Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara


pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan
oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal dari profesi yang bermakna berhubungan
dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi,
profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional
(Longman, 1987).

Ciri-ciri profesionalisme:
1. Punya keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlakukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan
peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan
terbaik atas dasar kepekaan.
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
Karakteristik profesionalisme
Menurut Mertin Jr (dalam Agung, 2005 :75) karakteristik profesionalisme aparatur
sesuai dengan tuntutan good governance, diantaranya adalah:
1. Equality
Perlakuan yang sama atas pelayanan yang diberikan. Hal ini didasarkan atas tipe
perilaku birokrasi rasional yang secara konsisten memberi pelayanan yang berkualitas
kepada semua pihak tanpa memandang afiliansi politik atau status sosialnya.
2. Equity
Perlakuan yang sama kepada masyarakat tidak cukup, selain itu juga perlakuan yang
adil. Untuk masyarakat yang pluralistik kadang-kadang diperlukan perlakuan yang adil
dan perlakuan yang sama.
3. Loyality
Kesetiaan kepada konstitusi hukum, pimpinan, bawahan, dan rekan kerja. Berbagai jenis
kesetiaan tersebut terkait satu sama lain dan tidak ada kesetiaan yang mutlak diberikan
kepada satu jenis kesetiaan tertentu dengan mengabaikan yang lainnya.
4. Accountability
Setiap aparat pemerintahan harus siap menerima tanggung jawab atas apapun yang ia
kerjakan.
Tiga watak kerja profesionalisme:
1. Kerja seorang professional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materil.
2. Kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas
tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan atau pelatihan yang panjang, ekslusif, dan
berat.
3. Kerja seorang professional –diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral- harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang
dikembangkan dan disepakatibersama di dalam sebuah organisasi profesi.
Menurut Harris [1995] ruang gerak seorang professional ini akan diatur melalui etika profesi
yang distandarkan dalam bentuk kode etik profesi, pelanggaran terhadap kode etik profesi bisa
dalam berbagai bentuk, meskipun dalam praktek yang umum dijumpai akan mencakup dua
kasus utama, yaitu:
a. Pelanggaran terhadap perbuatan yang tidak mencerminkan respek terhadap nilai-nilai
yang seharusnya dijunjung tinggi oleh profesi itu. Memperdagangkan jasa atau
membeda-bedakan pelayanan jasa atas dasar keinginan untuk mendapatkan keuntungan
uang yang berkelebihan ataupun kekuasaan merupakan perbuatan yang sering dianggap
melanggar kode etik profesi.
b. Pelanggaran terhadap perbuatan pelayanan jasa profesi yang kurang mencerminkan
kualitas keahlian yang sulit atau kurang dipertanggung-jawabkan menurut standar
maupun kriteria profesional.
Asas Pokok Profesionalisme

Menurut H. Sumitro Maskun (1997:7) bahwa suatu profesionalisme merupakan suatu


bentuk atau bidang kegiatan yang dapat memberikan pelayanan dengan spesialisasi dan
intelektualitas yang tinggi. Bentuk atau bidang kegiatan ini dalam mengamalkan prestasi nya
menjalankan tiga asas pokok, yaitu:

1. Terdapat suatu pengetahuan dasar yang dapat dipelajari secara seksama dan terdapatnya
sikap pada seorang yang menguasai sesuatu teknik yang dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat.
2. Keberhasilan yang dicapai oleh suatu profesi, ukuran standarnya adalah bagaimana kita
menyelesaikan pelayanan cepat kepada masyarakat dan bukan apa yang dapat dicapai
sesorang bagi kepentingan pribadinya.
3. Dikembangkan suatu sistem pengawasan atas usaha dan kegiatan praktis para
professional dalam mengamalkan pengetahuan dan hasil pendidikannya dengan melalui
didirikannya himpunan-himpunan atau asosiasi dan diciptakannya berbagai kode etik.

Langkah awal seorang profesional adalah mempunyai kemampuan untuk mudah memahami,
mengerti, mempelajari, dan menjelaskan suatu fenomena. Artinya tingkat derajat, kualitas, dan
kuantitas profesionalisme di Indonesia dapat dilihat dari berapa banyak dan berapa tingginya
kualitas masyarakat intelektual yang ada (Maskun, 1997:7).

Anda mungkin juga menyukai