901 2141 1 PB PDF
901 2141 1 PB PDF
ABSTRAK
Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara pengalengan, peralatan dan kecakapan
serta pengetahuan pelaksana-pelaksana teknis, sanitasi dan higiene pabrik dan lingkungan. Kesegaran
bahan mentah sangat penting dalam industri perikanan. Kesegaran adalah tolak ukur untuk membedakan
ikan jelek dan bagus kualitasnya. Bila kualitas bahan mentah bagus, maka produk yang dihasilkan juga
bagus. Untuk mengendalikan mutu produk yang dihasilkan perusahaan diperlukan suatu sistem yang
terkendali dan dapat mengendalikan seluruh aktifitas yang mempengaruhi mutu produk. Khusus untuk
produk perikanan lahirnya konsep HACCP mendorong negara-negara maju menerapkan sistem
pengawasan mutu ini kepada produsen sebagai jaminan mutu produknya. Dari hasi studi pustaka dan
penelitian serta pengamatan langsung pada PT. Karya Manunggal Prima Sukses Muncar, ternyata
diketahui bahwa mutu bahan baku dan produk akhir berupa ikan kaleng sardine saus tomat yang
dihasilkan sesuai dengan standart mutu SNI 01-3548-1994. Sedangkan penerapan konsepsi HACCP
belum terlaksana dengan baik sehingga diperlukan perbaikan, baik GMP dan SSOP pada unit pengolahan.
Kata kunci : Mutu ikan kaleng, HACCP.
ABSTRACT
The quality of a certain tinned-fish depends on several things; those are the freshness of raw materials,
tinning technique, devices, knowledge, and capability of the technicians, sanitation and hygienist of the
factory. The freshness of raw materials is important in fishery industries. Freshness is one of indicators in
determining fish quality. If raw materials are in good quality so that the product will be. To maintain
quality of a product in certain factory, system that are able to control all of the elements affecting product
quality, is absolutely needed. In fishery product, availability of HACCP, encourage the advanced-
countries to apply a monitoring system of product quality to the producer as a kind of quality guarantee.
From the study of certain literature, research, and also direct observation in PT Karya Manunggal Prima
Sukses, Muncar, it is known that the quality of raw materials and the final product in a form tinned-sardine
with tomato sauce, produced by this factory, is in accordance with quality standard of SNI 01-3548-1994,
even though the application of HACCP concept still needs several corrections. This is also available for
GMP and SSOP in the processing unit.
40
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
41
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
berupa uji organoleptik dengan sardine kaleng media saus tomat yang
menggunakan kuisoner bahan mentah dan dihasilkan oleh PT. Karya Manunggal
produk akhir dan penentuan angka lempeng Prima Sukses mempunyai nilai kisaran 7,51
total (ALT). Pengujian angka lempeng total – 7,60. Standar mutu ikan sardine kaleng
dilakukan pada bahan mentah dan produk media saus tomat sesuai dengan SNI 01-
akhir. Data sekunder berupa data alur 3548-1994, dimana nilai organoleptik
proses pengolahan ikan sardine, deskripsi adalah 6,5 itu berarti produk yang
produk sardine kaleng serta tingkah laku, dihasilkan masih diatas standar yang
kebiasaan karyawan dan penerapan ditentukan. Dengan kriteria sebagai
HACCP. berikut:
♦ Kenampakan saus : warnanya merah
HASIL DAN PEMBAHASAN spesifik saus tomat, cerah homogen,
bersih dan menarik
Pengujian Organoleptik Pada Bahan ♦ Bau dan rasa saus : bau saus tomat kuat,
Mentah harum dan segar, rasanya gurih
♦ Kenampakan daging : potongan
utuh, rapi sedikit serpihan, seragam agak
Dalam pengujian organoleptik data
menarik.
dikumpulkan dengan lembar penilaian
♦ Bau dan rasa daging : bau daging
(scoore sheet) pada umumnya pada uji
segar dan harum, rasanya gurih.
organoleptik. Hal yang diuji meliputi rasa,
kenampakan dan bau. Berdasarkan hasil
uji, dapat disimpulkan bahwa hasil Hubungan Organoleptik Dengan Daerah
pengujian organoleptik ikan lemuru yang Asal Ikan
diterima pada ruang peneriman di PT. Ikan lokal (Muncar) memiliki nilai
Karya Manunggal Prima Sukses organoleptik lebih baik daripada ikan box-
mempunyai nilai kisaran 7,58 – 7,68. Nilai boxan (Grajakan dan Puger) baik bahan
organoleptik yang diperoleh pada tahap mentah ataupun produk akhir. Perbedaan
penerimaan masih memenuhi standar SNI kenampakan dari masing-masing daerah
01-3548.1-1994, dengan kriteria sebagai asal dikarenakan perbedaan waktu dalam
berikut: penanganan. Semakin cepat ikan sampai ke
♦ Rupa dan warna : bersih, warna pabrik maka semakin cepat diolah dan mutu
daging spesifik jenis sardine dapat dipertahankan. Selain itu pengujian
♦ Bau : segar spesifik jenis secara organoleptik sangat dipengaruhi oleh
♦ Daging : elastis, padat dan kompak subjektifitas dari masing–masing panelis
♦ Rasa : netral agak Manis dan waktu pengujian.
Panelis adalah alat analitis untuk
Pengujian Organoleptik Produk Akhir menera mutu. Nilai panelis tergantung pada
ketelitian yang diberikan. Semakin
Pengujian ikan sardine kaleng saus berpengalaman seorang panelis, penilaian
tomat didapatkan hasilnya memenuhi yang diberikan akan semakin teliti, begitu
standar yang ditetapkan. Berdasarkan hasil juga sebaliknya. Waktu pengujian, uji
analisis, dapat disimpulkan bahwa nilai ikan organoleptik harus dilakukan pada saat
42
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
panelis tidak dalam kondisi lapar atau dilakukan saat ikan baru ditangkap
kenyang, yaitu kira-kira jam 09.00 – 11.00 tergantung masing-masing pemilik
dan jam 14.00 – 16.00 atau kebiasaan waktu kapal.
setempat. Pengujian organoleptik di PT. 2. Jarak tempuh dari TPI (Tempat
Karya Manunggal Prima Sukses, dilakukan Pelelangan Ikan) ke lokasi
saat ikan datang. Ikan datang tidak selalu pengolahan, semakin jauh jarak
pagi, tapi sewaktu-waktu (pagi, siang dan maka waktu yang dibutuhkan untuk
malam). sampai ketempat pengolahan akan
semakin lama. Selama waktu
pengangkutan, bakteri akan dengan
cepat tumbuh dan akan
mempengaruhi mutu. Bakteri dapat
berkembang biak dengan pesat
setelah 20 menit ikan mengalami
kematian.
3. Penanganan saat pengangkutan,
penggunaan es dan garam serta alat
transportasi yang digunakan. Ikan
yang diangkut menggunakan cool
box, jarak bukan lagi menjadi
masalah untuk mempertahankan
Gambar 1. Grafik Hubungan Asal Ikan Dengan mutu sampai ke lokasi pengolahan,
Nilai Organoleptik begitu juga sebaliknya.
43
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
keadaannya steril. Namun sebagian bakteri tahapan yang bertujuan untuk mengurangi
penyebab kerusakan ikan telah ada sejak dan menghambat pertumbuhan bakteri
ikan belum mati. Bakteri ini hidup didalam pengguntingan, precooking dan sterilisasi.
alat pencernaan terutama pada usus halus, Penggunaan suhu tinggi pada sterilisasi
pada insang, kotoran ikan, dan permukaan bertujuan untuk membunuh semua jasad
tubuh atau kulitnya. Meskipun demikian, renik yang berupa spora, bakteri dan
bakteri tersebut tidak menimbulkan mikroba patogen dalam kaleng. Hasil
kerusakan, tetapi jika ikan mati maka pengujian dapat terlihat bahwa produk yang
bakteri tersebut segera berkembang dihasilkan dari daerah asal ikan yang
populasinya. berbeda telah memenuhi standart yang telah
Pengujian mikrobiologis dilakukan ditetapkan. Menurut SNI 01-3548-1994
untuk mengecek efektifitas proses persyaratan mutu ikan sardine media saus
sterilisasi, mutu produk, jenis dan jumlah tomat dalam kaleng untuk bakteri anaerob
bakteri yang masih hidup dalam wadah. per 25 gram, maksimal adalah 0.
Umumnya pemeriksaan mikrobiologis Tujuan dari pengolahan dan
memerlukan teknik dan peralatan yang lebih pengawetan adalah untuk memperpanjang
khusus dari pada secara fisik dan harus umur daya simpan dan daya awet dari hasil
dilakukan oleh suatu laboratorium yang perikanan. Umur simpan dan daya awet,
kompeten. Sebelum makanan kaleng keamanan akan hasil olahan juga
didistribusikan, diharuskan untuk dipertahankan. Indikasi dari pengolahan
menyimpan dahulu produk pada suhu ruang dan pengawetan adalah jumlah total bakteri
selama 10 hari untuk pemeriksaan. Selama pada hasil akhir. Berapapun jumlah bakteri
periode ini dilakukan pengamatan pada bahan mentah dengan daerah asal ikan
ada/tidaknya kebusukan, misalnya berbeda, hasil akhirnya harus 0 untuk
pengembungan kaleng atau kebocoran jumlah bakteri total. Batasan jumlah bakteri
akibat penutupan yang kurang baik total yang terdapat pada bahan mentah
(Widodo, 2001). sesuai SNI 01-3458-1994 yaitu 105. Bila
Kandungan mikroba yang terdapat pada jumlah bakteri total lebih yang ditetapkan
bahan mentah lebih banyak dari pada maka ikan tidak dapat diolah. Daerah asal
produk akhir. Bakteri total untuk ikan lokal ikan Puger mempengaruhi jumlah rata-rata
(Muncar) 7,23 X 103 dan ikan box-boxan bakteri total lebih besar daripada Muncar
(Grajakan dan Puger) 7,6 dan 7,4 X 103. dan Grajakan. Standart deviasi
Menurut Hadiwiyoto (1993) pada waktu menunjukkan bahwa pada daerah Puger
ikan baru saja ditangkap dengan jaring atau jumlah rata-rata bakteri total lebih tinggi
alat tangkap lainnya, maka segera letakkan dari daerah Muncar dan Grajakan pada
pada geladag atau pada palka kapal sampai jumlah rata-rata bakteri total bahan baku.
beberapa jam, kadang-kadang diberi es atau
dibiarkan sambil sesekali disiram dengan air Penerapan Konsepsi HACCP
laut tergantung perlakuan yang diberikan
oleh pengangkap ikan. Jumlah bakteri total Kelayakan dasar unit pengolahan
pada bahan mentah untuk produk akhir merupakan prasyarat awal dalam memulai
semua sama yaitu 0. Selama proses apakah suatu unit pengolahan mampu
pengolahan ikan mengalami beberapa mengembangkan dan menerapkan program
44
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
HACCP atau tidak. PMMT atau HACCP kamar mandi terdapat 4 buah
tidak merupakan suatu program yang berdiri sedangkan jumlah karyawan yang
sendiri tetapi merupakan bagian dari suatu melakukan proses lebih dari 100
sistem yang lebih besar dalam sistem orang. Jumlah tersebut tidak
pengawasan. Fungsi penerapan sebanding dengan jumlah karyawan.
PMMT/HACCP dapat berjalan lebih efektif, Formula berikut dapat ini dipakai
setiap unit pengolahan yang akan dalam menyediakan toilet
menerapkan HACCP harus memenuhi dihubungkan dengan jumlah
persyaratan kelayakan dasar (pre-requisite pegawai/karyawan: 1-9 pekerja 1
program) yang terdiri dari 2 (dua) bagian toilet, 10-24 pekerja 2 toilet, 25-49
pokok, yaitu GMP dan SSOP (Direktorat pekerja 3 toilet, 50-100 pekerja 5
Jendral Perikanan, 1999). toilet. Tempat buang air kecil bisa
Hasil pengamatan kelayakan dasar dari menggantikan toilet, namun
unit pengolahan ikan sardine di PT. Karya jumlahnya tidak boleh lebih dari 1/3
Manunggal Prima Sukses, terdapat 4 toilet total. Diatas 100 pekerja,
penyimpangan minor, 5 penyimpanagn setiap penambahan 30 pekerja
mayor dan 4 penyimpangan serius. Hasil membutuhkan 1 toilet (Direktorat
jumlah penyimpangan, tingkat atau rating Jendral Perikanan, 1997).
dari kelayakan dasar adalah C. Hasil 2. Tidak ada ruang istirahat, jika ada
penilaian unit pengolahan ikan sardine di tidak memenuhi persyaratan
PT. Karya Manunggal Prima Sukses kesehatan, penyimpangan ini terjadi
menunjukkan bahwa pelaksanaan konsepsi karena tempat ruang istirahat di PT.
HACCP belum diterapkan dengan baik. Karya Manunggal Prima Sukses
Usaha yang dilakukan untuk tidak memenuhi persyaratan
meningkatkan rating/tingkat dari kelayakan sebagaimana yang telah ditentukan.
dasar adalah perlunya dilakukan perbaikan Lantai yang tidak bersih, loker-loker
terhadap aspek-aspek dalam program yang tersedia kondisinya banyak
kelayakan dasar. Aspek-aspek yang perlu yang rusak, ruangan yang sempit
dilakukan perbaikan yaitu: penyimpangan dan pengap karena kurangnya
minor, mayor dan serius. Penyimpangan cahaya yang masuk, adalah salah
minor adalah jenis penyimpangan karena satu indikasi dari penyimpangan
tidak sesuainya persyaratan sanitasi dan yang terjadi .Menurut Direktorat
higiene tetapi masih dibawah Jendral Perikanan (1997), ruang
penyimpangan mayor, serius dan kritis. istirahat harus dilengkapi dengan
Penyimpangan minor yang terjadi di unit tempat cuci tangan dan tempat ganti
pengalengan sardine antara lain: pakaian. Ruang istirahat letaknya
1. Jumlah toilet tidak mencukupi harus terpisah dari ruang pengolahan
sebagaimana yang dipersyaratkan. dan cukup luas untuk jumlah
Penyimpangan ini terjadi karena karyawan pabrik.
jumlah toilet tidak sebanding dengan 3. Jumlah peralatan pencucian tangan
jumlah karyawan yang melakukan tidak cukup, penyimpangan ini
proses pengolahan. Di PT. Karya terjadi karena jumlah fasilitas
Manunggal Prima Sukses. Jumlah pencucian tangan yang ada tidak
45
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
46
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
47
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
48
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931
49