Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEREH

MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL

DOSEN PENGAMPU
Dr. Ir. MARYANTO, M.Eng

disusun oleh :
Kelompok 5 – THP A
Aditya Bagas M. 161710101063
Nadia Ika Oktavia 161710101066
Indung Dwi Umarta 161710101071
Tausa Farhan Ari P 161710101073
Nur Oktaviani A.P 161710101077

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sereh adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di
Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 – 800 dpl.
Sereh memiliki nama familiar yang berbeda-beda di setiap daerahnya seperti
sereue mongthi (Aceh), sere (Gayo), sangge-sangge (Batak), serai (Batawi)
(Minangkabau), sarae (Lampung), sere (Melayu), sereh (Sunda), sere (Jawa
Tengah), sere (Madura), dan masih banyak nama lain untuk menyebutkan serah di
daerah lain (Agusta, 2000).
Sereh wangi merupakan salah satu komoditas tanaman di Indonesia yang
kaya akan manfaat. Biasanya serai wangi ditanam sebagai tanaman bumbu atau
tanaman obat. Seraiwangi di Indonesia ada 2 jenis yaitu Mahapengiri dan Lenabatu
(Ketaren dan Djatmiko,1978). Jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya lebih
lebar dan pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 30-
45% dan geraniol 65- 90%. Jenis lenabatu menghasilkan minyak dengan kadar
sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009) .
Saat ini, wilayah yang menjadi tempat budi daya Sereh Wangi di Jawa
Barat diantaranya adalah Gunung Halu, Cililin, Sumedang, Subang, Purwakarta
dan Lembang Kabupaten Bandung. Semua daerah tersebut menjadi prioritas
pemerintah untuk mengembangkan industri minyek sereh wangi. Tanaman sereh
(Cymbopogon ciratus) terdiri dari akar, batang dan daun. Selama ini akar tanaman
sereh dimanfaatkan untuk obat tradisonal dan batang tanaman sereh paling banyak
dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan aroma pada minuman hangat seperti
serbat, bajigur, dan bandrek, sedangkan daun tanaman sereh dimanfaatkan
menjadi minyak atsiri.
Secara tradisional seraiwangi digunakan sebagai pembangkit cita rasa pada
makanan, minuman dan obat tradisional (Wijayakusumah, 2002). Serai wangi juga
digunakan sebagai pembangkit cita rasa yang digunakan pada saus pedas, sambel
goreng, sambel petis dan saus ikan (Oyen,1999). Dibidang industri pangan minyak
serai wangi digunakan sebagai bahan tambahan dalam minuman, permen, daging,
produk daging dan lemak (Leung dan Foster,1996). Maka dari itu, untuk memperoleh
manfaat sereh dengan baik, harus dilakukan pengolahan dengan cara yang tepat. Agar
kandungan yang terdapat pada sereh tidak hilang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengolahan sereh sebagai minuman kesehatan
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan minuman kesehatan tanaman sereh
2. Untuk mengetahui karakteristik minuman herbal dari Sereh dengan
substitusi jahe dan gula merah.
1.4. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Dapat digunakan sebagai media untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tentang manfaat minuman sereh bagi kesehatan tubuh
2. Bagi masyarakat
Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan akar
dan batang tanaman sereh untuk kesehatan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakeristik Sereh


Sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt)merupakan tanaman berupa
rumput-rumputan tegak, dan mempunyai akar yang sangat dalam dan kuat, batangnya
tegak, membentuk rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi 1 sampai 1,5
meter. Daunnya merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris,
gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah, dengan
panjang hingga 70-80 cm dan lebar 2-5 cm (Segawa, 2007).
Tanaman sereh wangi(Cymbopogon winterianus Jowitt)dapat hidup pada
daerah yang udaranya panas maupun dingin, sampai ketinggian 1.200 meter di atas
permukaan laut. Cara berkembang biaknya dengan anak atau akarnya yang bertunas.
Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 4-8 bulan.Panen biasanya dilakukan
dengan cara memotong rumpun didekat tanah (Soebardjo, 2010). Susunan bunga
tanaman sereh wangibercabang, bertangkai, biasanya berwarna sama dan umumnya
berwarna putih. Sereh wangi jarang berbunga dan hanya berbunga bila sudah cukup
matang yaitu pada umur melebihi 8 bulan. Kelopak bunga bermetamorfosis menjadi 2
kelenjar lodikula, berfungsi untuk membuka bunga pada pagi hari. Benang sari
berjumlah 3-6, kepala putik sepasang berbentuk buku dengan perpanjangan berbentuk
jambul (Segawa, 2007).
Tanaman serai genus Cymbopogon meliputi hampir 80 spesies, tetapi
hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak atsiri yang mempunyai arti
ekonomi dalam perdagangan. Tanaman serai yang diusahakan di Indonesia terdiri
dari dua jenis yaitu Cympogon nardus (lenabatu) dan Cympogon winterianus
(mahapengiri). Jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya lebih lebar dan
pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal 30-45% dan
geraniol 65- 90%. Sedangkan jenis lenabatu menghasilkan minyak dengan kadar
sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009). Serai umumnya tumbuh
sebagai tanaman liar di tepi jalan atau kebun, tetapi dapat ditanam dalam berbagai
kondisi di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari, dan bercurah hujan
relatif tinggi.
Kedudukan taksonomi tanaman serai menurut Santoso (2007) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Trachebionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Graminae/Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon nardus L. Rendle

2.2 Kandungan dan Manfaat Tanaman Sereh


Kandungan kimia yang terdapat di dalam tanaman serai antara lain pada
daun sereh dapur mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri
dari sitral, sitronelol (66-85%), α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, β-felandren, p-
simen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4-ol, α-
terpineol, geraniol, farnesol, metil heptenon, ndesialdehida, dipenten, metil
heptenon, bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat, sitronelil asetat, geranil
asetat, β-elemen, β-kariofilen, β- bergamoten, trans-metilisoeugenol, β-kadinen,
elemol, kariofilen oksida (Rusli dkk., 1979).
Senyawa utama penyusun minyak sereh adalah sitronelal, sitronelol, dan
geraniol (Wijesekara, 1973). Gabungan ketiga komponen utama minyak sereh
dikenal sebagai total senyawa yang dapat diasetilasi. Ketiga komponen ini
menentukan intensitas bau harum, nilai dan harga minyak sereh. Menurut standar
pasar internasional, kandungan sitronelal dan jumlah total alkohol masing-masing
harus lebih tinggi dari 35% (Wijesekara, 1973). Serai juga mengandung eugenol-
metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol, dan limonen (Agusta, 2002).
Manfaat serai yaitu dari daunnya mengandung 0,4% minyak atsiri dengan tiga
komponen penting seperti sitronela, geraniol (20%), dan sitronelol (66-85%).
Ketiga komponen tersebut bersifat antiseptik sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan desinfektan (Agusta, 2002).
Akar serai juga bermanfaat sebagai pengencer dahak, obat kumur, peluruh
keringat (diaforetik), dan penghangat badan. Sebuah tim riset dari Ben Gurion
University di Israel pada tahun 2006 menemukan bahwa serai menyebabkan
apoptosis (kematian sel) dalam sel kanker. Berdasarkan studi in vitro, peneliti
mengamati pengaruh molekul sitral yang ditemukan dalam serai terhadap sel
normal dan sel kanker. Pada konsentrasi sitral 1 gram serai dalam air panas, sitral
memicu apoptosis dalam sel kanker tanpa memengaruhi sel normal (Kurniawati,
2010).

2.3 Minuman Serbuk


Minuman serbuk yang telah diolah dalam bentuk bubuk (instan)
merupakan suatu alternatif yang baik untuk menyediakan minuman menyehatkan
dan praktis. Keuntungan dari suatu bahan ketika dijadikan minuman serbuk
adalah mutu produk dapat terjaga dan tanpa pengawet. Melalui proses pengolahan
tertentu, minuman serbuk instan tidak akan mempengaruhi kandungan atau
khasiat dalam bahan (Rengga dan Handayani, 2004)
Minuman serbuk instan didefinisikan sebagai produk pangan berbentuk
butiran-butiran (serbuk) yang praktis dalam penggunaannya atau mudah untuk
disajikan (Permana, 2008). Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-4320-
1996, serbuk minuman tradisional adalah produk bahan minuman berbentuk
serbuk atau granula yang dibuat dari campuran gula dan rempah-rempah dengan
atau tanpa tambahan makanan yang diizinkan (Handayani, 2004). Keuntungan
dari suatu bahan ketika dijadikan minuman serbuk adalah mutu produk dapat
terjaga, tidak mudah terkotori, tidak mudah terjangkiti penyakit, dan produk tanpa
pengawet. Semua hal tersebut dimungkinkan karena minuman serbuk instan
merupakan produk dengan kadar air yang cukup rendah yaitu sekitar 0,6-0,85%.
Melalui proses pengolahan tertentu, minuman serbuk instan tidak akan
memengaruhi kandungan atau khasiat dalam bahan (Rengga dan Handayani,
2009). Berbagai macam metode pengeringan yang digunakan dalam pembuatan
minuman serbuk antara lain menggunakan pengering semprot atau spray drying.
Kendala jika menggunakan metode ini adalah dari segi biaya sangat mahal
sehingga tidak cocok untuk usaha menengah ataupun usaha kecil (Permana,
2008).
Metode lain adalah dengan menggunakan oven, namun dalam
penggunaannya tidak dilakukan dengan suhu tinggi (>100oC) karena akan
berpengaruh buruk untuk kandungan gizi dari bahan. Apabila suhu yang
digunakan terlalu rendah (<50oC), maka proses pengeringan akan berlangsung
lama. Suhu yang digunakan berkisar antara 60oC-80oC (Rans, 2006 dalam
Hidayati, 2007). Metode lain yang efektif digunakan dalam pembuatan minuman
serbuk yaitu dengan menggunakan metode atau prinsip kristalisasi yaitu proses
yang dilakukan dengan pemberian panas pada bahan sampai terbentuk kristal
(Wahyuni dkk, 2010). Kristalisasi merupakan proses pemisahan ketika terjadi alih
massa dari fase cair menjadi kristalisasi padat murni melalui penurunan suhu atau
pemekatan larutan (Earle, 2000 dalam Hidayati, 2007).
Tahapan yang dilakukan dalam proses kristalisasi antara lain pencucian
dan penghalusan bahan, kemudian proses pemasakan atau kristalisasi yaitu
ekstrak bahan ditambah gula, biasanya gula kristal berwarna putih, kemudian
dipanaskan menggunakan api kecil (suhu di bawah 100oC) dan dilakukan
pengadukan terus menerus sampai terbentuk kristal. Proses selanjutnya adalah
pengayakan serbuk atau kristal yang telah jadi hingga diperoleh bubuk yang
lembut. Keuntungan metode ini adalah dari segi biaya cukup murah, proses cepat
dan serbuk yang dihasilkan banyak (Wahyuni dkk., 2005).

2.4 Karakteristik Jahe


Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae),
satu famili dangan Temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha),
temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit, (Curcuma domestica), kencur
(Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga), dan lain-lain. Jahe merupakan
rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam bidang kesehatan. Jahe berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India
sampai Cina ( Paimin dan Murhanato, 2008).
Sistematika Tanaman Rimpang Jahe :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Musales
Family : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : officinale
Akar merupakan bagian terpenting dari tanaman jahe. Pada bagian ini
tumbuh tunas-tunas baru yang kelak akan menjadi tanaman. Akar tunggal
(rimpang) tertanam kuat didalam tanah dan makin membesar dengan pertambahan
usia serta membentuk rhizoma-rhizoma baru (Rukmana, 2000). Jahe tumbuh
merumpun, berupa tanaman tahunan berbatang semu. Tanaman tumbuh tegak
setinggi 30-75 cm. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun (Tim Lentera,
2002).
Panjang daunnya 15-23 cm dan lebar 0,8-2,5 cm. Tangkainya berbulu atau
gundul. Ketika daun mengering dan mati, pangkal tangkainya (rimpang) tetap
hidup dalam tanah. Rimpang tersebut akan bertunas dan tumbuh menjadi tanaman
baru setelah terkena hujan . Rimpang jahe berbuku-buku, gemuk, agak pipih,
membentuk akar serabut. Rimpang tersebut tertanam dalam tanah dan semakin
membesar sesuai dengan bertambahnya usia dengan membentuk rimpang-
rimpang baru. Di dalam sel-sel rimpang tersimpan minyak atsiri yang aromatis
dan oleoresin khas jahe (Harmono dan Andoko, 2005). Rimpang yang akan
digunakan untuk bibit harus sudah tua minimal berumur 10 bulan. Ciri-ciri
rimpang tua antara lain kandungan serat tinggi dan kasar, kulit licin dan keras
tidak mudah mengelupas, warna kulit mengkilat menampakkan tanda bernas.
Rimpang yang terpilih untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2 - 3 bakal
mata tunas yang baik dengan bobot sekitar 25 -60 g untuk jahe putih besar, 20 -
40 g untuk jahe putih kecil dan jahe merah.

2.5 Gula Aren


Gula aren mengandung riboflavin yang berfungsi melancarkan
metabolisme dan mengaktifkan fungsi sel sehingga stamina tubuh tetap terjaga.
Proses pembuatan gula aren lebih alami sehingga zat-zat tertentu yang terkandung
di dalamnya tidak mengalami kerusakan dan memiliki nilai indeks glikemik yang
rendah sehingga aman dikonsumsi penderita diabetes (Rumokoi, 1990). Gula
merah atau sering dikenal dengan istilah gula jawa adalah gula yang memiliki
bentuk padat dengan warna yang coklat kemerahan hingga coklat tua. Menurut
Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3743-1995) gula merah atau gula palma
adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan nira pohon palma yaitu aren (Arenga
pinnata Merr), nipah (Nypafruticans), siwalan (Borassus flabellifera Linn), dan
kelapa (Cocos nucifera Linn).
Gula merah biasanya dijual dalam bentuk setengah elips yang dicetak
menggunakan tempurung kelapa, ataupun berbentuk silindris yang dicetak
menggunakan bambu ( Kristianingrum, 2009). Secara kimiawi gula sama dengan
karbohidrat, tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang
memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut (Aurand et al., 1987). Cara
pengolahan gula merah cukup sederhana dimulai dari penyadapan nira sebagai
bahan baku pembuatan gula merah. Nira merupakan cairan bening yang terdapat
di dalam mayang atau manggar dari tumbuhan jenis palma yang masih tertutup.
Dari mayang atau manggar rata-rata dapat diperoleh 0,5–1 Liter nira/ hari. Setelah
bahan baku diperoleh kemudian dilakukan penyaringan selanjutnya nira dimasak
dengan suhu pemanasan 110–120°C hingga nira mengental dan berwarna
kecoklatan, kemudian dicetak dan didinginkan hingga mengeras (Balai Penelitian
Tanaman Palma, 2010).
Menurut (Kristaningrum, 2009) khusus untuk gula merah kelapa, The
Philippine Food and Nutrition Research Institute yang melakukan penelitian
mengenai indeks glikemik pada gula palem/gula merah kelapa (coconut palm
sugar), menemukan bahwa gula merah kelapa memiliki indeks glikemik sebesar
35. Nilai indeks glikemik ini termasuk dalam kategori rendah (< 55). Penelitian
ini dilakukan pada 10 orang responden yang diperlakukan khusus. Sedangkan
nilai indeks glikemik gula pasir yaitu 64, hampir mendekati indeks glikemik
tinggi (>70). Selain nilai indeks glikemik yang rendah, gula merah kelapa juga
mengandung sejumlah zat gizi yang tidak terdapat atau sangat sedikit terdapat
dalam gula pasir. Gula merah kelapa juga mengandung sejumlah asam amino dan
vitamin. Gula merah cetak memiliki banyak kegunaan selain sebagai pemanis
makanan juga digunakan sebagai penyedap masakan, campuran dalam pembuatan
cuka untuk empek-empek, kecap dan lain-lain. Gula merah cetak memiliki sifat
sensori yang berbeda tergantung pada bahan baku pembuatannya. Untuk gula
merah cetak dari nira aren memiliki aroma khas aren, warna coklat muda, rasa
lebih manis dan bersih. Gula merah cetak dari nira kelapa memiliki warna coklat
yang lebih gelap, aroma khas kelapa, manis dan sedikit kotor sehingga perlu
disaring bila akan digunakan dalam bentuk cair (Kristianingrum, 2009).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Blender
b. Saringan
c. Pisau
d. Oven
e. Ayakan 60 mesh
f. Pengaduk
g. Wadah/Panci
h. Loyang alumunium
i. Kompor
3.1.2 Bahan
a. Sereh
b. Jahe
c. Serbuk gula aren
d. Gum arab
e. Susu skim
f. Jeruk nipis
g. Garam
h. NaOh 0,1 N
i. Larutan henolptahlein 1%
j. Aquades
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Pembuatan Sari Sereh
Batang Sereh

Sortasi

Pencucian dengan air

Blanching 80ᵒC selama 3 menit

Penghancuran dengan blender

Penambahan air

Penyaringan ekstrak

3.2.2 Pembuatan Sari Jahe


Jahe

Pengupasan

Pencucian dengan air

Blanching 80ᵒC selama 3 menit

Penghancuran dengan blender

Penambahan air

Penyaringan ekstrak
3.2.3 Pembuatan Serbuk Gula Aren
Gula aren

Pengecilan ukuran

Pengovenan 50ᵒC selama 24 jam

Penghancuran dengan blender

Pengayakan 60 mesh

Serbuk gula aren


3.2.4 Pembuatan Serbuk Minuman Sereh
Batang sereh dan sari jahe
dibagi menjadi 4 bagian

Pencampuran

Penambahan gum arab 1%, susu bubuk 5%


perasan jeruk nipis 3%, dan garam 0,5%

Pemanasan 70ᵒC selama 5 menit

Pendinginan hingga suhu 40ᵒC

Penuangan dalam loyang

Pengovenan suhu 60ᵒC selama 48 jam

Penghalusan dengan blender

Pengayakan

Penghomogenan serbuk sari dan serbuk gula

Pengemasan

Keterangan:
Sari batang sereh dan sari jahe dibagi menjadi 4 bagian yaitu perbandingan sari
batang sereh dengan sari Jahe masing-masing 95%:5%, 90%:10%, 85%:15%, dan
80%:20%.
BAB 4 PEMBAHASAN

Wedang sereh adalah jenis minuman tradisional yang sehat asli dari
Indonesia. wedang sereh atau minuman sereh sangat cocok disajikan ketika cuaca
seng dingin, atau bisa juga dinikmati dengan gorengan sebagai sarapan dipagi hari
yang sejuk. Minuman ini sangan mudah untuk kita buat sendiri dengan proses
pembuatan yang tidak memerlukan waktu yang terlalu lama.
Minuman ini dapat menghangatkan dan menyegarkan tubuh sehingga
sangat cocok dikonsumsi karena khasiatnya sangat baik untuk kesehatan tubuh.
Tumbuhan serai ternyata memang bisa dibuat minuman yang sehat tidak hanya
dimanfaatkan untuk membuat masakan. Serai sangat mudah untuk kita dapatkan
karena banyak terdapat dipasaran dengan harga yang sangat terjangkau.
Serai termasuk tanaman rumput, disebut juga Cymbopogon Citratus,
tumbuh diwilayah tropis Asia Selatan dan Asia Tenggara. Manfaat serai dan cara
pengolahannya telah digunakan sejak dahulu sebagai bahan pengobatan
tradisional. Aroma haru yang keluar dari batang dan daun serai juga dimanfaatkan
untuk memasak.
Pada pembuatan minuman herbal sereh didapatkan beberapa formula yang
tepat dalam meningkatkan mutu. Menurut Togatorop (2015), pembuatan minuman
herbal sereh dengan campuran yaitu dengan perbandingan sari batang sereh dan
sari jahe 80%:20% atau 434,4 g : 108,6 g dengan konsentrasi serbuk gula aren
18% atau 108 g, karena berdasarkan interaksi antara perbandingan sari batang
sereh dengan sari jahe dan konsentrasi serbuk gula aren memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap kadar air dan kadar abu.
Selain manfaat kandungan dari minuman herbal sereh, para penikmat atau
konsumen juga menginginkan warna minuman yang menarik. Semakin tinggi
konsentrasi serbuk gula aren maka skor organoleptik warna semakin menurun.
Menurut Sadri (2004) faktor yang mempengaruhi pembentukan warna cokelat
pada gula aren adalah akibat reaksi Maillard, dimana glukosa dan fruktosa
(sebagai gula pereduksi) dengan gugus amino memegang peranan penting dalam
pembentukan warna cokelat pada gula aren. Selain dari warna, para konsumen
juga menginginkan rasa yang baik. Semakin tinggi konsentrasi serbuk gula aren
maka nilai hedonik rasa semakin meningkat. Hal ini terjadi karena nilai
kemanisan terutama disebabkan oleh adanya fruktosa dalam gula merah yang
memiliki nilai kemanisan lebih tinggi daripada sukrosa (Santoso, 1993).
Catatan tradisional dari beberapa negara menyebutkan manfaat serai dan
cara pengolahannya tidak sulit. Sehingga praktis bisa digunakan untuk pengobatan
dirumah dengan nilai ekonomis. Berikut manfaat serai yang telah digunakan
dalam pengobatan herbal:

1. Menurut catatan pengobatan tradisional, orang-orang Brazil menggunakan


tanaman serai karena memiliki sifat anxiolytic, hypnotic, dan
anticonvulsant.
2. Di India, daun serai digunakan sebagai stimulan, sudorific, antiperiodik,
dan anticatarrhal. Minyak esensial yang diperoleh dari ekstrak serai
digunakan sebagai agen karminatif, depresan, analgesik, antipiretik, anti-
bakteri, dan anti-jamur.

3. Dalam studi terakhir, tanaman serai menunjukkan sifat sitoprotektif,


antioksidan, dan anti-inflamasi, serta sifat antijamur. Citronellol, salah satu
senyawa dalam minyak serai telah terbukti menurunkan tekanan darah.
Efek langsung terjadi pada otot polos vaskular yang menyebabkan
vasodilatasi. Dalam percobaan kecil, ekstrak tanaman serai digunakan
sebagai obat murah untuk pengobatan sariawan mulut pada pasien
HIV/AIDS.

4. Ekstrak minyak serai mengandung 65 hingga 85 persen senyawa Citral,


selebihnya adalah Myrcene, Citronella, Citronellol, dan Geraniol.
Senyawa Citral digunakan sebagai anti-kanker yang dapat membunuh
pertumbuhan sel kanker.

5. Dapat digunakan untuk obat mulas, kesehatan pencernaan, dan untuk


menghilangkan racun dari tubuh.

6. Serai dapat menyembuhkan anemia, menurunkan berat badan, baik untuk


penderita insomnia. Juga dapat mengurangi kadar kolesterol tinggi,
tekanan darah tinggi, membantu meningkatkan konsentrasi dan
kecerdasan.

7. Hydrosol, sebagai produk sampingan dari proses distilasi, telah digunakan


untuk produk perawatan kulit seperti lotion, krim, dan pembersih wajah.

8. Detoksifikasi dan meningkatkan fungsi pankreas, proses ini menurunkan


gula darah pada penderita diabetes.
BAB 5. KESIMPULAN

Pembuatan minuman penyegar dari sereh (wedang sereh) hampir sama


dengan pembuatan wedang yang lain. Pembuatan minuman penyegar dari sereh
dengan penambahan gula aren dan jahe dapat memberikan pengaruh terhadap
kadar air, kadar abu, total asam, total padatan terlarut, daya larut, kecepatan larut,
nilai organoleptik warna dan nilai organoleptik rasa. produk serbuk minuman
penyegar yang bermutu baik dari nilai gizi adalah minuman penyegar dengan
perbandingan sari batang sereh dan sari jahe 80%:20% atau 434,4 g : 108,6 g
dengan konsentrasi serbuk gula aren 18% atau 108 g, karena berdasarkan interaksi
antara perbandingan sari batang sereh dengan sari jahe dan konsentrasi serbuk
gula aren memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air dan kadar abu.
DAFTAR PUSTAKA

Aalinkeel Ravikumar ., B. Bindukumar., Jessica L. Reynolds., Donald E Sykes,


Supriya D Mahajan., Kailash C. Chadha and Stanley A. Schwartz. 2010.
The Dietary Bioflavonoid, Quercetin Selectively Induces Apoptosis of
Prostate Cancer Cells by Down Regulating The Expression of Heat Shock
Protein 90. Prostate 8 (16): 1773-1789

Agusta, A. 2002. Aromaterapi Cara Sehat Dengan Wewangian Alami. Cetakan 2.


Jakarta : PT. Penebar Swaday.Halaman 64-65.

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung.Penerbit


ITB.

Hidayati, I.L. 2007. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Skripsi.
Bogor:fakultas Tekologi Pertanian.Institut Pertanian Bogor.

Kristianingrum, Susila. 2009. Analisis Nutrisi Dalam Gula Semut. Yogyakarta:


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Yogyakarta

Kurniawati, N. 2010. Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.
Penerbit Qanita. Bandung.halaman 112-115.

Leung AY, Foster S. 1996. Encyclopedia of common natural ingredients used in


food, drugs and cosmetic. Ed ke-2. New York:John Wiley & Sons

Oyen, L.P.A dan Dung, N.X. 1999. Plant Resource of South-East Asia No. 19.
Essential-Oil Plant. Prosea Bogor. Indonesia.

Rengga Pita W.D dan Handayani Astuti P, 2004. Serbuk Instan Manis Daun
Pepaya Sebagai Upaya Mempelancar Air Susu Ibu. Semarang: Jurnal
Fakultas Teknik Kimia. Unversitas Negeri Semarang.
Paimin, F. B. dan Murhanato. 2008. Budidaya, Pengelolaan, Perdagangan Jahe.
Jakarta : Penebar Swadaya.

Permana, 2008. Bagaimana Cara Membuat Minuman Serbuk Instan.


http://awpermana.Dagdigdug.com/2008/05/19/bagaimanacaramembuatbubu
k-minuman-instan . 1 Oktober 2012.

Rumokoi MMM. 1990. Manfaat Tanaman Aren. Badan Penelitian dan


Pengembangan Pertanian. Manado (ID): Balai Penelitian Tanaman Kelapa
dan Palma Lain.

Rusli, S., Sumangat, D., dan Sumirat, I.S., 1979. Pengaruh Lama Pelayuan dan
Lama Penyulingan terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Pada
Penyulingan Serai Dapur.Pemberitaan LPTI Juli-September (30).

Sadri, M. 2004. Pengaruh Lama Pendinginan Air Nira dan Lama Penyimpanan
Terhadap Mutu Gula Aren Cair. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.

Santoso, B.M. 2007. Sereh Wangi Bertanam dan Penyulingan, Cetakan ke 10.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 29-34.

Santoso, H. 1993. Kajian Sifat-sifat Gula Merah Dari Nira Palma. Skripsi S1.
Bogor: FATETA.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1996. Gula Palma. Nomor SNI: 01-3743-1995.
Jakarta :BSNI

Tim Lentera. 2002. Khasiat & Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Togotorop, D. 2015. Pengaruh Perbandingan Sari Batang Sereh Dengan Sari


Jahedan Konsentrasi Serbuk Gula Aren Terhadap Mutu Serbukminuman
Penyegar Sereh. Medan: USU.
Wahyuni, N. 2005. Karakteristik Kimia dan Organoleptik Minuman Instan Madu
Bubuk dengan Penambahan Kerabang Telur sebagai Sumber Kalsium.
Skripsi. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Wijayakusumah, H.H.M., dan Dalimartha, S., 2005. Ramuan Tradisional untuk


Pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Wijesekara, R.O.B. 1973. “The Chemical Composition and Analysis of Citronella


Oils”, Journal of the National Science Council of Srilanka 1: 67-81.

Wijoyo, P. M. 2009. 15 Ramuan Penyembuh Maag. Jakarta :Bee Media


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai