Struktur teks itu adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks sehingga menjadi suatu teks
yang utuh. Adapun struktur yang membangun teks ulasan terdiri dari orientasi, tafsiran, evaluasi,
dan rangkuman. Baiklah mari kita bahas struktur teks ulasan dibawah ini yang telah saya susun
lengkap agar dapat dipelajari dengan mudah oleh sobat-sobat semua.
1. Orientasi, berisi pengenalan tentang gambaran umum mengenai sebuah karya (film dan
drama) yang akan diulas. Gambaran umum ini menyiapkan "latar belakang" bagi
pembaca mengenai apa yang akan diulas.
2. Tafsiran, berisi gambaran detail mengenai sebuah karya (film dan drama) yang diulas,
misalnya bagian-bagian dari hasil karya, keunikan, keunggulan, kualitas, dan sebagainya.
3. Evaluasi, berisi pandangan dari pengulas mengenai hasil karya yang diulas. Hal ini
dilakukan setelah melakukan tafsiran yang cukup terhadap hasil karya tersebut. Pada
bagian ini penulis akan menyebutkan bagian yang bernilai (kelebihan) atau bagian yang
kurang bernilai (kekurangan) dari suatu karya (film dan drama).
4. Rangkuman, berisi kesimpulan dari ulasan terhadap suatu karya (film dan drama).
Bagian ini juga memuat komentar penulis apakah hasil karya tersebut bernilai/berkualitas
atau tidak untuk ditonton/disaksikan.
KATA DASAR
kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang
menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan, duduk, pulang,
tinggal, datang, minum, langkah, pindah,tidur,bangun dll. Kata ulang adalah bentuk kata yang
merupakan pengulangan kata dasar.
verba aktif
verba aktif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan sebagai pelaku. Verba demikian
biasanya berprefiks me-, ber-, atau tanpa prefiks.
Contoh :
Dia mencintai saya
Saya makan nasi
**Apabila ditandai oleh sufiks –kan, maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contoh :
Ia membuatkan saya baju
Ibu memasakan kami makanan.
**Apabila ditandai oleh sufiks –i, maka verba bermakna lokatif atau repetitif.
Contohnya :
Pak tani menanami sawah
Adik menyirami bunga
Orang itu memukuli anjingnya
Paman menguliti kambing.
- verba pasif
verba pasif yaitu kata kerja atau verba yang subyeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau
hasil.
Biasanya diawali dengan prefiks ter-, atau di-.
Contoh :
Adik dipukul ayah.
Buku itu terinjak olehku.
**Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan mengganti
afiksnya.
Contoh :
Adik disayang ayah. (pasif)
Ayah menyayangi adik (aktif)
ATHIRA :
Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata
“prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix” yang terdiri dari kata dasar “fix” yang berarti
“membubuhi” dan prefiks “pre-“, yang berarti “sebelum”.
Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk menurunkan sebuah kata. Dalam
studi bahasa Semitik, sebuah prefiks disebut dengan “preformatif”, karena prefiks dapat
mengubah bentuk kata yang dibubuhinya.
Macam-macam Prefiks
Prefiks di-
Berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif. Contoh: diambil, diketik, ditulis,
dijemput, dikelola
Prefiks me-
Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural. Prefiks ini
mengandung beberapa arti:
1. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: menari, melompat,
mengarsip, menanam, menulis, mencatat
2. ‘membuat jadi atau menjadi’. Contoh: menggulai, menyatai, menjelas, meninggi,
menurun, menghijau, menua
3. ‘mengerjakan dengan alat’. Contoh: mengetik, membajak, mengail, mengunci, mengetam
4. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’. Contoh: membujang, menjanda, membabi
buta
5. ‘mencari atau mengumpulkan’. Contoh: mendamar, merotan
Prefiks ber-
Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri)
Prefiks ini mengandung arti :
Prefiks pe-
Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini
mendukung makna gramatikal:
1. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: penguji, pemisah, pemirsa,
penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
2. ‘alat untuk me…’. Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris
3. ‘orang yang gemar’. Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
4. ‘orang yang di …’. Contoh: petatar, pesuruh
5. ‘alat untuk …’. Contoh: perasa, penglihat, penggali
Prefiks per-
Berfungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti:
Prefiks ter-
Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
1. ‘dalam keadaan di’. Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat
2. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul
3. ‘dapat di-‘. Contoh: terangkat, termakan, tertampung
4. ‘paling (superlatif)’. Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
Prefiks ke-
Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata
kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di … i’, atau ‘yang
di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.
2. Infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang memiliki
infiks misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa lainnya.
Penurunan nomina dengan memakai infiks tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita
temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai
kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat
diberi sisipan:
Sisipan -el-
Sisipan -er-
Sisipan -em-
Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-” yang keduanya luluh menjadi
“pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin” yang diberi infiks “-em-” melainkan “pimpin”
yang diberi awalan “pe-“
Sisipan -in-
Sisipan -ah-
Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks, maka diperlukan
pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata “keledai”
bukanlah kata “kedai” yang diberi sisipan “-el-“.
3. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata. Dalam bahasa
Indonesia, “-nya”, sebagai contoh adalah sebuah sufiks.
ke-an
pe-an
per-an
SUFIKS (akhiran)
Sufiks –an
A. Fungsi
Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena pengaruh beberapa
bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat pula sufiks –an yang berfungsi membentuk
kata sifat, nemun bentuk ini belum terlalu produktif.
B. Arti
Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti berikut:
1. Tempat
5. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam kata
dasar.
8. Tiap-tiap
Contoh: harian, bulanan, mingguan, tahunan, lusinan, dan lain-lain.
9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar
Sufiks -i
A. Bentuk
B. Fungsi
C. Arti
Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan suatu tempat atau arah
berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ). Karena objeknya itu menjadi tempat
berlangsungnya suatu peristiwa, maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada
Menyakiti hatinya.
Sufiks -kan
A. Bentuk
B. Fungsi
C. Arti
Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan adalah:
b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat, atau membuat dengan.
d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata tugas akan.
Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu membentuk kata kerja.
Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu perbedaan terutama dalam hubungan dengan
objeknya. Hubungan antara kata kerja yang berakhiran –i dengan objeknya adalah objek berada
dalam keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan untuk sufiks –
kan , objeknya berada dalam keadaan bergerak.
Contoh: Perhimpunan itu mendatangkan sebuah regu sepak bola.
Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara kedua akhiran itu.
Sufiks -nya
Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya. Nya jenis pertama adalah kata
gantiorang ketiga tunggal, baik dalam fungsinya sebagai pelaku atau pemilik. Dalam hal
ini nya tidak berstatus akhiran. Nya yang kedua adalah –nya yang berstatus akhiran.
a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata benda.
c. Menjelaskan situasi.
d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran –nya.
A. Bentuk
Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks
–man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-
masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –
mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan
kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang
sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.
B. Arti
Sufiks-Sufiks Asing
Selain dari akhiran-akhiran yang telah dibahas di halaman-halaman lain, masih banyak
lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia bersama-
sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya. Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran,
ada yang masih dirasakan sebagai akhiran. Ada yang berfungsi untuk membentuk kata
benda, ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja juga kata sifat.
Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang ingin
mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang berusaha untuk
mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dalam hal yang terakhir
ini seringkali kita terbentuk pada perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan
bentuk mana yang lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
ari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut beberapa: -isme, is,
er, if, ir, il(akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan –al ), dan lain-
lain. Contoh-contohnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-
koran, buku-buku dan sebagainya.
4. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan
terdapat lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, per-an, se-nya, dan
ber-an.
(tidak bertahap).
Contoh:
Imbuhan ber- dan -an melekat secara serentak pada bentuk dasar
berikut.
berdatangan
berdatang datangan
berdatangan berdatangan
Contoh:
-an atau ber- dan datangan, kata tersebut tidak memiliki makna.
1. Konfiks ke-an
a) menyatakan sifat
Contoh:
Contoh:
Ia menggigil kedinginan.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
g) menyatakan dapat di . . . .
Contoh:
Contoh:
2. Konfiks pe-an
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
3. Konfik per-an
Bentuk per-an ada tiga macam, yaitu per-an, pe-an, dan pel-an.
Contoh:
Contoh:
c) menyatakan tempat
Contoh:
Pengembang dari Jakarta itu membuat permukiman di seputar
Godean.
Contoh:
penggusuran lagi.
Contoh:
persen.
4. Konfik ber-an
Bentuk konfiks ber-an ada dua macam, yaitu ber-an dan be-an.
Contoh:
pelaku
Contoh:
berhamburan = bersama-sama
Contoh:
5. Konfik se-nya
Contoh:
Contoh:
secara bertahap.
Contoh:
Proses pembentukan kata berpakaian melalui dua tahap,yaitu akhiran -an
dilekatkan pada kata dasar pakai menjadi pakaian. Kemudian, kata tersebut
sebagai berikut.
pakaian (1)
berpakaian (2)
1. Imbuhan memper-kan
Contoh:
Contoh:
2. Imbuhan me-i
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
f) membuat jadi
Contoh:
Contoh:
Contoh:
memasuki = masuk ke
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
e) membuat jadi
Contoh:
Contoh:
4. Imbuhan me-kan
Contoh:
benefaktif
Contoh:
Rina membukakan pintu saat ayahnya datang.
Contoh:
d) menganggap sebagai
Contoh:
5. Imbuhan di-kan
Contoh:
6. Imbuhan ber-kan
Contoh:
Contoh:
7. Imbuhan diper-kan
Contoh:
Contoh:
8. Imbuhan memper-i
kausatif .
Contoh:
9. Imbuhan diper-i
jadi .
Contoh:
2. Prefiks
Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata
“prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix” yang terdiri dari kata dasar “fix” yang berarti
“membubuhi” dan prefiks “pre-“, yang berarti “sebelum”.
Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk menurunkan sebuah kata. Dalam
studi bahasa Semitik, sebuah prefiks disebut dengan “preformatif”, karena prefiks dapat
mengubah bentuk kata yang dibubuhinya.
Macam-macam Prefiks
Prefiks di-
Berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif. Contoh: diambil, diketik, ditulis,
dijemput, dikelola
Prefiks me-
Berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural. Prefiks ini
mengandung beberapa arti:
6. ‘melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: menari, melompat,
mengarsip, menanam, menulis, mencatat
7. ‘membuat jadi atau menjadi’. Contoh: menggulai, menyatai, menjelas, meninggi,
menurun, menghijau, menua
8. ‘mengerjakan dengan alat’. Contoh: mengetik, membajak, mengail, mengunci, mengetam
9. ‘berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai’. Contoh: membujang, menjanda, membabi
buta
10. ‘mencari atau mengumpulkan’. Contoh: mendamar, merotan
Prefiks ber-
Berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri)
Prefiks ini mengandung arti :
Prefiks pe-
Berfungsi membentuk kata benda dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri. Prefiks ini
mendukung makna gramatikal:
6. ‘pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar’. Contoh: penguji, pemisah, pemirsa,
penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
7. ‘alat untuk me…’. Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris
8. ‘orang yang gemar’. Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
9. ‘orang yang di …’. Contoh: petatar, pesuruh
10. ‘alat untuk …’. Contoh: perasa, penglihat, penggali
Prefiks per-
Prefiks ter-
Berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
5. ‘dalam keadaan di’. Contoh: terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat
6. ‘dikenai tindakan secara tak sengaja’. Contoh: tertinju, terbawa, terpukul
7. ‘dapat di-‘. Contoh: terangkat, termakan, tertampung
8. ‘paling (superlatif)’. Contoh: terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
Prefiks ke-
Berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata
kerja. Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal ‘yang di … i’, atau ‘yang
di … kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua.
2. Infiks
12.00
Normal
0
false
false
false
IN
X-NONE
X-NONE
MicrosoftInternetExplorer4
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:”Times New Roman”;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-fareast-language:EN-US;}
Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah kata. Beberapa bahasa yang memiliki
infiks misalnya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Tagalog, dan beberapa bahasa lainnya.
Penurunan nomina dengan memakai infiks tidaklah produktif lagi dalam bahasa Indonesia. Kita
temukan kini beberapa contoh yang sudah membatu dan oleh banyak orang dianggap sebagai
kata yang monomorfemis. Berikut daftar kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki/dapat
diberi sisipan:
Sisipan -el-
Sisipan -er-
Sisipan -em-
Bedakan dengan kata berawalan “p” yang dilekati awalan “pe-” yang keduanya luluh menjadi
“pem-“, misalnya “pemimpin” bukan “pimpin” yang diberi infiks “-em-” melainkan “pimpin”
yang diberi awalan “pe-“
Sisipan -in-
Sisipan -ah-
Dikarenakan tidak ada suatu daftar kata-kata yang dapat diimbuhi infiks, maka diperlukan
pengetahuan kosakata bahasa Indonesia untuk misalnya membedakan bahwa kata “keledai”
bukanlah kata “kedai” yang diberi sisipan “-el-“.
3. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata. Dalam bahasa
Indonesia, “-nya”, sebagai contoh adalah sebuah sufiks.
Daftar akhiran dalam bahasa Indonesia
-an
-i
-kan
-ku, -mu, -nya
-kah, -lah, -tah
ke-an
pe-an
per-an
SUFIKS (akhiran)
Sufiks –an
A. Fungsi
Sufiks –an pertama-tama berfungsi untk membentuk kata benda. Karena pengaruh beberapa
bahasa daerah atau dialek maka di sana-sini terdapat pula sufiks –an yang berfungsi membentuk
kata sifat, nemun bentuk ini belum terlalu produktif.
B. Arti
Kata-kata yang mengandung sufiks –an, dapat mendukung salah satu arti berikut:
1. Tempat
5. Sesuatu yang di… atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam kata
dasar.
8. Tiap-tiap
9. Sesuatu yang mempunyai sifat sebagai yang diesbut pada kata dasar
Sufiks -i
A. Bentuk
B. Fungsi
C. Arti
Tafsiran arti yang diturunkan dari kata-kata yang berakhiran –i adalah sebagai berikut:
1. Menyatakan bahwa objek dari kata-kerja itu menunjukkan suatu tempat atau arah
berlangsungnya peristiwa tersebut ( lokatif ). Karena objeknya itu menjadi tempat
berlangsungnya suatu peristiwa, maka akibatnya objek itu tidak bergerak, berada
dalam keadaan diam.
Menyakiti hatinya.
Sufiks -kan
A. Bentuk
B. Fungsi
C. Arti
Macam-macam bidang arti yang dapat didukung oleh sufiks – kan adalah:
b. Suatu variasi dari arti kausatif adalah menggunakan sebagai alat, atau membuat dengan.
d. Ada pula sufiks – kan yang sebenarnya merupakan ringkasan dari kata tugas akan.
Baik sufiks – kan maupun sufiks –i mempunyai fungsi yang sama yaitu membentuk kata kerja.
Tetapi kedua akhiran itu mengandung suatu perbedaan terutama dalam hubungan dengan
objeknya. Hubungan antara kata kerja yang berakhiran –i dengan objeknya adalah objek berada
dalam keadaan diam, menjadi tempat berlangsungnya perbuatan itu. Sedangkan untuk sufiks –
kan , objeknya berada dalam keadaan bergerak.
Walaupun begitu kadang-kadang tidak terasa lagi perbedaan antara kedua akhiran itu.
Sufiks -nya
Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya. Nya jenis pertama adalah kata
gantiorang ketiga tunggal, baik dalam fungsinya sebagai pelaku atau pemilik. Dalam hal
ini nya tidak berstatus akhiran. Nya yang kedua adalah –nya yang berstatus akhiran.
a. Untuk mengadakan transposisi atau suatu jenis kata lain menjadi kata benda.
c. Menjelaskan situasi.
d. Di samping itu ada beberapa kata tugas dibentuk dengan mempergunakan akhiran –nya.
A. Bentuk
Ketiga macam sufiks ini berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta bentuk sufiks
–man dan –wan dipakai untuk menunjukkan jenis jantan, sedangkan bentuk betina untuk masing-
masing bentuk adalah –mati dan –wati. Tetapi dalam bahasa Indonesaia sufiks –
mati menimbulkan nilai rasa yang lain sekali, yaitu diasosiakan dengan kata mati sebagai lawan
kata hidup. Oleh sebab itu bentuk tersebut tidak diterima. Untuk menyatakan bentuk betina yang
sejajar dengan –man dipergunakan bentuk –wati, yaitu bentuk betina dari –wan.
B. Arti
Sufiks-Sufiks Asing
Selain dari akhiran-akhiran yang telah dibahas di halaman-halaman lain, masih banyak
lagi akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia bersama-
sama dengan penerimaan kata-kata dasarnya. Ada yang tidak dirasakan sebagai akhiran,
ada yang masih dirasakan sebagai akhiran. Ada yang berfungsi untuk membentuk kata
benda, ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja juga kata sifat.
Umumnya kedudukan sufiks-sufiks itu belum stabil; ada orang yang ingin
mempertahankannya sesuai dengan bentuk aslinya, ada pula yang berusaha untuk
mengadaptasikannya sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dalam hal yang terakhir
ini seringkali kita terbentuk pada perbedaan rasa atau pendapat, karena tak ada patokan
bentuk mana yang lebih sesuai dengan selera bahasa Indonesia.
ari sekian banyak bentuk sufiks asing ini, cukup saja kita menyebut beberapa: -isme, is,
er, if, ir, il(akhiran –il menurut Pedoman EYD lebih baik diganti dengan –al ), dan lain-
lain. Contoh-contohnya banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dalam koran-
koran, buku-buku dan sebagainya.
4. Konfiks
Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan
terdapat lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, per-an, se-nya, dan
ber-an.
(tidak bertahap).
Contoh:
Imbuhan ber- dan -an melekat secara serentak pada bentuk dasar
berikut.
berdatangan
berdatang datangan
berdatangan berdatangan
Contoh:
-an atau ber- dan datangan, kata tersebut tidak memiliki makna.
1. Konfiks ke-an
a) menyatakan sifat
Contoh:
Contoh:
Ia menggigil kedinginan.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
g) menyatakan dapat di . . . .
Contoh:
Contoh:
2. Konfiks pe-an
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
3. Konfik per-an
Bentuk per-an ada tiga macam, yaitu per-an, pe-an, dan pel-an.
Contoh:
Jangan terperangkap dalam pergaulan bebas tanpa batas!
Contoh:
c) menyatakan tempat
Contoh:
Godean.
Contoh:
penggusuran lagi.
Contoh:
persen.
4. Konfik ber-an
Bentuk konfiks ber-an ada dua macam, yaitu ber-an dan be-an.
Konfik ber-an berfungsi membentuk kata kerja.
Contoh:
pelaku
Contoh:
berhamburan = bersama-sama
Contoh:
5. Konfik se-nya
Contoh:
secara bertahap.
Contoh:
dilekatkan pada kata dasar pakai menjadi pakaian. Kemudian, kata tersebut
sebagai berikut.
pakaian (1)
berpakaian (2)
1. Imbuhan memper-kan
Contoh:
Contoh:
2. Imbuhan me-i
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
f) membuat jadi
Contoh:
Contoh:
Contoh:
memasuki = masuk ke
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
e) membuat jadi
Contoh:
Contoh:
4. Imbuhan me-kan
Contoh:
benefaktif
Contoh:
Contoh:
d) menganggap sebagai
Contoh:
5. Imbuhan di-kan
Contoh:
6. Imbuhan ber-kan
Contoh:
Contoh:
7. Imbuhan diper-kan
Contoh:
Contoh:
8. Imbuhan memper-i
Fungsi imbuhan memper-i membentuk kata kerja.
kausatif .
Contoh:
9. Imbuhan diper-i
jadi .
PRONOMINA
Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu
kepada nomina lain. Nomina perawat dapat diacu dengan pronomina dia atau ia. Bentuk –nya
pada Meja itu kakinya tiga, mengacu ke kata meja. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat
dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti
subjek, objek, dan –dalam macam kalimat tertentu- juga predikat. Ciri lain yang dimiliki
pronomina adalah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung kepada siapa
yang menjadi pembicara/ penulis, siapa yang menjadi pendengar/ pembaca, atau siapa/ apa yang
dibicarakan.
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yaitu 1) pronomina persona, 2)
1. Pronomina Persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang.
Pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu
pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang dibicarakan
(pronomina persona ketiga). Di antara pronomina itu, ada yang mengacu pada jumlah satu atau
lebih dari satu. Ada bentuk yang bersifat ekslusif, ada yang bersifat inklusif, dan ada yang
bersifat netral.
a. Persona Pertama
Persona pertama dalam bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku. Ketiga bentuk itu
adalah baku, tetapi mempunyai tempat pemakaian yang agak berbeda. Saya adalah bentuk yang
formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Persona pertama aku lebih
banyak dipakai dalam pembicaraan batin dalam situasi yang tidak formal dan yang lebih banyak
menujukkan keakraban antara pembicara/ penulis dan pendengar/ pembaca. Oleh karena itu,
bentuk ini sering ditemukan dalam cerita, puisi, dan percakapan sehari-hari. Persona pertama
b. Persona Kedua
Persona kedua tunggal mempunyai beberapa wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau,
a) Orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan lama.
c) Orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur atau status sosial.
Contoh: Kapan kerbaumu akan kamu carikan rumput?
2) Persona kedua Anda dimaksudkan untuk menetralkan hubungan, seperti halnya kata you dalam
a) Dalam hubungan tak pribadi sehingga Anda tidak diarahkan pada satu orang khusus.
b) Dalam hubungan bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal ataupun
terlalu akrab.
3) Seperti halnya daku, dikau juga dipakai dalam ragam bahasa tertentu, khususnya ragam sastra.
c. Persona Ketiga
Ada dua macam persona ketiga tunggal, yaitu 1) ia, dia, dan –nya, 2) beliau. Meskipun
ia dan dia dalam banyak hal berfungsi sama, ada kendala tertentu yang dimiliki oleh masing-
masing. Dalam posisi subjek, atau di depan verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan
tetapi, jika berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang diterangkan, hanya
bentuk dia dan –nya yang dapat muncul. Demikian pula dalam kaitannya dengan preposisi, dia
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam, yaitu a) pronomina
Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang
dekat dengan pembicara/ penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan
disampaikan. Untuk acuan pada yang agak jauh dari pembicara/ penulis, pada masa lampau, atau
Pronomina penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah sini, situ, atau sana. Titik
pangkal perbedaan di antara ketiganya ada pada pembicara: dekat (sini), agak jauh (situ) dan
jauh (sana). Karena meunjuk lokasi, pronomina ini sering digunakan dengan preposisi pengacu
arah, di, ke, dan dari, sehingga di/ke/dari sini, di/ke/dari situ, di/ke/dari sana.
3. Pronomina penanya
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan. Dari
segi maknanya, yang ditanyakan itu dapat mengenai 1) orang, 2) barang, atau 3) pilihan.
Pronomina siapa dipakai jika yang ditanyakan adalah orang atau nama orang; apa bila barang;
(erlin)
Definisi kata sifat atau adjektiva adalah suatu kata yang digunakan untuk mengungkap
sifat atau keadaan suatu objek, baik itu manusia, hewan dan tumbuhan serta barang/
benda. Sehingga dapat di simpulkan bahwa arti kata sifat (adjektiva) adalah ni
suatu kelas kata yang merubah suatu kata benda ataupun kata ganti, dengan
menjelaskan serta membuat kata tersebut menjadi lebih khusus (spesifik) yang bisa
menjelaskan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, ataupun penekanan dari suatu
kata.
Didalam kata sifat, terdapat beberapa ciri-ciri yang dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut :
1. Kata sifat (adjektiva) dapat ditambahkan atau diberikan dengan kata keterangan
pembanding yang menggunakan dari kata seperti berikut dibawah ini :
a. Paling
Contohnya adalah paling cantik, paling indah, paling tampan dan lain sebagainya.
b. Lebih
Contohnya adalah lebih cantik, lebih indah, lebih tampan dan lain sebagainya.
c. Kurang
Contohnya adalah kurang cantik, kurang indah, kurang tampan dan lain sebagainya.
2. Kata sifat (adjektiva) dapat ditambahkan atau diberikan dengan kata keterangan
penguat yang menggunakan dari kata seperti berikut dibawah ini :
a. Benar
Contohnya adalah menawan benar, indah benar, dermawan benar dan lain sebagainya.
b. Sekali
Contohnya adalah menawan sekali, indah sekali, dermawan sekali dan lain sebagainya.
c. Terlalu
Contohnya adalah terlalu menawan, terlalu indah, terlalu dermawan dan lain
sebagainya.
d. Amat
Contohnya adalah amat menawan, amat indah, amat dermawan dan lain sebagainya.
e. Sangat
Contohnya adalah sangat menawan, sangat indah, sangat dermawan dan lain
sebagainya.
3. Kata sifat (adjektiva) bisa diingkari/ditolak dengan kata “tidak”. Contohnya adalah
sebagai berikut :
a. Tidak pandai.
b. Tidak buruk.
c. Tidak benar.
d. Tidak tampan.
e. Tidak dermawan.
f. Tidak sabar.
g. Tidak ramah.
h. Tidak cantik dan lain sebagainya.
4. Kata sifat (adjektiva) bisa diulang-ulang (kata pengulangan) dengan diawali (se-) dan
diakhiri dengan (-nya). Contohnya adalah seperti berikut :
a. Sebaik-baiknya.
b. Setulus-tulusnya.
c. Semulus-mulusnya.
d. Selancar-lancarnya.
e. Sebanyak-banyaknya.
f. Seburuk-buruknya.
g. Secantik-cantiknya.
h. Setampan-tampanya dan lain sebagainya.
5. Kata sifat (adjektiva) terdapat didalam kata-kata tertentu yang menggunakan akhiran
seperti berikut :
a. Akhiran –er
Contohnya adalah karier, honorer, kaskuser, hijaber dan lain sebagainya.
b. Akhiran –wi
Contohnya adalah manusiawi, duniawi, surgawi, kimiawi dan lain sebagainya.
c. Akhiran -iah
Contohnya adalah alamiah, islamiah, ilmiah dan lain sebagainya.
d. Akhiran –if
Contohnya adalah naif, positif, aktif, pasif, naratif, konsumtif dan lain sebagainya.
e. Akhiran –al
Contohnya adalah normal, formal, struktural, fungsional, netral dan lain sebagainya.
f. Akhiran –ik
Contohnya adalah elektrik, munafik, menarik dan lain sebagainya.
Baca juga Pengertian, Contoh Kata Umum Dan Khusus
Didalam kata sifat (adjektiva), dapat terbentuk karena adanya beberapa proses yang
terjadi yang diantaranya yakni antara lain sebagai berikut :
KONJUNGSI
Konjungsi adalah kata hubung. Konjungsi terdiri atas konjungsi koordinatif, subordinatif,
korelatif, anatarkalimat, dan antarparagraf.
Beberapa konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi.
Konjungsi subordinatif : sesudah, sebelum, sementara, jika, agar, supaya, meskipun, allih-alih,
sebagai, sebab, karena, maka.
Konjungsi korelatif : baik…..maupun….., tidak hanya……, tetapi, demikian (rupa)….sehingga,
entah….., entah….., jangankan…., pun….
Konjungsi antarkalimat : sungguhpun demikian, sekalipun demikian, meskipun demikan,
selanjutnya, sesudah itu, setelah itu, di samping itu, sebaliknya, akan tetapi.
Dibawah ini merupakan contoh dari beberapa konjungsi-konjungsi yang sudah tertera di atas.
Konjungsi No Kalimat
Koordinatif1. Tradisi film musikal yang
dikembangkan di Hollywood
mengacu pada kecenderungan
film-film musikl klasik tahun
1930-196-an yang berpaku pada
hal-hal yang berlawanan (oposisi
biner), terutama berkaitan dengan
gender, ras, agama, latar
belakang, atau temperamen.
Dan 2. Hal itu tergambar pada kondisi
keluarga Aldo dan teman-teman
Rara, antara si miskin dan si
kaya.
Atau 3. Aldo mewakili ide paradoks
keluarga borjuis yang pemenuhan
kebutuhanfisiknya
berlebihan, tetapijiwanya kering
mengakibatkan dilemma
personal.
tetapi 4. Rara tinggal disebuah rumah
tidak berjendela yang terbuat dari
seng, tripleks, dan kayu bekas di
salah satu kawasan permukiman
kumuh.
5. Dalam model utopia (khayalan)
yang terdapat di dalam film
tersebut, anak-anak menjadi
“penanda” dari
kelahiran atautakdir manusia.
Konjungsi No Kalimat
Subordinatif 1. Lebih jauh lagi, kemalangan
Sementara Rara tersebut digunakan sebagai
pelajaran yang bisa diprtik bagi
keluarga Aldo, bahwa mereka
harus bersyukur atas semua
yang mereka punyai (harta dan
keluarga yang
utuh),sementara ada orang-
orang yang tidak berpunya
seperti Rara.
Karena 2. Karena hanya dalam kondisi
itulah, si kaya termungkinkan
ada dan bisa melanjutkan upaya
memperkaya diri
mereka,dengan membiarkan
kemiskinan ada dan ‘tidak
tampak’ di depan mata.
Sebagai 3. Sayang, sebagai sebuah film
musikal, tidak banyak yang
disumbangkan oleh lagu-lagu
yang dinyanyikan dan ditarikan
dalam film ini, kecuali
penekanan dramatis belaka.
Jika 4. Apa yang akan kalian
lakukan jika ingin melontarkan
kritik terhadap hasil karya
seseorang?
Maka 5. Saat partikel-partikel air murni
tersebut bersentuhan dengan
udara, maka air murni tersebut
terkotori oleh partikel-partikel
lain.
Alih-alih 6. Keiniginan Rara untuk memiliki
sesuatu, alih-alih dimaknai
sebagai hasrat kepemilikan
yang lumrah dimiliki semua
orang, justru dianggap sebagai
sesuatu yang
menyalahi/mengingkari
takdirnya sebagai orang yang
tidak berpunya.
Konjungsi No Kalimat
Korelatif 1. Layaknya dongeng anak-anak
Baik..…… dalam majalah Bobo, film “Rumah
maupun….., Tanpa Jendela” menyampaikan
ajaran moral pada anak-anak untuk
menghadapi realita sosila dalam
masyarakat yang terfragmantasi
dalam perbedaan, baik secara
srtuktur social-ekonomi maupun
kondisi fisik/mental.
Tidak 2. Tidak hanya kehilangan
hanya…., anaknya, tetapiia juga kehilangan
tetapi seluruh hartanya dalam musibah
itu.
Demikian 3. Adiknya
(rupa)….. belajar demikian tekun,sehingga ia
sehingga…. dapat menjadi juara kelas.
Entah….., 4. Entah diterima entah tidak, ia
entah…… akan mengajukan surat
pengunduran diri itu.
Jangankan…,
5. Jangankan tidur,
…pun… duduk pun badan ku rasanya pegal
sekali.
Konjungsi No Kalimat
Antarkalimat1. Dengan begitu, mereka
Dengan melakukan kewajiban membalas
begitu budi tanpa perlu mengorbankan
kenyamanan dengan berbagai
kepemilikan ataupun terlibat
secara dekat.
Sementara 2. Sementara itu, Rara mewakili
itu narasi kemiskinan dalam segala
keterbatasan materialnya : rumah
tanpa jendela, sekolah seadanya,
kerja sampingan.
Setelah itu 3. Drama ini dipentaskan di Graha
Bakti Budaya Taman Ismail
Marzuki (TIM), Jakarta,6-8
Agustus 2001, dan setelah
itu digelar di Societeit, Taman
Budaya, Yogyakarta, 16-18
Agustus.
Selanjutnya4. Selanjutnya, setelah membaca
ketiga teks ulasan di depan,
apakah kalian menemukan
perbedaan struktur teks
ketiganya?
Sebaliknya 5. Begitupun sebaliknya, kalimat
aktif bisa diubah menjadi
kalimat pasif.
Meskipun 6. Meskipun demikian,
demikian konsentrasi gempa cenderung
terjadi di tempat-tempat tertentu
saja, seperti pada batas plat
pasifik.
SAVINA
Preposisi (kata depan) berguna untuk menandai berbagai hubungan makna antara kata di depan
preposisi dengan kata yang berada di belakang preposisi.
Dalam frasa Ada tapak yang menjauh ke Utara, preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara
Arah tapak yang menjauh dan Utara.
Macam-macam preposisi
Ditinjau dari bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan gabungan.
1. Preposisi Tunggal
Preposisi tunggal adalah preposisi yang hanya terdiri atas satu kata.
Contoh: Puisi merupakan pengalaman batin penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan
melalui media bahasa yang estetis.
2. Preposisi Gabungan
Contoh Kalimat Preposisi
a. Preposisi yang berdampingan adalah preposisi yang terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan
(misal: daripada, kepada, selain dari).
b. Preposisi yang berkorelasi adalah preposisi yang terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan
tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain (misal: antara ... dan ..., dari ... sampai ..., sejak ... hingga ...).
Contoh: Antara puisi Asmaradana karya Goenawan Mohamad dan cerita rakyat Damarwulan memiliki
persamaan.
1. Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun karena angin pada kemuning.
Pada kalimat (1) preposisi dari hanya dipakai untuk menyatakan asal, sedangkan pada kalimat (2)
preposisi daripada dipakai untuk menyatakan perbandingan.
Akan tetapi, orang-orang sering menyalahgunakan penggunaan preposisi daripada ini. Perlu
diperhatikan bahwa preposisi daripada hanya dipakai untuk menyatakan perbandingan dan bukan untuk
menyatakan milik, menyatakan asal, atau menghubungkan kata kerja dengan unsur yang mengikutinya.
Berikut ini contoh pemakaian yang keliru (kalimat 1) dan perbaikannya (kalimat 2).
Kata yang digunakan di muka kata benda untuk menghubungkan kata dengan klausa dengan
klausa/kalimat dengan kalimat. Contoh kata depan:
Pengertian Artikel
KBBI (2006) – Artikel ialah sebuah karya tulis secara lengkap, contohnya esai di majalah atau
laporan berita, surat kabar, dls.
Sumandiria (2004) – Artikel merupakan sebuah tulisan lepas yang berisikan opini atau pendapat
seseorang yang mengupas tuntas tentang sebuah masalah yang sifatnya aktual & biasanya
kontroversial dengan tujuan untuk mempengaruhi, memberitahu, meyakinkan & menghibur para
pembaca.
Al-‘Aqli – Artikel merupakan sebuah tulisan yang ditulis oleh masing-masing disiplin ilmu &
setiap pembahasan dikaji dan diselesaikan dengan cara tuntas, lugas dan jelas sehingga para
pembaca dapat mengambil inti sari dari sebuah karangan yang ditulis.
The America Heritage Desk Dictionary (1981) – Artikel merupakan bagian
tulisan nonfiksi dalam bentuk bebas, dimana bagian dari penerbitannya seperti pada laporan
essai.
Ciri-Ciri Artikel
Memiliki isi yang bersumber pada fakta dan tidak hanya sekedar realita;
Berisikan tulisan yang singkat, padat, jelas dan tuntas;
Hasil tulisannya original;
Sifatnya faktual dengan mengungkapkan berbagai data yang diketahui oleh pengarang;
Isi atau uraian karangannya sesuai fakta yang diperoleh dari narasumber atau objeknya,
jadi tidak hanya hasil pemikiran si penulis;
Isi artikel bisa berupa pemaparan mengenai biografi seorang tokoh, peristiwa, kisah
perjalanan seseorang, argumentasi, hasil riset, berita terkini dls;
Gagasan yang diangkat harus menyangkut kebutuhan para pembaca atau khalayak umum.
Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif merupakan kata penghubung untuk menghubungkan dua atau lebih unsur
kalimat yang setara kedudukannya.
Contoh Konjungsi Koordinatif
penambahan: dan
pendampingan: serta
pemilihan: atau
perlawanan: sedangkan, padahal
pertentangan: tetapi, namun
Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Koordinatif
1. Dedi dan Dodi sedang belajar bersama.
2. Angga serta adiknya rela bekerja untuk membantu ibunya.
3. Yudi bingung mau makan bakso atau soto.
4. Riswanto ingin membeli motor, sedangkan uangnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-
hari.
5. Adi ingin bermain ke rumah temannya, tetapi ibunya melarang.
2. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif merupakan kata penghubung untuk menghubungkan untuk
menghubungkan dua unsur kalimat yang kedudukannya tidak setara.
Contoh Konjungsi Subordinatif
tujuan: supaya, agar, biar
syarat: bila, jika, kalau, jikalau
waktu: sejak, ketika, saat, semenjak, sewaktu, selama, sesudah, setelah, sebelum, sampai,
hingga
pengandaian: seandainya, seumpama, andaikan, umpamanya, sekiranya
alat: dengan, tanpa
hasil: sehingga, sampai, maka
sebab: karena, sebab, oleh karena, oleh sebab
pembandingan: ibarat, seperti, seolah-olah, seakan-akan, daripada, sebagaimana, alih-alih,
laksana
konsesif: biarpun, walaupun, kendati, sungguhpun, sekalipun
atributif: yang
komplementasi: bahwa
cara: dengan, tanpa
perbandingan: sama … dengan, lebih … dari(pada)
Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Subordinatif
1. Nia tidak ingin bangun terlambat agar tidak terlambat datang ke sekolah.
2. Reyhan sudah menjadi guru selama 10 tahun.
3. Ia tidak mau menuruti nasihat ibunya sehingga membuat ibunya marah.
4. Anita lebih baik menuruti nasihat ibunya daripada menuruti kata-kata teman-temannya.
5. Amir ingin memberi modal usaha kepada Riyadi karena ia ingin membalas budi kepadanya.
3. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif merupakan kata penghubung berupa kata yang berpasangan untuk
menghubungkan dua unsur kalimat yang kedudukannya setara.
Contoh Konjungsi Korelatif
tidak hanya …, tetapi juga
baik … maupun
jangankan …, … pun
entah … entah
bukan hanya …, melainkan juga
apa(kah) … atau
sedemikian rupa … sehingga
demikian … sehingga
bukannya …, melainkan
Contoh Kalimat Menggunakan Konjungsi Korelatif
1. Ia tidak hanya terlibat dalam kasus korupsi, tetapi juga terlibat dalam kasus suap.
2. Entah benar entah tidak, ia mengklaim dirinya sebagai keturunan bangsawan.
3. Jangankan membeli sepeda motor, mobil pun sanggup ia beli.
4. Ia telah menutupi bukti kejahatannya sedemikian rupa sehingga ia masih bebas berkeliaran.
5. Baik Andika maupun Karto, keduanya tidak ada yang mau mengaku.