Anda di halaman 1dari 8

KEPRIBADIAN MUSLIM

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah:


“Ilmu Pendidikan Islam”

Diampu Oleh:

Drs. Marsikhan Mansur,SH

Oleh:

IMROATUL ISNA MAGHFIROH


LATIFATUL HANIFAH
Semester I

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MISBAHUDDIN ACHMAD

(STAIMA)

BLITAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya untuk Allah semata, Shalawat dan Salam semoga tercurah
kepada beliau Rasulullah SAW. Seorang sosok pendidik umat yang wajib dijadikan
panutan bagi segenap umat manusia.
Dari sinilah semua kesuksesan ini berawal,semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun
penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,penulis mengharap kritikdan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baim lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Blitar, 11 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sebagai individu maupun makhluk sosial
kepribadian senantiasa mengalami warna warni kehidupan. Ada kalanya
senang, tentram dan gembira. Tetapi pengalaman hidup membuktikan bahwa
manusia juga kadang kadang mengalami hal-hal yang pahit, gelisah, frustasi
dan sebagainya, ini menunjukan bahwa manusia senantiasa mengalami
dinamika kehidupan. Berbagai macam cara dilakukan agar manusia dapat
menyalurkan rasa senang, tenang dan gembira atau dengan kata lain agar
manusia memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari hal-hal yang
mengecewakan. Mampu tidaknya seseorang dalam mencapai keinginannya
tergantung dari vitalitas, temperamen, watak serta kecerdasan seseorang.
Vitalitas merupakan semangat hidup, pusat tenaga seseorang, ia merupakan
dasar kepribadian dan merupakan unsur penting yang ikut menentukan
kemampuan berprestasi, dan bersifat dinamis. Setiap orang memiliki vitalitas
yang berbeda ada yang kuat ada juga lemah.
Kepribadian juga merupakan faktor yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Ia akan ikut menentukan sukses tidaknya seseorang.
Kepribadian meskipun ia merupakan faktor yang penting dalam kejiwaan dan
berada pada tataran rohani namun wujudnya dapat terlihat pada tingkah laku
dan sikap hidup seseorang.
Maka dari itu pada makalah kali ini kami akan membahas tentang
kepribadian muslim dan proses pembentukannya. Agar kita bisa memahami
bagaimana proses terbentuknya kepribadian muslim.

B. Rumusan Belakang
1. Bagaimana Proses Pembentukan Kepribadian Muslim?
2. Bagaimanakah Kepribadian Insan Kamil, Ilmiyah dan Amaliyah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
2. Untuk Mengetahui Kepribadian Muslim, Insan Kamil, Ilmiyah dan
Amaliyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim


1. Proses pembelajaran
Dalam konsep islam, karakater tidak sekali terbentuk , lalu tertutup.
Tapi, terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan
penyeempurnaan , karena sumber karakter perolehan ada dan bersifat
tetap. Oleh karena itu orang yang membawa sifat kasar bisa
memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisnme latihan.
Namun, sumber karakter tersebut hanya bekerja efektif jika kesiapan
dasar seseorang berpadu dengan kemauan kuat untuk berubah dan
berkembang, dan latihan yang sistematis.
2. Tahapan perkembangan perilaku
Tahap I (0-10 tahun)
Perilaku lahiriya, metode pengembangannya adalah pengarahan,
pembiasaan, keteladanan, penguatan, pelemahan, indoktrinasi.
Tahap II (11-15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengembangannya adalah penanman nilai
melalui dialog, pembimbingan dan pelibatan.
Tahap III (15 tahun keatas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembannya adalah
perumusan visi dan misi hidup serta penguatan tanggug jawab kepada
Allah
3. Pembentukan Kepribadian
Pembentuak kepribadian terbentuk setelah memlalui bebrapa proses,
diantanya:
a) Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber
berupa agama, ideologi, dan sebagainya.
b) Nilai pembentukan pola pikir seseorang yang secara
keseluruhan keluar dalam bentuk rumusan visinya.
c) Visi turun ke wilayah hati dan membentuk Susana jiwa yang
keseluruhan keluar dalam bentuk mentalitas.
d) Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan
tindakan yang secara keseluruhan disebut sikap.
e) Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif
mencitrai dirinya adalah kepribadian.
4. Tiga langkah merubah karakter
a) Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan
mengembangkannya adalah dengan cara memperbaiki cara
berfikir. Berikut langkah-langkahnya:
1) Pengosongan, artinya mengosongkan benak kita dari
berbagai bentuk pemikiran yang salah, menyimpang,
tidak berdasar, baik dari segi agama tau akal yang lurus.
2) Pengisian, artinya mengisi kembali benak kita dari
nilai-nilai baru dari sumber keagamaan kita yang
membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru,
serta lensa baru dalam cara memandang berbagai
masalah.
3) Kontrol, artinya kita harus mengontrol pikiran-pikiran
baru yang melintas dalam benak kita, sebelum
berkembang menjadi gagasan yang utuh
4) Do’a, artinya kita mengharapkan unsur pencerahan ilahi
dalam cara berfifkir kita.
b) Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita.
Tindakan yang harmonis akan mengukir lahir dari warna
perasaan yang kuat dan harmonis. Berikut langkah-langkahnya:
1) Pengarahan, artinya perasaaan-perasaan kita harus
diberi arah yang jelas, yaitu arah yang akan menetukan
motifnya. Setiap perasaan harus mempunyai alasan
lahir yang jelas.
2) Penguatan, artinya kita harus menemukan sejumlah
sumber tertentu yang akan menguatkan perasaan itu
dalam jiwa kita. Secara langsung terkait dengan unsur
keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang
memenuhi jiwa, sebelum kita melakuakn tindakan.
3) Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan
tertentu dalam diri kita.
4) Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan
Ilahiyah yang berfungsi membantu semua proses
pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental
kita.
c) Perbaikan fisik
Ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu
tercipta melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur:
1) Gizi makan yang baik dan mencukupi kebutuhan
2) Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup
3) Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan
relaksasi tubuh1

B. Kepribadian Insan Kamil, ilmiyah, amaliyah


1. Insan Kamil
Insan kamil berasal dari bahasa arab, yaitu dari dua kata: Insan
dan Kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna.
Dengan demikian, insan kamil berarti manusia yang sempurna. Menurut Dr. H.
Abuddin Nata, M.A. dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa kata
insan menunjukkan pada sesuatu yang secara khusus digunakan untuk arti
manusia dari segi sifatnya. Manusia di anggap hidupnya sempurna apabila
memnuhi kriteria-kriteria tertentu. Umat Islam sepakat bahwa diantara manusia,
Nabi Muhammad SAW. adalah manusia yang telah mencapai derajat
kesempurnaan dalam hidupnya. Selama hayatnya, segenap kehidupan beliau
menjadi tumpuan perhatian masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun
dalam dirinya, bahkan beliau merupakan lautan budi yang tidak pernah kering
airnya.2
2. Muslim Amaliyah
Agama Islam ini dibangun di atas ilmu. Beragama itu dengan ilmu, bukan
dengan perasaan, bukan dengan sekedar “pendapat terbanyak”, bukan dengan
wangsit & mimpi, bukan juga dengan sekedar warisan adat turun-temurun.
Islam memerlukan suatu tindakan atau perbuatan yang nyata. Tidak hanya
mempelarinya saja. Namun juga harus melakukan apa yang telah di pelajari.
Dalam hal ini ilmu hukum fiqih hanya membahas hukum-hukum yang bersifat
fisik berupa perbuatan-perbuatan manusia secara fisik lahiriyah. Tegasnya, fiqih
itu hanya menilai dari segi yang kelihatan saja, sedangkan yang ada di dalam
hati, atau di dalam benak, tidak termasuk wilayah amaliyah.
3. Muslim Ilmiyah
Agama Islam adalah agama yang ilmiah. Contohnya adalah dalam dunia
akademis, seseorang harus mencantumkan jurnal dan sumber ilmiah dari
nukilan yang kami sebutkan. Apabila tidak, tentu nilai ilmiahnya tidak akan
sempurna atau bahkan diragukan kebenarannya.
Kita diajarkan bersikap ilmiah agar tidak semata-mata berpendapat
sendiri tanpa ada sumber rujukan yang jelas. Sikap keilmiahan ini hanya bisa
didapat dengan menuntut ilmu. Islam Agama Ilmiah memiliki dua sifat penting.
Pertama, sifat Islam yang sejalan dengan ilmu pengetahuan atau tepatnya sifat
Islam sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kedua, sifat Islam yang objektif.

1
http://mbujoz.blogspot.com/2010/06/proses-pembentukan-kepribadian-muslim.html.
Diakses pada tanggal 11 september 2019. 13.26
2
http://al-insan-al-kamil.blogspot.com/2014/03/penjelasan-tentang-al-insan-al-kamil.html. Di
akses pada tanggal 11 September 2019. 12.00
Dengan kedua sifat itulah Islam benar-benar menjadi agama yang
ilmiah.Agama Islam mendorong kita untuk selalu berilmu, mempelajari hal
yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat.3

3
https://muslim.or.id/47683-ilmiah-dalam-beragama.html. Di akses pada tanggal 11
september 2019. 11.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam konsep islam, karakater tidak sekali terbentuk , lalu tertutup. Tapi,
terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan
penyeempurnaan , karena sumber karakter perolehan ada dan bersifat
tetap. Oleh karena itu orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh
sifat lembut, setelah melalui mekanisnme latihan.
2. Insan kamil berasal dari bahasa arab, yaitu dari dua kata: Insan dan Kamil.
Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti sempurna.
Sempurna bukan dari fisiknya namun, sesuatu yang secara khusus
digunakan untuk arti manusia dari segi sifatnya..

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.

Anda mungkin juga menyukai