Anda di halaman 1dari 3

Pertolongan Pertama Atasi

Keracunan
lifestyle.kompas.com
2 mins read

J
AKARTA, KOMPAS.com ­ Mencegah lebih baik daripada
mengobati. Pun begitu dalam pencegahan keracunan. Menjaga
kebersihan bahan makanan adalah salah satu cara menghindar
dari keracunan. Cara termudah adalah selalu mencuci bahan
makanan sebelum diolah.

Meski sudah serba bersih, tak urung, kita bisa saja kecolongan. Tanpa
kita tahu sebabnya, tiba­tiba ada saja orang yang keracunan setelah
menyantap hidangan yang kita olah. Jika itu terjadi, ada, baiknya, kita
semua harus tahu bagaimana menolong korban keracunan.

Meski ini sifatnya sementara, "Pertolongan pertama bisa membantu


kondisi pasien, sebelum dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan
lebih lanjut," ajar Eddy Setyo Mudjajanto, Ahli Keamanan Pangan dari
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor (IPB).

Bantuan medis dari profesional diperlukan lantaran mengidentifikasi


penyebab keracunan tidaklah gampang. Terkadang, reaksi atau gejala
dari keracunan munculnya pada korban akibat keracunan tak
langsung. "Ada jeda beberapa jam kemudian, bahkan selang beberapa
hari," ujar Eddy. Untuk itu, identifikasi lewat analisis hasil
laboratorium penting dilakukan.

Menurut Eddy, pertolongan pertama pada korban keracunan tidak


boleh dilakukan secara serampangan. Pertolongan bisa dilakukan bila
kasus keracunan pada si korban tak parah dan belum lama terjadi.
"Artinya, makanan yang mengandung racun masih berada dalam
saluran cerna," ujar dia.

Keadaan itu, kata Mulyadi Tedjapranata, dokter yang berpraktik di


Klinik Medizone, Kemayoran, Jakarta Utara umumnya dua sampai
tiga jam setelah korban menyantap makanan.

Lantas pertolongan pertama seperti apa yang mesti kita lakukan saat
ada korban akibat keracunan?

Menurut para ahli makanan dan dokter, pertolongan pertama yang


bisa kita lakukan adalah dengan memberikan karbon aktif atau arang
aktif ke korban. Di pasaran, ada arang aktif yang dijual. Salah satu
yang terkenal norit.

Tablet berwarna hitam ini punya sifat arang aktif yang mampu
menyerap apapun yang ada di sekitarnya, termasuk racun. Semakin
banyak yang dimakan, semakin banyak racun yang diserap. Hanya
saja, norit cuma menyerap racun yang masih di saluran pencernaan
dan belum ikut beredar dalam darah.

Menurut Mulyadi, bahan baku norit relatif aman dikonsumsi. "Orang


boleh mengkonsumsi norit sampai 20 tablet sekaligus," kata dia.

Meskipun norit mampu menyerap banyak racun, norit nyatanya juga


menyerap zat gizi dan vitamin yang terdapat pada makanan. Oleh
karena itu, saat menenggak norit, korban juga harus terus diberikan
minum air putih untuk menggantikan zat yang ikut terserap norit.

Bila norit tak tersedia, kita bisa menggantikannya dengan susu.


Mulyadi bilang, susu memiliki kelebihan mengikat racun yang ada
dalam tubuh agar tak beredar dalam tubuh. Susu juga bisa
merangsang muntah sehingga makanan beracun bisa ikut keluar.

Namun, tak semua korban keracunan bisa diberikan susu atau norit.
Korban keracunan karena zat korosif seperti bensin dan minyak tanah
pantang mengonsumsi susu dan norit. Pemberian susu dan norit
malah bisa memperparah.
"Ada baiknya, mereka langsung dibawa ke ke rumah sakit," kata
Mulyadi.

Jika korban keracunan anak­anak, pemberian susu juga tak


disarankan. "Jika mereka dirangsang muntah bisa membuat mereka
tersedak dan malah bisa berakibat fatal," ajar Mulyadi.

Hal penting dalam penanganan korban keracunan adalah


memperhatikan jamlah cairan dalam tubuh. Reaksi keracunan adalah
muntahmuntah dan diare. Bila itu terjadi terus­menerus, penderita
pasti kehilangan banyak cairan dan bisa berakibat dehidrasi. Air
kelapa yang mengandung elektrolit bisa membantu korban yang
banyak kehilangan cairan. (Sanny Cicilia Simbolon)

Anda mungkin juga menyukai