Disusun oleh :
Telp. (0354)683809
TOLAK RASISME DENGAN MENJUNJUNG TINGGI RASA PERSATUAN DAN
KESATUAN SEBAGAI WUJUD GENERASI EMAS YANG MENCINTAI TANAH AIR
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam suku dan ras,
banyaknya suku dan ras di Indonesia telah menjadi ciri khas negara ini. Indonesia bisa
merdeka karena bersatunya seluruh suku dan ras berjuang bersama melawan paara
penjajah. Perjuangan yang semulanya mementingkan daerah masing-masing, pada
akhirnya kesadaran untuk melawan penjajah dengan cara bersatu menjadi sebuah
perjuangan yang dapat membebaskan bangsa Indonesia dari cengkraman para
penjajahan.
Namun pada zaman ini persatuan dan kesatuan antar ras dan suku sudah mulai
terlupakan, banyak konflik yang terjadi untuk saling menunjukan ras atau suku
manakah yang paling baik. Hal tersebut menyebabakan ras dan suku yang di anggap
buruk menjadi direndahkan, dihina, bahkan sampai di acuhkan dari lingkungan
sosial.Suatu pandangan bahwa umat manusia dibagi menjadi ras-ras dan itu anggota
suatu ras dianggap lebih rendah dari ras lain, atau menganggap suatu ras merasa ebih
tinggi hal itu di sebut rasisme, orang yang berpandangan dan mempraktekan rasisme
disebut rasis. Rasisme menurut Samovar, dkk(2010) merupakan kepercayaan terhadap
superioritas yang diwarisi oleh ras tertentu. Rasisme sangan menyangkal kesetaraan
manusia dan menghubungkan kemampuan dengan komposisi fisik. Sukses tidaknya
kesejahteraan sosial bergantung pada warisan genetik dibandingkan dengan
lingkungan maupun kesempatan yang ada.
Pembahasan
Banyak berita yang menyatakan bahwa aksi ini terjadi karena tindakan persekusi
dan rasisme yang terjadi di surabaya. Mereka para oknum yang tak bertanggung jawab
memberikan ucapan “Monyet” kepada saudara-saudara kita masyarakat papua,
padahal kita semua tahu bahwa mereka bukanlah “Monyet” sesuai dengan ucapan
oknum yang tak bertanggung jawab tersebut. Mereka adalah manusia yang memiliki
hak dan kewajiban yang sama seperti kita, mereka juga tetap merupakan bagian dari
masyarakat Indoensia
Kejadian itu terus berlanjut, Sekitar 4.000-5.000 pemrotes berunjuk rasa di kota
penambangan Timika, yang menyebabkan kerusakan pada sebuah hotel di dekat
gedung DPRD Kabupaten Mimika. Bentrokan lebih lanjut antara pengunjuk rasa dan
polisi terjadi di depan gedung DPRD Mimika, ketika polisi membubarkan kerumunan
orang menunggu bupati Mimika, Eltinus Omaleng. Banyak orang akhirya di tangkap,
didakwa merusak hotel atau memaksa toko reparasi mobil lokal untuk menyediakan
ban bagi para pengunjuk rasa untuk dibakar.
Ribuan pengunjuk rasa juga berunjuk rasa di kota Fakfak pada 21 Agustus.
Massa membakar pasar lokal dan gedung kantor. Tidak hanya berhenti disitu, para
pengunjuk rasa juga memblokir jalan ke Bandar Udara Torea Fakfak. Sejumlah unjuk
rasa juga digelar di Merauke, Nabire, Yahukimo and Biak. Beberapa mahasiswa Papua
di Jakarta juga menggelar unjuk rasa di depan gedung Kemendagri RI pada 22
Agustus. Protes yang lebih damai berlanjut, dengan "mars panjang" yang damai
di Kabupaten Sarmi pada 23 Agustus dan unjuk rasa pro-kemerdekaan
di Semarang pada hari berikutnya. Demonstrasi lain yang memprotes rasisme terhadap
mahasiswa Papua juga diadakan di Yogyakarta, Bandung dan Denpasar, serta kota
lainnya.
Sebenarnya mereka semua adalah orang-orang baik dan menghargai suku lain,
namun betapa tidak terpujinya ucapan oknum yang mengatakan mereka “Monyet”. Kita
sebagai manusia tidak pantas untuk saling menghina, kita harus saling mengayomi,
saling mendukung, saling menghormati, serta saling memberi kasih sayang antara satu
sama lain.
Kedua, adalah masalah rasisme terhadap etnis Tionghoa. Beberapa waktu ini
yang membuat gempar seluruh masyarakat yaitu kasus mengenai penistaan agama
yang di lakukan oleh Gubernur DKI Jakarta atau yang biasa kenal dengan Ahok.
Sentinmen rasial etnis Tionghoa di Indonesia sebenarnya sudah lama terjadi, Penelitin
Amy Freedman dari Franklin and Marshall Collage, Amerika Serikat, menyebutkan
bahwa kebencian terhadap etnis Tionghoa merupakan hasil daari politik pecah belah
Soeharto. Dalam jurnal penelitian Bejudul "Political Institutions and Ethnic Chinese
Identity in Indonesia”, Freedman menyebut Soeharto memaksa masyarakat Tionghoa
untuk melakukan aslimilasi sembari mengidentifikasi mereka sebagai bukan pribumi
Masalah ini pun terulang kembali pada Ahok, yang pada awalnya semua
masyarakat Etnis Tionghoa sudah tenang karena Ahok telah memecahkan sentinmen
rasial bahwa etnis Tionghoa tidak boleh terjun dalam bidang politik. Namun bak
seseorang yang tebangun dari mimpi indah, semua terasa cepat berubah. Perubahan
dari yang awalnya di percaya lalu di lawan dan di benci semua orang. Semua itu terjadi
karena beredar vidio Ahok meminta warga tidak meminta kebijakan yang diambil
pemerintahnya jika dia tak terpilih kembali. Namun, dia menyisipkan Surah Al Maidah
ayat 51. Hal itu yang membuat banyak masyarakat yang merasa risih dan mungkin
tidak terima dengan ucapan Ahok menjadi kesal dan mengadakan demo. Ini telah
menunjukan bahwa tidak ada peningkatan toleransi pada masyarakat etnis Tionghoa,
yang terjadi adalah peningkatan inteloransi yang dikonsolidasikan setelah aksi Anti-
Ahok. Hal ini memberi catatan bahwa pada 2018 sentimen terhadap Tionghoa
menurun, meski sentimen terhadap nonmuslim secara umum masih meningkat.
Karena itu lah kita sebagai pelajar para calon generasi emas penerus bangsa
harus menolak tindakan rasisme. Kita semua dilahirkan setara jangan pernah
membeda-bedakan semua orang, kita mungkin memang memiliki perbedaan pada fisik
dan pada kepercayaaan, tapi hal itu jangan malah dijadikan boomerang untuk
menghancurkan rasa toleransi antar ras dan suku di negeri ini, kita semua tetap satu
dalam satu kesatuan yaitu Bangsa Indonesia. Indonesia terbentuk karena perbedaan
yang terjadi di antara kita semua, tanpa adanya perbedaan pastinya Indonesia saat ini
tidak akan ada. Sebagai pelajar kita harus menghindari rasisme , kita sebagai calon
pemimpin-pemimpin yang akan datang harus mencegah deskriminasi-deskriminasi ras
yang ada di sekitar kita. Kita harus melakukan gerakan antirasisme sejak dini, agar
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini tidak akan luntur karena ulah
masyarkatnya sendiri.
Sebagai generasi penerus bangsa bentuk sikap antirasisme yang bisa kita
lakukan sekarang adalah menyadari bahwa kita semua dilahirkan sebagai manusia
yang setara. Sebagai pelajar kita bisa mengembangkan sikap antirasisme dengan cara
berteman dengan teman kita yang memiliki ras, suku, dan agama yang berbeda hal itu
akan menumbuhkan rasa toleransi dan persatuan. Kita juga bisa melakukan
perlawanan terhadap orang-orang yang memiliki sikap rasis pada kita maupun pada
orang lain, kita lawan dengan baik-baik agar tidak malah menimbulkan kekacauan yang
lebih besar. Pekembangan zaman yang sangat cepat ini juga bisa menjadi boomerang
bagi kita semua untuk menghacurkan persatuan dan kesatuan bangsa, maka dari itu
kita harus senantiasa menjaga perkataan, pilah kata dengan bijak agar tidak
menyinggung ras ataupun suku lain, meskipun itu hanyalah candaaan atau gurauan.
Tidak hanya di kehidupan nyata, tapi di media sosial pun juga harus menerapkan hal.
Hal terakhir yang bisa kita lakukan agar dapat menghindari rasisme yaitu dengan cara
lebih terbuka untuk menghargai dan memahami orang lain, dengan cara itu kita lebih
meningkatkan rasa toleransi antara semua ras dan suku yang ada di Indonesia.
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil, indonesia merupakan negara yang tercipta oleh
keunikan dan keberagaman suku, ras dan agamanya. Sebagi generasi penerus bangsa
kita wajib menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan, sebagai pelajar jangan
sampai kita cepat percaya dengan kata-kata oknum tidak betanggung jawab yang
memacah persatuan dan kesatuan bangsa. Ambil sisi positif dari perbedaan ini,
Perbedaan warna kulit ataupun kepercayaan bukanlah bahan untuk menghina orang
lain, jangan sampai perbedaan malah dijadikan sebagai pisau pemutus tali persatuan
bangsa. Justru karena perbedaanlah kita bisa semakin erat semakin terikat dan saling
terhubung antar satu golongan dengan glongan yang lain. Dengan semua hal ini
pastinya kita bisa membangun jembatan untuk menuju negeri yang bertoleransi tinggi.
Saran
Sebagai generasi muda mulai sekarang kita harus menanamkan rasa persatuan
dan kesatuan. Ingat semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama, jangan
pernah membedabedakan. Sebagai calon generasi emas yang akan membawa
indonesia ke dalam kejayaan mulai sekarang harus belajar memahami keberagaman
yang ada di negeri ini, hindari tindakan-tindakan yang menyebabkan golongan lain
tersinggung, jalin hubungan yang baik dengan teman kita yang memiliki ras ataupun
agama yang berbeda, jangan mudah percaya dengan oknum-oknum yang bertindak
rasis dengan tujuan memprovokatori terpecahnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Terakhir Junjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat Indonesia, agar
negeri ini bisa menjadi negeri yang maju, aman, tentram dan sejahtera.