Gembung -> gelembung
 Getar -> geletar
 Gigi -> geligi
 Gogok -> gelogok
 Gosok -> gelosok
 Luhur -> leluhur
 Maju -> melaju
 Patuk -> pelatuk
 Sidik -> selidik
 Tapak -> telapak
 Tunjuk -> telunjuk
 Tangkup/tungkup -> telangkup/telungkup

Sisipan -er-

 Sabut -> serabut


 Suling -> seruling
 Gendang -> gerendang
 Gigi -> gerigi
 Kudung -> kerudung
 Runtuh -> reruntuh(an)
 Panjat -> peranjat
 Cerita -> ceritera

Sisipan -em-

 Cerlang -> cemerlang


 Jari -> jemari
 Kuning -> kemuning
 Kelut -> kemelut
 Kilau -> kemilau
 Serbak -> semerbak
 Tali -> temali
 Turun -> temurun
 Kata berawalan huruf “g”
o Gembung -> gelembung
o Gebyar -> gemebyar
o Geletuk -> gemeletuk/gemeretuk/gemertuk/gemeretup
o Gelugut -> gemelugut
o Geretak -> gemeretak/gemeletak
o Gerencang -> gemerencang
o Gerincing -> gemerincing
o Gerisik -> gemerisik
o Gerlap -> gemerlap
o Gertak -> gemertak
o Getar/gentar -> gemetar/gementar
o Gilang -> gemilang
o Gilap -> gemilap
o Girang -> gemirang
o Gulung -> gemulung
o Guntur -> gemuntur
o Guruh -> gemuruh

Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-” yang keduanya luluh menjadi
“pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin” yang diberi infiks “-em-” melainkan “pimpin”
yang diberi awalan “pe-“
Sisipan -in-

 Kerja -> kinerja


 Sambung -> sinambung
 Tambah -> tinambah

Sisipan -ah-

 Bagian -> bahagian


 Baru -> baharu
 Basa -> bahasa
 Cari -> cahari (dalam “mata pencaharian”)
 Dulu -> dahulu
 Rayu -> rahayu
 Saja -> sahaja
 Saya -> sahaya (dalam “hamba sahaya”)
 Tadi -> tahadi
 Asmaradana -> asmaradahana [1]

Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks, maka diperlukan
pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata “keledai”
bukanlah kata “kedai” yang diberi sisipan “-el-“.

3. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata. Dalam bahasa
Indonesia, “-nya”, sebagai contoh adalah sebuah sufiks.

Daftar akhiran dalam bahasa Indonesia


 -an
 -i
 -kan
 -ku, -mu, -nya
 -kah, -lah, -tah

Gabungan awalan dan akhiran/konfiks

 ke-an
 pe-an
 per-an

SUFIKS (akhiran)
 Sufiks –an

Sufiks –an pertama-tama berfungsi dalam bahasa Indonesia.

A. Fungsi

Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena pengaruh beberapa
bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat pula sufiks –an yang berfungsi membentuk
kata sifat, nemun bentuk ini belum terlalu produktif.

B. Arti

Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti berikut:

 1. Tempat

Contoh: pangkalan, pegangan, tumpuan, hadapan, dan lain-lain.

 2. Perkakas atau alat

Contoh: ayunan, kurungan, timbangan, pikulan, dan lain-lain.

 3. Hal atau cara

Contoh: Didikan: dapat berarti hal mendidik atau cara mendidik.

Balasan: hal membalas atau cara membalas.

 4. Akibat atau hasil perbuatan

Contoh: buatan, hukuman, balasan, karangan, dan lain-lain.

 5. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam kata
dasar.

Contoh: larangan, catatan, tumbuhan, makanan, pantangan, pakaian, karangan.

 6. Seluruh atau himpunan

Contoh: lautan, sayuran, daratan, kotoran, dan lain-lain.

 7. Menyerupai atau tiruan dari

Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, dan lain-lain.

 8. Tiap-tiap
Contoh: harian, bulanan, mingguan, tahunan, lusinan, dan lain-lain.

 9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar

Contoh: manisan, asinan, kuningan, lapangan.

 10. Menyatakan intensitas baik mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas.

Contoh: Mengenai kualitas: besaran, kecilan, tinggian.

 Mengenai kuantitas: buah-buahan, sayur-sayuran, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.

Sufiks -i

A. Bentuk

Tidak mengalami perubahan.

B. Fungsi

Sufiks –I berfungsi untuk membentuk kata kerja.

C. Arti

Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan suatu tempat atau arah
berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ). Karena objeknya itu menjadi tempat
berlangsungnya suatu peristiwa, maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada

dalam keadaan diam.

Contoh: Kami menanyai mereka.

Saya mengelilingi kota.

2. Kadang-kadang arti lokatif itu mendapat arti jhusus, yaitu memberi


kepada atau menyebabka sesuatu jadi.

Contoh: Menghargai jasa orang.

Menyakiti hatinya.

Menghormati orang tua.

3. Menyatakan intensitas, atau pekerjaan itu dilangsungkan berulang-


ulang (frekuentatif), atau pelakunya lebih dari satu orang.

Contoh: Tentara itu menembaki benteng musuh.

Anak-anak itu melempari anjing itu.

Sufiks -kan

A. Bentuk

 Bentuknya tidak berubah.

B. Fungsi

 Sufiks – kan berfungsi untuk membentuk kata kerja.

C. Arti

 Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan adalah:

a. Menyatakan kausatif. Pengertian kaudatif berarti membuat, menyebabkan sesuatu atau


menjadikan sesuatu.

Contoh: menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan, mengemukakan, menyakitkan, dan


lain-lain.

b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat, atau membuat dengan.

Contoh: menikamkan tombak, memukulkan tongkat.

c. Menyatakan beneaktif, atau membuat untuk orang lain.

Contoh: membelikan, meminjamkan

d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata tugas akan.

Contoh: mengharapkan = mengharap akan

sadarkan = sadar akan

Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu membentuk kata kerja.
Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu perbedaan terutama dalam hubungan dengan
objeknya. Hubungan antara kata kerja yang berakhiran –i dengan objeknya adalah objek berada
dalam keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan untuk sufiks –
kan , objeknya berada dalam keadaan bergerak.
Contoh: Perhimpunan itu mendatangkan sebuah regu sepak bola.

Kami sendiri mendatangi tempat itu.

Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara kedua akhiran itu.

Sufiks -nya

Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya. Nya jenis pertama adalah kata
gantiorang ketiga tunggal, baik dalam fungsinya sebagai pelaku atau pemilik. Dalam hal
ini nya tidak berstatus akhiran. Nya yang kedua adalah –nya yang berstatus akhiran.

Akhiran –nya mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata benda.

Contoh: baik buruk nya, merajalela nya, timbul tenggelam nya.

b. Menjelaskan atau menekankan kata yang berasa di depannya.

Contoh: Tamunya belum datang.

Ambilah obatnya dan minumlah.

Di rumah itu ada hantunya.

c. Menjelaskan situasi.

Contoh: Ia belajar dengan rajinnya.

Angin bertiup dengan kencangnya.

Ia menyanyi dengan merdunya.

d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran –nya.

Contoh: agaknya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya, dan lain-lain.

Sufiks -man, -wan, -wati

A. Bentuk

Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks
–man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-
masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –
mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan
kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang
sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.

B. Arti

Arti ketiga sufiks ini adalah yang mempunyai.

Contoh: seniman cendekiawan seniwati

budiman karyawan wartawan

sukarelawan gerilyawan negarawan

Sufiks-Sufiks Asing

 Selain dari akhiran-akhiran yang telah dibahas di halaman-halaman lain, masih banyak
lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia bersama-
sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya. Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran,
ada yang masih dirasakan sebagai akhiran. Ada yang berfungsi untuk membentuk kata
benda, ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja juga kata sifat.

 Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang ingin
mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang berusaha untuk
mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dalam hal yang terakhir
ini seringkali kita terbentuk pada perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan
bentuk mana yang lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
 ari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut beberapa: -isme, is,
er, if, ir, il(akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan –al ), dan lain-
lain. Contoh-contohnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-
koran, buku-buku dan sebagainya.

4. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan

dan akhiran yang membentuk satu kesatuan. Dalam bahasa Indonesia,

terdapat lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, per-an, se-nya, dan

ber-an.

Agar Anda lebih mengenal konfiks, perhatikan ciri-ciri konfiks berikut.

1. Awalan dan akhiran diletakkan pada bentuk dasar secara serentak

(tidak bertahap).
Contoh:

Para tamu sudah berdatangan.

Imbuhan ber- dan -an melekat secara serentak pada bentuk dasar

datang menjadi berdatangan. Jadi, tidak melekat secara bertahap, yaitu

ber- + datang menjadi berdatang, kemudian berakhiran -an menjadi

berdatangan atau datang + -an menjadi datangan, kemudian dilekatkan

ber- menjadi berdatangan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai

berikut.

ber- + datang + -an

berdatangan

bukan: ber- + datang + -an atau ber- + datang + -an

berdatang datangan

berdatangan berdatangan

2. Konfiks menyatakan satu makna gramatikal.

Jika salah satu konfiks itu dipisah/dipenggal, penggalan itu bukan

merupakan kata yang bermakna.

Contoh:

Kata berdatangan memiliki makna perbuatan yang dilakukan

banyak pelaku . Jika kata tersebut dipenggal menjadi berdatang dan

-an atau ber- dan datangan, kata tersebut tidak memiliki makna.

Konfiks terdiri atas lima macam sebagai berikut.

1. Konfiks ke-an

Konfiks ke-an berfungsi membentuk kata benda konkret, kata


benda abstrak, kata kerja pasif, dan kata sifat.

Makna imbuhan ke-an sebagai berikut.

a) menyatakan sifat

Contoh:

Aku kagum akan keindahan senja di Pantai Kuta.

keindahan = bersifat indah

b) menyatakan makna dalam keadaan

Contoh:

Ia menggigil kedinginan.

kedinginan = dalam keadaan dingin

c) menyatakan perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja

Contoh:

Ia ketiduran di kursi belajarnya.

ketiduran = tidak sengaja tidur

d) menyatakan makna terlalu

Contoh:

Baju Anisa kebesaran.

kebesaran = terlalu besar

e) menyatakan makna agak atau menyerupai

Contoh:

Ia memang masih kekanak-kanakan.

kekanak-kanakan = menyerupai anak-anak

f) menyatakan tempat atau daerah


Contoh:

Kedutaan besar negara-negara sahabat ada di Jakarta.

kedutaan = tempat para duta besar

g) menyatakan dapat di . . . .

Contoh:

Gunung Semeru kelihatan dari Lumajang.

kelihatan = dapat dilihat

h) menyatakan yang di- . . .

Contoh:

Dito adalah cucu kesayangan kakeknya.

kesayangan = yang disayang

2. Konfiks pe-an

Konfiks pe-an memiliki alomorf yang berwujud pe-an, pem-an, penan,

peng-an, peny-an dan penge-an.

Konfiks pe-an berfungsi membentuk kata benda.

Makna imbuhan pe-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara

Contoh:

Pengiriman barang ini dilakukan dengan paket kilat.

pengiriman = cara mengirim

b) menyatakan makna tempat

Contoh:

Kami sedang menuju pelabuhan Tanjung Perak.


pelabuhan = tempat berlabuh

c) menyatakan makna perihal

Contoh:

Pembuatan tahu ini dilakukan secara manual.

pembuatan = perihal membuat

d) menyatakan alat untuk me- . . .

Contoh:

Pendengaran nenek sudah lemah.

pendengaran = alat untuk mendengar

3. Konfik per-an

Bentuk per-an ada tiga macam, yaitu per-an, pe-an, dan pel-an.

Konfiks per-an berfungsi membentuk kata benda.

Makna imbuhan per-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara

Contoh:

Jangan terperangkap dalam pergaulan bebas tanpa batas!

pergaulan = cara bergaul

b) menyatakan makna hasil

Contoh:

Persetujuan itu telah ditandatangani kedua belah pihak.

persetujuan = hasil setuju

c) menyatakan tempat

Contoh:
Pengembang dari Jakarta itu membuat permukiman di seputar

Godean.

permukiman = tempat bermukim

d) menyatakan makna kumpulan

Contoh:

Daerah pertokoan di Jalan Kenangan akan mengalami

penggusuran lagi.

pertokoan = kumpulan toko

e) menyatakan makna hal

Contoh:

Setiap tahun pertambahan penduduk mencapai hampir sepuluh

persen.

pertambahan = hal bertambah

4. Konfik ber-an

Bentuk konfiks ber-an ada dua macam, yaitu ber-an dan be-an.

Konfik ber-an berfungsi membentuk kata kerja.

Makna imbuhan ber-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna saling

Contoh:

Mereka berpandangan ketika bertemu.

berpandangan = saling memandang

b) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan oleh banyak

pelaku
Contoh:

Para peserta seminar berhamburan keluar ruangan.

berhamburan = bersama-sama

c) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Air dari ember itu bertetesan di lantai.

bertetesan = berulang-ulang menetes

5. Konfik se-nya

Konfik se-nya berfungsi membentuk kata keterangan dari kata sifat.

Makna imbuhan se-nya sebagai berikut.

a) menyatakan makna tingkat atau paling

Contoh:

Tunjukkan hasil yang sebaik-baiknya.

sebaik-baiknya = paling baik

b) menyatakan makna waktu atau setelah

Contoh:

Setibanya di rumah hari telah malam.

Selain bentuk konfiks terdapat imbuhan yang digunakan secara

bersamaan baik awalan maupun akhiran. Bentuk ini disebut kombinasi

imbuhan. Dalam konfiks proses pembentukan kata terjadi secara serentak

sedangkan proses pembentukan kata dengan kombinasi imbuhan terjadi

secara bertahap.

Contoh:
Proses pembentukan kata berpakaian melalui dua tahap,yaitu akhiran -an

dilekatkan pada kata dasar pakai menjadi pakaian. Kemudian, kata tersebut

dilekatkan awalan ber- menjadi berpakaian. Proses ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

ber- + pakai + -an

pakaian (1)

berpakaian (2)

Macam-macam bentuk kombinasi imbuhan sebagai berikut.

1. Imbuhan memper-kan

Fungsi imbuhan memper-kan membentuk kata kerja intransitif.

Makna imbuhan memper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Siapa yang mempertemukan sepasang kekasih itu?

mempertemukan = membuat jadi bertemu

b) menyangatkan atau intensitas

Contoh:

Mereka memperdengarkan lagu-lagu yang merdu.

memperdengarkan = berkali-kali mendengar

2. Imbuhan me-i

Fungsi imbuhan me-i membentuk kata kerja aktif.

Makna imbuhan me-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna memberi


Contoh:

Tanti menyampuli bukunya dengan sampul plastik warna biru.

menyampuli = memberi sampul

b) menyatakan makna membuang

Contoh:

Pak Sarman menguliti kambing kurban.

menguliti = membuang kulit

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Siapa yang melempari burung-burung itu?

melempari = berulang-ulang melempar

d) menyatakan hal seperti yang tersebut pada kata dasar

Contoh:

Bu Wina, wali kelasku, memarahi kami karena tidak disiplin.

memarahi = menyatakan hal marah

e) menyatakan makna melakukan suatu pekerjaan

Contoh:

Kami menemani Fita pergi ke rumah pamannya.

menemani = melakukan pekerjaan sebagai teman

f) membuat jadi

Contoh:

Saya sedang memanasi makanan ketika lampu padam.

memanasi = membuat jadi panas


g) menyatakan makna intensitas

Contoh:

Polisi sedang menyelidiki kasus pembunuhan itu.

menyelidiki = melakukan penyelidikan

h) menyatakan makna arah atau tempat

Contoh:

Para peserta lomba sudah memasuki aula.

memasuki = masuk ke

3. Imbuhan gabung di-i

Fungsi imbuhan gabung di-i membentuk kata kerja pasif.

Makna imbuhan di-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna diberi

Contoh:

Bukunya disampuli sampul plastik warna biru.

disampuli = diberi sampul

b) menyatakan makna dibuang

Contoh:

Kambing kurban dikuliti Pak Sarman.

dikuliti = dibuang kulitnya

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Burung-burung itu dilempari batu.

dilempari = dilempar berulang-ulang


d) menyatakan hal seperti tersebut pada kata dasar

Contoh:

Kami dimarahi Bu Wina karena tidak disiplin.

dimarahi = menyatakan hal marah

e) membuat jadi

Contoh:

Makanan itu sedang dipanasi ketika lampu padam.

dipanasi = membuat jadi panas

f) menyatakan makna intensitas

Contoh:

Kasus pembunuhan itu sedang diselidiki polisi.

diselidiki = dilakukan penyelidikan

4. Imbuhan me-kan

Fungsi imbuhan me-kan membentuk kata kerja transitif, yaitu kata

kerja yang memerlukan objek.

Makna imbuhan me-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Niken menjatuhkan gelas.

menjatuhkan = membuat jatuh

b) menyatakan makna melakukan tindakan untuk orang lain atau

benefaktif

Contoh:
Rina membukakan pintu saat ayahnya datang.

membukakan = membuka untuk orang lain

c) menyatakan makna menuju ke

Contoh:

Pilot itu berhasil mendaratkan pesawatnya walaupun cuaca buruk.

mendaratkan = menuju ke darat

d) menganggap sebagai

Contoh:

Jangan mendewakan kekayaan dalam kehidupan di dunia ini!

mendewakan = menganggap sebagai dewa

5. Imbuhan di-kan

Fungsi imbuhan di-kan membentuk kata kerja bentuk pasif.

Makna imbuhan di-kan menyatakan makna kausatif .

Contoh:

Bulan ini gaji karyawan PT Dewa Perkasa dinaikkan sepuluh persen.

dinaikkan = dibuat menjadi naik

6. Imbuhan ber-kan

Fungsi imbuhan ber-kan membentuk kata kerja.

Makna imbuhan ber-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna memakai

Contoh:

Keputusan itu diambil berdasarkan kesepatan semua anggota.

berdasarkan = memakai dasar


b) berfungsi sebagai pemanis

Contoh:

Malam ini tempat keramaian itu bermandikan cahaya bulan.

7. Imbuhan diper-kan

Fungsi imbuhan diper-kan membentuk kata kerja pasif.

Makna imbuhan diper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Astuti dan Hidayat dipertemukan oleh orang tua masing-masing.

dipertemukan = menyebabkan bertemu

b) menyatakan makna intensitas atau menyangatkan

Contoh:

Masalah kenaikan harga BBM ramai diperbincangkan.

diperbincangkan = berkali-kali dibicarakan

8. Imbuhan memper-i

Fungsi imbuhan memper-i membentuk kata kerja.

Makna imbuhan memper-i menyatakan makna membuat jadi atau

kausatif .

Contoh:

Bayu memperbaiki sepeda adiknya.

memperbaiki = membuat jadi baik

9. Imbuhan diper-i

Fungsi imbuhan diper-i membentuk kata kerja.


Makna imbuhan diper-i menyatakan makna kausatif atau membuat

jadi .

Contoh:

PREFIKS, INFIKS, SUFIKS & KONFIKS


Posted on 01/11/2013 by ellispudjawaty

2. Prefiks

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata
“prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix” yang terdiri dari kata dasar “fix” yang berarti
“membubuhi” dan prefiks “pre-“, yang berarti “sebelum”.

Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk menurunkan sebuah kata. Dalam
studi bahasa Semitik, sebuah prefiks disebut dengan “preformatif”, karena prefiks dapat
mengubah bentuk kata yang dibubuhinya.

Contoh prefiks dalam bahasa Indonesia:

 berlari: ber- adalah prefiks yang memiliki arti “melakukan”


 seekor: se- adalah prefiks yang memiliki arti “satu”
 mahakuasa: maha- adalah prefiks serapan yang memiliki arti “paling”

Macam-macam Prefiks

 Prefiks di-

Berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif. Contoh: diambil, diketik, ditulis,
dijemput, dikelola

 Prefiks me-

Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural. Prefiks ini
mengandung beberapa arti:

6. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: menari, melompat,
mengarsip, menanam, menulis, mencatat
7. ‘membuat jadi atau menjadi’. Contoh: menggulai, menyatai, menjelas, meninggi,
menurun, menghijau, menua
8. ‘mengerjakan dengan alat’. Contoh: mengetik, membajak, mengail, mengunci, mengetam
9. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’. Contoh: membujang, menjanda, membabi
buta
10. ‘mencari atau mengumpulkan’. Contoh: mendamar, merotan

 Prefiks ber-

Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri)
Prefiks ini mengandung arti :

6. ‘mempunyai’. Contoh: bernama, beristri, beruang, berjanggut


7. ‘memakai’. Contoh: berbaju biru, berdasi, berbusana.
8. ‘melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)’. Contoh: berhias, bercukur, bersolek
9. ‘berada dalam keadaan’. Contoh: bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria,
berleha-leha
10. ‘saling’, atau ‘timbal-balik’ (resiprok). Contoh: bergelut, bertinju, bersalaman,
berbalasan

 Prefiks pe-

Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini
mendukung makna gramatikal:

6. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: penguji, pemisah, pemirsa,
penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
7. ‘alat untuk me…’. Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris
8. ‘orang yang gemar’. Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
9. ‘orang yang di …’. Contoh: petatar, pesuruh
10. ‘alat untuk …’. Contoh: perasa, penglihat, penggali

 Prefiks per-

Berfungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti:

4. ‘membuat jadi’ (kausatif). Contoh: perbudak, perhamba, pertuan


5. ‘membuat lebih’. Contoh: pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
6. ‘menbagi jadi’. Contoh: pertiga, persembilan

 Prefiks ter-

Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :

5. ‘dalam keadaan di’. Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat
6. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul
7. ‘dapat di-‘. Contoh: terangkat, termakan, tertampung
8. ‘paling (superlatif)’. Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
 Prefiks ke-

Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata
kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di … i’, atau ‘yang
di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.

2. Infiks
12.00
Normal
0
false
false
false
IN
X-NONE
X-NONE
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang memiliki
infiks misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa lainnya.

Penurunan nomina dengan memakai infiks tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita
temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai
kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat
diberi sisipan:
Sisipan -el-

 Jajah -> jelajah


 Geber -> geleber
 Gembung -> gelembung
 Getar -> geletar
 Gigi -> geligi
 Gogok -> gelogok
 Gosok -> gelosok
 Luhur -> leluhur
 Maju -> melaju
 Patuk -> pelatuk
 Sidik -> selidik
 Tapak -> telapak
 Tunjuk -> telunjuk
 Tangkup/tungkup -> telangkup/telungkup

Sisipan -er-

 Sabut -> serabut


 Suling -> seruling
 Gendang -> gerendang
 Gigi -> gerigi
 Kudung -> kerudung
 Runtuh -> reruntuh(an)
 Panjat -> peranjat
 Cerita -> ceritera

Sisipan -em-

 Cerlang -> cemerlang


 Jari -> jemari
 Kuning -> kemuning
 Kelut -> kemelut
 Kilau -> kemilau
 Serbak -> semerbak
 Tali -> temali
 Turun -> temurun
 Kata berawalan huruf “g”
o Gembung -> gelembung
o Gebyar -> gemebyar
o Geletuk -> gemeletuk/gemeretuk/gemertuk/gemeretup
o Gelugut -> gemelugut
o Geretak -> gemeretak/gemeletak
o Gerencang -> gemerencang
o Gerincing -> gemerincing
o Gerisik -> gemerisik
o Gerlap -> gemerlap
o Gertak -> gemertak
o Getar/gentar -> gemetar/gementar
o Gilang -> gemilang
o Gilap -> gemilap
o Girang -> gemirang
o Gulung -> gemulung
o Guntur -> gemuntur
o Guruh -> gemuruh

Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-” yang keduanya luluh menjadi
“pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin” yang diberi infiks “-em-” melainkan “pimpin”
yang diberi awalan “pe-“

Sisipan -in-

 Kerja -> kinerja


 Sambung -> sinambung
 Tambah -> tinambah

Sisipan -ah-

 Bagian -> bahagian


 Baru -> baharu
 Basa -> bahasa
 Cari -> cahari (dalam “mata pencaharian”)
 Dulu -> dahulu
 Rayu -> rahayu
 Saja -> sahaja
 Saya -> sahaya (dalam “hamba sahaya”)
 Tadi -> tahadi
 Asmaradana -> asmaradahana [1]

Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks, maka diperlukan
pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata “keledai”
bukanlah kata “kedai” yang diberi sisipan “-el-“.

3. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata. Dalam bahasa
Indonesia, “-nya”, sebagai contoh adalah sebuah sufiks.
Daftar akhiran dalam bahasa Indonesia
 -an
 -i
 -kan
 -ku, -mu, -nya
 -kah, -lah, -tah

Gabungan awalan dan akhiran/konfiks

 ke-an
 pe-an
 per-an

SUFIKS (akhiran)

 Sufiks –an

Sufiks –an pertama-tama berfungsi dalam bahasa Indonesia.

A. Fungsi

Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena pengaruh beberapa
bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat pula sufiks –an yang berfungsi membentuk
kata sifat, nemun bentuk ini belum terlalu produktif.

B. Arti

Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti berikut:

 1. Tempat

Contoh: pangkalan, pegangan, tumpuan, hadapan, dan lain-lain.

 2. Perkakas atau alat

Contoh: ayunan, kurungan, timbangan, pikulan, dan lain-lain.

 3. Hal atau cara

Contoh: Didikan: dapat berarti hal mendidik atau cara mendidik.

Balasan: hal membalas atau cara membalas.

 4. Akibat atau hasil perbuatan


Contoh: buatan, hukuman, balasan, karangan, dan lain-lain.

 5. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam kata
dasar.

Contoh: larangan, catatan, tumbuhan, makanan, pantangan, pakaian, karangan.

 6. Seluruh atau himpunan

Contoh: lautan, sayuran, daratan, kotoran, dan lain-lain.

 7. Menyerupai atau tiruan dari

Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, dan lain-lain.

 8. Tiap-tiap

Contoh: harian, bulanan, mingguan, tahunan, lusinan, dan lain-lain.

 9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar

Contoh: manisan, asinan, kuningan, lapangan.

 10. Menyatakan intensitas baik mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas.

Contoh: Mengenai kualitas: besaran, kecilan, tinggian.

 Mengenai kuantitas: buah-buahan, sayur-sayuran, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain.

Sufiks -i

A. Bentuk

Tidak mengalami perubahan.

B. Fungsi

Sufiks –I berfungsi untuk membentuk kata kerja.

C. Arti

Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan suatu tempat atau arah
berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ). Karena objeknya itu menjadi tempat
berlangsungnya suatu peristiwa, maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada
dalam keadaan diam.

Contoh: Kami menanyai mereka.

Saya mengelilingi kota.

2. Kadang-kadang arti lokatif itu mendapat arti jhusus, yaitu memberi


kepada atau menyebabka sesuatu jadi.

Contoh: Menghargai jasa orang.

Menyakiti hatinya.

Menghormati orang tua.

3. Menyatakan intensitas, atau pekerjaan itu dilangsungkan berulang-

ulang (frekuentatif), atau pelakunya lebih dari satu orang.

Contoh: Tentara itu menembaki benteng musuh.

Anak-anak itu melempari anjing itu.

Sufiks -kan

A. Bentuk

 Bentuknya tidak berubah.

B. Fungsi

 Sufiks – kan berfungsi untuk membentuk kata kerja.

C. Arti

 Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan adalah:

a. Menyatakan kausatif. Pengertian kaudatif berarti membuat, menyebabkan sesuatu atau


menjadikan sesuatu.

Contoh: menerbangkan, melemparkan, menyeberangkan, mengemukakan, menyakitkan, dan


lain-lain.

b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat, atau membuat dengan.

Contoh: menikamkan tombak, memukulkan tongkat.


c. Menyatakan beneaktif, atau membuat untuk orang lain.

Contoh: membelikan, meminjamkan

d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata tugas akan.

Contoh: mengharapkan = mengharap akan

sadarkan = sadar akan

Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu membentuk kata kerja.
Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu perbedaan terutama dalam hubungan dengan
objeknya. Hubungan antara kata kerja yang berakhiran –i dengan objeknya adalah objek berada
dalam keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan untuk sufiks –
kan , objeknya berada dalam keadaan bergerak.

Contoh: Perhimpunan itu mendatangkan sebuah regu sepak bola.

Kami sendiri mendatangi tempat itu.

Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara kedua akhiran itu.

Sufiks -nya

Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya. Nya jenis pertama adalah kata
gantiorang ketiga tunggal, baik dalam fungsinya sebagai pelaku atau pemilik. Dalam hal
ini nya tidak berstatus akhiran. Nya yang kedua adalah –nya yang berstatus akhiran.

Akhiran –nya mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata benda.

Contoh: baik buruk nya, merajalela nya, timbul tenggelam nya.

b. Menjelaskan atau menekankan kata yang berasa di depannya.

Contoh: Tamunya belum datang.

Ambilah obatnya dan minumlah.

Di rumah itu ada hantunya.

c. Menjelaskan situasi.

Contoh: Ia belajar dengan rajinnya.


Angin bertiup dengan kencangnya.

Ia menyanyi dengan merdunya.

d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran –nya.

Contoh: agaknya, rupanya, sesungguhnya, sebenarnya, dan lain-lain.

Sufiks -man, -wan, -wati

A. Bentuk

Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks
–man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-
masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –
mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan
kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang
sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.

B. Arti

Arti ketiga sufiks ini adalah yang mempunyai.

Contoh: seniman cendekiawan seniwati

budiman karyawan wartawan

sukarelawan gerilyawan negarawan

Sufiks-Sufiks Asing

 Selain dari akhiran-akhiran yang telah dibahas di halaman-halaman lain, masih banyak
lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia bersama-
sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya. Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran,
ada yang masih dirasakan sebagai akhiran. Ada yang berfungsi untuk membentuk kata
benda, ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja juga kata sifat.

 Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang ingin
mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang berusaha untuk
mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dalam hal yang terakhir
ini seringkali kita terbentuk pada perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan
bentuk mana yang lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
 ari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut beberapa: -isme, is,
er, if, ir, il(akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan –al ), dan lain-
lain. Contoh-contohnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-
koran, buku-buku dan sebagainya.
4. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan

dan akhiran yang membentuk satu kesatuan. Dalam bahasa Indonesia,

terdapat lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, per-an, se-nya, dan

ber-an.

Agar Anda lebih mengenal konfiks, perhatikan ciri-ciri konfiks berikut.

1. Awalan dan akhiran diletakkan pada bentuk dasar secara serentak

(tidak bertahap).

Contoh:

Para tamu sudah berdatangan.

Imbuhan ber- dan -an melekat secara serentak pada bentuk dasar

datang menjadi berdatangan. Jadi, tidak melekat secara bertahap, yaitu

ber- + datang menjadi berdatang, kemudian berakhiran -an menjadi

berdatangan atau datang + -an menjadi datangan, kemudian dilekatkan

ber- menjadi berdatangan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai

berikut.

ber- + datang + -an

berdatangan

bukan: ber- + datang + -an atau ber- + datang + -an

berdatang datangan

berdatangan berdatangan

2. Konfiks menyatakan satu makna gramatikal.

Jika salah satu konfiks itu dipisah/dipenggal, penggalan itu bukan


merupakan kata yang bermakna.

Contoh:

Kata berdatangan memiliki makna perbuatan yang dilakukan

banyak pelaku . Jika kata tersebut dipenggal menjadi berdatang dan

-an atau ber- dan datangan, kata tersebut tidak memiliki makna.

Konfiks terdiri atas lima macam sebagai berikut.

1. Konfiks ke-an

Konfiks ke-an berfungsi membentuk kata benda konkret, kata

benda abstrak, kata kerja pasif, dan kata sifat.

Makna imbuhan ke-an sebagai berikut.

a) menyatakan sifat

Contoh:

Aku kagum akan keindahan senja di Pantai Kuta.

keindahan = bersifat indah

b) menyatakan makna dalam keadaan

Contoh:

Ia menggigil kedinginan.

kedinginan = dalam keadaan dingin

c) menyatakan perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja

Contoh:

Ia ketiduran di kursi belajarnya.

ketiduran = tidak sengaja tidur

d) menyatakan makna terlalu


Contoh:

Baju Anisa kebesaran.

kebesaran = terlalu besar

e) menyatakan makna agak atau menyerupai

Contoh:

Ia memang masih kekanak-kanakan.

kekanak-kanakan = menyerupai anak-anak

f) menyatakan tempat atau daerah

Contoh:

Kedutaan besar negara-negara sahabat ada di Jakarta.

kedutaan = tempat para duta besar

g) menyatakan dapat di . . . .

Contoh:

Gunung Semeru kelihatan dari Lumajang.

kelihatan = dapat dilihat

h) menyatakan yang di- . . .

Contoh:

Dito adalah cucu kesayangan kakeknya.

kesayangan = yang disayang

2. Konfiks pe-an

Konfiks pe-an memiliki alomorf yang berwujud pe-an, pem-an, penan,

peng-an, peny-an dan penge-an.

Konfiks pe-an berfungsi membentuk kata benda.


Makna imbuhan pe-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara

Contoh:

Pengiriman barang ini dilakukan dengan paket kilat.

pengiriman = cara mengirim

b) menyatakan makna tempat

Contoh:

Kami sedang menuju pelabuhan Tanjung Perak.

pelabuhan = tempat berlabuh

c) menyatakan makna perihal

Contoh:

Pembuatan tahu ini dilakukan secara manual.

pembuatan = perihal membuat

d) menyatakan alat untuk me- . . .

Contoh:

Pendengaran nenek sudah lemah.

pendengaran = alat untuk mendengar

3. Konfik per-an

Bentuk per-an ada tiga macam, yaitu per-an, pe-an, dan pel-an.

Konfiks per-an berfungsi membentuk kata benda.

Makna imbuhan per-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara

Contoh:
Jangan terperangkap dalam pergaulan bebas tanpa batas!

pergaulan = cara bergaul

b) menyatakan makna hasil

Contoh:

Persetujuan itu telah ditandatangani kedua belah pihak.

persetujuan = hasil setuju

c) menyatakan tempat

Contoh:

Pengembang dari Jakarta itu membuat permukiman di seputar

Godean.

permukiman = tempat bermukim

d) menyatakan makna kumpulan

Contoh:

Daerah pertokoan di Jalan Kenangan akan mengalami

penggusuran lagi.

pertokoan = kumpulan toko

e) menyatakan makna hal

Contoh:

Setiap tahun pertambahan penduduk mencapai hampir sepuluh

persen.

pertambahan = hal bertambah

4. Konfik ber-an

Bentuk konfiks ber-an ada dua macam, yaitu ber-an dan be-an.
Konfik ber-an berfungsi membentuk kata kerja.

Makna imbuhan ber-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna saling

Contoh:

Mereka berpandangan ketika bertemu.

berpandangan = saling memandang

b) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan oleh banyak

pelaku

Contoh:

Para peserta seminar berhamburan keluar ruangan.

berhamburan = bersama-sama

c) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Air dari ember itu bertetesan di lantai.

bertetesan = berulang-ulang menetes

5. Konfik se-nya

Konfik se-nya berfungsi membentuk kata keterangan dari kata sifat.

Makna imbuhan se-nya sebagai berikut.

a) menyatakan makna tingkat atau paling

Contoh:

Tunjukkan hasil yang sebaik-baiknya.

sebaik-baiknya = paling baik

b) menyatakan makna waktu atau setelah


Contoh:

Setibanya di rumah hari telah malam.

Selain bentuk konfiks terdapat imbuhan yang digunakan secara

bersamaan baik awalan maupun akhiran. Bentuk ini disebut kombinasi

imbuhan. Dalam konfiks proses pembentukan kata terjadi secara serentak

sedangkan proses pembentukan kata dengan kombinasi imbuhan terjadi

secara bertahap.

Contoh:

Proses pembentukan kata berpakaian melalui dua tahap,yaitu akhiran -an

dilekatkan pada kata dasar pakai menjadi pakaian. Kemudian, kata tersebut

dilekatkan awalan ber- menjadi berpakaian. Proses ini dapat digambarkan

sebagai berikut.

ber- + pakai + -an

pakaian (1)

berpakaian (2)

Macam-macam bentuk kombinasi imbuhan sebagai berikut.

1. Imbuhan memper-kan

Fungsi imbuhan memper-kan membentuk kata kerja intransitif.

Makna imbuhan memper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Siapa yang mempertemukan sepasang kekasih itu?

mempertemukan = membuat jadi bertemu


b) menyangatkan atau intensitas

Contoh:

Mereka memperdengarkan lagu-lagu yang merdu.

memperdengarkan = berkali-kali mendengar

2. Imbuhan me-i

Fungsi imbuhan me-i membentuk kata kerja aktif.

Makna imbuhan me-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna memberi

Contoh:

Tanti menyampuli bukunya dengan sampul plastik warna biru.

menyampuli = memberi sampul

b) menyatakan makna membuang

Contoh:

Pak Sarman menguliti kambing kurban.

menguliti = membuang kulit

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Siapa yang melempari burung-burung itu?

melempari = berulang-ulang melempar

d) menyatakan hal seperti yang tersebut pada kata dasar

Contoh:

Bu Wina, wali kelasku, memarahi kami karena tidak disiplin.

memarahi = menyatakan hal marah


e) menyatakan makna melakukan suatu pekerjaan

Contoh:

Kami menemani Fita pergi ke rumah pamannya.

menemani = melakukan pekerjaan sebagai teman

f) membuat jadi

Contoh:

Saya sedang memanasi makanan ketika lampu padam.

memanasi = membuat jadi panas

g) menyatakan makna intensitas

Contoh:

Polisi sedang menyelidiki kasus pembunuhan itu.

menyelidiki = melakukan penyelidikan

h) menyatakan makna arah atau tempat

Contoh:

Para peserta lomba sudah memasuki aula.

memasuki = masuk ke

3. Imbuhan gabung di-i

Fungsi imbuhan gabung di-i membentuk kata kerja pasif.

Makna imbuhan di-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna diberi

Contoh:

Bukunya disampuli sampul plastik warna biru.

disampuli = diberi sampul


b) menyatakan makna dibuang

Contoh:

Kambing kurban dikuliti Pak Sarman.

dikuliti = dibuang kulitnya

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang

Contoh:

Burung-burung itu dilempari batu.

dilempari = dilempar berulang-ulang

d) menyatakan hal seperti tersebut pada kata dasar

Contoh:

Kami dimarahi Bu Wina karena tidak disiplin.

dimarahi = menyatakan hal marah

e) membuat jadi

Contoh:

Makanan itu sedang dipanasi ketika lampu padam.

dipanasi = membuat jadi panas

f) menyatakan makna intensitas

Contoh:

Kasus pembunuhan itu sedang diselidiki polisi.

diselidiki = dilakukan penyelidikan

4. Imbuhan me-kan

Fungsi imbuhan me-kan membentuk kata kerja transitif, yaitu kata

kerja yang memerlukan objek.


Makna imbuhan me-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Niken menjatuhkan gelas.

menjatuhkan = membuat jatuh

b) menyatakan makna melakukan tindakan untuk orang lain atau

benefaktif

Contoh:

Rina membukakan pintu saat ayahnya datang.

membukakan = membuka untuk orang lain

c) menyatakan makna menuju ke

Contoh:

Pilot itu berhasil mendaratkan pesawatnya walaupun cuaca buruk.

mendaratkan = menuju ke darat

d) menganggap sebagai

Contoh:

Jangan mendewakan kekayaan dalam kehidupan di dunia ini!

mendewakan = menganggap sebagai dewa

5. Imbuhan di-kan

Fungsi imbuhan di-kan membentuk kata kerja bentuk pasif.

Makna imbuhan di-kan menyatakan makna kausatif .

Contoh:

Bulan ini gaji karyawan PT Dewa Perkasa dinaikkan sepuluh persen.


dinaikkan = dibuat menjadi naik

6. Imbuhan ber-kan

Fungsi imbuhan ber-kan membentuk kata kerja.

Makna imbuhan ber-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna memakai

Contoh:

Keputusan itu diambil berdasarkan kesepatan semua anggota.

berdasarkan = memakai dasar

b) berfungsi sebagai pemanis

Contoh:

Malam ini tempat keramaian itu bermandikan cahaya bulan.

7. Imbuhan diper-kan

Fungsi imbuhan diper-kan membentuk kata kerja pasif.

Makna imbuhan diper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif

Contoh:

Astuti dan Hidayat dipertemukan oleh orang tua masing-masing.

dipertemukan = menyebabkan bertemu

b) menyatakan makna intensitas atau menyangatkan

Contoh:

Masalah kenaikan harga BBM ramai diperbincangkan.

diperbincangkan = berkali-kali dibicarakan

8. Imbuhan memper-i
Fungsi imbuhan memper-i membentuk kata kerja.

Makna imbuhan memper-i menyatakan makna membuat jadi atau

kausatif .

Contoh:

Bayu memperbaiki sepeda adiknya.

memperbaiki = membuat jadi baik

9. Imbuhan diper-i

Fungsi imbuhan diper-i membentuk kata kerja.

Makna imbuhan diper-i menyatakan makna kausatif atau membuat

jadi .

 PRONOMINA
Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu

kepada nomina lain. Nomina perawat dapat diacu dengan pronomina dia atau ia. Bentuk –nya

pada Meja itu kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat

dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti

subjek, objek, dan –dalam macam kalimat tertentu- juga predikat. Ciri lain yang dimiliki

pronomina adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung kepada siapa

yang menjadi pembicara/ penulis, siapa yang menjadi pendengar/ pembaca, atau siapa/ apa yang

dibicarakan.

Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu 1) pronomina persona, 2)

pronomina penunjuk, dan 3) pronomina penanya.

1. Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang.

Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu

pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang dibicarakan

(pronomina persona ketiga). Di antara pronomina itu, ada yang mengacu pada jumlah satu atau

lebih dari satu. Ada bentuk yang bersifat ekslusif, ada yang bersifat inklusif, dan ada yang

bersifat netral.

a. Persona Pertama

Persona pertama dalam bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku. Ketiga bentuk itu

adalah baku, tetapi mempunyai tempat pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk yang

formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Persona pertama aku lebih

banyak dipakai dalam pembicaraan batin dalam situasi yang tidak formal dan yang lebih banyak

menujukkan keakraban antara pembicara/ penulis dan pendengar/ pembaca. Oleh karena itu,

bentuk ini sering ditemukan dalam cerita, puisi, dan percakapan sehari-hari. Persona pertama

daku umumnya dipakai dalam karya sastra.

b. Persona Kedua

Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau,

kau-, -mu. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya.

1) Persona kedua engkau, kamu, dan –mu dipakai oleh:

a) Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama.

Contoh: Kamu sudah bekerja, ‘kan?

b) Orang yang status sosialnya lebih tinggi.

Contoh: Apakah hasil rapat kemarin sudah kamu ketik, Lisa?

c) Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial.
Contoh: Kapan kerbaumu akan kamu carikan rumput?

2) Persona kedua Anda dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, seperti halnya kata you dalam

bahasa Inggris. Pada saat ini pronomina Anda dipakai :

a) Dalam hubungan tak pribadi sehingga Anda tidak diarahkan pada satu orang khusus.

b) Dalam hubungan bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal ataupun

terlalu akrab.

3) Seperti halnya daku, dikau juga dipakai dalam ragam bahasa tertentu, khususnya ragam sastra.

c. Persona Ketiga

Ada dua macam persona ketiga tunggal, yaitu 1) ia, dia, dan –nya, 2) beliau. Meskipun

ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, ada kendala tertentu yang dimiliki oleh masing-

masing. Dalam posisi subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan

tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya

bentuk dia dan –nya yang dapat muncul. Demikian pula dalam kaitannya dengan preposisi, dia

dan –nya dapat dipakai, tetapi ia tidak.

2. Pronomina Penunjuk

Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu a) pronomina

penunjuk umum, b) pronomina penunjuk tempat, dan c) pronomina penunjuk ihwal.

a) Pronomina penunjuk umum

Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang

dekat dengan pembicara/ penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan

disampaikan. Untuk acuan pada yang agak jauh dari pembicara/ penulis, pada masa lampau, atau

pada informasi yang sudah disampaikan, digunakan kata itu.


b) Pronomina penunjuk tempat

Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini, situ, atau sana. Titik

pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ) dan

jauh (sana). Karena meunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu

arah, di, ke, dan dari, sehingga di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.

3. Pronomina penanya

Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari

segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai 1) orang, 2) barang, atau 3) pilihan.

Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa bila barang;

dan mana bila suatu pilihan tentang orang atau barang.

(erlin)

Pengertian kata sifat (adjektiva)

Definisi kata sifat atau adjektiva adalah suatu kata yang digunakan untuk mengungkap
sifat atau keadaan suatu objek, baik itu manusia, hewan dan tumbuhan serta barang/
benda. Sehingga dapat di simpulkan bahwa arti kata sifat (adjektiva) adalah ni
suatu kelas kata yang merubah suatu kata benda ataupun kata ganti, dengan
menjelaskan serta membuat kata tersebut menjadi lebih khusus (spesifik) yang bisa
menjelaskan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, ataupun penekanan dari suatu
kata.

Ciri-ciri kata sifat (adjektiva)

Didalam kata sifat, terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut :

1. Kata sifat (adjektiva) dapat ditambahkan atau diberikan dengan kata keterangan
pembanding yang menggunakan dari kata seperti berikut dibawah ini :
a. Paling
Contohnya adalah paling cantik, paling indah, paling tampan dan lain sebagainya.
b. Lebih
Contohnya adalah lebih cantik, lebih indah, lebih tampan dan lain sebagainya.
c. Kurang
Contohnya adalah kurang cantik, kurang indah, kurang tampan dan lain sebagainya.

2. Kata sifat (adjektiva) dapat ditambahkan atau diberikan dengan kata keterangan
penguat yang menggunakan dari kata seperti berikut dibawah ini :
a. Benar
Contohnya adalah menawan benar, indah benar, dermawan benar dan lain sebagainya.
b. Sekali
Contohnya adalah menawan sekali, indah sekali, dermawan sekali dan lain sebagainya.
c. Terlalu
Contohnya adalah terlalu menawan, terlalu indah, terlalu dermawan dan lain
sebagainya.
d. Amat
Contohnya adalah amat menawan, amat indah, amat dermawan dan lain sebagainya.
e. Sangat
Contohnya adalah sangat menawan, sangat indah, sangat dermawan dan lain
sebagainya.

3. Kata sifat (adjektiva) bisa diingkari/ditolak dengan kata “tidak”. Contohnya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak pandai.
b. Tidak buruk.
c. Tidak benar.
d. Tidak tampan.
e. Tidak dermawan.
f. Tidak sabar.
g. Tidak ramah.
h. Tidak cantik dan lain sebagainya.

4. Kata sifat (adjektiva) bisa diulang-ulang (kata pengulangan) dengan diawali (se-) dan
diakhiri dengan (-nya). Contohnya adalah seperti berikut :
a. Sebaik-baiknya.
b. Setulus-tulusnya.
c. Semulus-mulusnya.
d. Selancar-lancarnya.
e. Sebanyak-banyaknya.
f. Seburuk-buruknya.
g. Secantik-cantiknya.
h. Setampan-tampanya dan lain sebagainya.

5. Kata sifat (adjektiva) terdapat didalam kata-kata tertentu yang menggunakan akhiran
seperti berikut :
a. Akhiran –er
Contohnya adalah karier, honorer, kaskuser, hijaber dan lain sebagainya.
b. Akhiran –wi
Contohnya adalah manusiawi, duniawi, surgawi, kimiawi dan lain sebagainya.
c. Akhiran -iah
Contohnya adalah alamiah, islamiah, ilmiah dan lain sebagainya.
d. Akhiran –if
Contohnya adalah naif, positif, aktif, pasif, naratif, konsumtif dan lain sebagainya.
e. Akhiran –al
Contohnya adalah normal, formal, struktural, fungsional, netral dan lain sebagainya.
f. Akhiran –ik
Contohnya adalah elektrik, munafik, menarik dan lain sebagainya.
Baca juga Pengertian, Contoh Kata Umum Dan Khusus

Proses pembentukan kata sifat (adjektiva)

Didalam kata sifat (adjektiva), dapat terbentuk karena adanya beberapa proses yang
terjadi yang diantaranya yakni antara lain sebagai berikut :

1. Terbentuk berdasarkan dari kata dasar


Contohnya adalah tinggi-pendek, tua-muda, kaya-miskin, gagal-sukses, besar-kecil,
maju-mundur, atas-bawah, kuat-lemah, sehat-sakit, rajin-malas, maju-mundur, tarik-ulur
dan lain sebagainya.

2. Terbentuk berdasarkan dari kata imbuhan (jadian)


Contohnya adalah terkaya, termakmur, tertampan, tercantik, terpandai, tertinggi,
terpendek, tertua, termuda, terbesar, terkecil, teratas, terbawah, terkuat, terlemah,
tertarik, terulur dan lain sebagainya.

3. Terbentuk berdasarkan dari kata pengulangan (ulang)


Contohnya adalah compang-camping, ombang-ambing, pontang-panting, porak-
poranda, gelap-gulita dan lain sebagainya.
4. Terbentuk berdasarkan dari kata serapan
Contohnya adalah kreatif, legal dan lain sebagainya.
5. Terbentuk berdasarkan dari kata ataupun kelompok kata
Contohnya adalah murah senyum, baik hati, lemah jiwa, keras kepala dan lain
sebagainya.

KONJUNGSI

Konjungsi adalah kata hubung. Konjungsi terdiri atas konjungsi koordinatif, subordinatif,
korelatif, anatarkalimat, dan antarparagraf.
Beberapa konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi.
Konjungsi subordinatif : sesudah, sebelum, sementara, jika, agar, supaya, meskipun, allih-alih,
sebagai, sebab, karena, maka.
Konjungsi korelatif : baik…..maupun….., tidak hanya……, tetapi, demikian (rupa)….sehingga,
entah….., entah….., jangankan…., pun….
Konjungsi antarkalimat : sungguhpun demikian, sekalipun demikian, meskipun demikan,
selanjutnya, sesudah itu, setelah itu, di samping itu, sebaliknya, akan tetapi.

Contoh Konjungsi Koordinatif, Subordinatif, Korelatif, dan Antarkalimat

Dibawah ini merupakan contoh dari beberapa konjungsi-konjungsi yang sudah tertera di atas.
Konjungsi No Kalimat
Koordinatif1. Tradisi film musikal yang
dikembangkan di Hollywood
mengacu pada kecenderungan
film-film musikl klasik tahun
1930-196-an yang berpaku pada
hal-hal yang berlawanan (oposisi
biner), terutama berkaitan dengan
gender, ras, agama, latar
belakang, atau temperamen.
 Dan 2. Hal itu tergambar pada kondisi
keluarga Aldo dan teman-teman
Rara, antara si miskin dan si
kaya.
 Atau 3. Aldo mewakili ide paradoks
keluarga borjuis yang pemenuhan
kebutuhanfisiknya
berlebihan, tetapijiwanya kering
mengakibatkan dilemma
personal.
 tetapi 4. Rara tinggal disebuah rumah
tidak berjendela yang terbuat dari
seng, tripleks, dan kayu bekas di
salah satu kawasan permukiman
kumuh.
5. Dalam model utopia (khayalan)
yang terdapat di dalam film
tersebut, anak-anak menjadi
“penanda” dari
kelahiran atautakdir manusia.

Konjungsi No Kalimat
Subordinatif 1. Lebih jauh lagi, kemalangan
 Sementara Rara tersebut digunakan sebagai
pelajaran yang bisa diprtik bagi
keluarga Aldo, bahwa mereka
harus bersyukur atas semua
yang mereka punyai (harta dan
keluarga yang
utuh),sementara ada orang-
orang yang tidak berpunya
seperti Rara.
 Karena 2. Karena hanya dalam kondisi
itulah, si kaya termungkinkan
ada dan bisa melanjutkan upaya
memperkaya diri
mereka,dengan membiarkan
kemiskinan ada dan ‘tidak
tampak’ di depan mata.
 Sebagai 3. Sayang, sebagai sebuah film
musikal, tidak banyak yang
disumbangkan oleh lagu-lagu
yang dinyanyikan dan ditarikan
dalam film ini, kecuali
penekanan dramatis belaka.
 Jika 4. Apa yang akan kalian
lakukan jika ingin melontarkan
kritik terhadap hasil karya
seseorang?
 Maka 5. Saat partikel-partikel air murni
tersebut bersentuhan dengan
udara, maka air murni tersebut
terkotori oleh partikel-partikel
lain.
 Alih-alih 6. Keiniginan Rara untuk memiliki
sesuatu, alih-alih dimaknai
sebagai hasrat kepemilikan
yang lumrah dimiliki semua
orang, justru dianggap sebagai
sesuatu yang
menyalahi/mengingkari
takdirnya sebagai orang yang
tidak berpunya.

Konjungsi No Kalimat
Korelatif 1. Layaknya dongeng anak-anak
 Baik..…… dalam majalah Bobo, film “Rumah
maupun….., Tanpa Jendela” menyampaikan
ajaran moral pada anak-anak untuk
menghadapi realita sosila dalam
masyarakat yang terfragmantasi
dalam perbedaan, baik secara
srtuktur social-ekonomi maupun
kondisi fisik/mental.
 Tidak 2. Tidak hanya kehilangan
hanya…., anaknya, tetapiia juga kehilangan
tetapi seluruh hartanya dalam musibah
itu.
 Demikian 3. Adiknya
(rupa)….. belajar demikian tekun,sehingga ia
sehingga…. dapat menjadi juara kelas.
 Entah….., 4. Entah diterima entah tidak, ia
entah…… akan mengajukan surat
pengunduran diri itu.
 Jangankan…,
5. Jangankan tidur,
…pun… duduk pun badan ku rasanya pegal
sekali.

Konjungsi No Kalimat
Antarkalimat1. Dengan begitu, mereka
 Dengan melakukan kewajiban membalas
begitu budi tanpa perlu mengorbankan
kenyamanan dengan berbagai
kepemilikan ataupun terlibat
secara dekat.
 Sementara 2. Sementara itu, Rara mewakili
itu narasi kemiskinan dalam segala
keterbatasan materialnya : rumah
tanpa jendela, sekolah seadanya,
kerja sampingan.
 Setelah itu 3. Drama ini dipentaskan di Graha
Bakti Budaya Taman Ismail
Marzuki (TIM), Jakarta,6-8
Agustus 2001, dan setelah
itu digelar di Societeit, Taman
Budaya, Yogyakarta, 16-18
Agustus.
 Selanjutnya4. Selanjutnya, setelah membaca
ketiga teks ulasan di depan,
apakah kalian menemukan
perbedaan struktur teks
ketiganya?
 Sebaliknya 5. Begitupun sebaliknya, kalimat
aktif bisa diubah menjadi
kalimat pasif.
 Meskipun 6. Meskipun demikian,
demikian konsentrasi gempa cenderung
terjadi di tempat-tempat tertentu
saja, seperti pada batas plat
pasifik.
SAVINA

Preposisi (kata depan) berguna untuk menandai berbagai hubungan makna antara kata di depan
preposisi dengan kata yang berada di belakang preposisi.

Contoh: Ada tapak yang menjauh ke Utara

Dalam frasa Ada tapak yang menjauh ke Utara, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara
Arah tapak yang menjauh dan Utara.

Macam-macam preposisi
Ditinjau dari bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan gabungan.

1. Preposisi Tunggal

Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata.

Bentuk preposisi tunggal sebagai berikut.

a. Kata dasar (misal: di, ke, dari, dan pada)

Contoh: Yang dimaksud karya tulis di sini adalah karangan ilmiah.

b. Kata berafiks (misal: selama, mengenai, dan sepanjang)

Contoh: Puisi merupakan pengalaman batin penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan
melalui media bahasa yang estetis.

2. Preposisi Gabungan
Contoh Kalimat Preposisi

Berikut ini bentuk preposisi gabungan.

a. Preposisi yang berdampingan adalah preposisi yang terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan
(misal: daripada, kepada, selain dari).

Contoh: Buku itu diberikan kepada ibu.

b. Preposisi yang berkorelasi adalah preposisi yang terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan
tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain (misal: antara ... dan ..., dari ... sampai ..., sejak ... hingga ...).

Contoh: Antara puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan cerita rakyat Damarwulan memiliki
persamaan.

Contoh kalimat menggunakan preposisi dari dan daripada


Akan tetapi, pada materi ini, kalian hanya akan dilatih untuk menggunakan preposisi (kata depan) dari
dan daripada.

Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

1. Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun karena angin pada kemuning.

2. Nina lebih gemar membaca daripada kakaknya.

Pada kalimat (1) preposisi dari hanya dipakai untuk menyatakan asal, sedangkan pada kalimat (2)
preposisi daripada dipakai untuk menyatakan perbandingan.

Akan tetapi, orang-orang sering menyalahgunakan penggunaan preposisi daripada ini. Perlu
diperhatikan bahwa preposisi daripada hanya dipakai untuk menyatakan perbandingan dan bukan untuk
menyatakan milik, menyatakan asal, atau menghubungkan kata kerja dengan unsur yang mengikutinya.

Berikut ini contoh pemakaian yang keliru (kalimat 1) dan perbaikannya (kalimat 2).

1. Anjasmara adalah kekasih daripada Damarwulan.

2. Anjasmara adalah kekasih Damarwulan.

Ciri-Ciri Kata Depan

Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan
klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:

 Tempat berada: di, pada, dalam atas dan antara.


 Arah asal: dari
 Arah tujuan: ke, kepada, akan dan terhadap
 Pelaku: oleh
 Alat: dengan dan berkat
 Perbandingan: dari pada
 Hal/masal: tentang, mengenai
 Akibat: hingga, sampai
 Tujuan: untuk, buat, guna dan bagi
 Demi dan menurut

Pengertian Artikel
KBBI (2006) – Artikel ialah sebuah karya tulis secara lengkap, contohnya esai di majalah atau
laporan berita, surat kabar, dls.

Sumandiria (2004) – Artikel merupakan sebuah tulisan lepas yang berisikan opini atau pendapat
seseorang yang mengupas tuntas tentang sebuah masalah yang sifatnya aktual & biasanya
kontroversial dengan tujuan untuk mempengaruhi, memberitahu, meyakinkan & menghibur para
pembaca.

Al-‘Aqli – Artikel merupakan sebuah tulisan yang ditulis oleh masing-masing disiplin ilmu &
setiap pembahasan dikaji dan diselesaikan dengan cara tuntas, lugas dan jelas sehingga para
pembaca dapat mengambil inti sari dari sebuah karangan yang ditulis.
The America Heritage Desk Dictionary (1981) – Artikel merupakan bagian
tulisan nonfiksi dalam bentuk bebas, dimana bagian dari penerbitannya seperti pada laporan
essai.

Ciri-Ciri Artikel

Ciri-cirinya antara lain:

 Memiliki isi yang bersumber pada fakta dan tidak hanya sekedar realita;
 Berisikan tulisan yang singkat, padat, jelas dan tuntas;
 Hasil tulisannya original;
 Sifatnya faktual dengan mengungkapkan berbagai data yang diketahui oleh pengarang;
 Isi atau uraian karangannya sesuai fakta yang diperoleh dari narasumber atau objeknya,
jadi tidak hanya hasil pemikiran si penulis;
 Isi artikel bisa berupa pemaparan mengenai biografi seorang tokoh, peristiwa, kisah
perjalanan seseorang, argumentasi, hasil riset, berita terkini dls;
 Gagasan yang diangkat harus menyangkut kebutuhan para pembaca atau khalayak umum.
 Konjungsi Koordinatif
 Konjungsi koordinatif merupakan kata penghubung untuk menghubungkan dua atau lebih unsur
kalimat yang setara kedudukannya.
 Contoh Konjungsi Koordinatif
 penambahan: dan
 pendampingan: serta
 pemilihan: atau
 perlawanan: sedangkan, padahal
 pertentangan: tetapi, namun
 Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Koordinatif
 1. Dedi dan Dodi sedang belajar bersama.
 2. Angga serta adiknya rela bekerja untuk membantu ibunya.
 3. Yudi bingung mau makan bakso atau soto.
 4. Riswanto ingin membeli motor, sedangkan uangnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-
hari.
 5. Adi ingin bermain ke rumah temannya, tetapi ibunya melarang.
 2. Konjungsi Subordinatif
 Konjungsi subordinatif merupakan kata penghubung untuk menghubungkan untuk
menghubungkan dua unsur kalimat yang kedudukannya tidak setara.
 Contoh Konjungsi Subordinatif
 tujuan: supaya, agar, biar
 syarat: bila, jika, kalau, jikalau
 waktu: sejak, ketika, saat, semenjak, sewaktu, selama, sesudah, setelah, sebelum, sampai,
hingga
 pengandaian: seandainya, seumpama, andaikan, umpamanya, sekiranya
 alat: dengan, tanpa
 hasil: sehingga, sampai, maka
 sebab: karena, sebab, oleh karena, oleh sebab
 pembandingan: ibarat, seperti, seolah-olah, seakan-akan, daripada, sebagaimana, alih-alih,
laksana
 konsesif: biarpun, walaupun, kendati, sungguhpun, sekalipun
 atributif: yang
 komplementasi: bahwa
 cara: dengan, tanpa
 perbandingan: sama … dengan, lebih … dari(pada)
 Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Subordinatif
 1. Nia tidak ingin bangun terlambat agar tidak terlambat datang ke sekolah.
 2. Reyhan sudah menjadi guru selama 10 tahun.
 3. Ia tidak mau menuruti nasihat ibunya sehingga membuat ibunya marah.
 4. Anita lebih baik menuruti nasihat ibunya daripada menuruti kata-kata teman-temannya.
 5. Amir ingin memberi modal usaha kepada Riyadi karena ia ingin membalas budi kepadanya.
 3. Konjungsi Korelatif
 Konjungsi korelatif merupakan kata penghubung berupa kata yang berpasangan untuk
menghubungkan dua unsur kalimat yang kedudukannya setara.
 Contoh Konjungsi Korelatif
 tidak hanya …, tetapi juga
 baik … maupun
 jangankan …, … pun
 entah … entah
 bukan hanya …, melainkan juga
 apa(kah) … atau
 sedemikian rupa … sehingga
 demikian … sehingga
 bukannya …, melainkan
 Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Korelatif
 1. Ia tidak hanya terlibat dalam kasus korupsi, tetapi juga terlibat dalam kasus suap.
 2. Entah benar entah tidak, ia mengklaim dirinya sebagai keturunan bangsawan.
 3. Jangankan membeli sepeda motor, mobil pun sanggup ia beli.
 4. Ia telah menutupi bukti kejahatannya sedemikian rupa sehingga ia masih bebas berkeliaran.
 5. Baik Andika maupun Karto, keduanya tidak ada yang mau mengaku.

Anda mungkin juga menyukai