Anda di halaman 1dari 6

Peradangan pada Ginjal (Pielonefritis)

Definisi

Pielonefritis adalah penyakit infeksi pada ginjal, yang disebabkan oleh bakteri atau
virus. Pielonefritis ada 2 jenis, yaitu pielonefritis akut dan kronis. Pielonefritis akut biasanya
terjadi dalam waktu yang singkat. Sedangkan pielonefritis kronik ditandai dengan
peradangan dan fibrosis ginjal yang disebabkan oleh infeksi berulang atau persisten ginjal,
vesicoureteral refluks (aliran kencing yang mengarah balik ke ginjal), atau penyebab lain dari
obstruksi saluran kemih.

Gejala

Gejala pielonefritis bervariasi, tergantung usia. Pada umumnya, gejala yang muncul ialah
demam, muntah, nyeri pada punggung maupun pada pinggang, demam, mual, serta sering
buang air kecil dan terasa nyeri. Pada anak-anak yang berusia kurang dari 2 tahun dan orang
tua, mungkin hanya mengalami demam tinggi tanpa gejala yang berhubungan dengan saluran
kemih. Pada pielonefritis kronik, tanda yang terus-menerus muncul adalah bakteriuria sampai
jaringan ginjal sudah mengalami scaratau berbentuk jaringan parut yang berat dan atrofi,
sehingga pasien mengalami insufisiensi ginjal, yang ditandai dengan hipertensi, BUN
meningkat, dan klirens kreatinin menurun. Klirens kreatinin adalah kemampuan ginjal untuk
mengekskresi kreatinin.

Etiologi

Pielonefritis disebabkan oleh bakteri atau virus. Penyebab paling umum adalah
bakteri Escherichia coliselain, namun beberapa jenis bakteri lain yang sering menyebabkan
masalah ini adalah Klebsiella pneumonia dan Staphylococcus saprophyticus. Bakteri dapat
mencapai ginjal dengan naik dari saluran kemih bawah atau melalui aliran darah. Beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena pielonefritis yaitu obstruksi pada saluran
kemih, kelainan struktur atau anatomi saluran kemih, dan vesicoureteral refluks.

Pencegahan

Perubahan gaya hidup merupakan salah satu upaya pencegahan pielonefritis. Beberapa hal
yang dapat dilakukan adalah minum banyak air atau cairan, tetapi jangan minum alkohol. Air
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi dengan membilas saluran kemih.
Pembilasan ini juga mencegah batu ginjal, yang dapat meningkatkan risiko pielonefritis.
Selain itu, jangan menahan buang air kecil untuk waktu yang lama, dan untuk wanita
disarankan agar menyeka dari depan ke belakang setelah buang air kecil dan setelah buang
air besar, untuk mencegah bakteri menyebar ke uretra.
Diagnosis

Diagnosis pielonefritis tergantung pada umur, usia, dan respons terapi pasien. Berikut
beberapa cara diagnosis yang dapat dilakukan:
1. Urinanalisis, yaitu melakukan pengujian sampel urine. Adanya sel darah putih dan bakteri
dalam urine menunjukkan infeksi.
2. Kultur urine dapat digunakan sebagai pertimbangan penyesuaian antibiotik atau terapi pada
pasien.
3. Ultrasound dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan adanya obstruksi pada saluran
kemih, abses ginjal, nefritis bakteri fokal akut dan batu. Ultrasound biasanya diberikan pada
pasien yang tidak merespons terapi dalam 72 jam.
4. CT scan dapat mengidentifikasi perubahan perfusi parenkim ginjal, perubahan dalam contrast
excretion, cairan perinefrik dan penyakit nonrenal, gas forming infections, perdarahan, massa
inflamasi, serta obstruksi.
Masih ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengevaluasi penyebab pielonefritis dan
memberikan terapi yang tepat.
Penanganan

Pielonefritis diobati dengan antibiotik. Durasi pemberian antibiotik beragam, bisa sampai
beberapa minggu. Antibiotik dapat diberikan melalui pembuluh darah atau intravena, secara
oral, atau keduanya. Bila ada obstruksi, maka perlu dilakukan pembedahan untuk
mehilangkan obstruksi. Selain itu, diberikan pula pengobatan untuk mengatasi gejala yang
dialami pasien, misalnya rehidrasi, penurun demam, dan manajemen nyeri.
Glomerulonefritis

Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal di mana terjadi peradangan pada
glomerulus. Glomerulus merupakan bagian ginjal yang berfungsi sebagai penyaring dan
membuang cairan serta elektrolit berlebih, juga zat sisa (sampah) dari aliran darah. Kerusakan
pada glomelurus akan menyebabkan terbuangnya darah serta protein melalui urine.

Kondisi glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa berbeda-beda. Ada yang


mengalaminya dalam waktu singkat (akut) dan ada yang jangka panjang (kronis). Penyakit ini
juga bisa berkembang pesat sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu
atau bulan, keadaan ini disebut rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN).
Glomerulonefritis akut biasanya merupakan respons tubuh terhadap infeksi yang sedang terjadi
pada tubuh. Sedangkan glomerulonefritis kronis seringkali tidak diketahui penyebabnya dan
tidak bergejala, sehingga dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang tidak dapat diperbaiki
kembali. Glomerulonefritis kronis yang ditemukan awal, dapat dicegah perkembangannya.

Gejala-gejala Glomerulonefritis
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis bergantung kepada jenis penyakit ini,
apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya muncul, antara lain adalah:

 Urine yang berbuih dan berwarna kemerahan.


 Hipertensi.
 Pembengkakan pada wajah, tangan, kaki, dan perut.
 Kelelahan.
 Frekuensi buang air kecil berkurang.
 Munculnya cairan di paru-paru yang menyebabkan batuk.

Glomerulonefritis kronis seringkali sulit terdeteksi karena dapat berkembang tanpa menimbulkan
gejala. Apabila muncul gejala, gejalanya dapat serupa dengan gejala yang ada pada
glomerulonefritis akut. Namun, berbeda dengan glomerulonefritis akut, pada glomerulonefritis
kronik dapat terjadi frekuensi buang air kecil yang meningkat di malam hari.

Penyebab dan Faktor Pemicu Glomerulonefritis


Glomerulonefritis dapat terjadi akibat berbagai kondisi, seperti infeksi, kelainan sistem imun,
dan gangguan pembuluh darah. Umumnya, glomerulonefritis akut memiliki penyebab yang lebih
jelas dibanding glomerulonefritis kronis. Beberapa hal yang dapat menyebabkan
glomerulonefritis akut, antara lain adalah:

 Infeksi. Glomerfulonefritis dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau virus. Infeksi yang
terjadi pada tubuh mengakibatkan reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan sehingga
mengakibatkan peradangan pada ginjal dan terjadi glomerulonefritis. Contoh infeksi yang
dapat menyebabkan glomerulonefritis, antara lain adalah infeksi
bakteri Streptococcuspada tenggorokan, infeksi gigi, endokarditis bakteri, HIV, hepatitis
B, dan hepatitis C.
 Kelainan sistem imun. Contohnya adalah penyakit lupus yang menyebabkan peradangan
pada berbagai organ tubuh, termasuk ginjal. Selain itu glomerulonefritis juga dapat
disebabkan oleh kelainan sistem imun lainnya, seperti sindrom Goodpasture yang
menyerupai pneumonia dan menyebabkan perdarahan di paru-paru dan ginjal, serta
nefropati IgA yang menyebabkan endapan salah satu protein sistem pertahanan tubuh
(IgA) pada glomerulus ginjal.
 Vaskulitis. Vaskulitis dapat terjadi pada berbagai organ, termasuk ginjal. Contoh
penyakit vaskulitis yang menyerang pembuluh darah ginjal dan mengakibatkan
glomerulonefritis adalah poliarteritis dan granulomatosis Wegener.

Glomerulonefritis kronis seringkali tidak memiliki penyebab yang khusus. Salah satu penyakit
genetik, yaitu sindrom Alport dapat menyebabkan glomerulonefritis kronis. Paparan zat kimia
pelarut hidrokarbon dan riwayat kanker juga diduga memicu terjadinya glomerulonefritis kronis.

Diagnosis Glomerulonefritis
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan menganjurkan beberapa pemeriksaan, seperti:

 Pemeriksaan urine. Pemeriksaan urine merupakan metode terpenting dalam


mendiagnosis glomerulonefritis karena dapat mendeteksi adanya kerusakan struktur
glomerulus. Beberapa parameter yang dianalisis melalui pemeriksaan urine, antara lain
adalah:
o Keberadaan sel darah merah sebagai penanda adanya kerusakan glomerulus.
o Keberadaan sel darah putih sebagai penanda adanya peradangan.
o Menurunnya berat jenis urine.
o Keberadaan protein sebagai penanda adanya kerusakan sel ginjal.
 Tes darah. Tes darah dapat memberikan informasi tambahan terkait kerusakan ginjal.
Beberapa hal yang dapat diperiksa pada darah untuk melihat kerusakan ginjal, antara lain:
o Menurunnya kadar hemoglobin (anemia).
o Meningkatnya kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin.
o Menurunnya kadar protein albumin dalam darah karena keluar melalui urine.
 Tes Imunologi. Tes imunologi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
kelainan sistem imun. Pemeriksaan tersebut antara lain antinuclear antibodies (ANA),
komplemen, antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCA), dan antiglomerular basement
membrane(anti-GBM).
 Pencitraan. Pencitraan bertujuan untuk memperlihatkan gambaran kondisi ginjal secara
visual. Metode pencitraan yang dapat digunakan, antara lain adalah foto Rontgen, CT
scan dan USG.
 Biopsi ginjal. Dilakukan dengan mengambil sampel jaringan ginjal dan diperiksa di
bawah mikroskop untuk memastikan pasien menderita Biopsi juga akan membantu
dokter untuk mencari penyebab dari glomerulonefritis tersebut.
Pengobatan Glomerulonefritis
Langkah pengobatan untuk tiap penderita glomerulonefritis tentu berbeda-beda. Perbedaan ini
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis glomerulonefritis yang diderita (kronis atau akut),
penyebabnya, serta tingkat keparahan gejala yang dialami.
Tujuan utama pengobatan glomerulonefritis adalah untuk mencegah kerusakan ginjal yang lebih
parah. Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa membutuhkan
penanganan tertentu, biasanya yang diakibatkan oleh infeksi Streptokokus pada tenggorokan.
Beberapa jenis pengobatan glomerulonefritis yang dapat diberikan, antara lain adalah:

 Obat imunosupresan. Imunosupresan dapat diberikan untuk menangani


glomerulonefritis akibat gangguan sistem imun. Contoh obat ini
adalah kortikosteroid, cyclophosphamide, ciclosporin, mycophenolate
mofetil, dan azathioprine.
 Obat pengatur tekanan darah. Glomerulonefritis dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat dan menimbulkan kerusakan ginjal yang lebih parah. Oleh karena itu, tekanan
darah penderita glomerulonefritis perlu diatur untuk mencegah kerusakan ginjal. Dua
golongan obat yang dapat digunakan untuk mengatur tekanan darah adalah ACE
inhibitors (contohnya captropil dan lisinopril) dan ARB (contohnya losartan dan
valsartan). Selain itu, kedua golongan obat tersebut juga dapat mengurangi kadar protein
yang bocor melalui urine, sehingga obat bisa tetap diberikan walaupun tekanan darah
tidak tinggi.
 Plasmapheresis. Dapat dilakukan pada penderita dengan hasil tes imunologi ANCA dan
anti-GBM positif. Protein sistem imun (antibodi) yang terdeteksi melalui pemeriksaan
imunologi biasanya terkandung dalam plasma darah. Untuk membuang antibodi tersebut,
dilakukan pembuangan plasma darah penderita, melalui sebuah prosedur yang disebut
plamapheresis. Plasma darah yang dibuang akan digantikan dengan plasma pengganti
atau cairan infus.
 Obat-obatan lain. Obat lain yang dapat diberikan, di antaranya adalah diuretik untuk
mengurangi bengkak, dan suplemen kalsium.

Jika glomerulonefritis diketahui sejak awal, kerusakan ginjal yang disebabkan oleh
glomerulonefritis akut dapat diperbaiki kembali. Jika glomerulonefritis yang terjadi bertambah
parah dan menyebabkan gagal ginjal, penderita dapat menjalani proses hemodialisis (cuci darah)
untuk menyaring darah. Selain itu, penderita juga dapat menjalani operasi cangkok ginjal.
Agar kerusakan ginjal tidak bertambah parah, penderita glomerulonefritis dapat menerapkan
langkah-langkah pendukung pengobatan seperti berikut ini:

 Menjaga berat badan.


 Berhenti merokok.
 Mengurangi asupan kalium.
 Mengurangi asupan protein.
 Mengurangi konsumsi garam.
Komplikasi Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut terkadang bisa sembuh tanpa penanganan tertentu. Tetapi secara umum,
baik glomerulonefritis akut maupun kronis bila tidak ditangani secara benar, bisa bertambah
parah dan memicu penyakit lain. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah:

 Hipertensi.
 Sindrom nefrotik.
 Gagal ginjal akut.
 Penyakit ginjal kronis.
 Gagal jantung dan edema paru akibat cairan yang menumpuk dalam tubuh.
 Gangguan kesimbangan elektrolit seperti natrium dan kalium.
 Rentan terhadap infeksi.

Anda mungkin juga menyukai

  • MESO
    MESO
    Dokumen4 halaman
    MESO
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Minggu 2 Blok 3.3
    Minggu 2 Blok 3.3
    Dokumen1 halaman
    Minggu 2 Blok 3.3
    chan park
    Belum ada peringkat
  • HIV/AIDS
    HIV/AIDS
    Dokumen10 halaman
    HIV/AIDS
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Yuu
    Yuu
    Dokumen1 halaman
    Yuu
    chan park
    Belum ada peringkat
  • No 3
    No 3
    Dokumen2 halaman
    No 3
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Ajisk
    Ajisk
    Dokumen3 halaman
    Ajisk
    chan park
    Belum ada peringkat
  • B. Indo
    B. Indo
    Dokumen2 halaman
    B. Indo
    chan park
    Belum ada peringkat
  • FDF
    FDF
    Dokumen1 halaman
    FDF
    chan park
    Belum ada peringkat
  • UU No.40 Tahun 2004
    UU No.40 Tahun 2004
    Dokumen14 halaman
    UU No.40 Tahun 2004
    Alfajar
    Belum ada peringkat
  • JADWAL KLINIK NEUROPSKIATRI
    JADWAL KLINIK NEUROPSKIATRI
    Dokumen20 halaman
    JADWAL KLINIK NEUROPSKIATRI
    chan park
    Belum ada peringkat
  • LIPOMA
    LIPOMA
    Dokumen5 halaman
    LIPOMA
    chan park
    Belum ada peringkat
  • LP Presbiopia
    LP Presbiopia
    Dokumen10 halaman
    LP Presbiopia
    Rirind
    Belum ada peringkat
  • LIPOMA
    LIPOMA
    Dokumen5 halaman
    LIPOMA
    chan park
    Belum ada peringkat
  • HSDLJKHDSLK
    HSDLJKHDSLK
    Dokumen11 halaman
    HSDLJKHDSLK
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Blok 3.3 Minggu 1
    Blok 3.3 Minggu 1
    Dokumen2 halaman
    Blok 3.3 Minggu 1
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Minggu 2 Blok 3.3
    Minggu 2 Blok 3.3
    Dokumen1 halaman
    Minggu 2 Blok 3.3
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Depres I
    Depres I
    Dokumen5 halaman
    Depres I
    chan park
    Belum ada peringkat
  • LP Presbiopia
    LP Presbiopia
    Dokumen10 halaman
    LP Presbiopia
    Rirind
    Belum ada peringkat
  • Psikoterapi Lengkap
    Psikoterapi Lengkap
    Dokumen28 halaman
    Psikoterapi Lengkap
    chan park
    Belum ada peringkat
  • MEKANISME PERTAHANAN DIRI
    MEKANISME PERTAHANAN DIRI
    Dokumen5 halaman
    MEKANISME PERTAHANAN DIRI
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Kanker Paru-Wps Office
    Kanker Paru-Wps Office
    Dokumen3 halaman
    Kanker Paru-Wps Office
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Depres I
    Depres I
    Dokumen7 halaman
    Depres I
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Wfosaj
    Wfosaj
    Dokumen25 halaman
    Wfosaj
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Hehhs
    Hehhs
    Dokumen2 halaman
    Hehhs
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Skenario 5 Blok Gith Yay 3.2 New
    Tutorial Skenario 5 Blok Gith Yay 3.2 New
    Dokumen9 halaman
    Tutorial Skenario 5 Blok Gith Yay 3.2 New
    chan park
    Belum ada peringkat
  • FJFH
    FJFH
    Dokumen4 halaman
    FJFH
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Skenario 5 Blok 3.2
    Tutorial Skenario 5 Blok 3.2
    Dokumen6 halaman
    Tutorial Skenario 5 Blok 3.2
    chan park
    Belum ada peringkat
  • Radiologi
    Radiologi
    Dokumen32 halaman
    Radiologi
    chan park
    Belum ada peringkat
  • HJGHJFJHF
    HJGHJFJHF
    Dokumen8 halaman
    HJGHJFJHF
    chan park
    Belum ada peringkat