Anda di halaman 1dari 11

2B.

HISTOLOGI SYSTEM REPRODUKSI WANITA


A. Ovarium, folikel dan oosit
Gonad wanita, sepasang pada ovarium, masing-masing memiliki korteks luar yang
mengandung banyak ratusan pada folikel ovarium dan medula batin pada jaringan ikat padat
dan pembuluh darah besar. Korteks ovarium ditutupi oleh mesotelium kuboid, epitel
permukaan (atau epitel germinal) berbaring di atas lapisan pada jaringan ikat, tunika albuginea.
Sebelum pubertas semua folikel yang folikel primordial, dibentuk di dalam perkembangan
gonad fetal, dengan masing-masing memiliki satu oosit primer ditahan meiosis profase I dan
lapisan sekitarnya dari skuamosa sel epitel folikel. Setelah pubertas beberapa folikel primordial
berkembang setiap bulan sebagai tumbuh folikel primer, dengan membesarkan oosit primer
dikelilingi oleh sel-sel epitel yang lebih besar sekarang disebut sel granulosa. Selama
pertumbuhan folikel sel granulosa, dikelilingi oleh membrane basal, menjadi berlapis dan
secara aktif terlibat dalam sekresi cairan dan metabolisme hormon steroid.
Antara oosit dan sel granulosa sebuah bentuk lapisan tipis yang disebut zona pelusida,
yang mengandung glikoprotein (protein ZO) dimana permukaan sperma harus mengikat untuk
mencapai oosit saat fertiliasi. Antral atau folikel vesikular membesar dan telah berkembang
ruang yang berisi cairan di antara sel-sel granulosa ini, tetapi oosit masih berkembang dalam
profase I. Sementara folikel primer tumbuh, sel mesenkim secara langsung di sekitarnya
membentuk lapisan yang sangat vaskular, theca interna, dan theca eksterna lebih berserat,
dengan sel otot polos. Sel-sel endokrin dari theca interna mensekresikan kedua progesterone
dan prekursor estrogen, yang dikonversi oleh sel granulosa menjadi estrogen. Folikel antral
terus berkembang sebagai dewasa, folikel graafian, yang memiliki antrum besar penuh dengan
cairan, dengan oosit primer besar tertutup oleh sel-sel granulosa dari cumulus oophorus Setiap
bulan hanya satu folikel graafian menjadi folikel dominan dan mengalami ovulasi; kebanyakan
folikel berkembang lainnya ditahan dan degenerasi dengan apoptosis dalam proses yang
disebut atresia.
Gambar 1. Histologi ovarium, folikel dan oosit
B. Ovulasi dan Corpus luteum
Ovulasi melibatkan dari pergerakan yang sangat besar, folikel graafian dominan ke
permukaan ovarium untuk membentuk tonjolan, penyelesaian dari meiosis I, dan
membebaskan badan polar dari oosit. Ruptur dari folikel dan penutup ovarium membebaskan
oosit sekunder, ditahan sekarang di metafase II, dan lapisan pada sel granulosa terikat yang
membentuk korona radiata. Pada sel granulosa dan lapisan theca kiri dalam ovarium setelah
ovulasi direorganisasi di bawah pengaruh dari hormon luteinisasi (LH) untuk membentuk
kelenjar endokrin disebut korpus luteum.
Sel-sel dari korpus luteum yang sel granulosa lutein, memproduksi estrogen dan terdiri
dari 80% pada kelenjar serta sel theca lutein yang memproduksi progesteron. Tingkat LH turun
sekitar 2 minggu setelah ovulasi, menyebabkan korpus luteum kehilangan aktivitas,
degenerasi, dan dihapus oleh makrofag, sementara meninggalkan regio kolagen penuh yang
disebut korpus albicans.
Gambar 2. Corpus luteum
C. Uterin tuba atau oviduktus
Oosit sekunder berovulasi tersapu ke dalam infundibulum terbuka besar pada tuba
uterin, atau oviduktus, dan memasuki regio organ ampula yang mana akan berdegenerasi jika
tidak dibuahi. Fertilisasi melibatkan kapasitasi sperma di dalam oviduktus, aktivasi akrosom
dan sperma penetrasi pada korona radiata, dan peristiwa berikut di permukaan oosit:
a. Permukaan ligan pada satu sperma pertama terikat pada protein ZO sekitar oosit,
memungkinkan penetrasi.
b. Granula kortikal pada oosit mengalami eksositosis, membebas-kan protease yang
mengkonversi zona pelusida untuk pembatas vitelline yang mencegah fertilisasi
polispermik.
c. Oosit meiosis II lengkap, memproduksi tubuh polar kedua dan pronukleus wanita dari
ovum haploid.
d. Pronukleus wanita dan pronukleus pria dari penyatuan sperma, menghasilkan sel diploid,
zigot
Mukosa oviduktus ini sangat berlipat di dalam regio ampula dan dilapisi oleh epitel
kolumnar sederhana pada sel bersilia dan sel sekretori memproduksi nutrisi mukus yang
menggenangi sperma (dan zigot). Oviduktus muskularis tebal, terorganisir untuk kontraksi
peristaltic dari tabung, terutama bertanggung jawab untuk memindahkan perkembangan
embrio ke uterus.
Gambar 3. Tuba uterina
D. Uterus
Mukosa uterin atau endometrium dilapisi oleh epitel kolumnar sederhana, dari banyak
kelenjar uterin besar meluas ke dalam jaringan ikat yang di bawah. Jaringan ikat vaskular, tidak
memiliki lemak, dan terdiri dari lapisan basal yang sangat seluler lanjut ke muskularis uterin
atau miometrium, dan lapisan fungsional yang lebih superfisial. Mengubah level pada estrogen
dan progesteron dari folikel ovarium dan korpus luteum menghasilkan perubahan siklik di
dalam ketebalan, aktivitas glandular, dan status vaskular dari lapisan fungsional endometrium.
Sebuah embrio tahap blastokista sampai di dalam rahim melekat ke permukaan
endometrium dan implan itu sendiri ke dalam lapisan fungsional ketika aktivitas lapisan
sekretori dan dan menyediakan vaskular yang maksimal. Jika tidak ada implan embrio,
degenerasi pada korpus luteum menyebabkan jatuh dari progesteron tergantung arteri spiral
yang membawa darah ke lapisan fungsional. Degenerasi arteri spiral menghasilkan iskemia
pada lapisan fungsional, menyebabkan lapisan ini akan terkelupas saat menstruasi, setelah itu
beregenerasi dari lapisan basal di bawah pengaruh pada estrogen. Plasenta terutama terdiri dari
villi khorionik, yang membentuk seperti proyeksi yang sangat tervaskularisasi dari trofoblas
ekstraembrionik ke dalam lakuna vaskular pada endometrium. Pertukaran plasenta pada nutrisi,
limbah, O2, dan CO2 terjadi antara darah janin di dalam villi khorionik dan darah maternal
mendarahi vili di dalam lakuna tersebut.
Gambar 4. Endometrium uterus

Gambar 5. Fase prollferatif, sekretoris dan pramenstruasi di uterus


E. Serviks Vagina, dan Kelenjar Payudara
Mukosa sempit, inferior akhir pada uterus, serviks, tidak mengubah secara siklus di
bawah pengaruh hormon; di os eksternal perubahan epitel kolumnar yang secara tiba-tiba ke
skuamosa berlapis. Mukosa pada vagina dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis, dikelilingi oleh
arteri muskularis. Dalam kelenjar payudara, unit sekretori alveolar berkembang setelah
pubertas pada sistem duktus bercabang dengan sinus laktiferus berkonvergensi pada puting.
Sekresi air susu (laktasi), yang dimulai pada akhir kehamilan dan berlanjut sampai penyapihan,
melibatkan kedua eksositosis protein dan sekresi apokrin dari droplet lipid.

Gambar 6. Serviks

Gambar 7. Vagina
Gambar 8. Perkembangan alveolar pada payudara selama kehamilan.
Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas. Edisi 14. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2017

3c. etiologi infertilitas pada wanita


Infertilitas pada wanita dapat disebabkan oleh infeksi vagina seperti vaginitis dan
trikomonas vaginalis akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium
bahkan sampai ke tuba yang dapat menyebabkan gangguan pergerakan dan penyumbatan pada
tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Terjadinya disfungsi seksual
yang mencegah penetrasi penis, atau lingkungan vagina yang terlalu asam juga dapat
menyebabkan seorang wanita kesulitan mengalami kehamilan.1,2
Perubahan fisiologis mengalami gangguan yang secara normal terjadi selama periode
praovulasi dan ovulasi yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma
misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi. Kelainan Serviks yang dapat
menyebabkan infertilitas adalah:3,4
1. Perkembangan serviks yang abnormal sehingga mengakibatkan migrasi sperma terhambat.
2. Tumor serviks seperti polip atau mioma yang dapat menutupi saluran sperma atau
menimbulkan discharge yang mengganggu spermatozoa.
3. Infeksi serviks yang menghasilkan asam atau sekresi purulen yang bersifat toksin terhadap
spermatozoa.
Nidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat
berlangsung apabila ada patologi di uterus, seperti polip endometrium, adenomiosis, mioma
uterus atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan tersebut dapat mengganggu
implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenisasi janin.5
Sumbatan di tuba fallopii merupakan salah satu penyebab infertilitas. Sumbatan
tersebut dapat terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh
endometriosis atau inflamasi. Peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic
inflammatory disease –PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba
fallopi. Masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium,
penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus
ovarium.1
Gangguan Ovulasi yang dibagi ke dalam 4 kelas (WHO):6
a. Kelas 1 : Kegagalan pada hipotalamus hipopise. Karakteristik dari kelas ini adalah
gonadotropin yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan ini terjadi
sekitar 10 % dari seluruh kelainan ovulasi.
b. Kelas 2: Gangguan fungsi ovarium. Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada
gonadotropin namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85 % dari seluruh
kasus kelainan ovulasi.
c. Kelas 3: Kegagalan ovarium. Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang
tinggi dengan kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5 % dari seluruh gangguan
ovulasi.
d. Kelas 4:Kelompok wanita yang mengalami gangguan ovulasi akibat disfungsi ovarium,
memiliki kadar prolaktin yang tinggi.

4d. factor risiko infertilitas pada laki-laki


Masalah ejakulasi seperti ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes,
kerusakan saraf, obat-obatan atau trauma bedah. Faktor pekerjaan dikarenakan produksi
sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperatur tubuh, spermatogenesis
diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis pekerjaan sepertipada petugas pemadam
kebakaran dan pengemudi truk jarak jauh. Faktor lain seperti infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual, stres, nutrisi yang tidak adekuat, asupan alkohol berlebihan dan nikotin.7
Faktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita tersebut
masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur, kemungkinan
mengalami kehamilan sangat besar. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka
kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan.
Bertambahnya usia pada pria juga menyebabkanpenurunan kesuburan. Meskipun pria terus
menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka
mulai menurun.1
Masalah pada sistem reproduksi menyebabkan masalah yang mengarah pada infertilitas
sekunder, seperti pada perempuan yang melahirkan dengan operasi caesaryang dapat
menyebabkan jaringan parut yang mengarah pada penyumbatan tuba. Faktor lain yaitu Pria
yang gemar mengenakan celana ketat juga dapat mengalami ganguan pada motilitas sperma.1
Dapus nomor 3c dan 4d
1. Prairohardjo S, Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2011: 425- 430.
2. Collin JA .Unexplained infertility. In Keye WR,Chang RJ.rebar RW editors Infertility,
Evaluation and Treatment,Philadelphia, WB sounders; 2009; 12(4): 249-262
3. Robert L B. Female Infertility; Reproductive Endocrinology 7th Edition.2010
4. P. Devroey, B.C.J.M. Fauser, K. Diedrich. Approaches to improve the diagnosis and
management of infertility. J of Human Reproduction. 2009; 15(4): 391–408.
5. Saragih CF. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Infrtilitas di RS Jejaring Departemen
Obgin FK USU Periode Januari 2012-Desember 2013. (Thesis). Universitas Sumatera
Utara. Medan.2014
6. Djuwantono T, Hartanto B,Wiryawan P. Step By Step Penanganan Endokrinologi
Reproduksi dan Fertilitas Dalam praktik Sehari-hari. Jakarta: Sagung.2008: 187-191

6a. fisiologi siklus menstruasi


Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi
normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung
jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.
Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa
estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang
berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya. Estrogen ovarium yang paling berpengaruh
adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan
organorgan reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan
wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan
dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur
perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon
yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang merupakan membran mukosa yang
melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi
progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang
normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil.
Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido
wanita.2
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen
yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan
terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah
darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat
dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari.
Beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1) Siklus Endomentrium
Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu:
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini
berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar
estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya
selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari,
hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara
lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam
fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat
dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada
stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang
matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang
mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen
dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke
endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari
lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai
2) Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang
pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam ovarium dibawah
pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang
terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong
memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas
fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron.
Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun.
Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3) Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus
untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi
sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf
ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus
memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak
pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan
implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan
progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

Ganong, W. F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai