PENDAHULUAN
Islam tak lepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun
mengembangkan pendidikan Islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri terdapat
beberapa tokoh pendidikan Islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan
pendidikan islam.
Sekian banyak tokoh pendidikan Islam yang ada, baik yang dikenal maupun
yang tidak tentunya banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Seiring
berjalannya waktu, para tokoh yang telah berjasa banyak yang terlupakan, bahkan
ajaran mereka dan peran sertanya banyak yang diabaikan. Oleh karena itu, kita
sebagai mahasiswa tak sepatutnya melupakan jasa-jasa mereka. Bahkan kita harus
lebih giat lagi dalam meneruskan visi dan misi mereka. Dalam makalah kali ini akan
mencoba untuk sedikit memaparkan biografi para tokoh pendidikan Islam serta peran
mereka dalam merentaskan kebodohan.
1.3 Tujuan
1
1. Dapat mengetahui pembagian ilmu islam berdasarkan para tokoh Muslim
2. Dapat mengetahui Tokoh Muslim yang membantu perkembangan pendidikan
Islam
3. Dapat mengetahui apa saja karya yang dihasilkan para tokoh Muslim
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan tiga hal tersebut dapat dimengerti bahwa jiwa manusia dalam
mendapatkan pengetahuan, menurut pendapat al-Farabi melalui tiga unsur yaitu
badan (jism), jiwa (nafs), dan ruh (aql). Tiga unsur tersebut diidentikkan dengan
tiga tindakan yaitu mengindra, mengkhayal, dan berfikir.
1
Osman Bakar, Hirarki ilmu hal.65
3
f. Ilmu Politik (al-ilm al-madani), yurisprudensi (ilm al-fiqh) dan teologi
dialektis (ilm al-kalam).2
2. Al-Ghazali
d. Pembagian ilmu menjadi fardhu ain (wajib atas setiap individu) dan fardhu
kifayah (wajib atas umat).3
2
Osman Bakar, Hirarki ilmu hal.145-148
3
Osman Bakar, Hirarki ilmu hal.231
4
Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu-ilmu intelektual (al-ulum al-aqliyah)
tidak lain berbagai ilmu yang dicapai atau diperoleh melalui intelek manusia semata.
Adapun pembagiannya sebagai berikut:
a. Ilmu-ilmu religius dibagi menjadi dua: Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar
(al-Ushul), dan Ilmu tentang cabang-cabang (furu) atau prinsip-prinsip
turunan.
Dalam kategori ilmu ushul adalah: Pertama, Ilmu tentang keesaan ilahi
(ilm al-tawhid). Kedua, Ilmu tentang kenabian-Ilmu ini juga berkenaan
dengan ihwal para sahabat serta penerus religius dan spiritualnya. Ketiga,
Ilmu tentang akhirat atau eskatologi. Keempat, Ilmu tentang sumber
pengetahuan religius. Ada dua sumber primer atau dasar, yaitu Al-Qur‟an
dan Sunnah (tradisi-tradisi Nabi). Dua lainnya adalah sumber sekunder;
consensus (ijma’) dan tradisi para Sahabat (atsar al-sahabah).
Ilmu tentang sumber pengetahuan religius terbagi menjadi dua kategori :
1) Ilmu pengantar atau ilmu-ilmu alat (muqaddimah), antara lain ilmu
tulis-menulis dan berbagai cabang ilmu kebahasaan
2) Ilmu-ilmu pelengkap (mutammimat) yang terdiri dari;
a) Ilmu-ilmu Qur‟an termasuk, di dalamnya ilmu tafsir
(interpretasi)
b) Ilmu-ilmu tentang tradisi nabi seperti ilmu penukilan
(periwayatan hadits)
c) Ilmu-ilmu tentang tradisi nabi seperti ilmu penukilan
(periwayatan hadits)
d) Biografi yang berhubungan dengan kehidupan para Nabi,
sahabat, dan orang-orang terkenal.
Dalam kategori ilmu tentang cabang-cabang (furu) atau prinsip-prinsip
turunan adalah:
1) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada Tuhan. Ini adalah ilmu
tentang ritus-ritus religius dan pengabdian (ibadah)
2) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat. Ilmu-ilmu ini
terdiri dari:
a) Ilmu tentang transaksi. Ilmu ini terutama membentuk
transaksi-transaksi bisnis dan keuangan. Jenis-jenis lain
transaksi termasuk di antaranya qishash (hukum balas-
dendam)
b) Ilmu tentang kewajiban kontraktual. Ilmu ini berhubungan
terutama dengan hukum keluarga.
5
3) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri. Ilmu ini
membahas kualitas-kualitas moral (ilm al-akhlaq)
3. Al-Syirazi
4
Osman Bakar, Hirarki ilmu hal.231-237
6
Ilmu-ilmu ini dibagi menjadi ilmu teoretis (nazhariy), yaitu berdasarkan
atas eksistensi yang keberadaannya tidak bergantung pada kehendak
manusia. Sedangkan praktis (amaliy), yaitu yang eksistensi keberadaanya
bergantung pada kehendak manusia.
a) Ilmu-ilmu filosofis teoretis terdiri dari; Metafisika (Mayor: Ilmu Ilahi
dan Filsafat Pertama. Minor: Ilmu tentang kenabian atau nubuwwah,
Ilmu tentang otoritas religius atau imamah, dan eskatologi),
Matematika (Mayor: Geometri, Aritmetika, Astronomi, dan Musik.
Minor; Optika, Aljabar, Ilmu tentang berat, Pengukuran tanah, Ilmu
hitung, Teknik Mesin, Ilmu tentang neraca timbangan, Ilmu tentang
tabel dan almanac astronomis, dan ilmu tentang irigasi/pengairan).
Filsafat alam / Ilmu Alam (Mayor: Ilmu tentang hal-hal alami yang
didengar, Sifat benda-benda sederhana dan senyawa, Penciptaan dan
penghancuran benda-benda, Meteorologi, Mineralogi, Botani, Zoologi,
dan Psikologi. Minor: Kedokteran, Astrologi yudisial atau horoskop,
Pertanian, Fisiognomi, Oneiromancy, Sihir alami atau ilmu tentang
tenung, Kimia, dan Theurigi). Dan Logika (dalam ilmu logika, Syirazi
mengikuti pembagian logika paripatetik muslim tradisional menjadi
semblan buku Organon karya Aristoteles)
b) Ilmu-ilmu filosofis praktis terdiri dari; Etika, Ekonomi, dan Politik.
Pembagian ini didasari atas tiga tipe tindakan manusia yaitu: (1)
Perbuatan individual, (2) Perbuatan kolektif pada level atau keluarga,
dan (3) Perbuatan kolektif pada level kota atau negara.
7
a. Klasifikasi dalam ilmu-ilmu naqly dan ilmu-ilmu intelektual (aqliy)
b. Klasifikasi dalam ilmu tentang pokok-pokok atau ushul (Pengetahuan
tentan Esensi unik Tuhan, Pengetahuan tentang Sifat-sifat ilahi,
Pengetahuan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan, dan Pengetahuan
tentang kenabian dan pesan Ilahi serta kebijaksannannya yang terkait
dengannya). Dan ilmu tentang cabang-cabang atau furu (Ilmu yang
dianggap sebagai tujuan : Ilmu tentang Kitab yaitu Al-Qur‟an, Ilmu
tentang Hadits, Ilmu tentang prinsip-prinsip yurisprudensi, dan
Yurisprudensi. Ilmu tentang Kesusastraan atau literature; Lafal
idiomatic, Komposisi kata, Etimologi, ilmu I’rab, semantic, Kritik
sastra, Ilmu persajakan, ilmi qawafi, menulis huruf, menulis puisi,
Kaligrafi, Wacana).5
Konsep kunci dalam klasifikasi Quthb Al-Din adalah hikmat (filosofi atau
filsafat). Perbedaan antara bentuk hikmat dan bentuk bukan hikmat pengetahuan
merupakan basis mendasar klasifikasinya
Dari pembagian klasifikasi tersebut, dapat difahami bahwa Qutb al-Din al-
Syirozi mengklasifikasikan berdasarkan pada makna hikmat yang dalam
pemahamannya tentang hikmat dia mengikuti tradisi ahl marifah (arti harfiah; orang-
orang yang mempunyai pengetahuan yang benar). Tentang kolompok ini, Osman
Bakar berpendapat yang dimaksud adalah para filosof. Dimana kecenderungan
gagasan-gagasan filosofis Quthb al-Din adalah mazhab filosofis paripatetik Ibn Sina
dan Isyarat Suhrawardi.
4. Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan yang dipelajari manusia dalam dua
bagian Pertama, Aqli yakni, ilmu alami bagi manusia yang dapat diperoleh dengan
akal dan pikirannya. Kedua, Naqli, yakni ilmu yang diperoleh dari orang yang
mengajarkannya. Dalam cakupan ilmu Aqliadalah ilmu-ilmu hikmah dan filsafat,
sedangkan dalam cakupan ilmu Naqli adalah ilmu-ilmu yang diajarkan atau
ditransformasikan.6
Ilmu Naqli bersumber pada Al-Qur‟an, Hadits, Ijma‟, dan Qiyas. Yang
termasuk dalam ilmu naqli adalah ilmu tafsir (ilmu tafsir Naqli dan Ilmu tafsir Aqli),
ilmu Qira‟at (termasuk ilmu tulis atau gambar huruf), Ilmu-ilmu Hadits (berkembang
5
Osman Bakar, Hirarki ilmu hal.279-289
6
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, alih bahasa. Masturi Irham, dkk. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2012), hal. 804
8
di dalamnya ilmu musthalah hadits), Ilmu Ushul Fiqh, Ilmu Fiqh, Ilmu
Faraidh/Mawarits, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf, Ilmu Tafsir Mimpi.
Ilmu-ilmu Aqli atau ilmu-ilmu rasional atau dinamakan ilmu filsafat dan ilmu
hikmah, mencakup empat ilmu:
a. Ilmu Logika
b. Ilmu Alam: Ilmu Kedokteran, Pertanian, Psikologi, Fisika, Kimia
c. Ilmu ilahy atau ilmu ketuhanan/Teologi (Metafisika)
d. Ilmu yang mengamati tentang ukuran-ukuran (Bilangan): Teknik; ilmu
pertanahan, Optik, Aritmatika: Ilmu berhitung, Al-Jabar, Ilmu Perbandingan,
Mu‟amalah, Ilmu Faraidh, Musik, dan Astronomi; Ilmu teknik tabel-tabel
astronomi, ilmu hukum perbintangan.
Selain daripada dua ilmu tersebut, terdapat ilmu alat (ilmu lisan) untuk
memahami ilmu-ilmu agama yaitu ilmu bahasa, dalam ilmu bahasa terdapat Ilmu
Nahwu, Ilmu Lughah, Ilmu Bayan, dan Ilmu Adab.
Lalu kemudian umat Islam memiliki cara pandang yang berbeda mengenai
ilmu-ilmu tersebut, yaitu dengan melandasinya berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits.
Al-Qur‟an dan Hadits dalam pengembangan ilmu diposisikan sebagai sumber
ayat-ayat qawliyah sedangkan hasil observasi, eksperimen dan penalaran logis
diposisikan sebagai sumber ayat-ayat kawniyah. Dengan posisinya seperti ini maka
berbagai cabang ilmu pengetahuan selalu dapat dicari sumbernya dari Al-Qur‟an
dan hadits.8
7
Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam; Perspektif UIN Malang, (Malang: UIN
Malang Press, 2006), hal. 22
8
Imam Suprayogo, Paradigma Pengembangan Keilmuan Islam; hal. 30
9
Dengan gambaran tersebut yaitu pembagian ilmu pengetahuan dan
pembagian al-Qur‟an sebagai ayat qawliyah dan ayat kawniyah adalah merupakan
satu alternative dalam membangun keilmuan yang bersifat integrative. Sehingga
tidak terjadi pemisahan antara ilmu-ilmu agama dan ilmu umum.
Sejalan dengan hal tersebut adalah diungkapkan oleh Azhar Arsyad, yang
mengutip pendapat dalam Konferensi Pendidikan Islam Sedunia I di Makkah pada
1977. ilmu pengetahuan menjadi dua yaitu ilmu Naqli dan Aqli, sedangkan dalam
ilmu Aqli juga dibagi menjadi sains-sains alam (natural science), dan sains
kemanusiaan (social science and humanities).9
1. Al-Kindi
Abu Yusuf Ya‟qub ibnu Ishaq Al-Kindi (801/873), yang dikenal dengan
sebutan Al-Kindi. Adalah seorang filosof Muslim pertama dan ilmuwan dalam
bidang filsafat, matematika, logika, sampai kepada music, dan ilmu kedokteran.
9
Azhar Arsyad, Buah Cemara Integrasi dan Interkoneksitas Sains dan Ilmu Agama, dalam Jurnal Hunafa
Vol. 8. No. 1 Juni 2011, hal. 3
10
Azhar Arsyad, Universitas Islam; Integrasi dan Interkoneksitas Sains dan Ilmu Agama Menuju
Peradaban Islam Universal, dalam Jurnal Tsaqafah Vol. 2, No. 2, 2006/1427, hal. 162
11
Azhar Arsyad, Buah Cemara Integrasi dan Interkoneksitas Sains dan Ilmu Agama, hal. 12
10
Minat besarnya pada kajian filsafat menjadikan dirinya sebagai tokoh pendiri
filsafat paripatetik Islam. Dalam pandangan Al-Kindi, Filsafat adalah pengetahuan
tentang yang benar. Agama dan Filsafat tidak saling bertentangan, karena
keduanya bertujuan mencari yang benar. Agama berdasar wahyu, dan filsafat
berdasar akal. Yang Benar Pertama adalah Tuhan, dan filsafat tertinggi adlaah
filsafat ketuhanan.
2. Al-Farabi
3. Al-Razi
5. Ibnu Haitham
Abu Ali Al-Hasan Ibnu Haitham (965-1039), dikenal dengan nama Latin Al-
Hazen. Adalah seorang ahli fisika yang ternama dan seorang ahli fisika Islam yang
pertama. Kecuali ilmu fisika ia juga mengembangkan ilmu-ilmu lain sepertai ilmu
11
matematika, astronomi, ilmu jiwa, dan ilmu kedokteran. Karyanya yang paling
utama adalah di bidang optic.
6. Ibnu Sina
Abu Ali Al-Husein Ibnu Sina (980-1037 M/ 370-428 H), yang dilatinkan
dengan nama Avicenna. Dia adalah seorang ilmuwan dan filosof yang besar pada
waktu itu, hingga kepadanya diberikan julukan Syeikh al-Rais. Bidang keahliannya
adalah ilmu fisika, geologi, ilmu kedokteran, mineralogy, dan lain sebagainya.
7. Al-Khawarizmi
Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi (w. 863 M/ 249 H), yang sangat terkenal
dengan bidang matematika, di antara karyanya adalah al-Jabr wa al-Muqabalah
(Aljabar)
8. Al-Ghazali
9. Ibnu Rusyd
Abu al Walid Muhammad Ibnu Rusyd (1126-1198) yang dikenal di Barat dengan
sebutan Averroes. Tokoh ini dalam pandangan Barat adalah seorang tokoh yang besar
sehubungan dengan aliran rasionalisme yang disamping astronomi, filsafat, dan lain-
lainnya. Karyanya yang terkenal adalah kritik atas al-Ghazali dengan kitab Tahafut
at-Tahaafut.
10. Al-Syirozi
Quthb al-Din Mahmud ibn Dhia al-Din Mas‟ud al-Syirozi (1236-1311 M/ 634-
710 H), dikenal dengan sebutan Al-Syirozi. Al-Syirozi mempunyai minat universal
hampir pada semua cabang ilmu dan seni di samping filsafat dan teologi. Karya-
12
karyanya banyak di berbagai bidang ilmu pengetahuan tentang kedokteran,
geometri, optika, astronomi, geografi, ilmu bahasa, filsafat, dan ilmu-ilmu religius
termasuk komentar-komentar atas al-Qur‟an. Karya utamanya dalam pembagian
ilmu adalah kitab Durrat al-Taj, dalam bidang astronomi kitab Nihayat al-Idrak fi
dirayat al-Aflak dan Al-Tuhfat al-Syahiyah fi l-haiah.
Abdullah Abd al-Rahman Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun (1332-1406
M/ 732-808 H), dikenal dengan sebutan Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun adalah
sejarawan dan bapak sosiologi modern. Bidang kajiannya adalah Politik, Sosiologi,
Ekonomi, Sejarah, Tasawuf, dan berbagai ilmu pengetahuan yang lain. Karyanya
yang monumental adalah Muqaddimah.
BAB III
13
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
14