Anda di halaman 1dari 27

Distosia

DEFENISI
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga,
kelainan letak, dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir

Pembagian Distosia Berdasarkan Penyebab


Distosia karena kelainan tenaga
Inersia uteri
Incordinate uterina action

Distosia karena kelainan letak


Presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap
Presentasi belakang kepala oksiput melintang
Presentasi puncak kepala
Presentasi dahi
Presentasi muka
Presentasi rankap
Letak sungsang
Letak lintang
Presentasi ganda
Kehamilan ganda

Distosia karena kelainan bentuk janin


Pertumbuhan janin berlebih
Hidrosefalus dan anensefalus
Tali pusat terkemuka

Distosia karena kelainan tulang panggul


Kelainan bentuk panggul
Kelainan ukuran panggul

INERSIA UTERI
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi menjadi 2 :
1.inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten
2.inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif
( Prof. Dr. Rustam mochtar, MPH, sinopsis obstetri, 305)
Etiologi
Multipara, kelainan letak janin , disproporsi sefalovelvik, kehamilan ganda, hidramnion, utrus
bikornis unikolis.
Faktor predesposisi
Anemia , hidromnion, grande multipara, primipara, pasien dengan emosi kurang baik.

INCOORDINATE UTERINA ACTION


Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan brupa perubahan sifat his, yaitu
meningkatnya tonus otot uterus, di dalam dan di luar his, serta tidak ada kordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah, sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan
serviks.( Aif mansjoer, kuspuji triyanti, rakhmi savitri, kapita selekta, edisi ketiga, hal 303 )

Etiologi
Pemberian oksitoksin yang berlebnihan atau ketuban pecah lama yang disertai infeksi.

Komplikasi
hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter

Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat untuk memperbaikki kordinasi
fungsional antara bagian – bagian uterus.
Bila terjadi lingkaran konstriksi pada kala I , lakukan seksio sesar

PRESENTASI PUNCAK KEPALA


Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika
memasuki ruang panggul sehingga ubun – ubun besar merupakan bagian terendah.

PENATALAKSANAAN
Pasien dapat melahirkan spontan pervaginaan

PRESENTASI MUKA
Presentasi muka adalah kepala dan kedudukan defleksi maksimal sehingga oksipu tertekan
pada punggun dan muka merupakan bagian terendah.

Etiologi
Keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala, seperti panggul sempit, tumor di leher,
bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar,
anensefalus.

Faktor predesposisi
Multipara, perut gantung

DIAGNOSIS
Pemeriksaan luar : dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan
dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar
lebih jelas pada dada.

LETAK SUNGSANG
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
dibawah bagian cavum uteri

ETIOLOGI
Multiparitas , prematuritas, kehamilan ganda, hidramnion, hidrosefallus, anensefalus,
plasenta previa, panggul sempit, kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus, implantasi
plasenta di kornu fundus uteri

PENATALAKSANAAN
Lakukan versi luar pada umur kehamilan 34 – 38 minggubila syarat versi luar terpenuhi. Bila
pada persalinan masih letak sungsang , singkirkan indikasi seksio sesar. Lahirkan janin
dengan prasat bracht

PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi dinamding dengan letak
kepala

DISTOSIA KARENA KELAINAN TENAGA/HIS

DISTOSIA KARENA KELAINAN TENAGA/HIS


Adalah persalinan yang sulit akibat his yang tidak normal dalam kekuatan/sifatnya
menyebabkan rintangan pada jalan lahir, tidak dapat diatasi, sehingga menyebabkan
persalinan macet.
Jenis-jenis Distosia Karena Kelainan Tenaga/His
1. His Hipotonic/ Inersia Uteri
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,
uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik.
Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala
pengeluaran.
* Inersia uteri terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Inersia uteri Primer
Jika persalinan berlangsung lama, terjadi pada kalla I fase laten. Sejak awal telah
terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu
atau belum.
b. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
Penanganan :
a) Periksa keadaan servik, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan
keadaan panggul.
b) Bila kepala sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk berjalan-jalan
c) Buat rencana tindakan yang akan dilakukan : Berikan oxitosin drip 5-10 dalam 500 cc,
dextrose 5 % dimulai 12 tetes/menit, naikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit
Pemebrian oxitosin jangan berlarut-larut beri kesempatan ibu untuk istirahat.
d) Bila inersia disertai CPD tindakan sebaiknya lakukan SC
Bila tadinya His kuat lalu terjadi inersia uteri sekunder ibu lemah danpartus > 24 jam
pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oxitosin drip. Segera
selesaikan partus dengan vacuum/Forseps/SC.
2. His Hipertonic
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus,
sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri" karena obat
uterotonika yang berlebihan.
Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus.
Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus,
misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi,
dan sebagainyaHis yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung
cepat.
Bahayanya bagi ibu adalah terjadinya perlukaan yang luas pada jalan lahir,
khususnya servik uteri, vagina dan perenium bahaya bagi bayi adalah dapat terjadi
pendarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat.
Penanganan :
Saat persalinan kedua diawasi dengan cermat dan episiotomi dilakukan pada waktu
yang tepat untuk menghindari ruptur perenium tingkat III.
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi
ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.
Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea
3. His yang tidak terkordinasi
Adalah His yang sifatnya berubah-ubah. Tonus otot uterus meningkat juga di luar His
dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara
kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah
menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi
ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His sejenis ini disebut juga
Ancoordinat Hipertonic Uterine Contraction.
Etiologi Distosia Kelainan Tenaga
1. Kelainan His sering dijumpai pada primigravida tua Sedangkan inersia uteri sering dijumpai
pad multigravida dan grandemulti.
2. Faktor herediter
3. Faktor emosi dan ketakutan
4. Salah pimpinan persalinan
5. Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan SBR. Dijumpai pada kesalahan letak
janin dan CPD.
6. Kelainan uterus Ex : uterus Bikornis unikolis
7. Salah pemberian obat-obatan, oxitosin dan obat penenang
8. Kehamilan postmatur.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa

intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power),

keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya psikologi ibu,

penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya keseimbangan antara faktor

tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada

jalannya persalinan. kelambatan atau kesulitan persalinan ini di sebut distosia. Distosia itu

adalah kesulitan dalam jalannya persalianan salah satunya adalah distosia karena kelainan his

baik kekuatan maupun sifatnya yang menghambat kelancaran persalinan.yang dapat

dibedakan menjadi dua bagian yaitu inersia hipotonik dan inersia hipertonik.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia karena kelainan his ( inersia hipotonik dan

hipertonik)

2. Tujuan khusus

a. Mampu mengetahui pengertian distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik

b. Mampu mengetahui etiologi distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik

c. Mampu mengetahui tanda dan gejala distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik

d. Mampu Mengetahui diagnosis distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik

e. Mampu mengetahui penanganan distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/ sifatnya

menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan

persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)

Distosia karena kelainan his dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

A. Inersia hipotonik

1. Pengertian

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan

pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya

jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia,

uterus yang terlalu terenggang misalnya karena hidramion atau kehamilan kembar atau

grandemultipara atau primipara serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
Inersia uteri terbagi dua yaitu:

a. Inersia primer

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan

his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk memastikan

apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum

b. Inersia sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan

selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada persalinan akibat inersia

uteri sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama karena dapat menimbulkan

kelelahan otot uterus maka inersia uteri sekunder ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita

yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan..

2. Etiologi

a. Primigravida terutama pada usia tua

b. Anemia

c. Perasaan tegang dan emosional

d. Ketidak tepatan pengunaan analgetik seperti saat pemberian oksitosin atau obat penenang

e. Salah pimpinan persalinan

f. Kelinan uterus seperti bikornis unikolis

g. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramion

h. Kehamilan postmatur

3. Tanda dan gejala

a. Waktu persalinan memanjang

b. Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek

c. Dilatasi serviks lambat

d. Membran biasanya masih utuh


e. Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal

4. Diagnosis

Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit

dalam fase laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di sertai rasa nyeri,

tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan

ini di perlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks,

yaitu pendataran dan pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah

mengobati pasien padahal persalinan belum di mulai

5. Penatalaksanaan

a. Keadaan umum penderita harus di perbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan

b. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan jelaskan tentang kemungkinan yang akan

terjadi

c. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin turunya bagian terbawah janin dan

keadaan janin

d. Jika sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk jalan – jalan

e. Melakukan perubahan posisi ketika ada kontraksi dengan miring kiri dan miring kanan

f. Melakukan stimulasi puting susu dengan cara menggosok, memijat atau melakukan gerakan

melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakini akan melepaskan hormon oksitosin

yang dapat menyebabkan kontraksi. ada beberapa rekomendasi dalam hal penggunaannya,

yaitu:

1) Hanya memijat satu payudara pada suatu waktu

2) Hanya memijat puting selama 5 menit, lalu tunggu selama 15 menit untuk melihat apa

yang terjadi sebelum melakukan pemijatan kembali

3) Sebaiknya tidak menstimulasi payudara selama kontraksi


4) Jangan menggunakan stimulasi payudara jika kontraksi sudah terjadi setiap 3 menit

atau 1 menit

g. Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada

letak kepala

1) Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12

tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin

agar serviks dapat membuka

2) Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian

oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari

berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya di ulang lagi pemberian oksitosin

drips

3) Bila inersia uteri di sertai disproposi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria

4) Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah dan partus telah

berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya

memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus di sesuaikan sesuai hasil pemeriksaan dan

indikasi obstetrik lainnya (ektrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).

B. Inersia hipertonik

1. Pengertian

Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat.

Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak pada kekuatan his.

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam

di sebut partus presipitatus).

Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus

menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.

2. Etiologi
a. Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi

b. Infeksi intrauteri

c. Pemberian oksitosin yang berlebihan

3. Tanda dan gejala

a. Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)

b. Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi

c. Ketuban pecah dini

d. Distres fetal dan maternal

e. Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura

4. Diagnosis

a. Anamesa

Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir

terus menerus

b. Pemeriksaan fisik

Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses persalinan yang

semakin cepat

5. Penatalaksanaan

a. Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot nyeri dan mengurangi

ketakutan.

b. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarean

c. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY M 22 TAHUN


G1P0A0 HAMIL 37 – 38 MINGGU INPARTU KALA I
DENGAN INERSIA UTERI SEKUNDER DISERTAI ANEMIA RINGAN

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2012


Jam pengkajian : 18.00 WIB
Tempat pengkajian : BPS
Pengkaji : Lita oktawidara

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas

Nama pasien : Ny M Nama suami : Tn E

Umur : 22 Tahun Umur : 24 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku bangsa : sunda Suku bangsa : Sunda

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswata

Alamat : Mitra batik

No telepon : 085 223 703 395

2. Keluhan utama

a. Ibu mengeluh pusing, badan lemas dan perut mules bagian bawah dan menjalar sampai

kepinggang disertai pengeluaran lendir bercampur darah dari alat kelamin ibu berwarna

coklat

b. Tanda – tanda persalinan

Ibu mengatakan adanya mules sejak tadi siang jam 14.00 WIB dengan frekuensi 10 menit 2

kali kekuatannya sangat lama 32 detik ibu merasa perut mules bagian bawah sampai menjalar

ke pinggang.
c. Pengeluaran pervaginam

Ibu mengatakan sudah ada pengeluaran dari alat kelamin ibu lendir bercampur darah

berwarna coklat

3. Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan pertama menstruasi pada usia 4 tahun dengan konsistensi cair, lamanya 7

hari dengan 2 kali ganti pembalut siklusnya 28 hari, tidak ada keluahan yang menyertai saat

menjelang atau sesudah menstruasi HPHT : 29-06-2011, TP : 22-03-2012

4. Riwayat perkawinan

Ibu mengatakan ini perkawinan yang pertama bagi ibu dan suami, usia ibu saat menikah 21

tahun dan suami 23 tahun. Lamanya perkawinan 1 tahun

5. Riwayat kehamilan sekarang

Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama belum pernah keguguran dengan usia kehamilan

37 minggu ibu mengatakan selalu memeriksa kehamilannya pada trimester I satu kali di bps,

trimester II 1 kali di bps, dan trimester III 2 kali di bps. Ibu mengatakan pada trimester I ibu

sering merasakan mual bahkan muntah dan sering pusing, ibu mengatakan merasakan

pergerakan janin pada usia 4 bulan sampai sekarang ibu mengatakan mendapatkan imunisasi

TT sudah 2 kali pada usia kehamilan 4 bulan dan 5 bulan. Ibu mengatakan tidak pernah

mengkonsumsi obat obatan selain yang di berikan bidan. Ibu dan suami sudah

mempersiapkan persalinannya dan berencana ingin melahirkan di bidan.

6. Riwayat kesehatan sekarang / penyakit yang diserita sekarang dan dulu atau operasi

Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit yang berat seperti

hipertensi, jantung, diabetes melitus dan lain lain. Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak

pernah menderita penyakit keturunan, semua keluarganya juga tidak ada yang mempunyai

penyakit yang berat atau pun keturunan, dalam keluarga juga tidak ada riwayat keturunan

kembar.
7. Riwayat ginekologi

Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang mempunyai penyakit yang berhubungan

dengan alat kandungan, serta tidak pernah mengalami perkosaan

8. Riwayat KB

Ibu mengatakan tidak pernah menjadi aseptor KB

9. Riwayat sosial ekonomi

Ibu mengatakan suami dan keluarganya merasa senang dan mendukung kehamilan ini. Ibu

mengatakan dalam keluarganya yang dominan mengambil keputusan adalah suami. Ibu juga

tidak pernah merokok, minum alkohol maupun obat obatan terlarang, namun ada anggota

keluarganya yang merokok yaitu suaminya. Ibu berencana melahirkan ingin di tolong oleh

bidan

10. Pola kebiasaan sehari – hari

a. Nutrisi

Ibu mengatakan makan kadang - kadang 2-3 kali/ hari dengan menu kurang bervariasi karena

ibu tidak menyukai sayuran dan setiap makan hanya lauknya saja dengan porsi sedang,

minum 8 kali/ hari tidak ada keluhan saat menjelang mau makan..

b. Pola eliminasi

Ibu mengatakan BAB 1kali/ hari dengan konsistensi lembek, dan BAK 7 kali/ hari dengan

warna jernih tidak ada keluhan saat BAB dan BAK.

c. Pola istirahat

Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam tidak ada keluhan saat menjelang

tidur

d. Pola aktivitas
Ibu mengatakan selalu mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti menyapu, mengepel

dan mencuci piring

e. Pola hubungan seksual

Ibu mengatakan hubungan suami istri 2 kali setiap satu minggu tidak ada keluhan yang

menyertai saat hubungan suami istri

f. Personal hygiene

Ibu mengatakan mandi dan gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju 1 kali/ hari, ganti celana dalam,

2 kali / hari, dan keramas 3 kali/ minggu.

11. Riwayat psikososial spiritual ekonomi

Ibu mengatakan ibu dan keluarganya saat bahagia dengan kehamilan ini dan mendukung,

biasanya di dalam keluarganya yang mengambil keputusan adalah suaminya, ibu mengatakan

sekarang tinggal masih di rumah orang tuanya, ibu mengatakan tidak mempunyai hewan

piaraan, dan ibu mengatakan persalinan ini ingin di rumah sakit.

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : compos mentis

c. Kesadaran emosional : stabil

2. Antropometri

a. Tinggi badan : 153 cm

b. BB sebelum hamil : 53 kg

c. BB sesudah hamil : 60 kg

d. LILA : 28 cm

3. Tanda – tanda vital

a. Tekanan darah : 110/ 70 mmHg


b. Nadi : 92 x/ menit

c. Respirasi : 25 x/ menit

d. Suhu : 370C

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala : simetris, bersih, benjolan (-), rontok (-), nyeri tekan (-)

b. Muka : simetris, oedema (-), cloasma gravidarum (-)

c. Mata : konjungtiva agak pucat, sklera putih, penglihatan (+),

oedema (-)

d. Hidung : simetris, bersih, pernafasan (+). Polip (-)

e. Telinga : simetris, bersih, pendengaran

f. Mulut : simetris, bibir pecah pecah (-), caries (-), stomatitis (-),

pembengkakan tonsil (-)

g. Leher : pembengkakan KGB (-), pembengkakan thyroid (-),

pelebaran vena jugularis (-)

h. Dada : simetris, wheezing (-)

Payudara : simetris, dimpling (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), puting

susu menonjol, pengeluaran asi (+)

i. Abdomen

Inspeksi : simetris, perut membesar sesuai dengan kehamilan, luka

bekas operasi (-), striae gravidarum (-)

Palpasi : TFU 32 cm

TBBA 32 – 11 x 135 = 2835 cm

32 – 11 x 155 = 3255 cm

Leopold I : TFU 3 jari di bawah px, pada fundus teraba bagian


yang agak keras tapi tidak melenting (bokong)

Leopold II : Teraba seperti papan keras memanjang

(punggung), sedangkan bagian kiri teraba bagian-

bagian kecil ( jari-jari)

Leopold III : bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting

(kepala) kepala sebagian sudah masuk PAP

Leopold IV : 4/5, difergen

DJJ : Normal (+), 130 x/mnt

His dengan frekuensi 2 x dalam 10 menit dengan lama 32 detik

j. Genitalia : Bersih, flour albus (-), tidak ada kelainan, varises

(-), pengeluaran darah warna coklat (+).

Pemeriksaan dalam

v/v tidak ada kelainan, porcio lembek tebal, ketuban (+), pembukaan 3 cm, UUK kanan

depan, penurunan bagian terendah kepala di hodge III..

k. Ektremitas atas : simetris, oedema (-), kuku agak pucat

emitas Bawah : simetris, oedema (-), kuku agak pucat, varises (-),

reflek patela (+)

l. Punggung : tidak ada kelainan

m. Anus : tidak ada haemoroid

5. Pemeriksaan lab

Hb : 9,5 gr%

Protein urin : negatif

Glukosa urin : negatif

C. Assesment
1. Nomenklatur
G1P0A0 hamil 38 minggu inpartu kala I dengan inersia uteri sekunder dan anemia ringan,

janin tunggal hidup presentasi kepala

Data dasar :

a. G1P0A0

GI : Ibu mengatakan hamil yang pertama

P0 : Buku mengatakan belum pernah melahirkan

AO : Ibu mengatakan belum pernah keguguran

b. Hamil 37 – 38 dari perhitungan tanggal kunjungan dikurangi HPHT kemudian dikalikan 4

1/3

(18-03-2012 – 29-06-2011) x 4 1/3

(19 hr 8 bulan) x 4 1/3 Mg

(19 hr + (8 bulan x 4 1/3)

2 mg 5 hari + 34 2/3 mg

36 – 37 Mg

c. Dengan inersia sekunder

Subjektif :

Pada keluhan utama : perut mules bagian bawah dan menjalar

sampai kepinggang disertai pengeluaran

lendir campur darah dari alat kelamin ibu

Objektif : perut mules bagian bawah dan menjalar ke

pinggang serta his tidak teratur dengan frekuensi 2 x dalam 10 menit dengan lama 32 detik

d. Anemia ringan

Subjektif : ibu mengeluh pusing dan badan lemas

Objektif : konjungtiva pucat, kuku agak pucat


Penunjang : Hb 9,5 gr%

e. Janin tunggalhasil pemeriksaan leopold 1 – IV : teraba 1 bokong, 1 bagian besar di bagian

kanan di bagian kanan dan 1 kepala

f. Janin hidup

hasil pemeriksaan DJJ + : 150 x/ menit

g. Presentasi kepala

hasil pemeriksaan Leopold I – IV : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting

2. Masalah potensial

Potensial terjadinya anemia sedang sehingga mempengaruhi lambatnya proses persalinan

3. Kebutuhan

a. Pemenuhan nutrisi

b. Menganjurkan ibu agar jalan jalan ketika nyeri

c. Menstimulasi puting susu

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan → ibu mengetahui hasil

pemeriksaan

2. Memberitahu bahwa sudah masuk persalinan → ibu mengetahui dan menyiapkan untuk

menghadapi persalinan

3. Mengobservasi kemajuan persalinan

4. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan → ibu mau melakukan apa yang dianjurkan

5. Observasi BJF dan HIS setiap setengah jam sekali

6. Menganjurkan ibu untuk merubah posisi agar merasakan HIS yang adekuat seperti berjalan-

jalan dan berjongkok → ibu mau melakukannya

7. Melakukan stimulasi puting susu → ibu bersedia


8. Jika stimulasi puting susu tidak berhasil buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan

yang akan dikerjakan jika hisnya semakin melemah misalnya pada letak kepala

a. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12

tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin

agar serviks dapat membuka

b. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian

oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat

9. Mendokumentsi hasil pemeriksaan dan tindakan yang sudah di lakukan

HASIL PEMERIKSAAN

Wak Kontraksi
Tanggal Pembukaan DJJ TD Pols Temp RR Penyusupan
tu uterus
0
18 18.00 3 cm 130 2 x dlm 10 110/70 80 37 C 21 0
Maret x/mnt mnt, lama x/mnt
2012 32 dtk
18.30 130 2 x dlm 10 80 20
x/mnt mnt, lama x/mnt
32 dtk
135 2 x dlm 10 20
19.00 mnt, lama 78
x/mnt x/mnt
34 dtk
2 x dlm 10
140 mnt, lama 19
19.30 x/mnt 80 x/mnt
34 dtk
2 x dlm 10
140 mnt, lama 20
20.00 x/mnt 34 dtk 85 x/mnt
2 x dlm 10
135 mnt, lama 18
20.30 x/mnt 36 dtk 85 x/mnt

144 2 x dlm 10 80 18
21.00 x/mnt mnt, lama x/mnt
36 dtk
140 2 x dlm 10 120/80 80 36,50C 19
x/mnt mnt, lama x/mnt
21.30 4 cm 36 dtk 0
88 18
130 3 x dlm 10 x/mnt
22.00 mnt, lama
x/mnt
39 dtk
18 3 x dlm 10 86
20
Maret 140x/mnt mnt, lama x/mnt
22.30
2012 40 dtk

130 4x dlm 10 21
23.00 x/mnt 86
mnt, lama x/mnt
40 dtk
23.30 130 4 x dlm 10 20
x/mnt mnt, lama 84 x/mnt
36 dtk
135 4 x dlm 10 20
x/mnt mnt, lama x/mnt
00.00 36 dtk 88
4 x dlm 10
140 mnt, lama 19
x/mnt 40 dtk x/mnt
00.30 88

5 cm 140 4 x dlm 10 20 0
x/mnt mnt, lama x/mnt
01.00 84
40 dtk
145 3 x dlm 10 18
370c
x/mnt mnt, lama x.mnt
01.30 32 dtk 86
130 120/80 22
x/mnt 3x dlm 10 x/mnt
02.00 mnt, lama 80 18
19 130 32 x/mnt
Maret x/mnt 3x dlm 10
2012 mnt, lama 80 19
135 30 dtk x/mnt
02.30 3 x dlm 10
x/mnt
mnt, lama 18
30 dtk 80 x/mnt
140
03.00 x/mnt 3 x dlm 10
mnt, lama
< 30 dtk
20
140 78
3 x dlm 10 x/mnt
03.30 x/mnt mnt,
5 cm lama<30 0
135 dtk 80
21
04.00 x/mnt x/mnt
3 x dlm 10 37,20c
144 mnt, lama 85 20
04.30 x/mnt <30 dtk x/mnt
3 x dlm 10
146 mnt, lama 85 20
05.00 x/mnt <30 dtk x/mnt
120/70 80
3x dlm 10
mnt, lama
05.30 < 30

19
Maret
2012
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Distosia kelainan tenaga / his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya

menyebab kan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan

persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang

dinamakan distosia, salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan tenaga his dapat di

bedakan menjadi dua yaitu inersia hipotonik dan inersia hiopertonik.

B. Saran

Peran bidan maupun dokter umum dalam menangani kelinan tenaga (his) hendaknya

dapat di deteksi secaa dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak terjadi

keterlambatan dalm merujuk dengan adanya ketepatan penanganan bidan atau dokter umum

yang segera dan sesuai dengan kewenangannya, di harapkan akan menurunkan angka

kematian ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

2. Bagus, Ida Gde Manuaba, 1//998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana, Jakarta ; EGC

3. Sastrowinoto, Sulaiman, 1993, Obstetri Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung

DISTOSIA KERENA KELAINANAN JALAN LAHIR

A. Distosia kesempitan Pintu Atas Panggul


a) Definisi
Pintu atas panggul di anggap sempit apabila conjugate vera kurang dari 10 cm atau kalau
conjugate transfersa kurang dari 12 cm

b) Etiologi
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh
Semua Ukuran panggul kecil
b. Panggul Picak
Ukuran Muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit Picak
Semua ukuran panggul sempit terutama ukuran muka belakang
d. Panggul Corong
Pintu atas panggl biasa, pintu bawah panggul sempit
e. Panggul belah
Sympisis terbuka
2. Kelainan Karena penyakit tulang panggul atau sendi sendinya
a. Panggul Rachitis
Panggul picak , panggul sempit, seluruh bagian panggul picak
b. Panggul Osteomalaci
Panggul sempit melintang
c. Radang articulation sacroiliaka
Panggul sempit miring
3. Kelainan Panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyfose di daerah tulang pinggangmenyebabkan panggu corong
b. Scoliose di daerah tulang pungung menyebabkan panggul sempit miring

c) Pengaruh panggul sempit


a. Pengaruh pada Kehamilan
- Karena kepala tidak dapat turun, maka terutama pada primi gravid fundus lebih tinggi dari pada
biasa dan menimbulkan sesak nafas dan gangguan peredaran darah.
- Perut yang menggantung pada primigravida merupakan tanda panggul sempit.
- Kepala tidak turun ke rongga panggu pada bulan terakhir kehamian.
- Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil di bandingkan dengan ukuran bayi
rata rata
b. Pengaruh pada persalinan
- Persalinan lebih lama dari biasa karena adanya gangguan pembukaan yang disebabkan karena
ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul,
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak bias menekan pada servix karena tertekan pada
pintu atas panggul
- Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau kelainan posisi, misalnya
• Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari
diameter biparientalis dapat melalui conjugate vera yang sempit itu.
• Pada panggul sempit seluruh kepala anak mengadakan hyperfleksi supaya ukuran ukuran kepala
yang melalui jalan lahir sekecil kecilnya
• Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang (position occipitalis
directa) pada pintu panggul.
- Dapat terjadi ruptus uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan oleh panggul yang sempit.
- Rupture symphyse dapat terjadi terkadang rupture dari articulation sacroilliaka.
c. Pengaruh pada anak
- Partus yang lama misalnya yang lebih lama lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam
sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
- Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak, terutama kalau diameter bipariental
kurang dari ½ cm. selain dari itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda tanda tekanan, terutama
pada bagian yang melalui promotorium (os pariental).

d) Penanganan
Penanganan Panggul sempit dapat dilakukan dengan persalinan percobaan, yaitu: percobaan untuk
melakukan persalinan pervaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relative sempit.
Persalinan percobaan hanya dapat dilakukan pada letak belakang kepala, jadi tidak di lakukan pada
letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya..
Persalinan percobaan dapat dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak lahir
pervaginam
Persalinan percobaan dikatakan berhasil apabila anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu
dengan ekstrasi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kesempitan Bidang Tengah Panggul
a) Definisi
Adalah bidang tengah pangul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spina ischiadica yang
menyentuh sacrum dekat pertemuan antara sacral ke 4 dan ke 5.
Ukuran terpenting dalam bidang tengah panggul, adalah:
1. Diameter transversa ( diameter antar spina) 10½ cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah sympisis ke pertemuan antara sacral ke 4 dan 5
adalah 11½ cm
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5
adalah 5 cm
Ukuran bidang tengah panggul tidak dapat di peroleh dengan cara klinis, tapi harus di ukur dengan
rontgen, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul jika,
a. Spina ischiadika sangat menonjol
b. Dinding samping panggul konvergen
c. Kalau diameter antar tuber ischiadika 8½ cm atau kurang.

b) Etiologi
- Penyakit tulang seperti rachitis
- Tumor pada tulang panggul
- Trauma panggul

c) Pengaruh
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan putaran paksi.

d) Penanganan
Jika persalinan berhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya di pergunakan
ekstrasi vacuum, karena ekstrasi forceps kurang memuaskan berhubung forcep memperkecil
ruangan jalan lahir

Kesempitan Pintu Bawah panggul


a) Definisi
Kesempitan pintu bawah panggul adalah jika diameter transversa dan diameter sagitalis posterior
kurang dari 15cm , maka sudut arkus pubis mengecil pula sehingga timbul kemacetan pada jalan
lahir ukuran biasa
Ukuran pentig dalam pintu bawah panggul
1. Diameter transversa 11 cm
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum 11½ cm
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan antar tuberum ke uung os sacrum 7½ cm

b) Etiologi
Adanya kelainan pada jaringan keras/ tulang panggul, atau kelainan padajaringan lunak panggul

c) Pengaruh
a. Pada ibu
- Persalinan akan berlangsung lama
- KPD
- Tali pusat menumbung
- Rupture uteri
b. Pada Janin
- Ineksi intra partal
- Kematian janin intra partal
- Perdarahan intracranial
- Caput sucsedenum
- Sefalohematom

d) Penanganan
Persalinan dapat dilakukan dengan pervaginam dengan ekstrasi forcep atau dilakukan dengan
melakukan episiotomy dengan robekan yang cukup be

Jumat, 21 Oktober 2011

DISTOSIA KARENA JALAN LAHIR

DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN LAHIR “PASSAGE”


 Kelainan bentuk panggul
Bentuk panggul abnormal menurut Munro-Kerr : (1)
1. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin. Seperti : panggul Naegele,
panggul Robert, Split pelvis, panggul asimetris.
2. Perubahan bentuk karena penyakit tulang panggul. Seperti : Rachtis, Osteomalacia,
neoplasma dan lain-lain.
3. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang. Seperti : Kifosis, Skoliosis, dan
Spondilolistesis.

 Kelainan ukuran panggul


Dikatakan panggul sempit apabila : (2)

1. Kesempitan pintu atas panggul  Dikatakan sempit bila konyugata vera <10 cm atau
diameter transversa <12 cm.
2. Kesempitan pintu tengah panggul  Dikatakan sempit jika jumlah diameter transversa +
diameter sagitalis posterior ≤ 13,5 cm.
3. Kesempitan pintu bawah panggul  penyempitan diameter intertuberosum (8 cm atau
kurang).

 Diagnosis
Diagnosis panggul sempit yaitu : (2)
1. Tinggi badan lebih pendek dari ukuran normal
2. Kita perlu lakukan anamnesis riwayat persalinan terdahulu, seperti : apakah pasien sudah pernah di
seksio atau belum, kali ini sedang hamil anak yang ke berapa, dan lain-lain.
3. Pelvimetri dalam.

 Penanganan
Dewasa ini ada dua pilihan penanganan persalinan dengan panggul sempit, yakni seksio
sesarea atau partus percobaan. (2)
Berdasarkan perhitungan konyugata vera pada pintu atas panggul dapat diambil tindakan
berikut ini : (2)
 Jika CV 8-10 cm maka pilihan penanganan berupa partus percobaan.
 Jika CV kurang dari 8 cm maka pilihan penganan berupa seksio sesarea.

 Komplikasi
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa tindakan
yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat berupa partus yang lama yang
dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, infeksi intrapartum, ruptur uteri mengancam serta
resiko terjadinya fistula vesikoservikalis, fistula vesikovaginalis, fistula rektovaginalis karena tekanan
yang terlalu lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat
meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin bahkan
bias menimbulkan fraktur Os parietalis. (2)

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/18003160/Distosia-Karena-Kelainan-Jalan-Lahir
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6443/1/10E00183.pdf

Anda mungkin juga menyukai