Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang


cukup cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual
adalah wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup dalam kehidupan rumah tangga.
Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan timbunya berbagai masalah yang berkaitan
dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Bila penyakit
infeksi menular seksual sebagian besar dapat diselesaikan dengan pengobatan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan penyulit selanjutnya, berbeda dengan kehamilan yang tidak
dikehendaki. Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis,
psikologis, sosial, spiritual, dan etika.

Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak)


yang memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat menjalar ke alat genitalia
bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang
memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir
rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau
mandul.

Dalam pertemuan di Atlanta USA tentang penyakit hubungan seksual, menyatakan


bahwa mata rantai yang ditularkan oleh WTS tidak dapat dihilangkan tetapi hanya
mungkin diperkecil peranannya. Dengan diketemukannya penyakit AIDS yang disebabkan
oleh virus dan sampai sejauh ini belum ada pengobatannya, maka masyarakat akan lebih
berhati-hati. Secara kelakar disebut pula bahwa PID adalah pretty international diseases,
oleh karena disebar luaskan oleh wanita cantik yang berstatus sebagai wanita tunasusila
(WTS) atau wanita penghibur.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi,


menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan

1
terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Meskipun
kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam memperluas penyediaan
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat, namun dalam
akses pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan
keterbatasan jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas. Disamping
itu, kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja di
pusat-pusat pelayanan informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih
terbatas. Atas dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan
konseling kesehatan reproduksi remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih melalui
workshop konseling kesehatan reproduksi remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Seksually Transmitted Diseases (STDS) ?

2. Apa saja perilaku yang terkait dengan Seksually Transmitted Diseases (STDS)?

3. Bagaimana gejala Seksually Transmitted Diseases (STDS) ?

4. Bagaimana Tes Penyakit Menular Seksual ?

5. Bagaimana Pengobatan Penyakit Menular Seksual ?


6. Bagaimana Komplikasi Penyakit Menular Seksual ?
7. Bagaimana cara pencegahan Seksually Transmitted Diseases (STDS)?

C. Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Seksually Transmitted Diseases (STDS).

2. Untuk mengetahui apa saja perilaku yang terkait dengan Seksually Transmitted Diseases
(STDS).

3. Untuk mengetahui bagaimana gejala Seksually Transmitted Diseases (STDS).

4. Untuk mengetahui bagaimana Tes Penyakit Menular Seksual.

5. Untuk mengetahui bagaimana Pengobatan Penyakit Menular Seksual..


6. Untuk mengetahui bagaimana Komplikasi Penyakit Menular Seksual.

2
7. Untuk mengetahui bagaimanacara pencegahan Seksually Transmitted Diseases (STDS).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pegertian Sexually Transmitted Disease (STDS)

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau
dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs), Sexually Transmitted
Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian dari IMS ini adalah infeksi
yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah
tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya
menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena
menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).

IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau penyakit yang
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan seksual. IMS yang
sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling terbesar diantaranya
adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian pada penderitanya. AIDS
tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).

Infeksi menular seksual atau penyakit menular seksual adalah infeksi yang menular
melalui hubungan intim. Penyakit ini dapat ditandai dengan ruam atau lepuhan dan rasa
nyeri di area kelamin. Ada banyak jenis penyakit menular seksual, di antaranya
chlamydia, gonore, sifilis, trikomoniasis, dan HIV.

Sesuai namanya, penyakit menular seksual menyebar melalui hubungan intim, baik
secara vaginal, anal, maupun oral. Tidak hanya hubungan intim, penularan juga dapat
terjadi melalui transfusi darah dan berbagi jarum suntik dengan penderita. Infeksi juga
dapat ditularkan dari ibu hamil ke janin, baik selama kehamilan atau saat persalinan.

3
B. Perilaku yang terkait dengan Seksually Transmitted Disease ( STDS )

Penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang cukup cepat.
Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah wanita
tunasusila/pria tunasusila yang dapat masuk dalam kehidupan rumah tangga.

Disamping itu perilaku seks tidak sehat dari sebagian kecil masyarakat juga turut
berperan dalam penyebaran penyakit ini. Perubahan perilaku seksual telah menyebabkan
timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan
yang tidak dikehendaki. Penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat
diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan penyakit
selanjutnya, berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki yang mempunyai dampak
yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan etika.

Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak)


yang memerlukan penanganan yang t.epat karena akan dapat menjalar ke alat genitalia
bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang
memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir
[rusaknya fungsi alat genitalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau
mandul.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi,


menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan
terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperlukan remaja. Meskipun
kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam memperluas penyediaan
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningkat, namun dalam
akses pemberian pelayanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan
keterbatasan jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang terbatas. Disamping
itu, kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja di
pusat-pusat pelayanan informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih
terbatas. Atas dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan

4
konseling kesehatan reproduksi remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih melalui
workshop konseling kesehatan reproduksi remaja.

C. Gejala Seksually Transmitted Disease ( STDS )

Gejala Perempuan Laki-laki

Luka terbuka dan atau luka basah dengan atau tanpa rasa sakit,
disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh yang lain.
Tonjolan (papules) kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit di
Luka sekitar alat kelamin

Anus gatal atau iritasi/Gatal-gatal di daerah alat


kelamin.

Cairan dari alat kelamin bisa Cairan bening atau berwarna


gatal, warna keputihan, berasal dari pembukaan alat
kekuningan, kehijauan, atau kelamin pria atau anus, rasa
kemerahmudaan berbau atau panas seperti terbakar atau sakit
berlendir. Cairan tubuh bisa selama atau setelah kencing.
juga keluar dari anus.
Cairan tidak
normal

Pada wanita, dapat juga


disebabkan oleh infeksi
Buang air kecil lebih sering dari
kandung kencing yang tidak
biasanya.
ditularkan melalui hubungan
seksual.

PMS pada wanita biasanya Rasa terbakar atau rasa/


tidak menyebabkan sakit atau perih/panas/sakit selama atau
burning urination setelah urination terkadang
Sakit pada saat diikuti dengan keluarnya cairan

5
buang air kecil putih dari alat kelamin pria

Nyeri di paha atau bagian perut lebih rendah.

Perubahan Terutama di bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan bisa


warna kulit menyebar ke seluruh bagian tubuh

Tonjolan Tumbuh tonjolan seperti jengger ayam/kutil di sekitar alat


seperti kelamin
jengger ayam

M
a
Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
c
a
m
Rasa sakit yang muncul dan hilang, yang tidak berkaitan dengan
menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi
pSakit pada
yang telah berpindah ke bagian dalam system reproduksi,
ebagian bawah
termasuk servik, tuba falopi, dan ovarium)
nperut
y
a
k Kemerahan pada sekitar alat Kemerahan pada sekitar alat
i kelamin, atau diantara kaki kelamin, kemerahan dan sakit
Kemerahan
t di kantong zakar

Pembengkakan kelenjar getah bening atau kemerahan di sekitar


alat kelamin
M
e
n

6
ular Seksual (PMS):

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular seksual:
1. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga dikenal
dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat kelamin atau mulut.
Melalui luka inilah penularan akan terjadi.
2. Gonore
Gonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh bakteri
Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya cairan dari penis atau
vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil. Bakteri penyebab gonore juga dapat
menimbulkan infeksi di bagian tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau
cairan vagina.
3. Human papillomavirus (HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang sama, yaitu
HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga kanker serviks pada
perempuan. Penularan HPV terjadi melalui kontak langsung atau melakukan hubungan
seksual dengan penderita.
4. Infeksi HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui hubungan seks
tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik, transfusi darah, atau saat persalinan.
5. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim. Sedangkan pada pria,
menyerang saluran keluar urine di penis. Penularan dapat terjadi dari luka pada area
kelamin.
6. Trikomoniasis
Penyakt menular seksual ini disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
Penyakit trikomoniasis bisa menimbulkan keputihan pada wanita atau malah tidak

7
menimbulkan gejala, sehingga sering kali seseorang secara tidak sadar menularkan
penyakit ini ke pasangan seksualnya.
7. Hepatitis B dan hepatitis C
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis, dan dapat mengakibatkan gangguan
hati kronis hingga kanker hati. Virus ini ditemukan dalam darah atau cairan tubuh
penderita. Selain melalui hubungan seksual, virus ini bisa menular melalui jarum
suntik yang dipakai bersama dan transplantasi organ.
8. Tinea cruris
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh jamur ini menyerang kulit di sekitar
alat kelamin, paha bagian dalam, dan bokong. Tinea cruris ditandai dengan ruam
merah yang terasa gatal pada kulit yang terinfeksi. Penularannya adalah melalui
kontak langsung dengan penderita atau menyentuh benda yang telah terinfeksi.
9. Herpes genital
Herpes genital disebabkan oleh infeksi virus. Virus ini bersifat tidak aktif atau
bersembunyi di dalam tubuh tanpa menyebabkan gejala. Penyebarannya terjadi
melalui kontak langsung dengan pasangan yang telah terinfeksi.
10. Candidiasis
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Candida. Candidiasis ditandai dengan ruam
atau lepuhan yang muncul pada kulit, terutama area lipatan kulit. Sama seperti infeksi
menular seksual lainnya, penularan penyakit ini dapat terjadi melalui hubungan
seksual dengan penderita.

D. Tes Penyakit Menular Seksual


Jika mengalami gejala penyakit menular seksual, dokter akan menanyakan perihal
hubungan intim dan penyakit yang pernah diderita. Kemudian, penderita akan menjalani
beberapa tes untuk mendeteksi keberadaan virus atau bakteri penyebab penyakit menular
seksual.
Tes yang akan dijalani adalah tes darah dan tes urine. Tes ini dilakukan untuk
mendeteksi virus atau bakteri penyebab penyakit menular seksual. Dokter juga akan
melakukan tes usap untuk mengambil sampel cairan tubuh di sekitar area kelamin.
Sampel ini kemudian akan diperiksa di laboratorium.

8
E. Pengobatan Penyakit Menular Seksual
Pengobatan terhadap penyakit menular seksual disesuaikan dengan penyebab infeksi,
melalui pemberian obat-obatan berikut ini:
1. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti gonore, chlamydia, dan sifilis. Antibiotik harus
tetap dikonsumsi, walaupun gejala yang dirasakan telah membaik. Hal ini dilakukan
untuk mencegah infeksi kembali terjadi.
Dokter juga akan menganjurkan pasien untuk tidak berhubungan intim hingga
masa pengobatan berakhir dan gejala menghilang. Jenis antibiotik yang diberikan
antara lain penisilin, doxycycline, amoxicillin, dan erythromycin.
Selain membunuh bakteri, antibiotik seperti metronidazole dapat membunuh
parasit pada penyakit trikomoniasis. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet yang
diminum maupun sediaan yang dimasukkan ke dalam vagina.
2. Antivirus
Pengobatan dengan obat antivirus hanya bertujuan untuk meredakan gejala dan
mengurangi risiko penyebaran. Jenis obat antivirus yang digunakan untuk menangani
herpes genital adalah acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir. Sementara untuk
hepatitis, obat yang diberikan meliputi entecavir, interferon, dan lamivudine.
3. Antijamur
Untuk penyakit menular seksual yang disebabkan oleh jamur, seperti candidiasis,
dokter akan memberikan krim antijamur yang dioleskan ke vagina, seperti nystatin dan
clotrimazole. Obat antijamur dalam bentuk tablet juga dapat diresepkan oleh dokter,
seperti fluconazole dan miconazole.

F. Komplikasi Penyakit Menular Seksual


Deteksi dan penanganan terhadap penyakit menular seksual perlu dilakukan sejak dini.
Jika dibiarkan, penyakit menular seksual dapat menyebabkan beberapa komplikasi
berikut:
1. Peradangan pada mata

9
2. Radang sendi
3. Nyeri panggul
4. Radang panggul
5. Infertilitas
6. Penyakit jantung
7. Kanker serviks
8. Kanker anus
Penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan komplikasi pada kehamilan.
Beberapa penyakit menular seksual, seperti gonore, chlamydia, HIV, dan sifilis dapat
menular dari ibu hamil ke janinnya selama kehamilan atau saat persalinan. Kondisi ini
dapat memicu keguguran dan gangguan kesehatan atau cacat lahir pada bayi.

G. Pencegahan Penyakit Menular Seksual

Pencegahan merupakan cara yang bijak sebelum kalian terjangkit penyakit kelamin,
karena jika terjangkit kalian akan mengalami kerugian yang besar. Pencegahan penyakit
kelamin diantaranya dengan:

Pencegahan Penularan lewat seks : Berlaku saling setia atau berhubungan hanya dengan
pasangannya saja kalau sudah menikah.

Pencegahan Penularan Cara lainnya :

1. Mencegah masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa kebersihannya dari
penderita Infeksi Menular Seks (IMS) ke dalam tubuh kita.

2. Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.

3. Mencegah pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak suci hama atau tidak steril.
Misalnya jarum suntik, alat tato, alat tindik dan sejenisnya yang bekas dipakai orang lain.
Jarum suntik yang baru biasanya masih dalam plastik dan dibuka dihadapan kita.

4. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, dimulai dari diri sendiri dan keluarga sehingga
terbentuknya masyarakat yang religious.

10
5. Memberikan pemahaman tentang seks pada anak-anak sekolah, untuk berhati-hati dan
tidak mencoba-coba.

6. Menghargai hubungan seksual sebagai suatu yang sakral sehingga hanya boleh
dilakukan pada pasangan yang telah menikah.

7. Pemberantasan peredaran narkoba.

8. Menutup tempat-tepat prostitusi dan pelacuran terselubung.

9. Menjaga kebersihan pakaian dalam dan toilet umum.

10. Merawat rambut disekitar alat kelamin.

11. Pemeriksaan rutin ke dokter kulit dan kelamin

H. Contoh Kasus
Data Subjektif :
Ny. W 28 tahun, pada tanggal 11 April 2012, datang pukul 11.00 WIB. Dengan keluhan
berat badan menurun, diare yang tidak kunjung sembuh sudah 1 minggu yang lalu,
dengan frekuensi 5-6 kali/hari, demam yang hilang timbul sudah 5 hari yang lalu,
sariawan pada mulut sejak 7 hari yang lalu, ibu mengaku ini kehamilan yang pertama,
usia kehamilan 7 bulan, dengan HPHT 18-9-2011, TP 25-6-2012, ibu mengatakan
bahwa suaminya mengidap HIV (+) ± sejak 20 tahun yang lalu, Ny. W menikah sudah
9 tahun yang lalu, didalam lingkungan keluarga ibu mendapat support dari orang tua dan
mertuanya untuk hamil, tetapi di lingkungan rumah atau masyarakat sekitar kurang
memerima kehadiran Ny. W dan suaminya karena takut menularkan HIV, ibu
mengatakan bahwa pergerakan janinnya ada 7 kali dalam sehari, dan ibu menyatakan
behwa dari hasil pemeriksaan tes laboratorium darah pertama tanggal 10 November
2008 bDNA (Branced Deoxyribonuclied Acid) dan CD4 900sel/m3 darah didapatkan
hasil (-)HIV, dan tes kedua dilakukan lagi dengan jarak 7 minggu dengan hasil tes
bDNA dan CD4 800 sel/m3 darah (-)HIv, dan ibu melakukan tes lagi yang ketiga kalinya
tanggal 16 Februari 2009 dengan hasil tes bDNA dan CD4 menurun yaitu 150 sel/m3
darah menunjukkan (+) HIV dan pada tangga l30 Maret 2009 Ny. W melakukan tes

11
keempat untuk meyakinkan bahwa dirinya (+) HIV, dan hasil bDNA dan CD4 (+) HIV
yaitu 100sel/m3 darah.

Data Objektif :
Keadaan umum ibu kurang baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 85 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 38,50C, berat badan 53 kg, berat
badan sebelum hamil 60 kg, menurun karena asupan makanan, tinggi badan 163 cm,
kelenjar tiroid tidak ada pembesaran, pemeriksaan abdomen inspeksi perut tampak
memanjang, tidak ada luka bekas operasi, hyperpigmentasi linea nigra, tampak ada
gerakan janin, palpasi TFU 24 cm, leopold I teraba bagian lunak, kurang bundar, kurang
melenting yaitu bokong, leopold II kanan ibu teraba tahanan besar, memanjang seperti
papan yaitu punggung, kiri ibu teraba bagian kecil yaitu ekstremitas janin, leopold III
teraba bagian keras, bulat dan melenting yaitu kepala, leopold IV konvergen, TBBJ
(24-13)x155 = 1705gr, pada pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ + frekuensi
130x/menit, pemeriksaan genital tidak ada pengeluaran air-air, tidak ada oedema, tidak
ada benjolan, tidak ada varises, tungkai simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises,
reflex patella +/+. Pemeriksaan penunjang test bDNA dan CD4 menurun menunjukan
hasil 100 sel/m3 darah(+) HIV, Hb 10 gr%, protein urin (-) dan glukosa (-).

Assessment :
Diagnosa : G1P0A0 hamil 28 minggu, dengan penyakit infeksi HIV (+). Janin
tunggal. Hidup. Intrauterine. Presentasi kepala.
Masalah : cemas, berat badan turun drastic, kekurangan cairan.

Kebutuhan : informasi, konseling, dukungan

Masalah potensial :

Pada ibu : ibu HIV (+) stadium III dan AIDS

Pada janin : janin dapat tertular HIV (+) dan BBLR

Tindakan segera : kolaborasi dengan Dokter spesialis kandungan.

12
Penatalaksanaan

1. Melakukan konseling pra dan pasca test HIV dengan memberitahu ibu hasil
pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini kurang baik, TD 110/70 mmHg, N 85
x/menit, R 20 x/menit, S 38,50C, saat ini usia kandungannya berumur 8 bulan
dengan masalah ibu mengidap HIV/AIDS dari hasil test darah bDNA dan CD4
mennurun menunjukkan hasil 100 sel/m3 darah (+)HIV, kondisi janin saat ini baik
dengan taksiran berat janin 1705 gr, ibu telah diberitahu hasil pemeriksaan dan ibu
mengerti akan hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu ketika berhubungan intim dengan perlindungan kondom untuk


mencegah penular HIV yang lebih lanjut. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
Perlu disampaikan pada ibu dan keluarganya bahwa HIV/AIDS tidak ditularkan
dengan cara bersalaman, satu rumah dengan penderita dan berenang. Ibu paham
akan masalahnya dan berjanji akan menghindarkan penularan seperti dijelaskan.

3. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
seperti mengkonsumsi daging, telur, ayam, ikan, tempe, wortel, kelapa, kembang kol,
buah alpukat, kacang-kacangan dan produk olahannya secara teratur, terutama
sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten) yang tidak
rendah serat untuk mencegah diare yang berkelanjutan, zat besi, makanlah makanan
yang ibu suka sebanyak yang ibu mau untuk menambah berat badan ibu, dan baik
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, minum susu setiap hari, menghindari
makanan yang diawetkan seperti mie instan, makanan kaleng/sarden, dan makanan
yang beragi (tape, brem). Ibu mengerti anjuran bidan dan akan mengkonsumsi
makanan yang telah dianjurkan.

4. Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih 8 gelas/hari paling sedikit, terutama
untuk ibu yang sedang demam, diare, keringat pada malam hari karena dalam
keadaan seperti itu ibu membutuhkan penambahan cairan untuk mengganti
kehilangan cairan tersebut. Ibu mengerti dan mengatakan akan menuruti anjuran
yang diberikan.

13
5. Memberi ibu tablet Fe dengan dosis 1x1/hari yang dapat ibu minum pada malam hari
karena bila diminum pada siang hari obat tersebut dapat menimbulkan mual pada
ibu, dengan satu gelas air putih dan jangan diminum dengan air teh atau kopi karena
hal tersebut dapat menghambat kerja obat dan menurunkan efektifitas oabt tersebut,
tablet Fe ini selain baik untuk mencegah dan mengobati Anemia, baik juga untuk
pertumbuhan janin karena mengandung asam folat yang dibutuhkan janin. Ibu
mengerti dan berjanji akan minum tablet Fe dengan teratur dan diminum sesuai
anjuran yang diberikan bidan.

6. Menganjurkan ibu untuk meminum obat atas instruksi/kolaborasi dengan dokter, yaitu
obat antiretroviral (ARV) untuk mencegah bayi tertular HIV (+), dengan dosis 1x1
setelah ibu makan, dan diminum dengan air putih, boleh pada siang hari atau malam
hari, tetapi ketika bersalin obat ARV akan diberikan dalam bentuk intravena. Ibu
mengerti dan berjanji akan minum obat secara teratur.

7. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kepada dokter spesialis


kandungan untuk mengetahui perkembangan janin dan kondisinya (USG). Ibu
mengerti anjuran bidan dan akan segera mengunjungi dokter kandungan.

8. Memberitahu ibu bahwa ibu dengan HIV (+), proses persalinan tidak bisa ditolong
oleh bidan, walau ibu bersalin bukan indikasi dilakukan pertolongan persalinan
dengan seksio sesaria akan tetapi ada kemungkinan ibu harus di operasi sesar,
karena resiko yang mungkin terjadi pada bayi dapat tertular HIV. Maka ibu dan
keluarga diharapkan mempersiapkan segala sesuatunya seperti uang, tempat bersalin
(Rumah Sakit), kendaraan dan lain-lain untuk proses persalinan ibu. Ibu mengerti
informasi yang diberikan dan akan mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan
untuk persalinan nanti.

9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian atau bila ibu
mengunjungi dokter spesialis kandungan dan atau bila ibu mengalami penyulit atau
hal-hal yang dianggap tidak normal oleh bidan dan keluarga. Ibu mengerti dan
mengatakan akan kembali melakukan kunjungan ulang 2 minggu kemudian.

14
10. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam
yang tiba-tiba, sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, keluar air-air dari vagina
sebelum usia kandungan ibu 9 bulan, maka segera hubungi atau dating ke pelayanan
kesehatan terdekat. Ibu mengerti dan akan segera mendatangi bidan bila terjadi salah
satu masalah tadi.

11. Memberitahu ibu cara ber-KB yang aman dan baik bagi ibu, bila ibu telah
melahirkan. Ibu boleh menggunakan KB pil, suntik KB, implant, tetapi ibu jangan
menggunakan AKDR atau alat kontrasepsi dalam rahim karena hal tersebut dapat
memperparah resiko infeksi yang terjadi pada ibu dengan HIV (+). Ibu mengerti dan
akan memilih KB yang aman untuk dirinya nanti bila sudah bersalin.

12. Memberitahu ibu bahwa ibu tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya ketika selesai
proses persalinan dan untuk selamanya mengingat risiko bayi tertular HIV,
sebaiknya ibu memberikan bayinya susu formula, dengan penyajian dan takaran
yang benar. Ibu mengerti dan akan memberikan bayinya nanti susu formula untuk
keselamatan dan kesehatann bayinya.

13. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan pada catatan
SOAP. Hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan telah didokumetasikan pada
catatan SOAP.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual (PMS) atau dalam
bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDS), Sexually Transmitted
Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Merupakan salah satu penyakit yang mudah
ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab dan kelainan yang

16
terjadi terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS di antaranya Gonore (kencing nanah) dan
Kondiloma Akuminata (KA). Prilaku seksual berupa bergonta-ganti pasangan seksual akan
meningkatkan penularan penyakit, Kelompok berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual
yaitu PSK (Pekerja Seks Komersial). Angka penyakit IMS di kalangan PSK (Pekerja Seks
Komersial) tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% PSK
terinfeksi IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, Herpes simplex vinio tipe 2 dan clamidia.
Pekerja seks memerlukan skrining secara rutin untuk IMS seperti penggunaan kondom tidak
sepenuhnya protektif.

B. Saran

Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita semua dapat
mengerti tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular Seksual ), dan dapat
melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan kewajiban kita semua untuk
mengurangi tingkat kejadian pada penyakit mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks
bebas, meberikan pengetahuan pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak
bermoral tersebut karna dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah
seumur hidup.

DAFTAR PUSTAKA

sta.blogspot.co.id/2012/06/pengertian-seksual-transmitted-deseases.html

Kemendikbud. 2015. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Kelas XII. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.a

17
18

Anda mungkin juga menyukai