DEFENISI
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga,
kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir
INERSIA UTERI
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi menjadi 2 :
1.inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten
2.inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif
( Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH, sinopsis obstetri, 305)
Etiologi
Multipara, kelainan letak janin , disproporsi sefalovelvik, kehamilan ganda, hidramnion, utrus
bikornis unikolis.
Faktor predesposisi
Anemia , hidromnion, grande multipara, primipara, pasien dengan emosi kurang baik.
Etiologi
Pemberian oksitoksin yang berlebnihan atau ketuban pecah lama yang disertai infeksi.
Komplikasi
hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter
Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat untuk memperbaikki kordinasi
fungsional antara bagian – bagian uterus.
Bila terjadi lingkaran konstriksi pada kala I , lakukan seksio sesar
PENATALAKSANAAN
Pasien dapat melahirkan spontan pervaginaan
PRESENTASI MUKA
Presentasi muka adalah kepala dan kedudukan defleksi maksimal sehingga oksipu tertekan
pada punggun dan muka merupakan bagian terendah.
Etiologi
Keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala, seperti panggul sempit, tumor di leher,
bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar,
anensefalus.
Faktor predesposisi
Multipara, perut gantung
DIAGNOSIS
Pemeriksaan luar : dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar
lebih jelas pada dada.
LETAK SUNGSANG
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
dibawah bagian cavum uteri
ETIOLOGI
Multiparitas , prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefallus, anensefalus,
plasenta previa, panggul sempit, kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus, implantasi
plasenta di kornu fundus uteri
PENATALAKSANAAN
Lakukan versi luar pada umur kehamilan 34 – 38 minggubila syarat versi luar terpenuhi. Bila
pada persalinan masih letak sungsang , singkirkan indikasi seksio sesar. Lahirkan janin
dengan prasat bracht
PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dinamding dengan letak
kepala
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power),
keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya psikologi ibu,
penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya keseimbangan antara faktor
tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada
jalannya persalinan. kelambatan atau kesulitan persalinan ini di sebut distosia. Distosia itu
adalah kesulitan dalam jalannya persalianan salah satunya adalah distosia karena kelainan his
dibedakan menjadi dua bagian yaitu inersia hipotonik dan inersia hipertonik.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia karena kelainan his ( inersia hipotonik dan
hipertonik)
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui pengertian distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
b. Mampu mengetahui etiologi distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
c. Mampu mengetahui tanda dan gejala distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
d. Mampu Mengetahui diagnosis distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
e. Mampu mengetahui penanganan distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/ sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
A. Inersia hipotonik
1. Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,
uterus yang terlalu terenggang misalnya karena hidramion atau kehamilan kembar atau
grandemultipara atau primipara serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
Inersia uteri terbagi dua yaitu:
a. Inersia primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan
his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk memastikan
b. Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada persalinan akibat inersia
uteri sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama karena dapat menimbulkan
kelelahan otot uterus maka inersia uteri sekunder ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita
2. Etiologi
b. Anemia
d. Ketidak tepatan pengunaan analgetik seperti saat pemberian oksitosin atau obat penenang
h. Kehamilan postmatur
b. Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
4. Diagnosis
Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit
dalam fase laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di sertai rasa nyeri,
tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan
ini di perlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks,
yaitu pendataran dan pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah
5. Penatalaksanaan
a. Keadaan umum penderita harus di perbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
b. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan jelaskan tentang kemungkinan yang akan
terjadi
c. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin turunya bagian terbawah janin dan
keadaan janin
e. Melakukan perubahan posisi ketika ada kontraksi dengan miring kiri dan miring kanan
f. Melakukan stimulasi puting susu dengan cara menggosok, memijat atau melakukan gerakan
melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakini akan melepaskan hormon oksitosin
yang dapat menyebabkan kontraksi. ada beberapa rekomendasi dalam hal penggunaannya,
yaitu:
2) Hanya memijat puting selama 5 menit, lalu tunggu selama 15 menit untuk melihat apa
atau 1 menit
g. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada
letak kepala
1) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12
tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin
2) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian
oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari
berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya di ulang lagi pemberian oksitosin
drips
3) Bila inersia uteri di sertai disproposi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria
4) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah dan partus telah
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya
memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus di sesuaikan sesuai hasil pemeriksaan dan
B. Inersia hipertonik
1. Pengertian
Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.
Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak pada kekuatan his.
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam
Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus
menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
2. Etiologi
a. Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
b. Infeksi intrauteri
e. Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura
4. Diagnosis
a. Anamesa
Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir
terus menerus
b. Pemeriksaan fisik
Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses persalinan yang
semakin cepat
5. Penatalaksanaan
a. Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot nyeri dan mengurangi
ketakutan.
b. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarean
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
2. Keluhan utama
a. Ibu mengeluh pusing, badan lemas dan perut mules bagian bawah dan menjalar sampai
kepinggang disertai pengeluaran lendir bercampur darah dari alat kelamin ibu berwarna
coklat
Ibu mengatakan adanya mules sejak tadi siang jam 14.00 WIB dengan frekuensi 10 menit 2
kali kekuatannya sangat lama 32 detik ibu merasa perut mules bagian bawah sampai menjalar
ke pinggang.
c. Pengeluaran pervaginam
Ibu mengatakan sudah ada pengeluaran dari alat kelamin ibu lendir bercampur darah
berwarna coklat
3. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama menstruasi pada usia 4 tahun dengan konsistensi cair, lamanya 7
hari dengan 2 kali ganti pembalut siklusnya 28 hari, tidak ada keluahan yang menyertai saat
4. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinan yang pertama bagi ibu dan suami, usia ibu saat menikah 21
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama belum pernah keguguran dengan usia kehamilan
37 minggu ibu mengatakan selalu memeriksa kehamilannya pada trimester I satu kali di bps,
trimester II 1 kali di bps, dan trimester III 2 kali di bps. Ibu mengatakan pada trimester I ibu
sering merasakan mual bahkan muntah dan sering pusing, ibu mengatakan merasakan
pergerakan janin pada usia 4 bulan sampai sekarang ibu mengatakan mendapatkan imunisasi
TT sudah 2 kali pada usia kehamilan 4 bulan dan 5 bulan. Ibu mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi obat obatan selain yang di berikan bidan. Ibu dan suami sudah
6. Riwayat kesehatan sekarang / penyakit yang diserita sekarang dan dulu atau operasi
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit yang berat seperti
hipertensi, jantung, diabetes melitus dan lain lain. Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak
pernah menderita penyakit keturunan, semua keluarganya juga tidak ada yang mempunyai
penyakit yang berat atau pun keturunan, dalam keluarga juga tidak ada riwayat keturunan
kembar.
7. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang mempunyai penyakit yang berhubungan
8. Riwayat KB
Ibu mengatakan suami dan keluarganya merasa senang dan mendukung kehamilan ini. Ibu
mengatakan dalam keluarganya yang dominan mengambil keputusan adalah suami. Ibu juga
tidak pernah merokok, minum alkohol maupun obat obatan terlarang, namun ada anggota
keluarganya yang merokok yaitu suaminya. Ibu berencana melahirkan ingin di tolong oleh
bidan
a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan kadang - kadang 2-3 kali/ hari dengan menu kurang bervariasi karena
ibu tidak menyukai sayuran dan setiap makan hanya lauknya saja dengan porsi sedang,
minum 8 kali/ hari tidak ada keluhan saat menjelang mau makan..
b. Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1kali/ hari dengan konsistensi lembek, dan BAK 7 kali/ hari dengan
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam tidak ada keluhan saat menjelang
tidur
d. Pola aktivitas
Ibu mengatakan selalu mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti menyapu, mengepel
Ibu mengatakan hubungan suami istri 2 kali setiap satu minggu tidak ada keluhan yang
f. Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi dan gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju 1 kali/ hari, ganti celana dalam,
Ibu mengatakan ibu dan keluarganya saat bahagia dengan kehamilan ini dan mendukung,
biasanya di dalam keluarganya yang mengambil keputusan adalah suaminya, ibu mengatakan
sekarang tinggal masih di rumah orang tuanya, ibu mengatakan tidak mempunyai hewan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
2. Antropometri
b. BB sebelum hamil : 53 kg
c. BB sesudah hamil : 60 kg
d. LILA : 28 cm
c. Respirasi : 25 x/ menit
d. Suhu : 370C
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : simetris, bersih, benjolan (-), rontok (-), nyeri tekan (-)
oedema (-)
f. Mulut : simetris, bibir pecah pecah (-), caries (-), stomatitis (-),
Payudara : simetris, dimpling (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), puting
i. Abdomen
Palpasi : TFU 32 cm
32 – 11 x 155 = 3255 cm
Pemeriksaan dalam
v/v tidak ada kelainan, porcio lembek tebal, ketuban (+), pembukaan 3 cm, UUK kanan
emitas Bawah : simetris, oedema (-), kuku agak pucat, varises (-),
5. Pemeriksaan lab
Hb : 9,5 gr%
C. Assesment
1. Nomenklatur
G1P0A0 hamil 38 minggu inpartu kala I dengan inersia uteri sekunder dan anemia ringan,
Data dasar :
a. G1P0A0
1/3
2 mg 5 hari + 34 2/3 mg
36 – 37 Mg
Subjektif :
pinggang serta his tidak teratur dengan frekuensi 2 x dalam 10 menit dengan lama 32 detik
d. Anemia ringan
f. Janin hidup
g. Presentasi kepala
hasil pemeriksaan Leopold I – IV : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting
2. Masalah potensial
3. Kebutuhan
a. Pemenuhan nutrisi
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan → ibu mengetahui hasil
pemeriksaan
2. Memberitahu bahwa sudah masuk persalinan → ibu mengetahui dan menyiapkan untuk
menghadapi persalinan
4. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan → ibu mau melakukan apa yang dianjurkan
6. Menganjurkan ibu untuk merubah posisi agar merasakan HIS yang adekuat seperti berjalan-
yang akan dikerjakan jika hisnya semakin melemah misalnya pada letak kepala
a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12
tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin
b. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian
oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat
HASIL PEMERIKSAAN
Wak Kontraksi
Tanggal Pembukaan DJJ TD Pols Temp RR Penyusupan
tu uterus
0
18 18.00 3 cm 130 2 x dlm 10 110/70 80 37 C 21 0
Maret x/mnt mnt, lama x/mnt
2012 32 dtk
18.30 130 2 x dlm 10 80 20
x/mnt mnt, lama x/mnt
32 dtk
135 2 x dlm 10 20
19.00 mnt, lama 78
x/mnt x/mnt
34 dtk
2 x dlm 10
140 mnt, lama 19
19.30 x/mnt 80 x/mnt
34 dtk
2 x dlm 10
140 mnt, lama 20
20.00 x/mnt 34 dtk 85 x/mnt
2 x dlm 10
135 mnt, lama 18
20.30 x/mnt 36 dtk 85 x/mnt
144 2 x dlm 10 80 18
21.00 x/mnt mnt, lama x/mnt
36 dtk
140 2 x dlm 10 120/80 80 36,50C 19
x/mnt mnt, lama x/mnt
21.30 4 cm 36 dtk 0
88 18
130 3 x dlm 10 x/mnt
22.00 mnt, lama
x/mnt
39 dtk
18 3 x dlm 10 86
20
Maret 140x/mnt mnt, lama x/mnt
22.30
2012 40 dtk
130 4x dlm 10 21
23.00 x/mnt 86
mnt, lama x/mnt
40 dtk
23.30 130 4 x dlm 10 20
x/mnt mnt, lama 84 x/mnt
36 dtk
135 4 x dlm 10 20
x/mnt mnt, lama x/mnt
00.00 36 dtk 88
4 x dlm 10
140 mnt, lama 19
x/mnt 40 dtk x/mnt
00.30 88
5 cm 140 4 x dlm 10 20 0
x/mnt mnt, lama x/mnt
01.00 84
40 dtk
145 3 x dlm 10 18
370c
x/mnt mnt, lama x.mnt
01.30 32 dtk 86
130 120/80 22
x/mnt 3x dlm 10 x/mnt
02.00 mnt, lama 80 18
19 130 32 x/mnt
Maret x/mnt 3x dlm 10
2012 mnt, lama 80 19
135 30 dtk x/mnt
02.30 3 x dlm 10
x/mnt
mnt, lama 18
30 dtk 80 x/mnt
140
03.00 x/mnt 3 x dlm 10
mnt, lama
< 30 dtk
20
140 78
3 x dlm 10 x/mnt
03.30 x/mnt mnt,
5 cm lama<30 0
135 dtk 80
21
04.00 x/mnt x/mnt
3 x dlm 10 37,20c
144 mnt, lama 85 20
04.30 x/mnt <30 dtk x/mnt
3 x dlm 10
146 mnt, lama 85 20
05.00 x/mnt <30 dtk x/mnt
120/70 80
3x dlm 10
mnt, lama
05.30 < 30
19
Maret
2012
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distosia kelainan tenaga / his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya
menyebab kan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang
dinamakan distosia, salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan tenaga his dapat di
B. Saran
Peran bidan maupun dokter umum dalam menangani kelinan tenaga (his) hendaknya
dapat di deteksi secaa dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak terjadi
keterlambatan dalm merujuk dengan adanya ketepatan penanganan bidan atau dokter umum
yang segera dan sesuai dengan kewenangannya, di harapkan akan menurunkan angka
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
2. Bagus, Ida Gde Manuaba, 1//998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
b) Etiologi
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh
Semua Ukuran panggul kecil
b. Panggul Picak
Ukuran Muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit Picak
Semua ukuran panggul sempit terutama ukuran muka belakang
d. Panggul Corong
Pintu atas panggl biasa, pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah
Sympisis terbuka
2. Kelainan Karena penyakit tulang panggul atau sendi sendinya
a. Panggul Rachitis
Panggul picak , panggul sempit, seluruh bagian panggul picak
b. Panggul Osteomalaci
Panggul sempit melintang
c. Radang articulation sacroiliaka
Panggul sempit miring
3. Kelainan Panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyfose di daerah tulang pinggangmenyebabkan panggu corong
b. Scoliose di daerah tulang pungung menyebabkan panggul sempit miring
d) Penanganan
Penanganan Panggul sempit dapat dilakukan dengan persalinan percobaan, yaitu: percobaan untuk
melakukan persalinan pervaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relative sempit.
Persalinan percobaan hanya dapat dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak di lakukan pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya..
Persalinan percobaan dapat dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir
pervaginam
Persalinan percobaan dikatakan berhasil apabila anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu
dengan ekstrasi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kesempitan Bidang Tengah Panggul
a) Definisi
Adalah bidang tengah pangul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spina ischiadica yang
menyentuh sacrum dekat pertemuan antara sacral ke 4 dan ke 5.
Ukuran terpenting dalam bidang tengah panggul, adalah:
1. Diameter transversa ( diameter antar spina) 10½ cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah sympisis ke pertemuan antara sacral ke 4 dan 5
adalah 11½ cm
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5
adalah 5 cm
Ukuran bidang tengah panggul tidak dapat di peroleh dengan cara klinis, tapi harus di ukur dengan
rontgen, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul jika,
a. Spina ischiadika sangat menonjol
b. Dinding samping panggul konvergen
c. Kalau diameter antar tuber ischiadika 8½ cm atau kurang.
b) Etiologi
- Penyakit tulang seperti rachitis
- Tumor pada tulang panggul
- Trauma panggul
c) Pengaruh
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan putaran paksi.
d) Penanganan
Jika persalinan berhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya di pergunakan
ekstrasi vacuum, karena ekstrasi forceps kurang memuaskan berhubung forcep memperkecil
ruangan jalan lahir
b) Etiologi
Adanya kelainan pada jaringan keras/ tulang panggul, atau kelainan padajaringan lunak panggul
c) Pengaruh
a. Pada ibu
- Persalinan akan berlangsung lama
- KPD
- Tali pusat menumbung
- Rupture uteri
b. Pada Janin
- Ineksi intra partal
- Kematian janin intra partal
- Perdarahan intracranial
- Caput sucsedenum
- Sefalohematom
d) Penanganan
Persalinan dapat dilakukan dengan pervaginam dengan ekstrasi forcep atau dilakukan dengan
melakukan episiotomy dengan robekan yang cukup be
1. Kesempitan pintu atas panggul Dikatakan sempit bila konyugata vera <10 cm atau
diameter transversa <12 cm.
2. Kesempitan pintu tengah panggul Dikatakan sempit jika jumlah diameter transversa +
diameter sagitalis posterior ≤ 13,5 cm.
3. Kesempitan pintu bawah panggul penyempitan diameter intertuberosum (8 cm atau
kurang).
Diagnosis
Diagnosis panggul sempit yaitu : (2)
1. Tinggi badan lebih pendek dari ukuran normal
2. Kita perlu lakukan anamnesis riwayat persalinan terdahulu, seperti : apakah pasien sudah pernah di
seksio atau belum, kali ini sedang hamil anak yang ke berapa, dan lain-lain.
3. Pelvimetri dalam.
Penanganan
Dewasa ini ada dua pilihan penanganan persalinan dengan panggul sempit, yakni seksio
sesarea atau partus percobaan. (2)
Berdasarkan perhitungan konyugata vera pada pintu atas panggul dapat diambil tindakan
berikut ini : (2)
Jika CV 8-10 cm maka pilihan penanganan berupa partus percobaan.
Jika CV kurang dari 8 cm maka pilihan penganan berupa seksio sesarea.
Komplikasi
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa tindakan
yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus yang lama yang
dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta
resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, fistula vesikovaginalis, fistula rektovaginalis karena tekanan
yang terlalu lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat
meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan
bias menimbulkan fraktur Os parietalis. (2)
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/18003160/Distosia-Karena-Kelainan-Jalan-Lahir
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6443/1/10E00183.pdf