Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
yang berbeda – beda. Setiap hewan membutuhkan komposisi dan jenis pakan
yang berbeda, oleh karena itu dalam mencerna zat pakan, organ saluran
pencernaan hewan memiliki struktur dan fungsi yang berbeda pulka. Hewan
mencerna serat kasar, hampir sama dilakukan oleh hewan pseudoruminan yang
juga mencerna serat kasar tetapi dalam mencerna serat kasarnya kurang begitu
sempurna.
dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menerangkan bagian – bagian
TINJAUAN PUSTAKA
organik yang terdapat dalam bentuk yang tidak larut menjadi senyawa–senyawa
yang lebih kecil sehingga dapat diserap dinding saluran pencernaan. Proses utama
(Blakely dan Bade, 1992). Saluran pencernaan adalah sebuah saluran yang terdiri
makanan dalam perjalanannya melalui tubuh mulai dari rongga mulut sampai ke
(ekskresi) bahan-bahan makanan yang tidak terserap atau tidak dapat diserap
juga mencampur pakan dengan air ludah, yang berfungsi sebagai pelincin untuk
membantu proses penelanan pakan (Tillman et al., 1998). Mulut digunakan untuk
menggiling pakan dengan bantuan lidah serta mencampurnya dengan saliva, tetapi
dapat juga berperan dalam mekanisme prehensik dan juga sebagai senjata defensif
maupun ofensif. Peran rongga mulut serta struktur-struktur yang terkait mencakup
2.2.1.2. Esofagus, merupakan suatu saluran muskular yang merentang dari farinks
menuju ke kardia dari perut, persis pada posisi kaudal dari diafragma. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa peranan esofagus dalam proses pencernaan adalah sebagai
1993). Pada Oesofagus bsgian dalam terdapat gerakan peristaltik pada mulut
pakan dikunyah dan ditelan. Selama masa ruminansi terjadi pula eructasi yaitu
gerakan pembebasan CO2 dan gas metan hasil fermentasi yang digerakkan oleh
kantong bagian atas ke arah bawah dan depan sehingga esofagus melebar dan gas
kepentingan mikroba itu sendiri. (Blakely dan Bade, 1992). Rumen berupa
kantung muscular yang besar yang terentang dari diagfragma menuju ke pelvis
dan hampir menempati sisi kiri dari rongga abdominal. Rumen dibagi-bagi lagi
hampir dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga bila ada benda-
benda asing yang tertelan seperti kawat atau paku cenderung akan diam di situ dan
dalam posisi yang baik untuk dapat mengganggu atau menusuk jantung
(Frandson, 1993). Retikulum letaknya kurang terpisah dengan rumen tetapi bagian
ini merupakan daerah pengaturan aliran makanan dari esophagus dan rumen ke
menjadi lebih kecil, karen terdapat lima macam lamina. Omasum letaknya di
sebelah kanan rumen dan retikulum (Siregar, 1994). Omasum juga berfungsi
untuk menyerap sebagian air, ukuran omasum kambing jauh lebih kecil
2.2.1.6. Abomasum, abomasum adalah perut sejati karena pada daerah ini
terdapat kelenjar digesti yang berperan dalam proses pemecahan zat – zat gizi,
seperti karbohidrat, protein, dan lemak (Siregar, 1994) Abomasum terletak ventral
dari omasum dan terentang kaudal pada sisi kanan dari rumen (Frandson, 1993).
2.2.1.7. Usus halus, terdiri dari tiga bagian yaitu, duodenum, jejenum dan ileum.
Duodenum merupakan bagian yang pertama dari usus halus. Jejenum dan ileum
bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya (Frandson, 1993). Ke
dalam usus halus, masuk empat sekresi yaitu: cairan duodenum, empedu, cairan
pankreas, dan cairan usus (Tillman et.al., 1998). Fungsi usus halus untuk absorpsi
asam amino, vitamin, mineral dan lemak serta pada non ruminansia karbohirat
2.2.1.8. Usus besar, Usus besar terdiri atas ceca, yang merupakan suatu kantung
buntu dan kolon yang terdiri atas bagian-bagian yang naik, mendatar dan turun.
Bagian yang turun akan mendatar dan berakhir dianus (Frandson, 1993). Sebagian
bahan-bahan yang dicerna yang masuk usus besar zat-zat makanannya telah
2.2.1.9. Anus, saluran pencernaan ruminansia yang paling akhir yaitu anus.
Bahan-bahan yang tidak tercerna di dalam usus besar akan disekresikan sebagai
2.2.2.1. Mulut, unggas tidak memiliki gigi, sehingga tidak bisa memecah
(Sarwono, 1993). Saliva dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk
ujung dan 4,2 cm di bagian tengah. Bolus bahan makanan yang dibentuk dalam
rongga mulut dapat berjalan melalui esofagus tersebut oleh adanya gerakan
peristaltik dari esofagus, adanya tekanan bukkofaringeal dan gaya gravitasi bumi.
bahkan tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva
pakan terjadi di sini oleh kerja enzim (Balkely dan Bade, 1992).
2.2.2.5. Ventrikulus, tersusun dari suatu struktur bertanduk yang berotot tebal.
Penghancuran pakan terjadi secara tidak sadar oleh otot empedal memiliki
(Blakely dan Bade, 1992). Butiran-butiran grit terdapat di dalam gizzard yang
di dalam gizzard ini. Makanan yang sudah hancur menjadi massa yang lebih halus
2.2.2.6. Usus halus, usus halus (intestinum tenue) dibagi menjadi tiga bagian,
(Tillman et al., 1998). Sebagian besar pencernaan terjadi dalam usus halus. Cairan
usus adalah enzim-enzin yang disekresikan untuk memecah gula dan zat-zat
pakan lainnya menjadi bentuk yang lebih sederhana, dimana hasil pemecahan
2.2.2.7. Usus besar, Absorbsi hasil pencernaan makanan sebagian besar terjadi
dalam usus kecil (halus), maka sebagian bahan-bahan yang dicerna yang masuk
bahan yang tahan pencernan yaitu selulose dan hemiselulosa yang dihasilkan
2.2.2.8. Ceca, Ceca dapat disamakan dengan usus buntu manusia, dengan fungsi
yang tidak diketahui pasti. Usus besar adalah kelanjutan saluran pencernaan dari
persimpangan usus buntu ke kloaka (Blakely dan Bade, 1992). Bakteri yang hidup
pada usus besar dan ceca fungsi utamanya adalah proteolitik, sehingga jasad renik
ini menyerang protein yang belum dicerna menjadi skatole, indole, fenol, asam-
asam lemak, sulfida hidrogen, dan asam-asam amino. Jasad renik ini juga
pengeluaran saluran pencernaan, urinari, dan genital (Blakely dan Bade, 1992).
rongga mulut. Rongga mulut berfungsi untuk tempat masuknya makanan. Rongga
mulut pada kelinci dilengkapi dengan enzim α-amilase yang berfungsi untuk
mencerna makanan secara enzimatis yang zat karbohidrat yang terdapat pada
2.2.3.2. Esofagus, merupakan suatu saluran yang merupakan jalan bagi pakan
penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Pada oesophagus terjadi gerak
peristaltik yaitu proses pencernaan secara mekanik. Pakan yang telah ditelan
intestinum dan usus bagian belakang yang membesar yaitu ceca dan kolon
(Frandson, 1993). Cairan lambung terdiri dari air, garam-garam anorganik dan
dibanding ternak yang lain (Jordan, 1968). Usus halus merupakan tempat
mengalami pencernaan lagi di dalam usus dan dalam bentuk karbohidrat tersedia
akan diabsorbsi oleh dinding usus. Serat yang tidak tercerna yang berbentuk
partikel halus masuk ke dalam Ceca dan mengalami proses pencernaan fermentasi
(Kartadisastra, 1997).
2.2.3.5. Ceca, ceca kelinci besar tapi tidak mampu mencerna bahan-bahan
organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat dicerna oleh ternak
rumnansia lainnya, bahkan kadang lebih rendah dari babi. Cecanya mempunyai
bentuk besar yang panjangnya kurang lebih 1,25 m dan kapasitas volumenya
kurang lebih 20-30 liter (60% dari jumlah volume seluruh alat-alat pencernaan).
Ceca dan kolon mempunyai fungsi seperti rumen pada ruminan yaitu tempat
amino atau protein dan vitamin B dan K oleh mikroorganisme (Parakkasi, 1986).
2.2.3.6. Kolon, kolon pada kelinci ada 2 yaitu kolon besar dan kolon kecil. Kolon
besar (colon crasum) mempunyai panjang kurang lebih 3-3,7 m, diameter rata-
ratanya adalah 225 cm dan kapasitas volumenya kurang lebih dua kali ceca
(Parakkasi, 1986). Kolon kecil (colon tenue) panjangnya sekitar 3,5 m dan
mempunyai diameter 7,5-10 cm. Kolon merupakan tempat penyerapan air yang
2.2.3.7. Rektum, rektum pada kelinci adalah bagian usus besar yang relarif lurus
terletak pada rongga pelvis. Panjang rektum kurang lebih 30 cm. Bagian ini siap
saluran pencernaan dan kulit disebut anus. Anus dikontrol oleh otot-otot spinter
2.2.3.8. Anus, anus pada kelinci pada dasarnya sama dengan kloaka pada unggas.
Kloaka (anus) merupakan pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran saluran
Pencernaan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 Juni 2010 Pukul 07.00-11.00
Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
bebek, dan kelinci. Alat yang di gunakan dalam praktikum adalah pisau untuk
untuk megukur asam atau basa, dan timbangan untuk mengetahui berat hidup dan
3.2. Metode
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Sumber :
Ternak, 2010
Keterangan :
1. Esofagus
2. Rumen
3. Retikulum
4. Omasum
5. Abomasum
6. Usus halus
7. Ceca
8. Usus Besar
9. Anus
Sumber : Sumber :
Ternak, 2010
Keterangan :
1. Esofagus
2. Tembolok
3. Proventrikulus
4. Ventrikulus/gizzard
5. Duodenum
6. Jejenum
7. Ileum
8. Ceca
9. Usus besar
10. Kloaka
1 23 4 5 6 7 8 9 10
Sumber : Sumber :
Keterangan :
1. Esofagus
2. Tembolok
3. Proventrikulus
4. Ventrikulus/gizzard
5. Duodenum
6. Jejenum
7. Ileum
8. Ceca
9. Usus besar
10. Kloaka
Sumber : Sumber :
Ternak, 2010
Keterangan :
1. Esofagus
2. Lambung
3. Duodenum
4. Jejenum
5. Illeum
6. Ceca
7. Usus besar
8. Anus
4.2. Pembahasan
yang terdiri dari usus halus 18,84 m, ceca 25 cm, usus besar 41,15 cm. Rumen
pada ternak kambing berbentuk mengelembung seperti kantong dan terbuat dari
otot-otot muskular yang dapat berkontraksi dan relaksasi, volumenya lebih besar
dari retikulum, omasum, dan abomasum, isinya kasar dan cair, serta pH-nya 7.
Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993) bahwa rumen berupa kantong
muscular besar yang terbentang dari diafragma menuju ke pelvis dan menempati
rongga abdominal.
dalam posisi yang berlawanan dengan jantung sehingga bila ada benda-benda
asing yang tertelan cenderung akan diam di situ dan dapat mengganggu atau
menusuk jantung. Berdasarkan hasil praktikum bahwa bentuk dari retikulum pada
menyerupai sarang lebah. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993) yang
bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar isinya lebih padat dan
lebih kering, volumenya lebih kecil dibanding dengan rumen retikulum dan
berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Isinya lebih kering karena omasum
asam, pH-nya 4, isinya kental dan halus. Menurut Siregar (1994), abomasum
adalah bagian perut yang terakhir, sebenarnya bagian inilah yang disebut lambung
sejati karena kemiripannya dengan fungsi perut tunggal pada hewan non
bahawa usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu, duodenum, jejenum dan ileum. pH
masing – masing bagian yaitu 7, 7, dan 10. Semuanya bersuasana basa karena
terdapat cairan pankreas yang bersuasa basa di dalam usus, sesuai dengan
pendapat Tillman et.al., (1998) yaitu, di dalam usus halus, masuk empat sekresi
Usus besar memiliki ceca, fungsinya untuk menyerap air dan sebagai
pencerna fermentasi, sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1998) yaitu sebagian
bahan-bahan yang dicerna yang masuk usus besar zat-zat makanannya telah
usus besar, dan kloaka. Menurut Anggorodi (1984), organ pencernaan ayam
hidroklarat dan enzim pepsin yang melakukan pemecahan protein menjadi asam
tengah – tengah rongga perut, tersusun oleh dua otot yang tebal yaitu otot yang
mensekresikan enzim – enzim untuk memecah glukosa dan zat – zat pakan
tersebut dialirkan ke daerah (Blakely dan Bade, 1992). Ceca pada ayam terdapat
dua buah, berwarna putih kekuningan dengan fungsi yang tidak dapat diketahui
dengan pasti (Akoso, 1993). pH ceca adalah 7, disebabkan karena pengaruh usus
halus yang sudah netral. Panjang ceca kiri 14 cm dan ceca kanan 15 cm, sesuai
dan penyerapan air. Panjang usus besar 9 cm, sesuai dengan Suprijatna (2005),
4.2.2.2. Saluran pencernaan bebek, dari hasil praktikum bobot hidup bebek
adalah 0,83 kg, jauh di bawah kisaran normal, menurut Anggorodi (1984), bobot
bebek normal berkisar antara 2-2,5 kg. Kelainan ini dapat disebabkan oleh faktor
pemberian pakan, kandungan nutrisi pakan yang diberikan pada bebek dan dapat
karena faktor kesehatan bebek tersebut. Esofagus merupakan suatu saluran bagi
pakan untuk menuju ke lambung, sebelum esofagus memasuki rongga tubuh ada
bagian yang melebar pada salah satu sisinya yang dikenal dengan tembolok.
Tembolok pada bebek tidak kelihatan jelas dan tidak dapat berkembang, fungsi
pakan.
Usus halus merupakan tempat absorbsi hasil pencernaan pakan. Usus halus
teridiri atas duodeenum, jejenum, dan illeum. Duodenum menyerap protein dan
41 cm, dan illeum 45 cm. Menurut Suprijatna (2005), panjang usus halus untuk
unggas dewasa sekitar 1,5 m. Ceca pada unggas terdiri dari dua, yaitu ceca kiri
dan ceca kanan, panjangnya masing – masing 11 cm, sedangkan pH-nya 7, sesuai
dengan pendapat Suprijatna (2005), panjang ceca +15 cm. Untuk kolon/kloaka
panjang ceca 34,5 cm. Menurut Tillman et al. (1998) cairan lambung terdiri dari
Konsentrasi asam dalam cairan lambung menurunkan pH isi lambung sampai 2,0.
intestinum dan usus belakang yang membesar yaitu ceca dan kolon (Chah et al.,
50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya. Kelinci, ceca besar tetapi tidak
mampu mencerna bahan-bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak
yang dapat dicerna oleh ternak herbivora lainya, bahkan kadang lebih rendah dari
perut besar atau stomach. Serat tersebut mengalami pencernaan lagi dalam usus
dan dalam bentuk karbohidrat tersedia akan diabsorbsi oleh dinding usus. Serat
yang tidak tercerna yang berbentuk partikel halus masuk ke dalam ceca dan
mengalami proses pencernaan fermentasi yang selanjutnya dikeluarkan lewat anus
dalam bentuk feces dan pada kelinci dikeluarkan dalam bentuk feces lunak dan
yang sanggup mengubah serat menjadi karbohidrat. Menurut Chah et al., (1975),
serat kasar yang lebih tinggi dapat mempengaruhi populasi bakteri Escherichia
KESIMPULAN
hanya memiliki satu lambung. Secara umum pH pada lambung sejati pada
keadaan asam. Ini merupakan hasil dari produksi HCl pada lambung untuk
mengaktifkan pepsinogen. Bebek dan ayam memiliki ukuran tembolok ceca yang
berbeda. Ayam mempunyai tembolok lebih besar dan ceca lebih panjang dari
bebek karena makanannya yang didominasi biji-bijian. Secara umum baik pada
ruminan maupun non-ruminan memiliki pH netral hingga basa pada ususnya baik
Anggorodi, R., 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan edisi keempat. Gadjah Mada
Chah, C.C., et al. 1975. Futher investigion and identification of growth promoting
917.
Press, Yogyakarta.
Jordan, R. M. 1968. Animal Science. The Iowa State University Press, Iowa.
Jakarta.
English.
Sihombing, D. T. H., 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Aksara, Jakarta.
Jakarta.
Tillman, et al. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press,
Yoyakarta.