OLEH KELOMPOK 4:
RIDHA FAJRI 1602114347
RAHMATHAIRI KHOLIL 1602122932
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara
tertib, terkendali, serta efektif dan efisien.Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2006 dijelaskan bahwa untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan dan kinerja,
setiap entitas pelaporan akuntansi wajib menyelenggarakan sistem pengendalian internal
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang terkait.Untuk
mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa
penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai
tujuan.
C. TUJUAN
1. Untukmengetahuitentang SPI dan SPIP
2. Utukmengetahuitentangtujuan, manfaatdanunsur SPIP
3. Untukmengetahuitentangpenilaianresikopengendalian
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI SPI DAN SPIP
SPI adalah Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakuka secara
terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memada
atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. (PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 1)
SistemPengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber
daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak,
sehingga dalam pengembangan dan penerapannya perlu dilakukan secara komprehensif dan
harus memperhatikan aspek biaya manfaat (cost and benefit), rasa keadilan dan kepatutan,
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem Pengendalian Intern yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
(PP 60/2008, Bab I Ps. 1 butir 2)
Berkaitan dengan hal ini, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan
menyelenggarakan system pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara
menyeluruh. Sedangkan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
menyelenggarakan system pengendalian intern di bidang perbendaharaan, Menteri/pimpinan
lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyelenggarakan system
pengendalian intern di bidang pemerintahan masing-masing, dan Gubernur / Bupati /
Walikota selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mengatur lebih lanjut
dan meyelenggarakan system pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah yang
dipimpinnya.
II. TUJUAN, MANFAAT DAN UNSUR-UNSUR SPIP
A. TUJUAN SPIP
1) Menghasilkan data dan informasi yang handal.
2) Menjaga harta / kekayaan dan catatan organisasi.
3) Meningkatkan efisiensi operasional.
4) Mendorong ketaatan kepada kebijakan menajerial yang telahditetapkan.
B. MANFAAT SPIP
mendeteksi terjadinya kesalahan (mismanagement) dan fraud dalam pelaksanaan
aktivitas organisasi,
membantu pengamanan asset terkait terjadinya kecurangan(fraud), pemborosan, dan
salah penggunaan yang tidak sesuai tujuan.
1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang
memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan
Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara keseluruhan
lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan perilaku positif dan mendukung
pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan
komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di dalam SPIP. Kemampuan
pimpinan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi
motivasi kuat bagi para pegawai untuk memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan
pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan
lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal
negatif yang dapat merugikan instansinya.
Untuk menciptakan lingkungan pengendalian seperti dimaksud PP tersebut, pimpinan
instansi dapat menerapkannya melalui:
Penegakan integritas dan nilai etika;
Komitmen terhadap kompetensi;
Kepemimpinan yang kondusif;
Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia;
Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini memberikan
penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi
unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-kurangnya
dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah
dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif, menggunakan mekanisme yang
memadai untuk mengenali risiko dari factor eksternal dan faktor internal serta menilai faktor
lain yang dapat meningkatkan risiko. Sedangkan analisis resiko dilaksanakan untuk
menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi
Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah perlu menetapkan tujuan
Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan. Tujuan Instansi Pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang
spesifik, terukur, dapatdicapai, realistis, dan terika waktu. Tujuan Instansi Pemerintah
tersebut wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya
pimpinan Instansi Pemerintah perlu menetapkan strategi operasional yang konsisten dan
strategi manajemen yang terintegrasi dengan rencana penilaian risiko.
Begitu pula dengan tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurang-kurangnya dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah;
2. Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya;
3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah;
4. Mengandung unsure criteria pengukuran;
5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan
6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
Penilaian risiko merupakan suatu proses pengidentifikasian dan penganalisaan risiko-
risiko yang relevan dalam rangka pencapaian tujuan entitas dan penentuan reaksi yang tepat
terhadap risiko yang timbul akibat perubahan (Djasoerah:2010). Ini berarti bahwa penilaian
risiko dimulai dari penetapan tujuan dan berakhir dengan penentuan reaksi terhadap risiko.
Oleh karena itu, pimpinan instansi pemerintah melakukan penilaian resiko melalui beberapa
tahap, yaitu:
a. Menetapkan tujuan instansi dengan cara memuat pernyataan dan arahan yang
spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu.
b. Menetapkan tujuan pada tingkatan kegiatan berdasarkan pada tujuan dan rencana
strategis Instansi Pemerintah.
c. Melakukan identifikasi risiko untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor
internal dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi
Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif.
d. Melakukan analisa risiko untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.
Selanjutnya, pimpinan instansi menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan
tingkat risiko yang dapat diterima. Dalam mempertimbangkan risiko, pimpinan Instansi
Pemerintah mengambil keputusan setelah dengan cermat menganalisis risiko terkait dan
menentukan bagaimana risiko tersebut diminimalkan (Penjelasan Pasal 7).
3. Kegiatan pengendalian;
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan.Yang dimaksud dengan “kegiatan pengendalian” adalah tindakan yang
diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur
untuk memastikan bahwa tindakan mengatasirisiko telah dilaksanakan secara efektif.Unsur
ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah yang bersangkutan.
PenyelenggaraankegiatanpengendaliandiutamakanpadakegiatanpokokInstansiPemerin
tah, seperti:
Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
Pembinaan sumber daya manusia;
Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
Pengendalian fisik atas aset;
Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
Pemisahan fungsi;
Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting.
Selain itu, kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko dan
disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah. Kebijakan dan prosedur dalam kegiatan
pengendalian harus ditetapkan secara tertulis dan dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan
tersebut, sehingga untuk menjamin kegiatan pengendalian masih sesuai dan berfungsi seperti
yang diharapkan maka harus dievaluasi secara teratur.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah