Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ahmad

NIM : 160404020093
Kelas : A2
Matkul : Etika Profesi

TUGAS RESUME
Filsafat, Agama, Etika dan Hukum
 Hakikat Filsafat
Filsafat berasal dari dua kata Yunani: philo dan sophio. Philo berarti cinta,
sedangkan sophio berarti sederhana. Dengan demikian, philosophio berarti cinta
terhadap kebijaksanaan (Puad Farid Ismail Dan Abdul Hamid Mutawalli 2003).
Karakteristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat
mendasar dan spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh artinya mempertanyakan hakikat
keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan
secara keseluruhan, bukan dari perspektif bidang per bidang atau sepotong-sepotong.
Sifatnya yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa
ilmu itu adalah benar. Sifatnya yang spekulatif karena filsafat ingin selalu mencari
jawab bukan saja pada suatu yang sudah diketahui, tetapi juga segala sesuatu yang
belum diketahui.
Theo Hujibers (dalam Abdulkadir Muhammad,2006) menjelaskan filsafat
sebagai kegiatan intelektual yang metodis, sistematis dan secara reflektif menangkap
makna hakiki keseluruhan yang ada. Abdulkadir Muhammad menjelaskan pendapat
dengan melihat unsur-unsurnya sebagai berikut:
a. Kegiatan intelektual (pemikiran).
b. Mencari makna yang hakiki (interpretasi ).
c. Segala fakta dan gejala (objek).
d. Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode).
e. Untuk kebahagiaan manusia (tujuan).

Untuk dapat memperjelas perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan, atau untuk
membedakan suatu cabang ilmu dengan cabang ilmu lainnya, dapat dilihat dari tiga
aspek, yaitu:
a. Objek yang dikaji (ontologis).
b. Prosedur atau metode untuk mengkajinya (epistemologis).
c. Tujuan penggunaan filsafat atau ilmu itu sendiri (aksiologis).

 Hakikat Agama
Agus M.Harjana (2005) megutip pengertian agama dari Ensiklopedi Indonesia
karangan Hassan Shadily. Agama berasal dari bahasa sansekerta : A berarti tidak,
gam berarti pergi, dan a berarti bersifat atau keadaan. Jadi istilah agama berarti:
bersifat tidak pergi, tetap lestari, kekal dan tidak berubah. Dengan demikian agama
adalah pegangan atau pedoman bagi manusia untuk mencapai hidup kekal.
Fuad Fahri Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa
agama adalah satu bentuk terhadap ketetapan ketetapan Illahi yang mengarahkan
mereka yang berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Illahi tersebut
kepada kebaikan hidup didunia dan kebaikan hidup di akhirat.
Abdulkadir Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu (a)
menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu kekuasaan luar yang laindan
lebih dari pada apa yang dialami oleh manusia, dan (b) apa yang diisyaratkan Allah
dengan perantara para nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur-unsur
penting sebagai berikut :
1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transcendental yang
Illahi-Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah ) nilai-nilai dan
norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Illahi melalui nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia didunia dan hidup kekal diakhirat.

Dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai berikut :


1. Ada kitab suci.
2. Kitab suci yang dituliskan oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan.
3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan menafsirkan
kitab suci bagi kepentingan umatnya.
4. Setiap agam berisi ajaran dan pedoman tentang :
a. Tagwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
b. Susila, moral atau etika.
c. Ritual, upacara, atau tata cara beribadat.
d. Tujuan agama.

 Hakikat Etika
Etika barasal dari kata yunani yaitu berasal dari kata ethos (bentuk tunggal) yang
berarti tempat tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir, bentuk jamaknya adalah ta etha yang berarti adat istiadat. Dalam
hal ini kata etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuk
tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan,
watak, tabiat, akhlak, cara hidup, (Kanter, 2001).
Etika secara etimologi dapat di artikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa di
lakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baika
dan yang buruk (kanter 2001).
Menurut lawrence weber dan post (2005) etika adalah suatu konsepsi tentang
prilaku yang benar dan salah. Etika menjelaskan prilaku bermoral atau tidak dan
berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa etika sebagai praktis sama dengan moral
atau moralitas yang berarti adat isti adat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma
yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat. Serta etika sebagai suatu ilmu atau
tata susila adalah pemikiran/penilain moral.

 Hakikat Nilai
Menurut Donie Koesuma A (2007) nilai sebagai kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat di sukai, di inginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat
menjadi objek bagi kepentingan tertentu.
Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai
sebagai standar atau ukuran yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.
Sedangkan Sorokin dalam capra (2002) mengunkapakan tiga sistem nilai dasar yang
melandasi semua manifestasi suatu kebudayaan , yaitu nilai indriawi, ideasional, dan
idealistis.
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan tiga hal yaitu
a. Nilai selalu di kaitkan dengan sesuatu (benda, orang,dan hal)
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain uang (ekonomis) yang sudah cukup di
kenal.
c. Gugus-gugus nilai itu mmembentuk semacam hierarki dari yang terndah sampai
dengan yang tertinggi.

 Hubungan Agama, Etika dan Nilai


Semua agama melalui kitab suci masing-masing mengajarkan tentang tiga hal
pokok: Hakikat tuhan,. etika atau tata susila, dan ritual cara beribadah. Antara agama
dan etika tidak dapat di pisahkan. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika./
moralitas. Sehingga dapat di katakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa di
landasi nilai moral.
Dari sudut pandang semua agama pencapaian nilai-nilai kehidupan duniawi
(nilai-nilai yang lebih rendah) bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya
merupakam tujuan sementara atau tujuan antara, dan dianggap hanya sebagai media
atau alat (means) untuk mendukung pencapaian tujuan akhir (nilai tertinggi
kehidupan).
 Hukum, Etika, dan Etiket

No Hukum Etika Etiket

1 Persamaan : sama-sama mengatur prilaku manusia

2 Perbedaan :

Sumber hukum : Sumber etika: Sumber etiket :


A.
Negara, pemerintahan Masyarakat Golongan masyarakat

Sifat pengaturan:
Sifat pengaturan :
Ada yang lisan
Tertulis berupa undang-
(berupa adat Sifat pengaturan:
B. undang,peraturan
kebiasaan) dan lisan
pemerintah, dan
yang tertulis berupa
sebagainya
kode etik

Objek yang di atur : Obek yang di atur: Objek yang di atur :


Bersifat lahiriah Bersifat rohaniah, bersifat lahiriah,
(misalnya hukum misalnya : perilaku misalnya tata cara
warisan, hukum agraria, etis (bersikap jujur berpakaian (untuk
hukum tata negara)dan dan tidak menipu pesta, sekolah
C.
rohaniah (misalnya juga bertanggung pertemuan , dll) tata
hukum pidana) jawab) dan perilaku cara menerima tamu,
tidak etis (korupsi, tata cara berbicara
mencuri, dan dengan orang tua dan
berzina) sebagainya.

 Paradigma Manusia Utuh


Perlu dipahami pengertian beberapa konsep dan atau hubungan antar berbagai
konsep penting yang terkait dengan pembangunan manusia seutuhnya, antara lain:
karakter, kepribadian, kecerdasan, etika, gelombang otak, tujuan hidup, agama, dan
meditasi/zikir.

Karakter dan Kepribadian


Soedarsono (2002) mendifinisikan kepribadian sebagai totalitas kewajiban
seseorang yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua,
leluhur)dan sisi yang didapat dari pendidikan, pengalaman hidup serta
lingkungannya. Karakter adalah sisi kepribadian yang didapat dari pengalaman,
pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa dikatakan bahwa karakter adalah bagian
dari kepribadian. Cloud (2007) menegaskan bahwa karakter seseorang akan sangat
menetukan apakah ia akan berhasil dalam menghadapi tuntutan kenyataan dalam
situasi tertentu, sementara tuntutan tersebut sangat banyak dan beragam.
Ezra (2006) mengatakan bahwa karakter adalah cilture untuk sebuah kesuksesan
yang langgeng dan tahan uji. Lilik Agung mendefinisikan karakter sebagai
kompetensi yang harus dimiliki seseorang berkaitan dengan kinerja terbaik agar ia
mampu menghadapi tantangan realita/kenyataan yang selalu berubah dan mampu
meraih kesuksesan yang bersifat langgeng.

Dari berbagai definisi karakter tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang. Kompetensi ini
mencakup pengembangan secara seimbang dan utuh ketiga lapisan yaitu: fisik
(body), pikiran (mind), dan jiwa/roh (spiritual).
b. Karakter menentukan keberhasilan seseorang.
c. Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan, dan pelatihan
tiada henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan olehtingkat kecocokan karakter yang
dimilikinya dengan tuntutan kenyataan.

Kecerdasan, Karakter, dan Etika


Melalui pemahaman Wahyuni Nafis (2006) atas pemikiran/ajaran tradisional
islam dan diinspirasi oleh beberapa pemikiran Stephen R. Covey, ia menyebut tiga
jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika, yaitu: 1) psiko etika, 2) sosio etika, dan
3) teo etika. Psiko etika merupakan masalah aku dengan aku, sosio etika menyangkut
masalah aku dengan orang lain, dan teo etika menyangkut masalah aku dengan
Tuhan.

Karakter Dan Paradigma Pribadi Utuh


Covery telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, di
perlukan pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat
kemampuan manusia yaitu : tubuh(PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa (SQ).
Sementara cloud (2007) mengatakan bahwa kunci pembangunan karakter adalah
integritas. Pemahaman atas integritas tidak sekedar berarti jujur atau mempunyai
prinsip moral, tetapi terkandungng juga pengertian : utuh dan tidak terbagi, menyatu,
berkonsentrasi kukuh, serta mempunyai konsistensi
Karakter Dan Proses Transformasi Kesadaran Spirirtual
Belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengkaji ranah
spritual melalui pendekatan rasional / ilmiah. Ilmu psikologi mencoba memasuki
ranah kejiwaan, namun dalam perkembanganya ilmu ini justru membatasi kajianya
hanya pada lapisan pikiran (mental/emotional) dan tidak ada upaya untuk masuk
lebih dalam ke ranah roh (kesadaran spritual/transdental). Sementara ajaran agama
yang seharusnya dapat di jadikan panduan dan pengembangan /olahan batin, dalam
perjalananya sering kali pengajaranya lebih bersifat indoktrinasi, sekedar
menjalankan praktik berbagai ritul, serta kurang mengedepankan pendekatan melalui
proses nalar, pengalaman, dan pengalaman langsung melalui refleksi diri. Akibatnya,
ajaran agama yang mulia itu tiidak mampu memberikan pencerahan kepada umatnya.

Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak


Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktifitasnya sehingga
mencapai hasil optimal (Sentanu, 2007) . gelombang otak dapat di golongkan ke
dalam empat golongaan sebagai berikut:

Nama Ciri-ciri

Beta (14-100 Hz) Kognitif, analisis, logika, otak kiri, konsentrasi, prasangka,
pikiran sadar aktif, cemas, was-was, khawatir dll

Alpha (8-13,9 Hz) Khusyuk, relaksasi, moditatif, focus-alaretness, akses naluri


bawah sadar, ikhlas nyaman, tenang, dll

Theta (4-7,9 Hz) Sanagant khusyuk, deep mediation , mimpi, intuisi, nurani
bawah sadar, ikhlas, kreatif dll

Delta (0,1-3,9 Hz) Tidur lelap, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran
dan perasaan, celluler regneratiaon, hgh.

Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar berarti pikiran sedang berada dalam
gelombang beta. Dalam gelombang ini pikiran sangat aktif sehingga akan memaksa
otak untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norepinephirin yang menyebabkan
timbulnya rasa cemas, khawatir, gelisah dan sejenisnya. Oleh karena itu, pikiran
harus selalu di latih untuk memasuki gelombang alpha Untuk membangun karakter
positif, seperti tenang, sabar, nyaman, ikhlas, bahagia dan sejenisnya.
Model Pembangunan Manusia Utuh
Berdasarkan konsep yang dibahas sebelumnya dapat dibuat dua model tentang
hakikat keberadaan manusia, yaitu:
1. Model hakikat manusia tidak utuh (paradigma materialisme)
Model ini menjelaskan bahwa tujuan manusia hanya mengejar kekayaan,
kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasan yang dikembangkan hanya IQ
dan kesehatan fisik sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan
EQ dan SQ. Dengan kata lain, manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari telah
bertindak secara tidak etis yang mengakibatkan terbentuknya karakter negatif
umat manusia. Sebagai konsekuensinya, walaupun dengan kemajuan iptek
manusia telah berhasil meningkatkan produksi barang dan jasa, namun berbagai
persoalan muncul sebagai akibat dari tindakan yang tidak etis atau kealpaan
mengembangkan EQ dan SQ tersebut, antara lain: meluasnya korupsi dan
kejahatan, melebarnya kesenjangan orang kaya dan miskin, meningkatnya
berbagai konflik, kegelisahan, ketakutan, kemarahan, depresi, anarkisme, dan
sebagainya.
Gambar: Model Hakikat Manusia Tidak Utuh (Paradigma Materialisme)

KAYA/
KAYA/ TIDAK
TIDAK KARAKTER
BAHAGIA
BAHAGIA NEGATIF

MAKANAN
MAKANAN ENAK
ENAK PQ SEHAT
OLAHRAGA
OLAHRAGA (FISIK)

IPTEK IQ TINGGI EGO TINGGI

EQ RENDAH SOMBONG,
SOMBONG,
GELISAH,
GELISAH, BENCI
BENCI
EQ
EQ DAN
DAN SQ
SQ
TIDAK
TIDAK
DIKEMBANGKAN
DIKEMBANGKAN
SQ RENDAH TIDAK
TIDAK PERCAYA
PERCAYA
TUHAN
TUHAN
2. Model hakikat manusia utuh (paradigma manusia utuh)
Pengembangan model hakikat mansia utuh perlu untuk mengatasi hal-hal yang
terjadi berkaitan dengan hakikat manusia tidak utuh. Paradigma hakikat manusia
seutuhnya mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu
dengan memadukan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan
intelektual, kematangan emosional dan kerukunan sosial, dan kesadaran spiritual.
Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya terbukti dapat melengkapi praktik
keagamaan guna meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Meditasi
melatih pikiran memasuki gelombang alpha. Transformasi karakter akan terjadi
bila pikiran memasuki gelombang yang sama dengan energi tak terbatas. Pelatihan
dan praktik meditasi, zikir dan retret akan mengembangkan lapisan emosional dan
spiritual serta melengkapi pengembangan intelektual melalui iptek dan kesehatan
fisik melalui olahraga dan makanan sehat.
Gambar: Model Hakikat Manusia Utuh (Paradigma Manusia Utuh)

KEBAHAGIAAN KARAKTER
NEGATIF

MAKANAN
MAKANAN ENAK
ENAK PQ SEHAT
OLAHRAGA
OLAHRAGA (FISIK)

IPTEK IQ TINGGI PSIKO ETIKA


Berilmu, Sabar,
Syukur

MEDITASI,
MEDITASI, ZIKIR,
ZIKIR, SOSIO ETIKA
RETRET EQ TINGGI
RETRET Silaturrahmi, Baik
Sangka, Amanah

AGAMA SQ TINGGI TEO ETIKA


Takwa, Ikhlas,
Tawakal
Sumber:
 http://trimolanggeng.blogspot.com/2016/12/makalah-filsafat-agama-etika-dan-
hukum.html
 https://dokumen.tips/download/link/filsafat-agama-etika-dan-hukum
 https://www.academia.edu/19205352/ETIKA_PROFESI_Filsafat_Agama_Etika
_Dan_Hukum_

Anda mungkin juga menyukai