Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

MEMPERKENALKAN DIRI

Disusun Oleh :

RYAN QISTHY

18180100040

PROGAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)

2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wasyukurillah kelompok panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan kesehatan, petunjuk serta limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

kelompok dapat menyelesaikan makalah tentang PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS

KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI. Kami sebagai tim penyusun, menyadari bahwa mungkin

Terapi Aktivitas Kelompok ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan

saran dan kritik yang dapat membangun, demi sempurnanya Terapi Aktivitas Kelompok ini

dikemudian hari. Akhirnya kami mengucapkan selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Bogor, 10 Oktober 2019

1
A. Latar Belakang

Menurut WHO Kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak gangguan jiwa,

melainkkan mengandung berbagai karakteristik yang ada adalah perawatan langsung,

komunikasi dan manajemen, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbngan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan

(Afnuhazi, 2015).

Menurut Afnuhazi (2015), salah satu gangguan jiwa yang dikenal adalah

skizofrenia, skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan penurunan

atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi atau waham), efek

yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta

mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu gejala negatif skizofrenia

adalah menarik diri dari pergaulan sosial (isolasi sosial). Isolasi sosial adalah suatu

keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap

yang negatif dan terancam.

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin

berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung

diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014).

Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

Kegagalan pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan pada individu,

menimbulkan ras pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa

tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk

1
2

berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak

mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011)

Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan orang

lain. Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri, yaitu percobaan

untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Dimana individu yang mempunyai

mekanisme koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan

individu yang mempunyai mekanisme koping maladaptif (skizofrenia), bila tidak segera

mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan menimbulkan masalah-masalah yang

lebih banyak dan lebih buruk. Peningkatan sosialisasi pada pada pasien skizofrenia bisa

dilakukan dengan pemberian terapi aktifitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya

pada saat ini di panti YPKK Semplak Bogor TAK sosialisasi masih diragukan, hal ini

disebabkan karena jumlah pasien dengan riwayat menarik diri masih relative banyak

meskipun TAK sosialisasi sudah dilakukan (Sutrisno, dkk., 2017).

Hampir diseluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang mengalami

skizofrenia (ringan sampai berat) Hasil survey kesehatan Mental Rumah Tangga di

Indonesia menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk di Indonesia mengalami

skizofrenia (ringan sampai berat). Berdasarkan survey dipanti, masalah keperawatan yang

terbanyak adalah halusinasi, menarik diri dan defisit perawatan diri. (Jpnn, 2018).

Menurut Keliat (2006) dalam Sutrisno, dkk., (2017) dampak yang dapat ditimbulkan

oleh menarik diri pada pasien skizofrenia adalah; kerusakan komunikasi verbal dan non

verbal, gangguan hubungan interpersonal, gangguan interaksi sosial, resiko perubahan

persepsi sensori (halusinasi). Bila pasien menarik diri tidak cepat teratasi maka akan dapat

membahayakan keselamatan diri sendiri maupun orang lain. Penatalaksanaan pasien dengan
3

riwayat menarik diri dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi terapi

aktifitas kelompok sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa

dalam sebuah aktifitas secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis,

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan

atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin

berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri, mengurung

diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014).

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi

kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang tersebut diatas

penulis tertarik membuat penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Terapi

Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi pada pasien skizofrenia dengan riwayat menarik diri.

Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi adalah terapi yang menggunakan

aktivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman masa lalu atau kehidupan untuk

didiskusikan dalam kelompok. Terapi aktivitas kelompok (TAK) juga merupakan salah satu

terapi modalitas yang dilakukan oleh perawat pada sekelompok yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi ,dan kelompok digunakan

sebagai target asuhan. Hasil diskusi dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif

penyelesaian masalah.didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang ketergantungan,

saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang

adaptif untuk memperbaiki perilaku lama .


4

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK

Terapi Aktivitas Kelompok : Memperkenalkan Diri

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum :

a. Klien dapat meningkatkan kemampuan hubungan social secara bertahap.

b.Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok

2. Tujuan Khusus

a. Klien mampu memperkenalkan identitas diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan,

asal, dan hobi.

C. LANDASAN TEORI

1. Definisi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) sosialisasi adalah terapi yang menggunakan

aktivitas sebagai stimulus yang terkait dengan pengalaman masa lalu atau kehidupan

untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam kegiatan aktifitas kelompok, tujuan

ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar

peserta yang mana terapi aktifitas kelompok (TAK) sosialisasi sebagai upaya

memfasilitasi kemampuan pasien dalam meningkatkan sosialisasi.

Dari latar belakang tersebut diatas penulis tertarik membuat proposal dengan judul “

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Sosialisasi”.


5

D. PASIEN

1. Karakteristik/ Kriteria

a. Klien yang mengalami masalah isolasi social

b. Tidak sedang agitasi (membahayakan diri, orang lain dan lingkungan)

c. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku agresif

atau mengamuk, dan dalam keadaan tenang.

d. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam keadaan

sakit, terinfus dan terpasang alat medis lainnya.

e. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif).

2. Proses Seleksi

a. Mengumpulkan data klien.

b. Kelompok membagikan tugas kepada anggota kelompok untuk mengkaji seluruh

pasien yang ada diruangan.

c. Berdasarkan jumlah masalah terbanyak kelompok menentukan jenis TAK

d. Melakukan seleksi terhadap klien – klien yang akan diikut sertakan dalam TAK

e. Menentukan klien yang akan ikut dalam TAK sesi 2

f. Melakukan kontak terhadap klien yang akan ikut TAK

3. Pasien

Berikut ini adalah nama-nama pasien yang sudah di seleksi dan akan mengikuti TAK,

yaitu sebagai berikut :

a. Tn. S

b. Tn. B

c. Tn. S
6

d. Tn. R

e. Tn. A

E. PENGORGANISASIAN

1. Waktu

Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada :

a. Hari/ Tanggal : Kamis, 10 Oktober 2019

b. Waktu : 11:00 – Selesai

c. Tempat : Ruangan laki-laki di Panti Rehabilitasi YPKK Kota Bogor

2. Tim Terapis

a. Tugas Terapi

1) Leader : (Ryan Qisthy)

a) Menyusun rencana TAK.

b) Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK.

c) Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin jalannya TAK.

d) Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok.

e) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan

pendapat dan memberikan umpan balik.

f) Sebagai role model.

g) Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberi

reinforcement positif.

h) Evaluasi tindak lanjut.

2) Co Leader : (Desli)

a) Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok.


7

b) Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang.

c) Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik.

3) Fasilitator : (Dadi, Pras, Agus)

a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok.

b) Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk aktif

mengikuti berlangsungnya TAK.

c) Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok.

4) Observer : (Ayu Wulandari)

a) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia),

dinamika jalannya TAK, keadaan peserta (aktif, pasif, kooperatif).

b) Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga

penutupan.

c) Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator tentang jalannya

TAK.

3. Metode Dan Media

a. Metode

1) Dinamika kelompok

2) Diskusi dan tanya jawab

3) Bermain peran atau simulasi

b. Media /Alat :

1) Jadwal kegiatan klien

2) Buku catatan dan pulpen

3) Lagu ”apa saja”, yang berirama riang


8

4) Bola tenis

5) Sound system

6) Flipchart/whiteboard dan spidol

4. Setting L CL

P
P

P P P

F
F F

Ket :
L : Leader P : Pasien
CL : Co Leader F: Fasilitator O: Observer

F. Langkah kegiatan

1. Persiapan

a. Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAKS.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Salam dari terapis.

2) Klien dan terapis pakai papan nama.


9

b. Evaluasi / validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah klien telah mencoba mempekenalkan diri kepada orang

lain.

c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.

2) Menjelaskan aturan main berikut

a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin

kepada terapis.

b) Lama kegiatan 15 menit.

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap Kerja

a. Hidupkan kaset atau lagu dari HP dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum

jam.

b. Pada saat lagu berhenti dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola dapat

mendapat giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah

kanan dengan cara:

a) Memberi salam.

b) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

c) Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi lawan bicara.

d) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

c. Ulangi a dan b sampai semua anggota mendapatkan giliran.


10

d. Hidupkan kembali lagu dari hp dan edarkan bola. Pada saat lagu dimatikan, minta

pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan anggota

kelomopok yang disebelah kanannya kepada kelompok; yaitu nama lengkap, nama

panggilan, asal, dan hobi. Dimulai dari terapis sebagai contoh.

e. Ulangi d sampai semua anggota kelompok mendapatkan giliran.

f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberikan tepuk

tangan.

g. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS

2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok

b. Rencana Tindak Lanjut

1) Menganjurkan tiap anggota kelompok latihan berkenalan.

2) Memasukkan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian klien.

c. Kontrak Yang Akan Datang

1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang kehidupan

pribadi.

2) Menyepakati waktu dan tempat

G. Evaluasi dan Dokumentasi

1. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan menggunakan formulir dibawah ini, saat peroses

TAKS berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
11

kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAKS. Untuk TAKS Sesi 1, dievaluasi

kemampuan verbal dan non verbal klien dalam berkenalan.

Sesi 1 : TAKS
Kemampuan Memperkenalkan Diri
a. Kemampuan Verbal

No Aspek yang dinilai Nama klien


1 Menyebutkan nama lengkap
2 Menyebutkan nama pangilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi
Jumlah

b. Kemampuan Non Verbal

No Aspek yang dinilai Nama klien


1 Kontak Mata
2 Duduk Tegak
3 Menguanakn bahasa tubuh yang
sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS pada kolom nama klien.
2) Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengikuti, merespons,
memberikan pendapat, menyampaikan perasaan tentang music yang didengar. Beri
tanda  jika klien mampu dan tanda  jika klien tidak mampu.
12

2. Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAKS pada catatan proses keperawatan

tiap klien. Misalnya, klien mengikuti sesi 1 TAKS klien mampuh memperkenalkan diri secara

verbal dan nonverbal, dianjurkan klien memperkenalkan diri pada klien lain di ruang rawat.(buat

jadwal).
13

DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi., dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Afnuhazi, Ns.Ridhyalla. 2015.Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan

Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Yosep, Iyus., Sutini, Titin. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance mental

healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.

S. N. Ade Herma Direja. (2011).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: NuhaMedika.


14

Anda mungkin juga menyukai