Anda di halaman 1dari 3

KOLOM Undang-Undang No.

24 tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana menyebutkan bahwa kebakaran hutan/lahan merupakan
Sumber : Detik.com
bencana non-alam yang disebabkan oleh manusia. Pasal 33 UU
Bencana itu menyebut, penyelenggaraan penanggulangan
Tata Kelola Risiko Bencana Asap bencana terdiri atas tiga tahap meliputi prabencana, tanggap
darurat, dan pascabencana. Dalam konteks ini, tata kelola risiko
Kamis 03 Oktober 2019, 13:16 WIB berada pada tahap prabencana yang dapat dikelompokkan
menjadi tindakan pencegahan, mitigasi, serta kesiapsiagaan.

Khusus karhutla terdapat tiga tahapan yaitu pembakaran,


kebakaran, dan bencana yang menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan mengancam keselamatan manusia (BNPB,
2013). Kesalahan kebijakan pengendalian karhutla selama ini,
pengaktifan satgas penanggulangan karhutla baru dilakukan saat
"siaga darurat karhutla" ketika hutan dan lahan sudah terbakar
dan asap sudah menyebar. Kesalahan pemahaman ini
menyebabkan status "siaga" baru ditetapkan setelah darurat
(terbakar).

Seharusnya kesiapsiagaan sudah dilakukan sebelum ada


Kebakaran hutan dan lahan di Kutai Barat, Kalimantan Timur (Foto: pembakaran, dengan memetakan kawasan rawan,
Suriyatman/detikcom) mengidentifikasi pelaku, dan mengoptimalkan sumberdaya
untuk mencegah pembakaran. Idealnya, pembentukan satgas
Jakarta -Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terus pengendalian karhutla level nasional dan lokal sudah dilakukan
terjadi. Dampaknya sejumlah daerah di Sumatera dan sejak tahap pencegahan dan mitigasi sehingga dapat
Kalimantan mengalami bencana asap. Istilah bencana asap ini mengoptimalkan tata kelola risiko pengendalian karhutla secara
muncul dari masyarakat sejak karhutla diikuti kabut asap parah menyeluruh.
terjadi pada 2015 lalu. Publik mengira, belajar dari karhutla
terparah sepanjang sejarah itu, pemerintah memiliki strategi Pada tahap ini satgas karhutla dapat melakukan pencegahan
pengurangan risiko. Tapi faktanya, karhutla dan bencana asap karhutla pada sektor hulu terutama masalah tata kelola
kembali terjadi tahun ini. lingkungan hidup dan kehutanan, ekspansi industri kehutanan
dan perkebunan, perambahan area konservasi, dan pembukaan
Lemahnya tata kelola risiko karhutla ini membuat pemerintah hutan/ lahan secara ilegal oleh cukong dan masyarakat. Berbeda
masih fokus pada penanganan kebakaran. Kebijakan reaktif ini dengan bencana alam, karhutla disebabkan oleh perilaku
hanya dapat mengatasi karhutla jangka pendek. Sejumlah riset manusia sehingga pencegahannya juga memerlukan tindakan
menyebutkan, karhutla dan kabut asap memiliki dampak komunikatif (preventif) dan penegakan hukum (represif)
signifikan. Berkaca pada kejadian 2015, riset beberapa ilmuwan terhadap pelaku.
Harvard University dan Columbia University yang diterbitkan di
Environmental Research Letters 11 (9) menyebut, kabut asap Kerja Kolaboratif
2015 mengakibatkan 100.300 kematian dini di Indonesia,
Malaysia, dan Singapura. Indonesia sendiri menghadapi risiko Pengurangan risiko karhutla yang diikuti bencana asap
dampak kesehatan akibat karhutla paling tinggi. merupakan pekerjaan kolaboratif. Pemerintah tidak bisa berjalan
sendiri untuk mengurai benang kusut ini. Jika mengacu model
Sementara itu laporan Bank Dunia menyebutkan, karhutla 2015 komunikasi risiko, jalur komunikasi yang efektif dan terbuka
yang menghanguskan 2,6 juta hektar lahan, menyebabkan harus dibangun di antara ruang ahli (pemerintah, ilmuwan, dan
kerugian Rp 221 triliun (World Bank, 2015). Melihat besarnya korporasi) dan ruang publik (kelompok advokasi, media massa,
risiko karhutla yang mengganggu ekologi, ekonomi, dan dan masyarakat).
kesehatan ini, seharusnya pemerintah dapat merumuskan
kebijakan tata kelola risiko karhutla melibatkan banyak aktor Selama ini terjadi kesenjangan komunikasi terutama di ruang
dan pemangku kepentingan. Bahkan United Nation ahli yang lebih banyak melibatkan aktor-aktor pemerintah.
Development Program (UNDP) mewanti-wanti, pencegahan Sementara itu, aktor-aktor di ruang publik juga berjalan sendiri;
kebakaran jangka panjang merupakan kepentingan nasional hanya sebagian kelompok advokasi yang bekerja bersama
Indonesia dengan manfaat ekonomi dan sosial signifikan komunitas.
(UNDP, 2015).
Kurangnya komunikasi antarapemangku kepentingan ini
Pada 2015 sampai 2017 saya melakukan riset pencegahan menyebabkan sering terjadinya ketidaksepakatan dalam
karhutla di Riau yang disebut sebagai jantung kerusakan pemaknaan risiko. Misalnya, menurut persepsi kelompok
ekologi. Temuan riset ini antara lain, para pemangku advokasi karhutla disebabkan faktor hulu seperti tata kelola
kepentingan di tingkat lokal berpendapat, karhutla di Riau kehutanan, lingkungan, dan perkebunan. Sedangkan pemerintah
disebabkan perilaku manusia yang melakukan pembakaran masih fokus pada kondisi darurat.
secara sengaja. Pelaku pembakaran diidentifikasi sebagai
individual dan kelompok terorganisasi yang tidak terungkap Sementara itu, banyak masyarakat (petani) mengeluhkan
sehingga disebut invisible hand. Lokasi kebakaran paling larangan membakar tanpa diikuti solusi alternatif membuka
banyak terjadi di area open access yaitu bekas konsesi yang lahan tanpa bakar yang memadai. Padahal sebagian masyarakat
dibiarkan terlantar setelah masa konsesinya habis, area memiliki kearifan lokal membakar terkendali skala terbatas
korporasi, area pertanian masyarakat, dan area konservasi. untuk membuka lahan tanaman pangan. Hal ini berdampak pada
penurunan mata pencaharian petani tanaman pangan.
Melihat realitas tersebut, pemahaman tata kelola risiko penting
untuk merumuskan kebijakan pengendalian karhutla yang Idealnya, tata kelola risiko mendorong keterhubungan yang erat
sistematis. Konsep risiko ini terkait dengan bahaya yang antara aktor-aktor di ruang ahli dan ruang publik, sehingga
diproyeksikan di masa depan. Oleh karena itu sekalipun sebagai terdapat pemaknaan yang sama terhadap risiko karhutla.
perkiraan dan ramalan, bahaya-bahaya itu memiliki relevansi Komunikasi yang terbuka juga memicu keterlibatan aktor-aktor
praktis bagi tindakan pencegahan (Beck, 2015). Pengelolaan ruang ahli untuk bergerak di ruang publik. Begitu juga
sumber daya alam tanpa memproyeksikan risiko di masa depan sebaliknya, aktor-aktor di ruang publik dilibatkan dalam
menyebabkan malapetaka. pengambilan keputusan di ruang ahli.

Karhutla merupakan dampak dari ketamakan industri kehutanan Untuk itu, tata kelola risiko di ruang ahli harus berasal dari
dan perkebunan pada masa lalu. Belajar dari pengalaman kajian mendalam dari ruang publik, sehingga rumusan dan
karhutla selama ini, sudah saatnya pemerintah memperbaiki tata implementasi kebijakan didasari kebutuhan masyarakat pula.
kelola risiko untuk meminimalisir bahaya pada masa mendatang. Melalui konsep ini, narasi pengendalian karhutla diharapkan
tidak hanya mengakomodir kepentingan pemerintah dan
Siklus Karhutla korporasi yang dirumuskan "di atas kertas" tetapi perlu
memperhatikan kepentingan dan kearifan lokal.
Dalam kerja kolaboratif ini, pemerintah juga perlu MPA yang hidup umumnya dibentuk atas inisiatif dan
memperhatikan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) yang pendampingan LSM dan sebagian korporasi. Ironisnya, hampir
disebut sebagai ujung tombak pengendalian karhutla di tingkat semua MPA mengeluhkan kurangnya perhatian pemerintah
desa. Komunitas itu memiliki tata kelola risiko sederhana untuk terhadap komunitas yang dielu-elukan sebagai garda terdepan
mengamankan area sekitar desanya. Mereka dapat menilai pencegahan karhutla. Agar kegiatan MPA berkelanjutan mereka
potensi karhutla, melakukan pemetaan kawasan rawan, dan berharap mendapat program pemberdayaan ekonomi agar
melakukan pencegahan melalui patroli dan komunikasi persuasif anggotanya lebih mandiri dan sejahtera. Bukan hanya dijadikan
kepada warga desa. sebagai alat pemadam kebakaran oleh pemerintah dan korporasi.

Pemahaman MPA tentang praktik tata kelola risiko itu mampu Melihat karhutla diikuti kabut asap yang masih terjadi,
menghindarkan area desa dari ancaman karhutla. Mereka belajar seharusnya pemerintah mengubah paradigma tata kelola risiko
dari krisis ekologi dan bencana kabut asap akibat karhutla tahun- dan mendorong keterhubungan antara aktor-aktor di ruang ahli
tahun sebelumnya. Jika ribuan desa di kawasan rawan karhutla dan ruang publik. Melalui konsep ini diharapkan pengendalian
di Indonesia mampu membentuk organisasi serupa dan karhutla tidak hanya mengakomodasi kepentingan politik dan
melakukan praktik pencegahan karhutla, risiko karhutla di desa bisnis, tetapi juga memperhatikan kepentingan publik. Maka,
dapat diatasi. Pemerintah tinggal fokus mengelola risiko di area pemerintah diharapkan dapat merumuskan kebijakan
open access dan kawasan konservasi yang rawan perambahan. pengendalian karhutla berbasis pencegahan. Bukan sekadar
Sedangkan korporasi fokus mengelola risiko di area kebijakan reaktif setelah kebakaran yang menyisakan bencana
konsesinya.Masalahnya, tidak semua MPA mendapat pelatihan asap dan kerusakan ekologis
dan pendampingan. Masih banyak MPA setelah dibentuk
sesudah itu mati.

.M Badri dosen dan peneliti komunikasi di UIN Sultan Syarif Kasim Riau

masuk dalam kategori Tidak Sehat, dengan angka ISPU masing-


OPINI masing 192 dan 160. Dampak kondisi di level ini umumnya
penurunan jarak pandang dan penyebaran luas debu. ISPU pada
17 September 2019 kategori Tidak Sehat juga terjadi di Kota Jambi, yakni mencapai
angka 129.
Penyebab dan Akibat Kebakaran Hutan di
Angka ISPU itu berdasar parameter konsentrasi partikulat PM
Kalimantan Hingga Sumatera 10 atau partikel di udara berukuran lebih kecil dari 10 mikron.
Penulis: Addi M Idhom PM10 adalah partikel debu dan salah satu polutan yang
membahayakan sistem pernapasan jika terhisap langsung ke
paru-paru serta mengendap di alveoli.

Data BMKG yang dilansir harian berdasar parameter


konsentrasi PM10, juga menunjukkan kualitas udara di
Pekanbaru (Riau) pada 16 September 2019, pukul 18.00 WIB,
mencapai level Berbahaya atau angka 327 µgram/m3. Tingkat
konsentrasi PM10 makin parah pada pukul 21.00 WIB.

Di Pontianak, konsentrasi PM10 sempat menyentuh level


Berbahaya pada Senin, pukul 16.00 WIB, yakni 383,81
µgram/m3. Angka itu menurun ke level Sangat Tidak Sehat atau
293,73 µgram/m3 pada pukul 18.00 WIB. Kualitas udara di
Sampit (Kalbar), yang Berbahaya pada Senin pagi, turun ke
Kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera meluas. Akibatnya, bencana asap pun level Sangat Tidak Sehat dengan konsentrasi PM10 226,6
melanda kota-kota di Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan lainnya.
µgram/m3, saat pukul 18.00 WIB.
tirto.id - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meluas di
Kalimantan dan Sumatera. Kejadian saat musim kemarau 2019 Akibat Bencana Asap Bagi Warga
tersebut kembali memicu bencana asap di banyak daerah.
Koordinator Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari),
Laporan bencana asap pun bermunculan dari Riau, Kalimantan
Made Ali mengilustrasikan bencana asap membuat warga di
Tengah dan Kalimantan Barat pada bulan ini.
daerahnya selama ini seperti dikurung dalam ruangan tertutup
Berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana bersama tungku kayu bakar yang menyala. "Bagaimana
(BNPB) sampai Senin, 16 September 2019, pukul 16.00 WIB, rasanya? Hidung tersumbat, pusing, mata perih, kan? Nah itu lah
titik panas ditemukan di Riau sebanyak 58, Jambi (62), yang kami alami setiap hari," kata Made pada Minggu
Sumatera Selatan (115), Kalimantan Barat (384), Kalimantan (15/9/2019).
Tengah (513) dan Kalimantan Selatan (178).
Sementara Fitri Yannedi (40) mengaku sudah dua minggu
Jumlah titik panas atau hotspot itu menurun dibandingkan data "tersandera" di rumahnya, daerah Pekanbaru. Makanan sehari-
BNPB per 15 September 2019, pukul 16.00 WIB. Pada Minggu harinya tak jauh-jauh dari mie instan karena mayoritas pasar dan
kemarin, jumlah titik panas di Riau ada 59, Jambi (222), rumah makan tutup saat pemiliknya mengungsi. Anak dan
Sumatera Selatan (366), Kalimantan Barat (527), Kalimantan istrinya pun mengungsi ke Sorkam, Sumut. Menurut dia, asap
Tengah (954) dan Kalimantan Selatan (119). sudah mulai muncul di sekitar permukimannya pada akhir Mei
lalu.
Sementara luas karhutla di Indonesia selama 2019, sesuai data
KLHK, sudah mencapai 328.722 hektare. Dari data itu,
kebakaran di Kalimantan Tengah tercatat seluas 44.769 hektare,
Dia pun bersama sesama alumni Universitas Riau, serta 40
Kalbar (25.900 ha), Kalsel (19.490 ha), Sumsel (11.826 ha),
pengacara, kini menyiapkan gugatan class action, melawan wali
Jambi (11.022 ha) dan Riau (49.266 ha).
kota, gubernur dan presiden. "Riau ini bukan terbakar tapi
Sedangkan, menurut data yang dilansir situs iku.menlhk.go.id dibakar. Sudah jadi rahasia umum, perusahaan-perusahaan
secara harian, pada 16 September 2019 per pukul 15.00 WIB, biadab itu kerjanya bakar hutan," ujar Yannedi.Adapun Winda
Indeks Standar Pencemar Pencemar Udara (ISPU) di (34), mengaku setiap hari terpapar asap dan melihat api dari
Palangkaraya (Kalimantan Tengah), mencapai angka 500. hutan di depan rumahnya, di Palangkaraya, Kalteng. Kata dia,
Artinya, kualitas udara di Palangkaraya ada pada level rumahnya diselimuti asap sejak Juni 2019. Bahkan, pada pekan
Berbahaya bagi semua populasi yang terpapar pada waktu kemarin, jarak pandang di permukiman Winda sempat hanya
tersebut. sekitar 1 meter.Winda khawatir karena kondisi ini menghambat
aktivitas dan mengganggu kesehatan anaknya. Anak Winda
Data yang sama menunjukkan hingga Senin pukul 15.00 WIB, yang masih 2 tahun kini menderita ISPA (infeksi saluran
kualitas udara di Pekanbaru (Riau) dan Pontianak (Kalbar) pernapasan atas). "Kalau yang besar itu kan SMP, batuk-batuk
juga [...]," ujar Winda, Jumat (13/9/2019) lalu.
Asap juga membuat penerbangan di Bandara Pangsuma di pembakaran hutan dan lahan. Penyegelan itu dalam rangka
Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, dibatalkan pada 15 proses hukum. Lahan perusahaan-perusahaan itu berlokasi di
September 2019. "Penerbangan dibatalkan karena jarak pandang Jambi, Riau, Sumsel, Kalbar dan Kalteng. Di antara 42
terbatas di Pontianak dan Putussibau," kata Kepala Bandara perusahaan itu ada yang dimiliki pemodal asal Singapura dan
Pangsuma, Hery Azari Batubara.Garuda Indonesia bahkan Malaysia. Dirjen Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani
mengumumkan pembatalan jadwal 15 penerbangan pada 16, 17, menyatakan akan mendorong pengenaan pasal berlapis ke
18 dan 19 September 2019 karena dampak kabut asap di pelaku pembakaran hutan, terutama dari korporasi. Pasal-pasal
Kalimantan. itu tidak hanya terkait UU Lingkungan, tetapi juga UU
Kehutanan dan Perkebunan.Menurut Ridho, empat perusahaan
Penyebab Karhutla di Kalimantan dan Sumatera yang kini sudah menjadi tersangka kasus karhutla adalah PT
ABP, PT AEL, PT SKN dan PT KS. Tiga perusahaan pertama
Setelah meninjau kebakaran hutan dan lahan di Riau dengan berlokasi di Kalbar. Sedangkan yang terakhir beroperasi di
menaiki helikopter bersama Kepala BNPB dan Panglima TNI, Kalimantan Tengah.
pada Minggu (15/9/2019), Kapolri Jenderal Tito Karnavian
heran karena ia tidak melihat lahan sawit dan tanaman industri Adapun menurut Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, KLHK,
ikut terbakar. Kalaupun ada, hanya di pinggir."Ini menunjukkan Ruandha Agung Sugardiman, selain El Nino yang membuat
adanya praktik 'land clearing' dengan [cara] mudah dan murah curah hujan minim, insiden kebakaran di Australia diduga turut
memanfaatkan musim kemarau," ujar Tito terkait dugaan kuat membuat potensi karhutla di Indonesia membesar."Memang
kebakaran akibat ulah manusia dalam siaran pers BNPB. Hingga kondisinya saat ini El Nino normal, tapi ini diperparah dengan
16 September 2019, polisi memang sudah menetapkan 185 adanya kebakaran di Australia yang arah anginnya sekarang dari
tersangka perseorangan dalam kasus karhutla. Namun, baru 4 tenggara menuju ke barat laut. Sehingga udara kering dari
korporasi menjadi tersangka terkait kasus karhutla di Riau, Malaysia menambah potensi terjadinya kebakaran ini," kata dia
Kalbar dan Kalteng. seperti dilansir Antara

Sedangkan KLHK mengklaim sampai akhir pekan lalu sudah


menyegel 42 perusahaan yang diduga menjadi otak di balik
.

Anda mungkin juga menyukai