Anda di halaman 1dari 7

Jumal Petemakan Vol 6 No 1 Februari 2009 (29 - 35)

ISSN 1829 - 8729

PERFORMANS ITIK PEDAGING (LOKAL X PEKING)

FASE STARTER PADA TINGKAT KEPADATAN KANDANG

.YANG BERBEDA DI DESA LABOIJAYA

KABUPATEN KAMPAR

ARSYADI ALfl)DAN NANDA FEBRIANTI2)


Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau
Kampus Raja Ali Haji Jl. H.R. Soebrantas Km 16 Pekanbaru
Telp. (0761) 7077837, Fax (0761) 21129 .
1) Dosen Fakultas Pertanian dan Petfilmakan DIN Sum Riau
2) Alumni Fakultas Pertanian dan Peternakan DIN Suska Riau

ABSTRACI

Cage is one of the supported factors in a farm. It will give effect to pleasance catle because crowded cage
will influent temperature and atmosphere moisture in the cage. Finally it will give effect for growing duck.
Sample which is used iIi research is 66 meaty duck (local x peking) for fase starter. Food which is used is
standard food BUS 602-C:rumble. It is produced by PT Berlian Unggas Sakti. This research used 4 characters, the
characters· which are observed is crowded cage degree namely A ( 4 duck/O.5 m2), B ( 5 duck/O.5 m2),
C (6 duck/O.5 m 2), and D ( 7 duck/O.5 m2). The result of this research can be sununarized that crowded cage
degree A and C, A and D give significant (P<O.05) to consumate food. In crowded cage degree B and C, B and D
give significant (p<O.05) to add weight physic, but is gives effect which is not significant (p>O.05) to convert food.
. From the result of research. we get information that crowded cage b (5 duck/O.5 m2) gives the best effect for
performance of meaty duck. It is indicated by high adding weight of physic and convertion of lower food.
I I
Key words: cage degree, cage system litter, meaty duck.

PENDAHULUAN lingkungan sekitar kandang (Srigandono,


1996).
Itik pedaging merupakan temak
unggas penghasil daging yang sangat Kepadatan kandang berpengaruh
potensial di samping ayam. Kelebihan terhadap kenyamanan temak. Hal ini
temak ini adaIah lebih tahan terhadap disebabkan karena kepadatan kandang
penyakit dibandingkan dengan ayam ras mempengamhi suhu dan kelembaban
sehingga pemeliharaannya mudah dan udara dalam kandang dan pada akhirnya
tidak banyak mengandung resiko. Daging akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
itik merupakan sumber protein yang itik. Di daerah tropis suhu dan
bermutu tinggi dan itik mampu kelembaban yang tinggi dapat menjadi
berproduksi dengan baik, oleh karena itu penyebab utama stres pada itik. Kenaikan
pengembangannya diarahkan kepada suhu kandang disebabkan oleh kesalahan
produksi yang cepat dan tinggi sehingga tatalaksana dalam mengatur kepadatan
mampu memenuhi permintaan konsumen. kandang. Kepadatan kandang yang
melebihi kebutuhan optimal dapat
Perencanaan perkandangan itik menurunkan konsumsi ransum dan
pedaging hams dilakukan dengan baik meningkatkan konversi ransum yang
dan benar, sehingga keadaan lingkungan menyebabkan terlambatnya pertumbuhan
kandang yang sesuai akan [mudah temak dan berkurangnya berat badan
didapatkan. Beberapa hal yang perIu temak (Murtidjo, 1988).
diperhatikan dalam perencanaan
pembuatan kandang, antara lain: Tingkat kepadatan kandang itik
temperatur kandang, kontruksi kandang, dinyatakan dengan luas lantai kandang
.. letak kandang, kepadatan kandang serta yang tersedia bagi setiap ekor itik atau
jumlah itik yang dipelihara pada satu
satuan luas kandang (Prayitno, 1997).
Perfonnans Itik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang
Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar

Luas kandang tergantung kepada jumlah Kepadatan Kandang yapgBerbeda di Desa


dan umur itik yang dipelihara. Kepadatan Laboi Jaya Kabupaten Kampat'.
kandang a~ itik berumur 1-2 minggu Penelitian :tnl bertujuan untuk
adalah 50 ekorjm2, umur 2-3 minggu
mengetahui tingkat kepadatan kandang
20 ekorjm2, umur 3-4 minggu
yang optimal bagi itik pedaging (Lokal x
8-10 ekorjm2 dan umur 6-7 minggu
Peking) pada fase starter yang
5-6 ekoi' j m2 (Ranto dan Sitanggang menggunakan kandang sistem litter
(2008). dengan pola pemeliharaan intensif di Desa
Kabupaten Kampar merupakan Laboi Jaya Kecamatan Bangkinang
salah satu kabupaten yang terdapat di Seberang Kabupaten Kampar.
Provinsi Riau dan merupakan daerah
petemakan yang cukup potensial untuk MATER! DAN METODA
dikembangkan Tujuan pembangunan
sektor peternakan diarahkan untuk 1. Waktu dan Tempat
meningkatkan pendapatan atau
kesejahteraan petani peternak dalam Penelitian ini dilaksanakan selama
rangka pelaksanaan program peningkatan satu bulan yang bertempat di BPTU (Balai
gizi masyarakat berupa protein hewani Pembibitan Temak Unggas) Dinas
dengan harga yang terjangkau. Petemakan Kabupaten Kampar di Desa
Laboi Jaya· Kecamatan Bangkinang
Potensi pengembangan ternak itik di
Seberang.
Kabupaten Kampar sangat baik karma
pemerintah Kabupaten Kampar telah 2. Materi
mengarahkan pengem bangan petemakan
untuk meningkatkan pendapatan petani Bt'bit : Bibit yang digunakan adalah Day
petemak dan untuk peningkatan gizi Old Duck (DOD) basil persilangan antara
masyarakat berupa protein hewani dengan Itik Lokal dengan Itik Peking yang berasal
harga yang terjangkau. Harga satu dari Sumatra Utara sebanyak 66 ekor itik.
kilogram daging itik lebih murah b~a
dibandingkan dengan harga satu kilogram Kandang dan peralatan : kandang yang
daging kambing, sapi atau kerbau. Sel~in digunakan adalah kandang sistem litter
itu dengan semakin meningkatO.ya yang terdiri dari 12 blok kandang dengan
perekonomian masyarakat, meningkatnya luasan kandang untuk tiap-tiap bloknya
jumlah penduduk, meningkatnya tingkat adalah 50 em x 50 em. Peralatan yang
pendidikan dan meningkatnya kesadaran digunakan adalah tempat makan, tempat
masyarakat akan gizi maka tuntutan akan minum, lampu, timbangan, alat tulis,
komoditi daging unggas sebagai sumber thermometer, gelas ukur dan sekat atau
protein hewani yang relatif murah pembatas kandang.
semakin meningkat pula. Pakan : Pakan yang digunakan adalah
Berdasarkan permasalahan yang pakan komersil ayam pedaging finisher
terjadi . dan guna memperoleh data-data BUS 602 dengan jenis Crumble yang
yang tepat tentang pertumbuhan itik dan diproduksi oleh PT. Berlian Unggas Sakti.
kepadatan kandang yang optimal dengan Bahan-bahan penyusun ransum adalah
menggunakan kandang sistem litter di jagung, bungkil kedelai, dedak halus,
Desa Laboi Jaya Kecamatan Bangkinang tepung daging, pollard, CGM, tepung batu,
Seberang telah dilakukan penelitian MDCP, CPO, garam, sodium biwrbonilte,
tentang "Performans Itik Pedaging (Lokal asam amino tunggal, trace mineral, premix,
x Peking) Fase Starter Pada Tingkat vitamin. Komposisi nutrisi dari pakan
standar komersial BUS 602-Crumble
30
Per/ormans Iuk Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang
Yang 8erbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar
"'-,
\
dengah hasil uji proksimat yang dilakukan 4.2 Penempatan perlakuan dalam
pada laboratorium Kimia Pangan Fakultas kandang penelitian ..
Perikanan dan Dmu Kelautan Universitas
Riau dapat dilihat pada Tabel1. Penempatan perlakuan pada
kandang penelitian dilakukan
.
secara acaI4I
Tabel 1.Komposisi nutrisi pakan standar dengan menggunakan metoda Rancangan
komersil BUS 602 - Crumble. Acak Lengkap. Penempatan perlakuan
• Komposisi Nutrisi BUS 602 - Crumble(%) pada kandang penelitian disajikan pada
• Protein Kasar 17,98 Gambar1.
!Lemak 5,95
SeratKasar 9,26 02 A3 BI A1

Abu 6,99 03 C1 01 B2
Air 7,89 A2 B3 C3 C2
BK 92,11
Gambar 1. Lay ou~ Penempatan Perlakuan
Pada Kandang Penelitian
Sumber : Lab. KJmJa Pangan UNRI (2008)
4.3. Pemberian pakan dan air minum
3. Metoda
Metoda penelitian yang digunakan Pemberian pakan dan air minum
dilakukan 2 kali sehari dan penimbangan
adalah metoda eksperimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap pakan dilaku~ pada pagi hari. Jumlah
. (RAL) yang terdiri dad 4 perlakuan dan pakan dan air minum yang diberikan
3 ulangan. Perlakuan yang diberikan·
selama penelitian disajikan pada Tabel2.
adalah kepadatan kandang dengan tingkat 5. Peubah yang diamati yaitu:
yang berbeda. Adapun tingkat kepadatan
kandang yang digunakan adalah: 1. Konsumsi ransum, dihitun
berdasarkan jumlah ransum yang 9
A= Kepadatan kandang 4 ekorjO,S m2 dikonsumsi dikurangi dengan ransum
yang tertinggal (gramjekorjhari).
B = Kepadatan kandang S ekorjO,S m2
2. Pertambahan bobot badan, diukur
C = . Kepadatankandang6ekorjO,Sm2 dengan menimbang berat badan akhir
dikurangi dengan berat awal
D = Kepadatan kandang 7 ekorjO,S m2 (gramj ekorjhari)
4. Pelaksanaan Penelitian 3. Konversi ransum, dihitung setiap
minggu dengan membandingkan
4.1. Persiapan Kandang dan
jumJah ransum yang dikonsumsi
Perlengkapan
dengan pertambahan bobot badan
Sebelum kandang ditempati ternitk, 4. Konsumsi air minum, dihitung
kandang tersebut terlebih dahulu di berdasarkan jumlah air minum yang
semprot dengan desinfektan agar kandang diberikan dikurangi dengan air minum
terbebas dad kuman dan bakteri. yang tertinggal (mililiter j ekorjhari).
Kandang dilengkapi. dengan lampu dan
diberi sekat atau pembatas dan dasar
kandang dialasi dengan litter· (serbuk
gergaji), untuk menjaga temperatur
sekaligus menjaga kelembaban kandang.

31
Perfonnans Itik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan KIln.t1Jl.ng
Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten KIlmpar

Tabel2 Jumlah.pemb ' pcakan dan air minum selama peneli' tian
enan
Pakan yang diberikan Air ririnum yangdiberikan
(gram/ekor/hari) (milliliter/ ekor/hari)
Perlakuan
minggu min~gu
1 2, 3 4 1 2 3 4
A 14,28 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400
B 14,28 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400
C 14,28 I 28,57 42,85 57,14 300 300 400 400
D 14,28 28;57 42,85 57,14 300 300 400 400

6. Analisis Data lebih rendah. Perlakuan A konsumsi


ranSumnya nyam (p<o,05) lebih tinggi dart
Data penelitian yang dihasilkan perlakuan C dan ' D tetapi dengari
diolah secara statistik dengan perlakuan B berbeda tidak nyata (P>O,05).
menggunakan analisis ragam menurut Sementara itu kon1umsi ransum itik pada
Rancangan Acak, Lengkap. Apabila perlakuan B, C dan D menunjukkan
terlihat pengaruh yang berbeda antar berbeda tidak nyata (p>o,05). Hal ini
perlakuan maka akan dilakukan uji lanjut disebabkan oleh kepadatan kandang· yang
dengaJ:"r menggunakan Dunam' Multiple tidak jauh berbeda antara perlakuan A dan
Range Test (DMR1) B, begitu juga untuk kepadatan kandang
CdanD.
Model matematis rancangan
menurut Steel dan Torrie (1995) adalah: Berbeda nyatanya tingkat kepadatan
kandang terhadap konsumsi ransum itik
I Yij =J1 + ai + cij I pedaging disebabkan oleh semakin padat
kandang maka suhu kandang semakin
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
BASIL DAN PEMBAHASAN
Anggorodi (1985) yang menyatakan bahwa
konsumsi ransum itik pedaging sebagian
1. Konsumsi Ransum besar tergantung kepada suhu, kandang,
Rataan konsumsi ransum itik strain, fase pertumbuhan dan kandungan
pedaging (gram/ekor/hari) basil energi ransum.
penelitian ditampilkan pada Tabel3.
Tabel 3 menunjukkan bahw4
Tabe13. Rataan konsumsi ransum itik pedaging pedakuan D konsumsi ransumnya paling
(gram/ekor/hari) selama penelitian. rendah dibandingkan perlakuan A, B dan
Konsumsi Ransum C. Ini berarti bahwa pada tingkat
Perlakuan
(gram/ekor/hari) kepadatan kandang 7 ekor/O,5 m2 itik
A (4ekor) 32,73« tidak dapat memanfaatkan ransum dengan
B (5ekor) 32,52ab
baik. Hal ini disebabkan pada kepadatan
C (6ekor) 32,291>
kandang yang tinggi (1 ekor/O,5 m2) suhu
D (7ekor) 32,22b
di dalam kandang menjadi tinggi,
Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata
sehingga tubuh itik menjadi panas. Oleh
(P<0,05). karena itu itik lebih banyak
mengkonsumsi air minum untuk
Tabel 3 menunjukkan bahwa menetralkan suhu tubuhnya sehingga
semakin tinggi tingkat kepadatan kandang menyebabkan konsumsi ransum
maka konsumsi ransum nyata (P<O,05) menurun, ,serta luas kandang yang tidak
sesuai dengan jumlah itik yang dipelihara
akan mengakibatkan itik mengalami
32
PerJormans Itik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang
Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kabupaten Kampar

cekaman dan stress. Murtidjo (1988)


perlakuan C dan D.. , Sedangkan
melaporkan bahwa kepadatan kandang
pertambahan berat badan itik pedaging
yang melebihi kebutuhan optimal dapat
pada perlakuan A, C dan D berbeda tidak
, menurqnkan konsumsi ransum. Semakin
nyata (P>O,OS). Hasil penelitian
tinggi tingkat kepadatan kandang juga
menunjukkan bahwa semakin tinggi
mengakibatkan terjadi persaingan atau
tingkat kepadatan kandang maka akan
perebutan dalam mengkonsumsi ransum
memberikan hasil yang negatif terhadap
yang disebabkan ruang kandang yang
pertambahan berat badan itik pedaging.
. terlalu sempit. Hal ini sesuai dengan basil ltik pedaging pada kepadatan kandang
penelitian Zahra (1996), bahwa S/O,5 m2 memberikan hasil yang paling
peningkatan jumlah ternak per kandang tinggi terhadap pertambahan berat badan
juga dapat merobah keadaan lingkungan itik pedaging. Hal ini disebakan kondisi
kandang baik panas lingkungan, kandang dengan kepadatan S/O,5 m2
kelembaban dan kualitas udara dalam memberikan suasana yang baik sehingga
'kandang. itik merasa nyaman dan tidak stres.
Kandang harus memberikan keamanan
2. Pertambahan Bobot Badan dan kenyaman kepada itik (http://mitra­
Rataan pertambahan bobot badan bisnis.tripod.comlbditik.htm), karena itik
itik pedaging (gram/ekor/hari) hasil merupakan temak yang mudah stres. ltik
, penelitian ditampilkan pada Tabel4. yang stres akan berdampak negatif
terhadap pertambahan berat badannya.
Tabel4. Rataan pertambahan, bobot badan Kepadatan kandang yang melebihi
itik pedaging (PBB) kebutuhan optimal dapat menurunkan
(tgram/ ekor/hari) selamapenelitian.
.
. konsumsi ransum yang menyebabkan
PBB
Perlakuan terlambatnya peitumbuhan temak dan
I (gram/ekor/hari)
berkurangnya berat badan temak
I A (4ekor/O,5 m2) l1,67ab
B (5 ekor/O,5m2) 12,OQa (Murtidjo, 1988).
C (6 ekorO,5 m2) ll,50b
3. Konversi Ransum
I D (7 ekorO,5 m2) ll,33b
Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom Data hasil penelitian menunjukkan
yang sama menunjukkan berbeda nyata bahwa tingkat kepadatan kandang yang
(P<O,05). berbeda memberikan pengaruh yang tidak
nyata (P>O,OS) terhadap rataan konversi
Tabel 4 menunjukkan bahwa ransum. Rataan konversi ransum itik
pertambahan berat badan itik pedaging pedaging selama penelitian disajikan pada
pada perlakuan B dan A berbeda tidak Tabel S. Tidak berbedanya angka konversi
nyata (P>O,OS). Hal ini terjadi karena ransum itik pedaging untuk semua'
konsumsi ransum antara perlakuan A dan perlakuan disebabkan konsumsi ransum
B berbeda tidak nyata. Kardaya dkk (200S) cendrung menurun dengan semakin
melaporkan bahwa faktor yang tingginya tingkat kepadatan kandang juga
mempengaruhi pertambahan berat badan diikuti oleh turunnya pertambahan bobot
temak itik antara lain adalah jumlah badan itik pedaging.
konsumsi ransum. Selain itu disebabkan
juga oleh tidak jauh berbedanya tingkat
kepadatan kandang perlakuan A daR B.
Sementara itu pertambahan berat
-" badan itik pedaging pada perlakuan B
adalah nyata (p<O,OS) lebih tinggi dari
33
Performans ltik Pedaging Lokal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang
Yang Berbeda di Desa Laboi Jaya Kallupaten Kampar

Tabel 5. Rataan konversi ransum itik pedaging Tabel 6. Rataan konsumsi air minum itik
(gramjekorIhari) selama penelitian pedaging (riiililiter/ekor/hari)
I Perlakuan I Konversi ransum i selarna peneli"tian.
I A{4ekor) 2,70 Perlakuan Konsumsi air minum
B (5ekor) 2,57 I A (4ekor) 250,12.:
I C (6ekor) 2,67 I B (5ekor) 251,31bc
I D (7ekor) 2,72 C (6ekor) 251,96b
D (7ekor) 252,6&
Ket : Superskrip yang berbeda pada kolom
Tabe! 5 menunjukkan bahwa rataan yang sarna menunjukkan berbeda nyata
konversi ransum itik pedaging yang (P<O,05).
terbaik adalah perlakuan B (2,57) diikuti
oleh perlakuan C (2,67), A (2,70) dan Konsumsi air minum itik pedaging
perlakuan D (2,72). Angka konversi yang tertinggi pada perlakuan D (252,68
ransum untuk semua perlakuan berkisar (mili1iter/ekor/hari) diikuti oleh
antara 2,57-2,72. Angka konversi ini masih perlakuan C (251,96 mililiter/ekor/hari),
dalam kisaran yang sesuai untuk itik B (251,31 mili1iter/ekor/hari) dan A
pedaging. North (1972) . melaporkan (250,12 (mililiter/ekor/hari). Hasil
bahwa konversi ransum untuk itik pada penelitian fil menunjukkan bahwa
masa pertumbuhan adalah 3,3 dan untuk semakin tinggi tingkat kepadatan kandang
. itik yang sedang berproduksi adalah 2,7. maka suhu lingkungan kandang semakin
Rafian (2003) melaporkan bahwa besar tinggi. Ini ditandai dengan semakin
kecilnya angka konversi ransum yang tingginya konsumsi air minum itik
diperoleh dipengaruhi oleh beberapa pedaging.
faktor yaitu genetik, sanitasi, kllalitas air,
jenis ternak serta manajemen pemeliharaan Zahra (19%). menyatakan bahwa
Ditambahkan oleh Kartasudjana (2002) semakin tinggi suhu lingkungan, itik akan
bahwa untuk mengetahui efisien atau lebih banyak minum. Pada suhu
tidaknya ransum yang diberikan pada itik lingungan 320 C itik akan mengkonsumsi
yang dipe1ihara, diantaranya dapat dilihat air minum dua kali lebih banyak
melalui angka konversi ransum yang dibanding pada suhu lingkungan 21 0 C
diperoleh. Semakin rendah konversi dan pada suhu lingkungan 370 C akan naik
ransum akan diiringi dengan peningkatan menjadi tiga kali lebih besar. ltik yang
performans itik yang akan berpengaruh mertgalami stress akibat ruangkandang
terhadap penurunan biaya produksi yang terlalu sempit mengakibatkan
selama peme1iharaan. konsumsi air minum meningkat sehingga
pertumbuhan terganggu.
4. Konsumsi Air Minum
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kepadatan
Hasil penelitian menunjukkan
kandang maka konsumsi air minum itik
bahwa kepadatan kandang B (5 ekor/O,5
pedaging nyata (P<O,05) lebih tinggi.
m2) memberikan pengaruh yang terbaik
Berbeda nyatanya tingkat kepadatan
terhadap performans itik pedaging yang
kandang terhadap konsumsi air minum
ditandai oleh pertambahan bobot badan
disebabkan karena suhu lingkungan yang
yang tinggi dan konversi ransum lebih
berbeda pada tiap kepadatan kandang.
rendah.
Rataan konsumsi air minum itik pedaging
selama pene1itian disajikan pada Tabel 6.

34
Performans Itik Pedaging Lolcal (Lokal X Peking) Fase Starter Pada Tingkat Kepadatan Kandang
Yang Berbeda di Desa L4boi Jaya Kabupaten Kampar

DAFfAR PUSTAKA

http://mitra-bisnis.tripod.com/bditik.htm. Prayitno, M. 1997. Manajemen Kandang Ayam


2008. Teknik Budidaya intensif. Ras Pedaging. Semarang.: Trubus
Diakses Januari 2008 Agriwidya

Anggorodi, R 1985. Manajemen Mutakhir Rafian ,A. 2003. Penampilan ayam Broiler dan
Dalam IImu Makanan Temak Unggas. komposisi kimia karkas dengan
Jakarta: PT. Gramedia. perlakuan pembatasan konsumsi energi
pada awal fase starter Yogyakarta:
Kartasudjana, R. 2002. Manajemen Temak Skripsi Fakultas Petemakan Universitas
Unggas. Bandung: Fakultas Peternakan GajahMada
Universitas Padjajaran.
Ranto dan Sitanggang, M. 2008.• Panduan
Kardaya dan Niken Pilupi,.. 2005. Pengaruh lengkap betemak itik. Agromedia
penaburan zeolit pada lantai litter Jakarta
terhadap persentase karkas dan
komponen non karkas ayam pedaging Srigandono, B. 1996. Betemak ltik Pedaging.
pada kepadatan kandang yang berbeda. Jakarta: Tribus Agriwidya.
Jurnal Petemakan. Fakultas Pertanian
dan Petemakan UIN SUSKA RIAU, Steel, R.G., JH Torrie. 1995. Prinsip dan
Prosedur Statistika Jakarta: Gramedia
North, M.O. 1972 Commercial Chicken Jakarta Utama.
Production Manual. The Avi Publ. Corp
Inc. Westport. Connecticut. Za.bTa, T. 19%. Pengaruh berbagai tingkat
penggunaan protein dan kepadatan
Murtidjo, B. 1988. Mengelola ltik. Yogyakarta: kandang terhadap performans ayam ras
Penerbit Kanisius. . petelur pada fase produksi. Padang:
Skripsi Fakultas Peternakan Universitas
Andalas.

35

Anda mungkin juga menyukai