Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus di temukan di Mesir pada tahun 1552 SM.

Diabetus Melitus dikenal sebagai suatu penyakit yang mempunyai gejala

antara lain sering kencing dan jumlah yang banyak (poliuria) dan

penurunan berat badan yang cepat tanpa di sertai rasa nyeri, penyakit

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit degenerative (keturunan)

yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila tidak

dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat

menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainya di antaranya

jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan system syaraf

(Atun, 2010).

Meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus di beberapa Negara

berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di Negara bersangkutan

akhir – akhir ini banyak disoroti. Peningkatan pendapatan per kapita dan

perubahan gaya hidup terutama di kota – kota besar menyebabkan

peningkatan prevalensi penyakit degenerative, salah satunya adalah

penyakit Diabetes Melitus, DM merupakan salah satu masalah kesehatan

yang berdampak pada produktifitas dan dapat menurunkan sumber daya

manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi

sistem kesehatan suatu Negara (Suyono, 2007).

1
2

Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia, diperkirakan

mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 21,3

juta jiwa pada tahun 2003. Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia

peringkat ke-4 jumlah Diabetes Melitus terbanyak di Dunia setelah

Amerika Serikat, India dan China. Meningkatnya penderita DM di

sebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang

mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan tingginya lemak

(Prince, 2005).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO,

2012), sekitar 347 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan

diperkirakan bahwa kematian akibat diabetes akan meningkat dua pertiga

kali antara tahun 2008 dan 2030. Menurut International Diabetes

Federation (IDF) pada tahun 2012, penderita DM di seluruh dunia

mencapai 371 juta orang. Indonesia masuk dalam urutan ke tujuh negara

dengan penderita diabetes terbanyak dengan jumlah 7,6 juta orang pada

tahun 2012. Bahkan diprediksi pada tahun 2030, Indonesia akan masuk top

five sebagai negara penderita diabetes di dunia (IDF, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes RI) tahun 2008

menyebutkan penyakit diabetes melitus merupakan penyakit degenerative

non infeksi yang bersifat menahun akibat kadar glukosa dalam darah yang

tinggi. Penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif sejak beberapa

dasawarsa silam telah menjadi segmentasi permasalahan tersendiri bagi

tiap negara di seluruh dunia. Bersama dengan semakin pelik


3

permasalahan yang diakibatkan oleh berbagai macam penyakit menular,

kasus penyakit non infeksi menimbulkan beban ganda bagi dunia

kesehatan. Hingga saat ini penyakit degenerative telah menjadi

penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut laporan WHO,

disebutkan bahwa hampir 17 juta orang meninggal lebih awal tiap

tahun sebagai akibat epidemi global penyakit degenerative.

Berdasarkan laporan rumah sakit dan Puskesmas, prevalensi

diabetes mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun

2008 sebesar 0,16%, mengalami peningkatan bila dibandingkan

prevalensi tahun 2007 sebesar 0,09%. Prevalensi tertinggi adalah Kota

Semarang 0,84%. Sedang prevalensi diabetes mellitus yang tidak

tergantung insulin atau DM tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83%

pada tahun 2006, menjadi 0,96% pada tahun 2007, dan 1,25% pada tahun

2008 (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2008).

Pada data dari Dinas Kesehatan Banyumas tahun 2010 jumlah

penderita DM di propinsi Jawa Tengah sebanyak 509.319 orang, dan pada

tahun2010, khususnya kabupaten Banyumas baik di Puskesmas dan rumah

sakit 4600 orang menderita diabetes melitus. Diantaranya 1336 orang

menderita diabetes tergantung insulin dan 3264 orang menderita diabetes

tidak tergantung insulin (Dinas Kesehatan Banyumas, 2010).

Data dari RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto jumlah

pasien diabetes melitus yang menjalani rawat jalan, pada tahun 2007

sejumlah 7.098 orang dan pada tahun 2008 sejumlah 6.382 orang,
4

sedangkan pada tahun 2013 mencapai 879 orang menjalani rawat inap,

pada tahun 2014 penderita meningkat mencapai 1.260 orang, data tersebut

menunjukan bahwa masyarakat Kabupaten Banyumas khususnya

Purwokerto masih belum dapat merubah kebiasaan atau mengatur gaya

hidupnya (RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo, 2014).

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada Tn. S

dengan Diabetus Melitus di Ruang Ailangga RSKB Jatiinangn

Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengkajian keperawatan pada Tn. S dengan Diabetus

Melitus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.

b. Mengetahui diagnosa keperawatan yang timbul pada Tn. S

dengan Diabetus Melitus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr.

Margono Soekarjo.

c. Mengetahui prioritas diagnosa yang timbul pada Tn. S dengan

Diabetus Miletus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr. Margono

Soekarjo

d. Mengetahui intervensi keperawatan pada kasus Tn. S dengan

Diabetus Melitus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr. Margono

Soekarjo.
5

e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. S dengan

Diabetus Melitus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr. Margono

Soekarjo.

f. Mengevaluasi keperawatan sesuai kasus pada Tn. S dengan

Diabetus Melitus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr. Margono

Soekarjo.

C. Batasan Masalah

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada Tn. S dengan

Diabetes Melitus di Ruang Mawar RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo

Purwokerto yang di laksanakan pada tanggal 5-8 Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai