Anda di halaman 1dari 18

AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

PENGARUH KARAKTERISTIK VENTILASI DAN LINGKUNGAN


TERHADAP TINGKAT KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS
SMPN DI JAKARTA SELATAN

THE EFFECT OF VENTILATION CHARACTERISTIC AND NATURAL


ENVIRONMENT AGAINTS THERMAL COMFORT OF PUBLIC
MIDDLE SCHOOL IN SOUTH JAKARTA

Humairoh Razak*1, Dedes Nur Gandarum*2, Jimmy Siswanto Juwana*3


*1Alumnus S2 Arsitektur, Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Universitas Trisakti
2
* Guru Besar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti
*3Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti

ABSTRAK
Tulisan ini membahas mengenai kenyamanan termal di dalam ruang kelas yang dipengaruhi oleh
ventilasi dan lingkungan alami di sekitar ruangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjadi
panduan bagi perancang bangunan dalam merancang bangunan sekolah yang mana ruang
kelasnya memenuhi aspek kenyamanan termal tanpa sistem penghawaan buatan. Penelitian ini
dilakukan di sekolah-sekolah negeri tingkat menengah pertama (SMPN) di Daerah Jakarta
Selatan. Penelitian dilakukan dengan mengukur suhu, kelembaban udara, dan kecepatan angin di
dalam ruangan untuk mendapatkan nilai temperatur efektif yang menjadi parameter kenyamanan
termal. Tidak ketinggalan adalah, bentuk dan ukuran ventilasi yang ada di ruangan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukan aspek ventilasi yang paling mempengaruhi kenyamanan termal.

Kata kunci : Kenyamanan Termal, Ventilasi, Temperatur Efektif

ABSTRACT
This paper discusses the impact of ventilation and natural environment in gaining thermal
comfort in the classroom. The aim of this research is to develop a guideline for architechs in
designing a comfortable thermal classroom without using an artificial air conditioning. This
research was conducted by measuring the temperature, humidity, and velocity of classrooms as
well as the form and aspects of ventilation in several public middle schools in South Jakarta.
The measurements are used to get effective temperature value as the thermal comfort
parameter. The result of this study shows that ventilation is the most influential aspect towards
thermal comfort.

Keywords: Thermal comfort, Ventilation, Effective Temperature

A. PENDAHULUAN
disekitarnya. Hampir pada setiap
A.1.Latar Belakang kesempatan, manusia selalu membicarakan
Disadari atau tidak, „kenyamanan suhu‟ telah masalah sensasi termalnya terhadap udara,
mendominasi kehidupan manusia dalam misalnya sekedar mengatakan bahwa pada
rangka berinteraksi dengan lingkungan fisik saat tertentu mereka merasa „kapanasan‟
atau „kedinginan‟. Hal ini menunjukkan
bahwa suhu atau kenyamanan termal sangat

1
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

berpengaruh terhadap kehidupan manusia Teori Standar Internasional untuk


sehari-hari. kenyamanan termal (ISO 7730:1994)
menyatakan bahwa sensasi termal yang
Penelitian telah banyak dilakukan di berbagai dialami manusia merupakan fungsi dari
negara dengan kondisi iklim yang berbeda- empat faktor iklim dan dua faktor individu,
beda, diantaranya Lazzerini dkk (1991), yaitu:
Warden (2004), Howell et al (2004),  suhu udara;
Nugroho (2006), Roonak et al (2009) .  suhu radiasi;
 kelembaban udara;
Berdasarkan penelitian Eddy Imam Santoso
 kecepatan angin;
(2012), untuk mencapai kenyamanan termal
 aktivitas yang dilakukan; dan
yang diinginkan perlu dilakukan kontrol atau
 jenis pakaian yang digunakan.
tindakan adaptif dari penghuni diantaranya
dengan mengatur sistem ventilasi, mengatur
sirkulasi angin secara mekanik, memberikan
tirai pada bagian bangunan yang langsung
terkena radiasi matahari bahkan disarankan
untuk membuat desain perangkat shading
matahari untuk meminimalkan panas radiasi.
Maka dari itu dibutuhkan penelitian
mengenai ventilasi yang mampu
memaksimalkan penghawaan alami untuk
Gambar 1. Diagram Kenyamanan
mencapai kenyamanan termal.
Termalsebagai Fungsi dari Suhu, Kelembaban,
dan Kecepatan Angin
Ventilasi sendiri adalah proses dimana udara Sumber: Frick, Heinz/Suskiyatno, Bambang
FX. Dasar-dasar eko-arsitektur. Yogyakarta:
bersih (udara luar) masuk (dengan sengaja)
Kanissius. 1998. hal. 4
ke dalam ruangan sekaligus mendorong udara
kotor di dalam ruang ke luar. Untuk adanya Faktor-faktor lingkungan/iklim di atas dapat
udara masuk dan keluar, maka dibutuhkan dikendalikan dengan mudah, yakni dengan
bukaan sebagai lubang angin untuk melewati menggunakan AC (Air Conditioning) tetapi
ruangan dengan proses cross ventilation. membutuhkan biaya operasional yang tidak
sedikit, belum lagi dampaknya terhadap
Sedangkan kenyamanan termal dapat lingkungan alami. Alternatif lain yang lebih
didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran murah dan berdampak baik bagi lingkungan
yang mengekspresikan kepuasan dengan adalah dengan pengkondisian lingkungan di
lingkungan termal (Nugroho, 2006). Sejalan dalam ruangan secara alami dengan
dengan pernyataan dari ASHRAE (American pendekatan arsitektural.
Society of Heating Refrigating Air
Conditioning Engineer) yang memberikan Pengkondisian lingkungan di dalam
definisi kenyamanan termal sebagai kondisi bangunan secara arsitektural dapat dilakukan
pikir yang mengekspresikan tingkat kepuasan dengan beberapa cara, yaitu:
seseorang terhadap lingkungan termalnya.  perletakan bangunan terhadap matahari;

2
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

 perletakan bangunan terhadap arah angin; karakteristik ventilasi dan lingkungan


 pemanfaatan elemen-elemen arsitektur terhadap tingkat kenyamanan termal di dalam
dan lansekap; dan ruang kelas.
 pemakaian material bangunan.
Terkait dengan manfaat tata udara alami,
maka penelitian ini diharapkan dapat
A.2. Rumusan Masalah
membuka pandangan masyarakat akan
Kenyamanan termal pada beberapa bangunan
pentingnya tata udara alami dan tidak
di Jakarta tidak tercapai, hal ini terlihat dari
menggunakan tata udara buatan yang buruk
adanya penggunaan sistem penghawaan
demi menjaga lingkungan alami yang ada
buatan untuk mencapai kenyamanan termal
disekitar kita.
(comfort zone).
Selain bagi masyarakat, yang tidak kalah
Hal ini terlihat pada terdapatnya blower AC penting adalah bagi para perancang, sehingga
pada fasad bangunan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi acuan desain
penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti untuk merancang bangunan yang
mengenai besar pengaruh karakteristik memanfaatkan tata udara alami secara
ventilasi dan lingkungan terhadap tingkat maksimal dan menghindari penggunaan
kenyamanan termal di dalam ruang kelas sistem penghawaan buatan sehingga turut
dengan menciptakan pergerakan udara. secara aktif dalam pelestarian alam.

Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian, Terakhir, manfaat penelitian ini bagi dunia


adalah: ilmiah adalah agar memberikan ilmu yang
 Adakah hubungan positif dan signifikan bermanfaat bagi semua insan manusia.
antara karakteristik ventilasi dengan
kenyamanan termal?
B. KAJIANMENGENAI KENYAMAN-
 Variabel karakteristik ventilasi apa saja
AN TERMAL, RANCANGAN
yang paling dominan dalam
VENTILASI, DAN LINGKUNGAN
mempengaruhi kenyamanan termal?
 Adakah hubungan positif dan signifikan B.1. Kerangka Teori
antara karakteristik lingkungan terhadap B.1.1. Tinjauan mengenai Kenyamanan
kenyamanan termal? Termal
 Variabel karakteristik lingkungan apa Standar kenyamanan termal/suhu dari
saja yang paling dominan dalam International Standard (ISO
mempengaruhi kenyamanan termal? 1
7730:1994) dalam penelitian Santoso (2012)
Adakah hubungan antara karakteristik pada Indonesian Green Technology Journal
ventilasi dan lingkungan secara bersama- Vol.1 No.1 menyatakan bahwa sensasi
sama dengan kenyamanan termal?

1
ISO 7730:1994 (1994), Moderate Thermal
A.3.Tujuan dan Manfaat Environments – Determination of the PMV and
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk PPD Indices and Specification of the Conditions
mengukur seberapa besar pengaruh for Thermal Comfort, 2nd ed., International Org.
For Standardisation, Geneva.

3
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

manusia terhadap suhu merupakan fungsi adalah sebuah indeks yang memprediksi
dari empat faktor iklim yaitu; prosentase dari ketidakpuasan dari pengguna
 suhu udara; (orang) dengan menggunakan skala sensasi
 suhu radiasi; termal yang merupakan skala psiko-fisik
 kelembaban udara; dan tujuh titik mulai dari -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3
 kecepatan angin. yang secara verbal disebut dingin, sejuk,
agak sejuk, netral, agak hangat, hangat,
Serta dua faktor individu, yakni: panas. Jelaslah bahwa netral merupakan
 kegiatan yang berkaitan dengan kondisi yang paling baik.
metabolisme tubuh
 jenis pakaian yang dikenakan. Cara kedua yang dapat digunakan untuk
mengukur kenyamanan termal adalah sesuai
Teori ISO 7730:1994 didukung oleh dengan penelitian yang dilakukan oleh
ANSI/ASHRAE 55-2004 yang menyatakan Houghton dan Yahlou dalam Jurnal Sistem
bahwa ada enam faktor untuk mendefinisikan Teknik Industri Vol.6 No.3, Juli 2005 yang
kondisi kenyamanan termal, yang hampir dikarang oleh Basaria Talarosa, menyatakan
seluruhnya diilhami oleh pemikiran Fanger2 kenyamanan sebagai fungsi dari radiasi
dengan teori keseimbangan panas (the heat panas, temperatur, kelembaban udara dan
balance model) atau model statis (static gerakan udara yang disebut Effective
model), faktor-faktor tersebut adalah: Temperature (ET) .
 metabolic rate (kegiatan yang dilakukan
Masih dalam Jurnal Sistem Teknik Industri
dengan metabolisme tubuh);
Vol.6 No.3, Juli 2005 yang dikarang oleh
 clothing insulation (pakaian yang
Basaria Talarosa, Lipsmeier (1994)
dikenakan);
menunjukkan beberapa penelitian yang
 air temperature (suhu udara);
membuktikan batas kenyamanan (dalam
 radiant temperature (suhu radiasi);
Temperatur Efektif/TE) berbeda-beda
 air speed (kecepatan angin); dan
tergantung kepada lokasi geografis dan
 humidity (kelembaban udara).
subyek manusia (suku bangsa) yang diteliti
seperti pada tabel di bawah ini:
Dalam menghitung sensasi kenyamanan
termal, ada beberapa cara, pertama menurut
Tabel 1. Batas Kenyamanan Termal dalam
ANSI/ASHRAE 55-2004 mengembangkan Temperatur Efektif
skala sensasi termal untuk digunakan dalam
mengukur senasi termal orang, yakni model Batas
Penga Kelompok
Lokasi Kenya-
PMV (Predicted Mean Vote) dan PPD rang Manusia
manan
(Predicted Percentage of Dissatisfied). PMV USA
ASH 20,5°C –
Selatan Peneliti
adalah indeks yang memprediksi nilai rata- RAE 24,5°C TE
(30°LU)
rata dari pilihan kenyamanan termal oleh Calcuta 20°C –
Rao India
sekelompok besar orang, sedangkan PPD (22°LU) 24,5°C TE
Singapura
Malaysia, 25°C –
2 Webb (Khatulisti
Fanger, P.O. (1970). Themal Comfort, Analysis dan Cina 27°C TE
wa)
and Application in Environmental Engineering,
Mom Jakarta Indonesia 20°C –
Danish Technical Press, Copenhagen.

4
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

(6°LS) 26°C TE terkonsentasi di ruangan dalam jumlah yang


melebihi batastoleransi manusia, hingga
Singapura
22°C – udara kotor harus diganti dengan udara yang
Ellis (Khatulisti Eropa
26°C TE
-wa) lebih bersih3.
Sumber: Bangunan Tropis, George.Lippsmeier

Berdasarkan penjabaran beberapa teori di Pentingnya pergerakan udara selain untuk


atas, unsur-unsur yang mempengaruhi mengganti udara kotor dengan udara bersih,
kenyamanan termal terdiri dari faktor juga merupakan tindakan pengkondisian
lingkungan dan faktor manusia. Faktor lingkungan yang sangat berdampak pada
lingkungan terdiri dari: kenyamanan termal, didukung dengan
 suhu udara; pernyataan-pernyataan berikut ini: udara
yang bergerak menghasilkan penyegaran
 suhu radiasi;
terbaik, karena dengan penyegaran tersebut
 kelembaban udara; dan
terjadi proses penguapan yang menurunkan
 kecepatan angin, yang apabila
suhu pada kulit manusia. (Sumber: Reed,
keempatnya digabungkan akan
Robert H. Design for Natural Ventilation in
menghasilkan temperatur efektif (TE).
Hot Humid Weather. 1953).
Serta faktor manusia yang terdiri dari:
Proses penyegaran tersebut dapat dilakukan
 pakaian yang digunakan
sesuai dengan teori Heinz Frick dalam buku
 aktifitas yang dilakukan.
Arsitektur Ekologis(2006), yang menyatakan
“Pergerakan udara secara aktif dapat
Namun dalam penelitian ini faktor manusia
dilakukan dengan prinsip angin bergerak dan
diabaikan sehingga mendapatkan hasil
pengudaraan ruangan (cross ventilation).
penelitian yang lebih objektif.

Sistem ventilasi alami (cross ventilation)


B.1.2. Tinjauan mengenai Rancangan mengandalkan kekuatan pendorong alami,
Ventilasi seperti perbedaan suhu/tekanan udara dalam
Ventilasi bangunan dapat berupa ventilasi bangunan dengan lingkungannya, untuk
alami (tidak melibatkan mesin), ventilasi mendorong terjadinya pergerakan udara segar
buatan (melibatkan mesin pengkondisian pada sebuah bangunan, karena angin
udara yang akan menurunkan suhu dan bergerak dari tekanan udara tinggi ke rendah
kelembaban udara), dan ventilasi semi-buatan (gambar 2 dan 3).
(ventilasi alami yang dibantu oleh kipas
angin untuk menggerakan udara tetapi tidak Berdasarkan gambar 2 dan 3, supaya terjadi
melibatkan alat penurun suhu). pergerakan/pertukaran udara harus terdapat
dua lubang angin yang mana satu diantaranya
Ventilasi dibutuhkan agar udara di dalam lebih tinggi dari lubang yang lain. Hal ini
ruangan tetap sehat dan nyaman. Baik dilakukan agar cross ventilation dapat
aktifitas manusiamaupun benda-benda di berfungsi secara maksimal.
dalam ruang dapat menghasilkan gas-gas
yang berbahaya bagi kesehatan apabila tetap 3
Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan.
Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

5
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

Gambar 2. Pergerakan Udara Alami Gambar 3. Tata Udara Alami


Sumber: Hawaii Commercial Building Sumber:
Guidelines for Energy Efficiency http://passivesolar.sustainablesources.com/#cool
www.archenergy.com/library/general//chapter2
_nat_vent_030604.pdf

Pemberian lubang angin dekat langit-langit bersih yang lancar. Heinz Frick (1998)
(minimal 0,35% dari luas lantai) berguna mengemukakan bahwa orientasi bangunan
untuk mengeluarkan udara panas di bagian terhadap arah angin yang paling
atas dalam ruang tersebut dengan menguntungkan bila memiliki arah tegak
penempatan posisi yang baik dan luas yang lurus terhadap arah angin itu.
cukup dari jendela/lubang angin, maka akan
terjadi gerak angin dan pertukaran udara Hal ini sejalan dengan pendapat Rudi
Gunawan (1981) yang mengatakan bahwa
jendela dan lubang vetilasi menghadap ke
arah angin.4

Tabel 2. Kecepatan Angin dan Pengaruh terhadap


Kenyamanan Termal

Kecepatan Angin Efek Penyegaran (Pada Suhu


Pengaruh Atas Kenyamanan
Bergerak 30°C)
< 0.25 m/detik Tidak dapat dirasakan 0 °C
0.25 - 0.5 m/detik Paling nyaman 0.5 - 0.7 °C
Masih nyaman, tetapi gerakan udara dapat
0.5 - 1 m/detik 1.0 - 1.2 °C
dirasakan
1 - 1.5 m/detik Kecepatan maksimal 1.7 - 2.2 °C
1.5 - 2 m/detik Kurang nyaman, berangin 2.0 - 3.3 °C
Kesehatan penghuni terpengaruh oleh
> 2 m/detik 2.3 - 4.2 °C
kecepatan angin yang tinggi

Sumber: Frick, Heinz. 2006. Arsitektur Ekologis.


Yogyakarta:Kanisius.

4
Mannan, Abdul. „Faktor Kenyamanan Dalam
Perancangan Bangunan‟ dalam Jurnal Ichsan
Gorontalo, Volume 2 No.1. Februari-April 2007.

6
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat  Temperatur maksimal 32°C rata-rata di


disimpulkan faktor-faktor rancangan ventilasi daerah pantai dan rendah yang tiap naik
adalah, sebagai berikut: 100 m suhu berkurang 0,6°C;
 orientasi ventilasi terhadap arah angin;  Kecepatan angin rendah, yakni berkisar
 luas/besaran lubang ventilasi; 1-4 m/s.
 jarak antara lubang udara masuk dan
keluar (dimensi ruang); dan Berdasarkan teori di atas, maka dapat
 penghalang di dalam ruang yang dapat mendapatkan variabel lingkungan, yaitu:
menghalangi pergerakan udara  waktu;
 suhu udara;
B.1.3. Tinjauan mengenai Lingkungan  kelembaban udara; dan
Indonesia dengan iklim tropis lembabnya,  kecepatan angin.
dalam Buku Pengaruh Budaya dan Iklim
dalam Perancangan Arsitektur (2009) yang B.2. Kerangka Konsep
diedit oleh Eko Budihardjo, dalam tulisan Berdasarkan tinjauan teori-teori diatas dan
Arsitektur Tropis: Tinjauan dari Segi Fisika dengan menambahkan beberapa variabel
Bangunan oleh Sugianto; memiliki ciri-ciri: yang berkaitan, maka diperoleh kerangka
 Kelembaban rata-rata 80% maksimal konsep yang akan menjadi variabel untuk
pada pukul 6 pagi dan minimum pada mendapatkan jawaban pertanyaan penelitian,
pukul 2 siang, yang hampir sama pada antara lain:
dataran rendah dan tinggi;

Tabel 3. Diagram Kerangka Konsep

VARIABEL LINGKUNGAN:
 Waktu
 Suhu udara
 Kelembaban udara
 Kecepatan angin
VARIABEL TEMPERATUR
EFEKTIF:
 Suhu udara
 Kelembaban udara
VARIABEL VENTILASI:  Kecepatan angin
 Orientasi terhadap arah angin
 Rasio hambatan angin masuk
 Rasio hambatan angin keluar
 Tinggi ventilasi
 Jarak antar ventilasi

Sumber: Data Penelitian

7
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

C. METODE PENELITIAN  Proses pengumpulan data pada penelitian


Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan ini menggunakan metode pengamatan
sebagai metode penelitian yang berlandaskan aktif dan analisa dokumen, sebagai
pada filsafat positivisme, digunakan untuk berikut:
meneliti pada populasi atau sampel tertentu,  Pengamatan aktif secara langsung di
pengumpulan data menggunakan instrumen lapangan dilengkapi dengan catatan
penelitian, analisis data bersifat lapangan. Pengukuran yang secara
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk langsung diambil pada ruang penelitian
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. dan lingkungan sekitar ruang yang diteliti
kemudian dicatat pada catatan lapangan,
Berdasarkan definisi mengenai metode serta menggunakan kamera untuk
kuantitatif di atas, maka metode ini yang dokumentasi situasi penelitian.
akan digunakan dalam penelitian ini.  Analisa dokumen, yang paling utama
adalah analisa hasil data primer yang
Instrumen penelitian yang digunakan dalam diambil di lapangan. Selain itu juga data-
tahapan pengumpulan data dan analisa adalah data sekunder guna melengkapi
sebagai berikut: penelitian yang dilakukan diluar
lapangan.
 Digital Instruments, The Art of
Measurement, 4in1 Environment Populasi dalam penelitian ini adalah ruang
Testeradalah alat yang mencakup kelas di sekolah negeri tingkat menengah
termometer yang digunakan untuk pertama yang tersebar di Jakarta Selatan,
mengukur suhu, higrometer untuk berdasarkan data Dinas Pendidikan DKI
mengukur kelembaban udara, dan Jakarta terdapat 51.167 siswa SMP, apabila
anemometer untuk mengukur kecepatan rata-rata tiap ruang kelas terdapat 30 siswa,
angin. maka jumlah populasi adalah 1.706 ruang
 Meteran untuk mengukur besaran bukaan kelas.
pada variabel bentuk hambatan angin,
jarak ventilasi, dan untuk menghitung Berdasarkan jumlah variabel, untuk
ketinggian bukaan dari lantai ruangan. menghitung jumlah sampel adalah 10 kali
 Balon berisi gas helium untuk lipat dari jumlah variabel tidak tetap. Jika
mengetahui arah angin sehingga jumlah variabel adalah 11 buah yang terdiri
mendapatkan data tentang orientasi atas, maka jumlah sampelnya adalah 110
bukaan terhadap arah angin. ruang kelas. Teknik pengambilan sampling
 Alat pencatat berupa kertas dan pensil, dalam kasus ini adalah Teknik Cluster
serta alat perekam berupa kamera digital Random Sampling.
untuk mendokumentasikan situasi ruang
Teknik pengumpulan data menggunakan
penelitian.
teknik observasi karena berkenaan dengan
 Komputer/laptop yang berfungsi untuk
gejala-gejala alam dan responden tidak
mentransformasikan data dalam bentuk
diamati secara dalam. Observasi terstruktur
pelaporan dengan perangkat lunak.
adalah observasi yang dirancang secara

8
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

sistematis dan dilakukan karena variabel 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai
dalam penelitian ini telah terstruktur secara 5-50 meter di atas permukaan laut. Pada
pasti. Obervasi ini nantinya akan menjadi wilayah bagian selatan, relatif merupakan
observasi nonpartisipan, karena peneliti tidak daerah perbukitan jika dibandingkan dengan
terlibat secara langsung namun hanya sebagai wilayah bagian utara.
pengamat yang independen.
Jakarta Selatan beriklim panas dengan suhu
Dalam menganalisis data ada beberapa rata-rata pertahun 27°C dengan tingkat
proses yang harus dilakukan, yaitu: kelembapan berkisar antara 80-90%. Arah
angin dipengaruhi angin Muson Barat
 Proses analisis data dimulai dengan
terutama pada bulan Mei-Oktober.
menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu : pengamatan dan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
pengukuran secara langsung di lapangan
Nasional Republik Indonesia Nomor 24
dan data sekunder yang didapat.
Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan
 Setelah data lapangan didapat, untuk
Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah
mendapatkan nilai pada variabel
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
temperatur efektif adalah dengan
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS)
mengakumulasikan nilai suhu,
dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
kelembaban dan kecepatan angin. Proses
Aliyah (SMA/MA) mencakup berbagai
ini dilakukan dengan menggunakan
persyaratan mengenai bangunan sekolah
program pada
negeri, standar yang sesuai dengan konteks
http://web.arch.usyd.edu.au/~rdedear/#.
penelitian ini, adalah sebagai berikut:
 Dengan data yang didapat, pertama akan
dicari analisa deskriptif dari beberapa  Mempunyai fasilitas secukupnya untuk
variabel untuk mendapatkan konteks ventilasi udara dan pencahayaan yang
lingkungan dalam penelitian ini; kedua, memadai; dan
mengkorelasikan antar variabel untuk  Setiap ruangan memiliki temperatur dan
mencari hubungan yang ada; dan terakhir kelembaban yang tidak melebihi kondisi
mengolah data melalui proses statistik di luar ruangan.
multiple regression untuk mengetahui
lebih dalam pengaruh satu variabel ke D.1. Karakteristik Lingkungan
variabel yang lain. Berdasarkan data yang didapat dari penelitian
di lapangan, maka dapat diketahui bahwa
 Tahap terakhir adalah mengadakan
dalam konteks penelitian ini, karakteristik
keabsahan data, setelah proses ini selesai,
lingkungannya, adalah sebagai berikut :
data ditafsirkan menjadi hasil penelitian.

Pada Bulan September, suhu udara berkisar


D. KONDISI SECARA UMUM antara 22°C-35°C; Bulan Oktober, suhu
Topografi Wilayah Jakarta Selatan pada udara berkisar 23°C-35°C; dan pada Bulan
umumnya dapat dikategorikan sebagai daerah Nopember suhu udara berkisar antara 24°C-
perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan 34°C. Sesuai dengan gambar 5.

9
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

sesuai dengan bentuk bangunan sekolah yang


diteliti.
D.2. Karakteristik Ventilasi
Besaran rasio hambatan angin adalah luasan Bila bentuk bangunan menyerupai huruf I,
bukaan/lubang angin berbanding dengan luas maka ruangan yang diteliti hanya satu buah.
dinding, dalam hal ini ada lubang masuk dan Untuk bangunan yang menyerupai huruf L,
ke luar. Berdasarkan data yang didapat di maka ruang kelas yang diteliti ada dua ruang
lapangan, maka dapat dicari rata-rata besaran kelas yang masing-masing satu pada tiap sisi
rasio dan range-nya, yakni sebegai berikut: bangunan. Begitu pula dengan bangunan
 Rata-rata lubang angin masuk adalah yang menyerupai huruf U. Dan bertambah
30,42%, dengan range 12,10% sampai sesuai jumlah sisi setiap ada penambahan
44,80%; dan lantai bangunan. (Gambar 8).
 Rata-rata lubang angin ke luar adalah
33,87%, dengan range 22,10% sampai
46,80%.

Dilihat pada situasi di lapangan, tipe bentuk


bukaan yang berupa jendela dan pintu
memiliki bentuk yang sama, namun yang
berbeda adalah ukurannya walaupun
perbedaannya sangat tipis. (Gambar 6 dan 7).

Menurut data yang ada, rata-rata jarak antar


lubang angin adalah 7,15 m yang berkisar
dari 6,20 m sampai 8 m. Sedangkan rata-rata
ketinggian posisi lubang angin dari lantai
ruangan adalah 1,33 m. Jumlah ruangan yang
diteliti pada masing-masing sekolah berbeda,

Gambar 4. Sisi Dinding Luar dengan Bukaan


Sumber: Data Penelitian

10
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

Gambar 5. Grafik Suhu Udara di Jakarta Selatan Ketika


PenelitianBerlangsung
Sumber: Data Peneltian

Gambar 6. Grafik Suhu Udara di Jakarta Selatan Ketika


PenelitianBerlangsung
Sumber: Data Peneltian

11
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

Gambar 7. Posisi Ruang Penelitian terhadap Denah Bangunan Sekolah


Sumber: Data Penelitian

D.3. Kondisi Kenyamanan Termal  Rata-rata suhu ruangan pada jam 13.00
Dengan menggunakan proses statistik adalah 32,49°C, yang berkisar dari
frequency, maka dapat diketahui kondisi 25,90°C sampai 39,10°C; dan
kenyamanan termal di dalam ruang kelas,  Rata-rata kelembaban udara pada jam
antara lain: 08.00 adalah 72,45 RH, yang berkisar
 Rata-rata suhu ruangan pada jam 08.00 dari 60,10 RH sampai 86,40 RH.
adalah 28,27°C, yang berkisar dari
Temperatur efektif di dalam ruangan yang
24,60°C sampai 31,60°C;
menjadi parameter kenyamanan termal.
 Rata-rata suhu ruangan pada jam 10.00
Penggunaan program statistik frequency,
adalah 31,02°C, yang berkisar dari
menghasilkan bahwa:
25,10°C sampai 38,50°C;
 Rata-rata kelembaban udara pada jam  Rata-rata temperatur efektif pada jam
10.00 adalah 63,03 RH, yang berkisar 08.00 adalah 29,46°C, yang berkisar dari
dari 42,60 RH sampai 79,40 RH; 25,16°C sampai 33,27°C;
 Rata-rata kelembaban udara pada jam  Rata-rata temperatur efektif pada jam
13.00 adalah 57,39 RH, yang berkisar 10.00 adalah 31,97°C, yang berkisar dari
dari 36,30 RH sampai 79,80 RH; 25,77°C sampai 37,25°C; dan
 Rata-rata kecepatan angin pada jam  Rata-rata temperatur efektif pada jam
08.00 adalah 0,0326 m/s, yang berkisar 13.00 adalah 32,24°C, yang berkisar dari
dari 0 m/s sampai 0,3 m/s; 22,67°C sampai 36,82°C.
 Rata-rata kecepatan angin pada jam
10.00 adalah 0,0023 m/s, yang berkisar
dari 0 m/s sampai 0,1 m/s;
 Rata-rata kecepatan angin pada jam
13.00 adalah 0,0558 m/s, yang berkisar
dari 0 m/s sampai 1,2 m/s;

12
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

E. HUBUNGAN KARAKTERISTIK variabel lingkungan dan ventilasi terhadap


VENTILASI DAN LINGKUNGAN kenyamanan termal.
TERHADAP KENYAMANAN
TERMAL Berhubung dengan pengambilan data
dilakukan pada 3 waktu, maka hasil
Setelah melakukan pengambilan sampel dan
penelitian akan di kelompokan sesuai waktu
kemudian diolah dengan menggunakan
pengambilan data, sesuai yang dijabarkan di
program statistik, maka akan diketahui
bawah ini:
bagaimana hubungan yang terjadi antara

Tabel 4. Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate

1 ,931a ,867 ,850 ,71497 1,552

a. Predictors: (Constant), Ventilasi_r, Lingkungan_V_08.00, Ventilasi_WWR_K, Lingkungan_RH_08.00,


Lingkungan_T_08.00
b. Dependent Variable: Temperatur_Efektif_08.00
Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan output di atas, maka prosentase oleh faktor lain. Sehingga bisa dikatakan
yang menyumbangkan pengaruh semua bahwa variabel lingkungan dan beberapa
variabel independen terhadap variabel variabel ventilasi sangat berhubungan dan
dependen (temperatur efektif) adalah sebesar mempengaruhi kenyamanan termal:
86,7%, sedangkan sisa 13,3% dipengaruhi

Tabel 5. Coefficientsa

Standardiz
Unstandardized ed Collinearity
Model Coefficients Coefficient t Sig. Statistics
s

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 9,909 6,403 1,547 ,130

Lingkungan_T_08.00 ,639 ,120 ,562 5,342 ,000 ,324 3,091

Lingkungan_RH_08.00 -,090 ,025 -,344 -3,646 ,001 ,401 2,492


1
Lingkungan_V_08.00 -,761 ,203 -,261 -3,739 ,001 ,735 1,360

Ventilasi_WWR_K ,086 ,024 ,238 3,621 ,001 ,826 1,210

Ventilasi_r ,652 ,314 ,155 2,078 ,045 ,643 1,556

a. Dependent Variable: Temperatur_Efektif_08.00


Sumber: Data Penelitian

13
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

Berdasarkan output di atas, maka didapatkan  Setiap penambahan 1 angka pada suhu,
rumus: maka akan terjadi kenaikan sebesar 0,639
Tef-08.00= 9,909 + 0,639T0800 – pada temperatur efektif.
0,090RH0800 – 0,761V0800  Setiap penurunan 1 angka pada
+ 0,086WWRk + 0,652r kelembaban udara, maka akan terjadi
Keterangan: penurunan sebesar 0,090 pada temperatur
Tef-08.00 :Temperatur efektif pada efektif.
Pukul 08.00  Setiap penurunan 1 angka pada
T0800 :Suhu pada pukul 08.00 kecepatan angin, maka akan terjadi
RH0800 :Kelembaban udara pada penurunan sebesar 0,761 pada temperatur
Pukul 08.00 efektif.
V0800 :Kecepatan pergerakan  Setiap penambahan 1 angka pada rasio
angin pada pukul 08.00 bukaan keluar, maka akan terjadi
O0800 :Arah orientasi kenaikan sebesar 0,086 pada temperatur
angin terhadap bukaan efektif.
WWRk :Rasio luas bukaan keluar  Setiap penambahan 1 angka pada jarak
r :Jarak antar bukaan antar bukaan, maka akan terjadi kenaikan
sebesar 0,652 pada temperatur efektif.
 Nilai 9,909 adalah konstanta yang  Sedangkan sisa variabel yang tidak
menunjukan bahwa jika tidak ada masuk dalam rumus, dianggap tidak
kenaikan pada variabel independen, mempengaruhi secara signifikan terhadap
maka variabel dependen (temperatur temperatur efektif.
efektif) akan mencapai 9,909.

Tabel 6. Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Durbin-Watson
Square the Estimate

1 ,975a ,952 ,946 ,57833 1,031

a. Predictors: (Constant), Ventilasi_r, Lingkungan_V_10.00, Lingkungan_RH_10.00, Lingkungan_T_10.00


b. Dependent Variable: Temperatur_Efektif_10.00
Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan output di atas, maka persentase 55,7%, sedangkan sisa 44,3% dipengaruhi
yang menyumbangkan pengaruh semua oleh faktor lain. Sehingga bisa dikatakan
variabel independen terhadap variabel bahwa variabel lingkungan dan beberapa
dependen (temperatur efektif) adalah sebesar variabel ventilasi dan kenyamanan termal.

14
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

Tabel 7. Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std. Toleranc
B Beta VIF
Error e

1 (Constant) 3,270 5,975 ,547 ,587

Lingkungan_T_10.00 1,058 ,107 1,176 9,935 ,000 ,091 10,987

Lingkungan_RH_10.00 ,182 ,038 ,554 4,799 ,000 ,096 10,447

Lingkungan_V_10.00 -,698 ,149 -,219 -4,673 ,000 ,578 1,729

-
Ventilasi_r -2,208 ,208 -,388 ,000 ,958 1,044
10,623
a. Dependent Variable: Temperatur_Efektif_10.00
Sumber: Data Penelitian

Berdasarkan output di atas, maka didapatkan akanterjadi kenaikan sebesar 0,182 pada
rumus: temperatur efektif.
Tef-10.00 = 3,270 + 1,058T1000 +  Setiap penurunan 1 angka pada
0,182RH1000 – 0,698V1000 kecepatan angin, maka akan terjadi
- 2,208r penurunan sebesar 0,698 pada temperatur
Keterangan: efektif.
Tef-10.00 :Temperatur efektif pada  Setiap penurunan 1 angka pada jarak
Pukul 10.00 antar bukaan, maka akan terjadi
T1000 :Suhu pada pukul 10.00 penurunan sebesar 2,208 pada temperatur
RH1000 :Kelembaban udara pada efektif.
Pukul 10.00  Sedangkan sisa variabel yang tidak
V1000 : Kecepatan pergerakan masuk dalam rumus, dianggap tidak
Angin Pada pukul 10.00 mempengaruhi secara signifikan terhadap
r :Jarak antar bukaan temperatur efektif.

 Nilai 3,270 adalah konstanta yang


menunjukan bahwa jika tidak ada
kenaikan pada variabel independen,
maka variabel dependen (temperatur
efektif) akan mencapai 3,270.Setiap
penambahan 1 angka pada suhu, maka
akan terjadi kenaikan sebesar 1,058 pada
temperatur efektif. Setiap penambahan 1
angka pada kelembaban udara, maka

15
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

Tabel 8. Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate

1 ,746a ,557 ,497 2,55070 2,001


a. Predictors: (Constant), Ventilasi_t_K, Ventilasi_r, Ventilasi_WWR_K, Lingkungan_T_13.00,
Ventilasi_WWR_M

b. Dependent Variable: Temperatur_Efektif_13.00


Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan output di atas, maka persentase oleh faktor lain. Sehingga bisa dikatakan
yang menyumbangkan pengaruh semua bahwa variabel lingkungan beberapa variabel
variabel independen terhadap variabel ventilasi sangat berhubungan dan
independen (temperatur efektif) sebesar mempengaruhi kenyamanan termal.
55,7% sedangkan sisa 44,3% dipengaruhi

Tabel 9. Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error

(Constant) 22,686 14,714 1,542 ,132

Lingkungan_T_13.00 1,033 ,182 1,049 5,670 ,000 ,350 2,861

Ventilasi_WWR_M 1,184 ,330 2,429 3,591 ,001 ,026 38,225


1
Ventilasi_WWR_K -1,423 ,469 -2,025 -3,036 ,004 ,027 37,156

Ventilasi_r -4,708 1,744 -,574 -2,699 ,010 ,264 3,783

Ventilasi_t_K 31,371 8,629 ,575 3,636 ,001 ,479 2,087


a. Dependent Variable: Temperatur_Efektif_13.00
Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan output di atas, maka didapatkan T1300 :Suhu pada pukul 10.00
rumus: WWRm :Rasio hambatan angin
Tef-13.00 = 22,686 + 1,033T1300 masuk
+ 1,184WWRm WWRk :Rasio hambatan angin ke
– 1,423WWRk – 4,708r luar
+31,371tk r :Jarak antar bukaan
Keterangan : tk :Tinggi ventilasi angin ke
Tef-13.00 :Temperatur efektif pada luar
Pukul 10.00

16
AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 2, Desember 2015

Nilai 22,686 adalah konstanta yang dikarenakan pada siang hari suhu udara
menunjukan bahwa jika tidak ada kenaikan di luar ruangan sangat tinggi, sedangkan
pada variabel independen, maka variabel suhu di dalam ruangan cukup rendah
dependen (temperatur efektif) akan mencapai karena lebih teduh akibat tertutup oleh
22,686. Setiap penambahan 1 angka pada dinding dan atap, udara mengalir dari
suhu, maka akan terjadi kenaikan sebesar tekanan tinggi ke tekanan rendah, jadi
1,033 pada temperatur efektif. Setiap suhu dingin di dalam ruangan akan ke
penambahan 1 angka pada rasio hambatan luar, apabila luasan bukaan membesar,
angin masuk, maka akan terjadi kenaikan maka semakin cepat suhu dingin di
sebesar 1,184 pada temperatur efektif. Setiap dalam akan ke luar.
penurunan 1 angka pada rasio hambatan  Pada variabel rasio hambatan bukaan
angin ke luar, maka akan terjadi penurunan angin ke luar, pada kondisi pagi dan
sebesar 1,423 pada temperatur efektif. Setiap siang hari saling mendukung, yakni
penurunan 1 angka pada jarak antar bukaan, apabila luasan bukaan bertambah besar
maka akan terjadi penurunan sebesar 4,708 maka tempertatur efektif akan bertambah
pada temperatur efektif. Setiap penambahan pula. Begitu pula sebaliknya.
1 angka pada tinggi ventilasi angin keluar,
maka akan terjadi kenaikan sebesar 31,371 Pada konteks karakteristik ventilasi seperti
pada temperatur efektif. dalam penelitian ini, maka terjadi hubungan
yang signifkan antar beberapa variabel
Sedangkan sisa variabel yang tidak masuk lingkungan dengan kenyamanan termal.
dalam rumus, dianggap tidak mempengaruhi  Pada pagi dan menjelang siang hari
secara signifikan terhadap temperatur efektif. semua variabel lingkungan
mempengaruhi kenyamanan termal,
F. KESIMPULAN sedangkan pada siang hari hanya suhu
Pada konteks lingkungan yang memiliki suhu udara yang secara signifikan
udara berkisar dari 22°C sampai 35°C pada mempengaruhi temperatur efektif.
Bulan September sampai Bulan November  Pada pagi hari, ventilasi dan lingkungan
maka terjadi hubungan yang signifkan antar mampu mempengaruhi sebesar 86,7%;
beberapa variabel ventilasi dengan pada menjelang siang hari, kenyamanan
kenyamanan termal. termal sangat dipengaruhi oleh ventilasi
dan lingkungan, yakni 95,2%; sedangkan
 Pada variabel jarak antar bukaan, pada
pada siang hari, ventilasi dan lingkungan
kondisi pagi dan menjelang siang hari
hanya mempengaruhi 55,7%.
saling mendukung, yakni apabila jarak
bertambah maka temperatur efektif akan  Pada siang hari, dengan semakin tinggi
bertambah pula, begitu pula sebaliknya. suhu di luar ruangan, maka unsur yang
Sehingga rancangan ventilasi yang paling dapat memperngaruhi kenyamanan
baik adalah apabila jarak antar bukaan termal selain ventilasi dan kondisi iklim
tidak terlalu jauh. lingkungan akan bertambah, misalnya
unsur vegetasi, pada siang hari, vegetasi
 Pada variabel rasio hambatan angin
menghasilkan banyak oksigen yang
masuk, hal ini hanya terjadi di siang hari

17
Humairoh Razak : Pengaruh Karakteristik Ventilasi dan Lingkungan Terhadao Tingkat Kenyamanan Termal
Ruang Kelas SMPN di Jakarta Selatan (1-18)

mampu menurunkan suhu udara, ada juga orontalo, Volume 2 No.1, Februari-April
unsur arsitektural lainnya seperti dinding, 2007
atap, canopy, dan lain-lain.
Nazir, Moh.,Metode Penelitian. Jakarta:
G. SARAN Ghalia Indonesia, Hal. 157-158, 1988

Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid


Passive Solar Design, 2013, [diakses tanggal
lagi, Peneliti menyarankan agar jumlah
7 Nopember 2014],
sampel diperbanyak dan jumlah ragam tipe
Tersedia:
ventilasi diperbanyak pula.
http://passivesolar.sustainablesources.com/#c
ool
DAFTAR RUJUKAN
Santoso, Eddy Imam,“Kenyamanan Termal
ANSI/ASHRAE : 55-2004, Ashrae Standard
Indoor Pada Bangunan di Daerah Beriklim
Thermal Environmental Condition Dor
Tropis Lembab”, dalam Jurnal Indonesia
Human Occupancy, ASHRAE, USA, 2004
Green Technology Vol. 1, No.1, 2012

Fanger, P.O.,Themal Comfort, Analysis and Satwiko, Prasasto,Fisika Bangunan,


Application in Environmental Engineering, Yogyakarta: C.V., Andi Offset, 2009
Danish Technical Press, Copenhagen, 1970

Frick, Heinz,Arsitektur Ekologis,


Yogyakarta: Kanisius, 2006

Frick, Heinz/Suskiyatno, Bambang


FX,Dasar-Dasar Eko-Arsitektur,Yogyakarta:
Kanissius, hal. 4, 1998

HOUGHTON and YAHLOU. “Determining


Lines Of Equal Comfort, Transaction Of
America Society Of Heating And Ventilating
Engineers”,Vol.29, 1923

ISO 7730:1994,Moderate Thermal


Environments – Determination Of The Pmv
And Ppd Indices And Specification Of The
Conditions For Thermal Comfort, 2nd ed.,
International Org. For Standardisation,
Geneva, 1994

Mannan, Abdul. “Faktor Kenyamanan Dalam


Perancangan Bangunan”,dalam Jurnal Ichsan

18

Anda mungkin juga menyukai