Anda di halaman 1dari 17

PENDELEGASIAN WEWENANG

1.1. Pengertian Pendelegasian Wewenang


Yang dimaksud dengan delegasi adalah penyerahan wewenang, tugas, ataupun
tanggung jawab. Jadi yang dimaksud dengan pendelegasian wewenang adalah suatu
proses serah terima tugas atau tanggung jawab dalam sebuah perusahaan atau
organisasi dari atasan terhadap bawahan. Pendelegasian dilakukan dengan cara
membagi tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggung
jawaban yang ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam
organisasi.
Berikut pengertian delegasi menurut para ahli :
1. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang
oleh delegator kepada delegate untuk dikerjakan atas nama delegator.
2. Raplh C.Davis
Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika kita
menyerahkan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan
pertanggung jawaban.
3. Stoner
Pengertian Pendelegasian Wewenang menurut Stoner (2000:434) dalam
Kesumnajaya (2010), Pendelegasian Wewenang adalah pelimpahan wewenang
formal dan tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk menyelesaikan aktivitas
tertentu
4. Harold koontz & Cyril o’donnel
Pendelegasian wewenang merupakan pokok yang didapat kembali oleh si pemberi
wewenang. Hal itu adalah suatu sifat wewenang, pemilik wewenang (manajer)
tidak selamanya menyelesaikan sendiri kekuasaan itu dengan menyerahkan
wewenang itu.
5. Alex. S. Nitisemito, 1981
Untuk kelancaran dalam memberikan wewenang maka ada beberapa teknis khusu
untuk melakukan pelimpahan wewenang:

a. Tentukan dulu sasaran


b. Tentukan tanggung jawab dan otoritas
c. Berikan motivasi pada bawahan

1
d. Haruskah bawahan merampungkan pekerjaan.
e. Beritakan latihan
f. Lakukan pengedalian

6. Manulang, 1987

Dalam mendelegasikan wewenang , agar proses delegasi itu berjalan efektif,


sedikitnya tiga hal harus diperhatikan yaitu:

a. Delegasi wewenang adalah anak kembar siam dengan delegasi tugas, dan bila
kedua-duanya telah ada harus pula dibarengi dengan adanya,
pertanggungjawaban. Dengan kata lain dalam proses delegasi harus di deleger
tugas dan ekuasan dan bila kedu-duanya telah ada harus pula dibarengi dengan
adanya pertanggungjawab. Dengan kata lain, proses delegasi harus mencakup
tigas unsure yaitu delegasi tugas, delegasi wewenang dan adanya
pertanggungjawab.

b. Wewenang yang di delegasikam harus memberikan kepada orang yang tepat,


baik dilihat dari sudut kuelifikasi maupun dari sudut fisik.

c. Mendelegasikan wewenang kepada seseorang, harus dibarengi dengan


pemberian motivasi,

d. Pejabat yag mendelegasikan kekuasaan harus membimbing dan mengawasi


orang yang menerima dlegasi wewenang.

7. Abdul Syani, 1981.

Ada beberapa sikap pribadi yang harus dimiliki seorang manajer atau pimpinanan
dalam pendelegasian wewennang adalah sebagai berikut :

a. Sikap pribadi terhadap pendelagsian.

Penerapan yang paling utama dalah sikap pribadi tertentu terhadap bawahan
yang memberikan wewenang melaksanakan tugasnya sunguh-sunggum artinya
mereka melakukan tugasnya dengan sepenuh kerelaan tanpa adanya rasa
terpaksa.

1. Kesedian manajer untuk melepaskan wewenangnya kepada bawahan


dengan begitu manajer dapat menguangi waktu, tenaga dan pikirannya
untukjk menangani berbagai keputusan, yang erat kaiatannya dengan
kemajuan dan perkembangan suatu organisasi atau perusahaan.
2. Kesediaan manajer untuk memanfaatkan bawahan.

2
Memaafkan kesalahan para bawahan bukanlah berate bermaskud membiakan
kesalahan itu dilakukan terus menrus sehingga akan membahayakan organisasi
atau perusahaan, akan tetapi memaafkan dalam arti memaklumi mengapa
kesalahan itu sampai terjadi dan pada dsarnya setiap manusia tidak pernah dapat
menghindari dari kesalahan.

1. Kesadaran manajer untuk memeprcayai bawahan

Bahwa suatu pendelgasikan dapat dilakuan secara efektif, jika antara keudanya
(atasan dan bawahan) telah tersirat sikap saing dapat mempercayai.
Oleh karena itu mau tidak mau para manajer tidak mempunyai pilihan lain
kecuali harus dapat memeprcayai para bawahannya dalam mengadakan
wewenangnya.

1. Kesediaan manajer untuk mengdakan pengawasan secara luas.

Pendelegasikan wewenang dan anggungjawab tersebut bersamaan dengan


pengawasan kepada seluuh struktur organisasi. Pengawasan tersebut merupakan
penyokong dalam upaya mencapaii tujuan suatu perusahan

Unsur dari pada delegasi wewenang adalah :

- kekuasaan atau hak

- tugas

- tanggung jawab

Senada dengan tujuan-tujuan pendelegasian wewenang seperti tersebut di atas,


Drs. Sutarto dalam bukunya: "Melaksanakan Beberapa Azas Organisasi dalam
Praktek" menyebutkan dengan istilah lain yaitu manfaat pelimpahan wewenang,
sebagai berikut:

a. Dengan adanya pelimpahan wewenang maka pimpinan tidak perlu melakukan


pekerjaan yang sekecil-kecilnya tetapi cukup melakukan pekerjaan yang
benar-benar pokok saja.

b. Dengan pelimpahan wewenang setiap pejabat yang terendah sudah


mempunyai wewenang tertentu dalam bidang tugasnya sehingga merekapun
mempunyai wewenang untuk membuat keputusan yang menyangkut
bidangnya.

Dengan demikian putusan dapat dibuat dengan lebih cepat akrena tidak perlu
harus dibuat dengan lebih cepat karena tidak perlu harus selalu dimintakan
putusan dari pihak atasan.

3
c. Dengan pelimpahan wewenang dapat dihindarkan adanya pejabat yang
bersikap selalu menunggu perintah.

Seorang pejabat yang mempunyai inisiatif sendiri untuk berusaha


menyempurnakan tata kerja yang menjadi urusannya, berusaha menemukan
cara-cara kerja yang lebih baru tanpa menunggu perintah, tugas yang menjadi
tanggung jawabnya diselesaikan dengan baik.

d. Dengan pelimpahan wewenang pekerjaan tetap akan berjalan walaupun


pejabatnya sedang tidak masuk kerja.

Pelimpahan wewenang secara otomatis.

e. Adanya pelimpahan wewenang merupakan latihan bagi pejabat apabila


nantinya menduduki jabatan yang lebih tinggi.

Delegasi wewenang suatu teknik latihan dan pengembangan pegawai

Karena terbatasnya pengetahuan, pengalaman, kecakapan, waktu, perhatian,


kesehatan dari pada pimpinan atau atasan, maka sudah seharusnyalah atasan
melimpahkan sebagian dari apda wewenangnya kepada pihak bawahan.

Disebabkan keterbatasan hal-hal tersebut di atas pula, kemampuan untuk


melimpahkan kepada bawahannya juga berbeda-beda. Karena pentingnya
pendelegasian, hal tersebut digambarkan oleh James M. Black sebagai berikut :

"Kemampuan untuk menerima tanggung jawab, merupakan tes pertama bagis


eorang manajer tetapi keberanian merupakan ciri pimpinan eksekutif yang
mencapai sukses. Mendelegasikan tanggung jawab merupakan jalan satu-
satunya untuk mengetahui efektivitas latihan, untuk inisiatif, pengetahuan
mengenai pekerjaan dan kemampuan sebenarnya dari pihak bawahan".

Selama atasan mengambil keputusan-keputusan sendiri, memberikan


perintah-perintah yang perlu diberikan, mengecek sendiri pekerjaan yang
dilakukan untuk mencegah kesalahan-kesalahan, maka bawahan seakan-akan
hanya menunggu perintah. Dalam keadaan demikian mereka kurang tanggung
jawab atau bahkan menghentikan pekerjaan sampai atasan memberikan instruksi
lagi.

Sebab mereka sudah biasa menerima keputusan-keputusan dari atasannya dan


tak akan berani bertindak atas inisiatif sendiri.

4
Sebaliknya dengan delegasi wewenang, bawahan akan dapat menunjukkan
kemampuannya. Sebab jika ia mendapatkan wewenang dan tanggung jawab yang
penuh akan terjadilah perubahan-perubahan di dalam dirinya. Karena mereka harus
menggunakan pertimbangan-pertimbangan dan kecakapannya sendiri. Mereka
berusaha karena mereka mengeluarkan inisiatif dan merekalah yang harus
bertanggung jawab.

Dengan demikian memberikan kesempatan kepada mereka untuk


mempraktekkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.

Sehubungan dengan hal tersebut K. W. Reinchardt mengemukakan :

"Mewakilkan tanggung jawab adalah salah satu cara yang paling effektif untuk
memberikan kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan kemampuannya."

Memang jika bawahan sendiri tidak menunjukkan minat untuk berkembang


dan tak ingin maju, tak banyak yang akan dapat diperbuat tentang pelimpahan
wewenang, tetapi atasan bisa terus menghidupkan hasrat untuk maju kepada mereka
yang bekerja di abwah pimpinannya.

Harus diyakinkan bahwa delegasi adalah merupakan suatu teknik latihan akan
berguna bagi perkembangan dirinya, atau alat training untuk membentuk semangat
kerja. William H. Newman mengemukakan :

"Kita juga maklum bahwa pelimpahan wewenang yang dilakukan secara


bijaksana adalah merupakan suatu alat training yang penting dan beruna sebagai
alat pembentuk semangat".

Diakui oleh Mel White, bahwa sebagian kita berkenaan dengan latihan tersebut
menggunakan teknik delegasi.

"Namun sejumlah terbesar kita terutama berkenaan dengan latihan di belakang


meja tulis dengan memakai teknik demonstrasi dan delegasi."

Dikemukakan pula oleh beliau :

"Pendelegasian akan mengembangkan ketrampilan dan potensi dari bawahan dan


merupakan suatu bagian pokok dari pada proses latihan".

5
Demikian uraian dan pendapat-pendapat tentang delegasi wewenang, yang
menguraikan dan menyebutkan bahwa delegasi wewenang akan dapat
mengembangkan keterampilan dan potensi-potensi lain dari pada bawahan yang
sekaligus sebagai tehnik latihan dan bagian dari proses latihan

Banyak arti tentang pendelegasian wewenang yaitu :


1. Pendelegasian wewenang merupakan dinamika organisasi, karena dengan
pendelegasian wewenang ini para bawahan mempunyai wewenang sehingga
mereka dapat mengerjakan sebagian pekerjaan delegatornya.
2. Pendelegasian wewenang merupakan proses yang bertahap dan yang
menciptakan pembagian kerja, hubungan kerja dan adanya hubungan kerja
sama dalam suatu organisasi atau perusahaan.
3. Pendelegasian wewenang dapat memeperluas ruang gerak dan waktu seorang
manajer.
4. Pendelegasian wewenang, manajer tetap bertanggungjawab terhadap
tercapainya tujuan perusahaan.
5. Pendelegasian wewenag menjadi ikatan formal dalam suatu organisasi.

Wewenang (authority) merupakan kunci daripada pekerjaan seorang manajer.


Arti sebenarnya dari seorang manajer dalam sebuah organisasi dan hubungannya
dengan orang lain pada organisasi tersebut terlihat pada wewenang yang
diimilikinya. Yang mengikat bagian-bagian daripada suatu struktur organisasi
adalah hubungan wewenang.
Pelimpahan wewenang mempunyai tiga unsur yaitu:
a. Wewenang (authority)
b. Tanggung jawab (responsibility)
c. Pertanggung jawaban (accountability)
Wewenang yang telah didelegasikan/dilimpahkan kepada bawahan berarti si
bawahan telah mempunyai wewenang dan sekaligus tanggung jawab dan
pertanggung jawaban terhadap hasil dari pendelegasian/pelimpahan daripada
wewenang tersebut.

6
Perlu diingat bahwa walaupun si manajer telah melimpahkan wewenang akan tetapi
wewenang tersebut tepat berada pada si manajer karena pertanggungjawaban ada
pada si manajer. Bertambah ke bawah dari jawaban piramida organisasi maka
wewenang bertambah kecil, dan sebaliknya bertambah ke atas dari dasar piramida
organisasi pertanggung jawaban bertambah besar. Yang dapat
didelegasikan/dilimpahkan adalah wewenang bukan tanggung jawab. Jelaslah
bahwa dalam sebuah organisasi selalu harus terdapat pendelegasian wewenang.
Hal ini terutama disebabkan karena beberapa pembatasan dari si manajer sendiri
dalam melaksanakan aktivitas.
Pembatasan tersebut melingkupi :
a. Span of time. Terbatasnya waktu seseorang manajer untuk mengerjakan dan
mengawasi sebuah aktivitas.
b. Span of atention. Terbatasnya perhatian seorang manajer terhadap sebuah
aktivitas. Otak seorang manajer tidak akan tetap kapasitasnya dalam
memikirkan beberapa aktivitas dalam waktu tertentu.
c. Span of personality and energy. Terbatasnya kepribadian dan tenaga seorang
manajer untuk memimpin sejumlah bawahan dengan ofektif dan juga untuk
mempengaruhi bawahan secara pribadi maupun kolektif.
d. Span of knowledge. Terbatasnya seorang manajer untuk memimpin
pengetahuan bawahannya maupun pengetahuannya tentang sebuah aktivitas.
e. Span of management. Terbasnya kemampuan seseorang untuk memimpin
sejumlah bawahan. Beberapa penulis mengemukakan sebenarnya jumlah
bawahan yang dapat dipimpin aleh seorang manajer. Agar pendelegasian
wewenang dapat berjalan dengan lancar maka seorang manajer harus
mempunyai sikap sebagai berikut : a) Personal receiptiveness. Si manajer harus
bersedia memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengemukakan
gagasan dan pendapat-pendapatnya. b) Willingbess to let go. Manajer harus
bersedia dan sepenuh hati melepaskan wewenang kepada bawahannya.

7
c) Wilingness to let other make mistake. Adalah kurang bijaksana apabila
seorang rnanajer yang telah mendelegasikan wewenangnya terus menerus
mengawasi bawahan yang telah menerima wewenang karena khawatir si
bawahan membuat kesalahan. Jika hal tersebut dilakukan oleh si manajer maka
pendelegasian wewenang tidak murni lagi.
Pendelegasian wewenang penting dan mutlak harus dilakukan karena :
1. Pendelegasian wewenang harus dilakukan oleh seorang manajer, karena
manajemen baru dikatakan ada, jika ada pembagian wewenang dan
pembagian pekerjaan
2. Pendelegasian harus dilakukan manajer karena adanya keterbatasan fisik,
waktu, perhatian dan pengetahuan manajer.
3. Pendelegasian wewenang merupakan kunci dinamika organisasi.
4. Pendelegasian wewenang membuktikan adanya pimpinan dan bawahan,
tanpa pendelegasian wewenang berarti tidak ada atasan dan bawahan
Walaupun pendelegasian wewenang merupakan hal yang amat perlu pada sebuah
organisasi akan tetapi sering terjadi bawah seorang manajer tidak bersedia
melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena :
a. Rintangan psychologis :
1. Sering si manajer menganggap bahwa ia adalah manusia super yang tidak
dapat diganti .Tanpa dia organisasi akan macet.
2. Kadang-kadang manajer berhasrat mendominasi segala aktivitas
perusahaan. Jadi si manajer ingin berkuasa.
3. Si manajer tidak bersedia menanggung resiko si bawahan menbuat
kesalahan.
4. Perasaan takut si manajer bahwa dengan mendelegasikan wewenang, akan
ternyata bahwa bawahan lebih mampu dari dia.
b. Rintangan organisatoris :
1. Sulit membuat batas tentang tanggung jawab.
2. Si manajer kadang-kadang kurang mengetahui sampai dimana perlu
delegasi wewenang dilaksanakan.

8
WEWENANG, TANGGUNG JAWAB, DAN PENDELEGASIAN
WEWENANG

WEWENANG

1. Arti Pentingnya Wewenang


Wewenang merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan melakukan
kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan.

Jenis-jenis wewenang :
a. Wewenang garis, adalah kekuasaan, hak dan tanggung jawab langsung berada
pada seseorang atas tercapainya tujuan. Ia berwewenang mengambil keputusan dan
berkuasa, berhak serta bertanggung jawab langsung untuk merealisasi keputusan
tersebut. Disimbolkan dengan garis (_______).
b. Wewenang staff, adalah kekuasaan dan hak, hanya untuk memeberikan data,
informasi dan saran-saran saja untuk membantu lini, supaya bekerja efektif dalam
mencapai tujuan. Seseorang yang mempunyai wewenang staf, tidak berhak
mengambil keputusan dan merealisasikan keputusan serta tidak bertanggung jawab
langsung atas tercapainya tujuan. Tegasnya pemegang wewenang staf hanya
merupakan pembantu lini untuk menyediakan data, informasi, dan saran-saran
dipakai tidaknya tergantung manajer lini. Disimbolkan dengan garis terputus-putus
(---------).
c. Wewenang fungsional, kekuasaan seorang manajer adalah karena proses-
proses, praktek-praktek, kebijakan-kebijakan tertentu atau soal-soal lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan oleh pegawai-pegawai lain
dalam bagian-bagian lain pula. Disimbolkan dengan garis terputus-putus dan titik-
titik (-●-●-●-●-●-●-).
d. Wewenang wibawa, kewibawaan seseorang adalah karena kecakapan, perilaku,
ketangkasan, dan kemampuan, sehingga ia disegani.

Sumber-sumber Wewenang
a. Teori wewenang formal
Wewenang yang dimiliki seseorang bersumber dari barang-barang yang
dimilikinya, sebagaimana yang diatur oleh undang-undang, hokum, dan hukum
adat dari lembaga tersebut. Contoh : pemilik saham mempunyai wewenang karena
saham yang dimilikinya.
b. Teori penerimaan wewenang
Wewenang bersumber dari penerimaan, kepatuhan, dan pengakuan para bawahan
terhadap perintah, dan kebijakan-kebijakan atas kuasa yang dipegangnya. Contoh :
rakyat memilih presiden, sehingga presiden memiliki wewenang untuk
memerintah. Presiden memiliki wewenang selama rakyat mentaati dan mematuhi
perintah-perintahnya. Jika rakyat tidak lagi mematuhi perintah-perintahnya maka
wewenang akan hilang.

9
c. Wewenang dari situasi
Wewenang bersumber dari situasi darurat atau kejadian-kejadian luar biasa.
Pemimpin yang wewenangnya bersumber dari situasi sering disebut pemimpin
sejati dan tanpa pamrih, begitu situasi normal kembali maka wewenangnya akan
hilang. Contohnya : sebuah kapal laut terbakar, kemudian seorang penumpang
memerintahkan agar sekoci diturunkan dan perinyahnya ini ditaati serta
dilaksanakan penumpang lainnya. Orang tersebut mempunyai wewenang hanya
karena situasi, serta mengambil alih wewenang kapten kapalnya.
d. Wewenang dari jabatan
Wewenang bersumber dari posisi yang dijabatnya di dalam organisasi yang
bersangkutan. Contohnya : Seorang dosen mempunyai wewenang untuk
meluluskan seorang mahasiswa, karena ia mempunyai wewenang
(kedudukan=posisi) untuk itu.
e. Wewenang dari faktor teknis
Wewenang bersumber dari computer yang dipakainya untuk memproses data.
Operator berwenang menginformasikan dan menjelaskan hasil proses data itu,
menjadi suatu keputusan yang diterima oleh orang lain.
f. Wewenang dari hukum
Wewenang bersumber dari hukum atau undang-undang yang berlaku. Contohnya :
Polisi mengatur lalu lintas karena ada hokum yang mengaturnya.

Batas-batas Wewenang
a. Fisik
b. Alamiah
c. Teknologi
d. Ekonomi
e. Partnership agreement
f. Lembaga
g. Hukum

Pengertian Delegasi
Dasar, Pengertian Delegasi Dan Delegasi Wewenang Beserta Contohnya–
Delegasi adalah perwakilan atau utusan untuk proses perdamaian dan penunjukan
langsung mengirimnya ke salah satu wakil dari kelompok atau lembaga. Delegasi
menurut Hukum Perdata adalah penyerahan oleh yang berutang kepada orang lain
yang wajib memenuhi re sebelumnya berutang.

Delegasi tak meyebabkan pembaharuan utang, kecuali debitur berutang


membebaskan utang obligasi pertama. Sedangkan pengertian hukum konstitusi
Delegasi adalah mentransfer hak, tugas atau kewajiban oleh badan pemerintah di
bawah tingkat tubuh

10
Dasar-dasar Pendelegasian

1. Delegasi penting dalam struktur baik struktur organisasi dan struktur


pemerintahan, untuk memungkinkan bawahan untuk melakukan pelatihan
yang mewakili lembaga atau institusi. Pentingnya pemimpin konduksi
kerjasama dan anggota, yang mendasari adalah sebagai berikHanya
pemimpin dapat bekerja sama atau bekerja melalui orang lain, sehingga itu
adalah sesuatu yang hanya dapat diwujudkan melalui delegasi.
2. Melalui delegasi, pemimpin menetapkan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan tanggung jawab kepada bawahan, bahwa semua
fungsionaris organisasi sesuai dengan kewajibannya.
3. Delegasi oleh organisasi kerja dapat bekerja dengan baik tanpa kehadiran
pemimpin atas atau bos langsung.
4. Dalam delegasi, pemimpin dari semua tugas dan tanggung jawab yang
dipercayakan dengan menggunakan kredensial yang juga “menuntut” karya
definitif bawahan.
5. Dalam delegasi, pemimpin menetapkan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan tanggung jawab kepada bawahan, agar bawahan itu
benar dan menuntut pelaksanaan program kerja.

Tahapan dalam Pedelegasian Wewenang (Delegation of


Authority)
Pendelegasian Wewenang merupakan dasar dari hubungan antara atasan dan
bawahan. Berikut ini adalah beberapa langkah atau tahapan yang harus dilibatkan
agar tercapainya suatu pendelegasian wewenang.

1). Penugasan Pekerjaan

Seorang Manajer atau disini disebut dengan Delegator harus mendefinisikan


dengan jelas tugas dan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh bawahannya.
Kejelasan tugas serta hasil yang diharapkan harus menjadi langkah pertama dalam
pendelegasian wewenang.

2). Pemberian Wewenang

Pemberian wewenang terjadi ketika atasan membagi wewenang kepada


bawahannya. Karena alasan inilah, setiap bawahan diberikan kebebasan yang cukup
untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh atasannya. Para Manajer
disemua tingkatan mendelegasikan.wewenang dan kekuasaan yang melekat pada
jabatan mereka. Pembagian wewenang dan kekuasaan ini sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang efektif.

11
3). Menciptakan Tanggung Jawab dan Akuntabilitas

Proses delegasi wewenang tidak sebatas hanya sampai pada pembagian wewenang
dan kekuasaan dari atasan ke bawahannya. Karena pada waktu yang sama harus
menjadi kewajiban terhadap tugas yang ditugaskan ke mereka. Tanggung jawab
dikatakan sebagai faktor atau kewajiban seorang individu untuk melaksanakan
tugasnya berdasarkan kemampuannya sesuai dengan arahan atasannya. Tanggung
jawab sangat penting dalam pendelegasian wewenang karena akan memberikan
efektivitas pada wewenang yang diberikan. Akuntabilitas muncul dari tanggung
jawab dan tanggung jawab muncul dari wewenang. Oleh karena itu, Tanggung
Jawab dan Akuntabilitas harus melekat pada wewenang yang didelegasikan ini.

1.2. Dasar Pendelegasian


Pokok pembahasan tentang dasar pendelegasian ini berupaya untuk menjawab
pertanyaan “Mengapa pendelegasian itu penting?”. Pendelegasian itu sangat
penting bagi hidup dan kerja setiap organisasi dengan alasan-alasan mendasar
berikut di bawah ini.

1. Pemimpin hanya dapat bekerja bersama dan bekerja melalui orang lain, sesuatu
yang hanya dapat diwujudkannya melalui pendelegasian.
2. Melalui pendelegasian, pemimpin memberi tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan demi pemastian
tanggung jawab tugas (agar setiap individu peserta suatu organisasi berfungsi
secara normal).
3. Dengan pendelegasian, pekerjaan keorganisasian dapat berjalan dengan baik
tanpa kehadiran pemimpin puncak atau atasan secara langsung.
4. Dalam pendelegasian, pemimpin memercayakan tugas, wewenang, hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sekaligus
“menuntut” adanya hasil kerja yang pasti dari bawahan.
5. Dalam pendelegasian, pemimpin memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban yang sepadan bagi pelaksanaan
kerja sehingga bawahan dengan sendirinya dituntut untuk bertanggung jawab
penuh dalam pelaksanaan kerja.
6. Pendelegasian wewenang membuktikan adanya pimpinan dan bawahan dalam
organisasi.

1.3. Manfaat Pendelegasian Wewenang


Berikut adalah manfaat dari pendelegasian wewenang :
1. Memungkinkan bawahan yang menerima delegasi dari atasannya mempelajari
sesuatu yang baru dan memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu yang
baru tersebut.
12
2. Dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam berbagai
aspek yang berhubungan dengan perusahaan/organisasi,
3. Pekerjaan akan selesai dengan cepat apabila proses pendelegasian diberikan
kepada orang yang tepat dan bertanggung jawab, dan menjalankan tugas
dengan sebagaimana mestinya.
4. Manajer memiliki banyak kesempatan untuk mencari dan menerima
peningkatan tanggungjawab dari tingkatan manajer yang tinggi
5. Memberikan keputusan yang lebih baik
6. Pelimpahan yang efektif mempercepat pembuatan keputusan
7. Melatih bawahan memikul tanggung jawab, melakukan penilaian dan
meningkatkan diri serta kesediaan untuk berinisiatif.

1.3 Alasan yang mendasari pendelegasian wewenang:

1. Seorang pemimpin hanya dapat bekerja bersama melalui orang lain, itulah yang
mendasari pendelegasian.
2. setiap individu dapat bekerja dengan normal, atau sesuai dengan keahliannya
maka seorang pemimpin akan memberikan tugas, wewenang, hak dan
tanggung jawab kepada individu tersebut.
3. Suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ada pimpinan utama,
jika masing-masing individu sudah memdapatkan delegasi dari pimpinan
organisasi
4. Sebagai tuntutan dari pimpinan kepada bawahan terkait hasil kerja yang
memuaskan sebagaimana yang di harapkan oleh pimpinan organisasi tersebut.
5. Sebagai tuntutan dari atas kepada bawahan sesuai dengan tugas yang telah
diberikan kepada masing-masing individu.
6. Hal yang mendasari pendelegasian yang terakhir adalah sebagai bukti bahwa
adanya atasan/pimpinan dan bawahan dalam suatu organisasi.

1.4 Sifat Delegasi

1. Fleksibel
Artinya pendelegasian dalam setiap organisasi itu berbeda, disusaikan dengan
keadaan organisasi tersebut.

13
2. Mengikat
Artinya pendelegasian tidak bisa dipindahkan dari satu tugas ke tugas yang lain
dalam suatu organisasi karenapendelagasian hanya bisa dilakukan satu tugas saja
demi tercapainya tujuan yang diinginkan dengan baik.

Sifat Delegasi yang lainnya :

1. Pendelegasian tidak sama pada setiap tingkat hierarki organisasi. Besar


kecilnya pendelegasian adalah sesuai dengan tugas, hak, wewenang,
kewajiban, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban setiap individu dalam
hierarki organisasi.
2. Pendelegasian tidak dapat ditransfer dari satu tugas ke tugas yang lain dalam
suatu organisasi karena satu pendelegasian berlaku untuk satu tugas saja.

Sikap pemimpin tehadap delagasi


a. Setiap pemimpin harus bertanggung jawab atas pendelegasian yang diberikan
kepada bawahan.
b. Pemimpin harus selalu memberikan evaluasi kepada bawahan yang diberikan
delegasi.
c. Objektif dalam memberikan delegasi kepada bawahan sesuai dengan
kemampuan bawahannya, karena akan menentukan sukses atau gagalnya tugas
tersebut.

adapun sikap negatif pemimpin terhadap pendelegasian wewenang antara


lain:
a. Terkadang pemimpin tidak mendelegasikan karena dia takut/kurang percaya
terhadap bawahan.
b. Pemimpin mendelegasikan semua tugas kepada bawahannya kerna dia ingin
membebaskan diri dari tugas tersebut.
c. Pemimpin meleksanakan tugas dan wewenang sendiri karena ingin
mendapatkan hasil seperti yang dia inginkan.

1.5 Asas-asas pendelegasian


1. Asas Kepercayaan
Delegator hanya akan mendelegasikan sebagian wewenanganya kepada delegate,
jika delegate dapat dipercaya. Kepercayaan harus didasarkan atas pertimbangan
yang Objektif mengenai Kecakapan, kemampuan, kejujuran, keterampilan dan
tanggung jawab.

14
2. Asas Delegasi Atas Hasil yang Diharapkan
Pemimpin dalam mendelegasikan wewenang harus berdasarkan Hasil yang
dilakukan oleh delegate. tidak boleh kurang, tidak boleh lebih. Harus disesuaikan
dengan jaminan kecakapan dan keterampilan untuk mencapaihasil yang
diharapkan.
3. Asas Penentuan fungsi dan Kejelasan Tugas (Principle of function
definition)
Asas penentuasn tugas yang dilakukan manajer kepada para
bawahanya harus secara jelas disertai hasil yang diharapkan. Semakin jelas
kegiatan yang dilakukan maka akan semakin jelas delegation of authority dalam
organisasi dan semaki jelas pula hubungan wewenang dengan bagian – bagian yang
lainnya. Menurut asas ini pendelgasian harus didasarkan atas job description
seorang bawahan.
4. Asas Rantai Berkala (Principle Scolar of Chain)
Asas ini artinya manajer dalam mendelegasikan wewenang harus dilakukan
menurut urutan kedudukan yakni dari pejabat ke bawahan. Asas ini menghendaki
adanya urutan – urutan wewenang dari manajer puncak kebawahan.
5. Asas Tingkat Wewenang (The Authority Level Participle)
Menurut asas ini masing – masing manager pada setiap tingkat harus
mengambil keputusan dan kebijakan apa saja yang dapat diambilnya sepnajang
mengenai wewenangnya.
6. Asas Kesatuan Komando (principle Unity of Command)
Setiap bawahan harus diusahakan agar hanya menerima perintah dari seseorang
atasan saja. Tapi seorang atasan dapat memerintah lebih dari seorang bawahan.
7. Asas Keseimbangan Wewenang & Tanggung Jawab (Parity Of Authority
& Responsibility )
Menurut asas ini besarnya wewenang yang didelegasikan harus sama dan seimbang
dengan besaranya tugas – tugas dan tanggungjawab yang diminta. Tanpa
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab akan berakibat terjadinya
kemandekan tugas-tugas dan tumpang tindih.
8. Asas Pembagian Kerja (Devision of Work)
Untuk berfungsinya Organisasi hendaknya dilakukan distribusi pekerjaan, Karena
jika tidak manajemen tidak berarti apa-apa dan semua tugas akan dikerjakan sendiri
oleh manajer.
9. Asas Efisiensi
Menurut asas ini pendelgasian wewenang maka manajer akan lebih leluasa
melaksanakan tugas – tugas penting daripada melaksanakan hal – hal yan dapat
dikerjakan bawahanya.

10. Asas Kemutlakan Tanggung Jawab (Principle of Authority


of Responsibility)
Setiap delegate yang menerima wewenang, mutlak harus bertanggungjawab kepada
delegator mengenai wewenang yang dilaksanakannya. Perlu diperhatikan bahwa
asas tidak berlaku mutlak, tetapi hanya sebagai pedoman untuk bertindak dan dalam
penerapannya harus mempertimbangkan kebutuhan dan kondisi.
15
1.6. Syarat-Syarat Pendelegasian

Agar pendelegasian wewenang dapat berhasil dengan baik, sesuai dengan


tujuan, maka harus dilakukan dengan tepat atau baik pula.

Adapun syarat-syaratnya seperti yang dikemukakan oleh Drs. Sutrisno :

a. Adanya kesediaan atau keikhlasan atasan untuk memberikan pelimpahan.

Dengan kesediaan dan keikhlasan yang tulus akan menimbulkan hubungan


kejiwaan yang dekat antara atasan dan bawahan tersebut hal ini penting dalam
usaha menimbulkan perasaan rasa percaya di antara keduanya.

b. Tiap-tiap bawahan yang emndapat pelimpahan harus mempertimbangkan


kemampuannya.

Wewenang yang diserahkan kepada bawahan harus sesuai dengan kemampuan


bawahan. Di samping bawahan harus mengukur kemampuan sendiri, atasan
harus pula menimbang-nimbang kemampuan dalam hubungannya dengan
wewenang yang akan dilimpahkan, baik kemampuan jasmaniah maupun
kemampuan rokhaniah.

Dengan demikian tidak akan terjadi wewenang yang dilimpahkan tidak sesuai
dengan kemampuan bawahan, sebab apabila tidak sesuai akan dapat
menimbulkan resiko, yang pada akhirnya juga akan ditanggung atasan
bersangkutan.

c. Tugas dan wewenang yang diserahkan harus jelas, bawahan mengerti keinginan
atasan dengan adanya pelimpahan itu.

Tugas, wewenang demikian pula tanggung jawabnya harus dirumuskan dengan


jelas. Ketidakjelasan akan menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam
realisasinya, karena tidak tahu arah atau batas-batas yang boleh dan tidak dapat
dilakukan.

Demikian pula harus diketahui oleh bawahan kecenderungan dari pada


keinginan-keinginan atasan yang melimpahkan wewenang, demikian itu agar
pelaksanaan tugas dan wewenang mengarah kepada tujuan yang ditentukan oleh
atasan.

d. Pelimpahan yang telah diberikan tidak boleh diperlemah oleh atasan, yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan.

16
Setelah pelimpahan dilakukan, atasan jangan selalu mencampurinya, lebih-
lebih mencampuri secara demonstratif yang demikian akan mengakibatkan
keresahan jiwa dan justru akan dapat mengakibatkan patah semangat bagi
bawahan.

Sesuai atau senada dengan uraian di atas Mel. White mengemukakan:

". . . . . Kami telah menyatakan bahwa mendelegasi sebagai suatu alat


supervisi adalah mutlak, akan tetapi harus diusahakan agar hal ini
dapat bekerja dengan baik. Saudara harus mengenal kemampuan staf
saudara, harus percaya penuh kepada mereka, harus mempunyai suatu
keinginan yang ikhlas untuk membina mereka dan akhirnya saudara
harus mendelegasi secara sistematis".
Drs. Sukarno K dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen, menyebutkan bahwa
dalam pelimpahan wewenang harus berdasarkan : kepercayaan, kecakapan,
kejujuran.

Seperti yang dikemukakan Drs. Sukarno K sebagai berikut :

"Agar tidak terlalu sibuk perlulah ia melimpahkan sebagian dari


kekuasaannya pada petugas lain. Sudah barang tentu pelimpahan tadi
harus berdasarkan kepercayaan, kecakapan, kejujuran".
Sedangkan William H. Newman sehubungan dengan pelimpahan wewenang yang
efektif berpendapat :

"Pelimpahan wewenang yang efffektif adalah suatu hal yang berkisar


hubungan pribadi antara dua orang yaitu : hubungan antara kepala dan
bawahan".

Hubungan yang dimaksud yaitu hubungan antara atasan dan bawahan yang
dinamis, yang selalu dapat menimbulkan kesesuaian pribadi. Kesesuaian pribadi
inilah yang sangat diperlukan dalam praktek pelimpahan wewenang, sebab
pelimpahan wewenang tidak diatur oleh dogma aturan-aturan yang statis (tertentu).

Willian H. Newman mengemukakan :

"Kesesuaian pribadi yang dibutuhkan untuk adanya wewenang yang


efektif tidaklah dapat diciptakan oleh peraturan yang dibuat oleh
presiden direktur atau oleh pasal-pasal peraturan yang tertulis di dalam
buku pedoman perusahaan. Ketentuan resmi tentang organisasi,
demikian pula tradisi yang berlaku dalam perusahaan, sudah tentu
mempunyai pengaruh."
Maka sangatlah perlu usaha-usaha yang dapat menciptakan suasana kesesuaian atau
saling mengerti antara mereka dan ini harus disadari oleh kedua belah pihak atasan
maupun bawahan.

17

Anda mungkin juga menyukai