Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar
1. Definisi
Non ST Elevasi Infark Miokard merupakan adanya ketidakseimbangan per
mintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan olehar
teri koroner akan menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang
bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel
dan jaringan (Sylvia, 2013).

Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang
disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan
ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak
menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2013).

NSTEMI atau Non-ST Elevasi Miokard Infark merupakan penyakit


penyempitan pembuluh darah oleh timbunan lemak sehingga menyumbat
suplai aliran darah ke jantung. Akibatnya, jantung menjadi kekurangan oksigen
dan menyebabkan penderita merasa tertekan dan tertusuk pada area uluhati.
(Sudoyo, 2014).
Jadi NSTEMI adalah dimana kondisi suatu organ otot jantung terjadi
peningkatan sehingga terjadi peningkatan gelombang segmen di EKG sehingga
kurangnya suplay oksigen kedam otot jantung.

2. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner,
sehingga terjadi iskemia miokard dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan
miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium.
Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.

1
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus nonocclusive yang
telah dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan
abnormal dari arteri koroner mungkin juga bertanggung jawab.
1. Faktor resiko yg tidak dapat diubah :
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Riwayat penyakit jantung koroner
4) Hereditas
2. Faktor resiko yg dapat di ubah :
1) Mayor : Hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes,
obesitas,diet tinggi lemak jenuh, kalori
2) Minor : Inaktifitas fisik,emosional, agresif,ambisius, stres
psikologis berlebihan. (Sudoyo, 2014).

3. Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi
koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur
plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid
yang besar, densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan
konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak yang yang cenderung
ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak
tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag
dan limposit T yang menunjukkan adanya proses imflamasi. Sel-sel ini akan
mengeluarkan sel sitokin proinflamasi , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan
merangsang pengeluaranaseperti TNF hsCRP di hati. (Sudoyo Aru W,2012)

4. Tanda dan Gejala


Gejala yang di temukan :
1) Khas nyeri dada dengan lokasi substernal atau kadang kala
diepigastrium dengan ciriSeperti diperas, perasaan seperti diikat,
perasaan terbakar, nyeri tumpul,rasa penuh, berat atau tertekan . Nyeri
dada,berlangsung minimal 30 menit sedangkan seranganangina kurang
dari itu.Selain itu pada angina,nyeri akan hilangdengan beristirahat
namun lain halnya dengan NSTEMI.
2) Tidak khas seperti: Dispneu, mual, diaphoresis, sinkop, atau nyeri
dilengan, epigastrium, bahu atas atau leher Analisis berdasarkan
gambaran klinis menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala
dengan onsetbaru angina/terakselerasi memiliki prognosis lebih baik
dibandingkan dengan yang memiliki nyeri padawaktu istirahat
3) Sesak Nafas,disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan
hipervenntilasi. Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas
merupakan tanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
4) Gejala gastrointestinal,peningkatan aktivitas vagal menyebabkanmual
dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior,dan stimulasi
diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
5) Gejala lain termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari
aritmiaventrikel, gelisah (Sudoyo, 2012).

5. Komplikasi
1) Syok kardiogenikSyok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi
ventrikel kiri yangmengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu
mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jarin
gan yang khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miok
ardium akut adalah hilangnya 40 % atau lebih jaringan otot pada
ventrikel kiri dan nekrosis vokal di seluruh ventrikel karena
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan supplyoksigen miokardium.
2) Edema paru , Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema
dimana saja didalamtubuh. Faktor apapun yang menyebabkan cairan
interstitial paru meningkatdari batas negative menjadi batas
positif. Penyebab kelainan paru yang paling umum adalah:
- Gagal jantung sisi kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat
peningkatantekanan kapiler paru dan membanjiri ruang interstitial dan
alveoli.
- Kerusakan pada membrane kapiler paru yang disebabkan oleh
infeksiseperti pneumonia atau terhirupnya bahan - bahan yang
berbahaya sepertigas klorin atau gas sulfur dioksida. Masing-masing
menyebabkan kebocoran protein plasma dan cairan secara cepat
keluar dari kapiler

6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Elektro Kardiogram (EKG)Segmen ST merupakan hal
penting yang menentukan risiko pada pasien. PadaTrombolysis in
Myocardial (TIMI) III Registry, adanya depresi segmen ST baru
sebanyak 0,05 mV merupkan prediktor outcome yang buruk.
Menunjukkan peningkatan resiko outcome yang buruk meningkat
secara progresif dengan memberatnya depresi segmen ST maupun
perubahan troponin T keduanya memberikan tambahan informasi
prognosis pasien-pasien dengan NSTEMI.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Troponin T atau Troponin I merupakan pertanda nekrosis miokard
lebihspesifik dari pada CK dan CKMB. Pada pasien IMA, peningkatan
Troponin pada darah perifer setelah 3-4 jam dan dapat menetap sampai 2
minggu.

7. Penatalaksanaan Medis
- Farmakologi
1) Terapi antiiskemia Bertujuan untuk menghilangkan nyeri dada dan
mencegah nyeri dada berulang. Dapat diberikan terapi awal mencakup nit
rat dan penyekat beta.Terapi ini terdiri dari nitrogliserin sublingual dan
dapat dilanjutkan dengan intravena dan penyekat beta oral
2) Nitrata
- Pertama kali diberikan sublingual atau spray bukal jika pasien
mengalami nyeri dada iskemia.
- Jika nyeri menetap setelah diberikan nitrat sublingual 3X dgn
interval 5 menit, direkomendasikan pemberian nitrogliserin
intravena (mulai 5-10 ug/menit).
- Dimana laju dapat ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit
setiapkeluhan menghilang / tekanan sistolik <100 mmHg.
- Setelah nyeri dada hilang, dapat digantikan dengan nitrat
oral/dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika pasien
sudah bebas nyeriselama 12-24 jam.
3) Aspirin
Berfungsi penghambat siklooksigenase-1. Pada pemberian terapi
aspirindpt terjadi sindrom resistensi insulin yg ditandai dgn penghambat
agresasi platelet dan/kegagalan yang dapat memperpanjang waktu
pendarahan.
4) Clopidogrel
Clopidogrel sebaiknya diberikan pada pasien yang direncanakan
mendapatkan pendekatan non invasif dini, pasien yang bukan
merupakan kadidat operasi koroner segera/memiliki kontraindikasi untuk
operasi dankateterisasi ditunda selama >24-36 jam.
5) UFH (Unfractionated Heparin) Manfaat UFH jika ditambah
aspirintelah dibuktikan dalam 7 penelitian acak dan kombinasi UFH dan
aspirin telah dignakan dalam tatalaksana NSTEMI untuk lebih dari 15 tah
un. Namun terdapat banyak kerugian UFH termasuk dalam ikatan yang n
on spesifik dan menyebabkan inaktivasi platelet, endotel vascular, fibrin,
plateletfactor 4 dan sejumlah protein sirkulasi.
6) Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan
vasoaktifmerupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung untukmengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel.
- Non Farmakologi
1) Istirahat
2) Diet jantung, makanan lunak, rendah garam.
3) Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis
akan mengurangi edem.Pada saat pemberian ini pasien harus
dipantau terhadap hilangnya dispnea,ortopnea, berkurangnya krekel,
dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan
anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan
terjadi perubahan irama, bradikardi
kontrak ventrikel premature,bigemini(denyut normal dan premature s
aling berganti), dan takikardia atria proksimal
4) Pemberian Diuretic, yaitu untuk memacu eksresi natrium dan air
melaluiginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari
agar tidakmengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan
output pasien harusdicatat mungkin pasien dapat mengalami
kehilangan cairan setelah pemberian diuretic, pasien juga harus
menimbang badannya setiap hari turgorkulit untuk menghindari
terjadinya tanda-tanda dehidrasi.
5) Pemberian oksigen

I. Manajemen Keperawatan
1. Pengkajian
1) Anamnesa
Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara
pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan
penyakit yang diderita pasien seperti Identitas pasien, keluhan utama
pasien, riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perusi sistem saraf pusat.
1) B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak
napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas
terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan
akhir diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis.
Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh
ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada
infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.Klien
terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak napas
seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas terjadi
akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal
ini terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh
ventrikel kiri pada saat melakukan kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada
infark miokardium yang kronis dapat timbul pada saat istirahat.
2) B2 (Blood)
- Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran
nyeri dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan
menggerakkan bahu dan tangan.
- Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi biasanya
tidak ditemukan.
- Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup yang
disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya
tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi
- Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran
3) B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu
wajah meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang
merupakan respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah takikardia, dispnea
pada saat istirahat maupun saat beraktivitas.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA
karena merupakan tanda awal syok kardiogenik
5) B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus
yang merupakan tanda utama IMA.
6) B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal
olahraga teratur. perubahan postur tubuh.
Kaji higienis personal klien dengan menanyakan apakah klien mengalami
kesulitan melakukan tugas perawatan diri.

1. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri ditandai dengan: penurunan curah jantung
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
3) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor
listrik, penurunan karakteristik miokard
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar
suplayoksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis
jaringan miokard
5) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah
ke alveoli atau kegagalan utama paru

2. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri ditandai dengan: penurunan curah jantung dengan kriteria
hasil nyeri berkurang dengan intervensi :
1. Observasi TTV dan keadaan umun klien
Rasional : Agar mengetahui TTV dalam batas normal
2. Kaji skala nyeri klien
Rasional : Agara mengetahui skla nyeri klien
3. Atur posisi klien senyaman mungkin
Rasional : Agar pasien merasa nyaman
4. Ajarkan tehnik relaksasi distraksi
Rasional : Untuk mengalihkan rasa nyeri klien
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberianobat analgetik
Rasional :Untuk membatu dalam proses pengobatan
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernafasan
dengan krireia hasil pola nafas kembali efektif dengan intervensi :
1. Observasi TTV dan keadaan umum klien
Rasional : Agar mengetahui TTV dalam batas normal
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
Rasional : Agar pasien merasa nyaman
3. Berikan O2 sesuai kebtuhan (3 Lpm)
Rasional : Memudah klien dalam pernafasan
4. Ajarkan klien tehnik nafas dalam
Rasional : Untuk mengatur pola nafas klien
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Rasional : Membatu dalam proses pengobatan

1) Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan faktor


listrik, penurunan karakteristik miokard dengan kriteria hasil tidak terjadi
penurunan curah jantung dengan intervensi :
1. Observasi TTV dan keadaan umum klien
Rasional : Agar mengetahui TTV dalam batas normal
2. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
Rasional : Agar mengetahui menurun atau tidakperfusi jaringan
perifer
3. Berikan O2 tambahan sesuai kebutuhan
Rasional : Meningkatakan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
4. Kolaborasi dalam pemberian vasodilator
Rasional : Untuk meningkatkan curah jantung dan menurunkan
volume sirkulasi
4) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar
suplayoksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/ nekrosis jaringan
miokard dengan kriteria hasi dapat melakukan ADL mandiri sesuai
kemampuan dengan intervensi :
1. Observasi TTV dan keadaan umum klien
Rasional : Agar mengetahui TTV dalam batas normal
2. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
Rasional : Untuk mengembangkan kemampuan klien dalam perawatan
diri
3. Berikan bantuan kepada kien sampai klien mampu self-care
Rasional : Membantu dalam pemenuhan secara individual
4. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Untuk memenuhi ADL secara mandiri
5. Anjurkan keluarga untuk mendorong kemampuan klien dalam
kemandirian
Rasional : Meningkatkan semangat klien
5) Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru dengan kriteria hasi tidak terjadi
gangguan pertukaran gas dengan intervensi :
1. Observasi TTV dan keadaan umum klien
Rasional : Agar mengetahui TTV dalam batas normal
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
Rasional : Agar pasien merasa nyaman
3. Berikan O2 tambahan sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk lebih memperluas tempat pertukkaran jalan nafas
4. Kaji suara nafas klien
Rasional : Mengetahui suara nafas tambahan
5. Kaji respirasi dan O2 klien
Rasional : Meggetahui RR dalam batas normal

4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehtan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Joewono Budi Prasetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung,Airlangga University:


Surabaya.
Joyce Levefer. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
dengan Implikasi Keperawatan. EGC : Jakarta.
Sudoyo, A W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Sylvia. 2013. Patofisiologi : Konsep Dan Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai