KOLOM
KOLOM
Karhutla merupakan dampak dari ketamakan industri kehutanan Untuk itu, tata kelola risiko di ruang ahli harus berasal dari
dan perkebunan pada masa lalu. Belajar dari pengalaman kajian mendalam dari ruang publik, sehingga rumusan dan
karhutla selama ini, sudah saatnya pemerintah memperbaiki tata implementasi kebijakan didasari kebutuhan masyarakat pula.
kelola risiko untuk meminimalisir bahaya pada masa mendatang. Melalui konsep ini, narasi pengendalian karhutla diharapkan
tidak hanya mengakomodir kepentingan pemerintah dan
Siklus Karhutla korporasi yang dirumuskan "di atas kertas" tetapi perlu
memperhatikan kepentingan dan kearifan lokal.
Dalam kerja kolaboratif ini, pemerintah juga perlu MPA yang hidup umumnya dibentuk atas inisiatif dan
memperhatikan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) yang pendampingan LSM dan sebagian korporasi. Ironisnya, hampir
disebut sebagai ujung tombak pengendalian karhutla di tingkat semua MPA mengeluhkan kurangnya perhatian pemerintah
desa. Komunitas itu memiliki tata kelola risiko sederhana untuk terhadap komunitas yang dielu-elukan sebagai garda terdepan
mengamankan area sekitar desanya. Mereka dapat menilai pencegahan karhutla. Agar kegiatan MPA berkelanjutan mereka
potensi karhutla, melakukan pemetaan kawasan rawan, dan berharap mendapat program pemberdayaan ekonomi agar
melakukan pencegahan melalui patroli dan komunikasi persuasif anggotanya lebih mandiri dan sejahtera. Bukan hanya dijadikan
kepada warga desa. sebagai alat pemadam kebakaran oleh pemerintah dan korporasi.
Pemahaman MPA tentang praktik tata kelola risiko itu mampu Melihat karhutla diikuti kabut asap yang masih terjadi,
menghindarkan area desa dari ancaman karhutla. Mereka belajar seharusnya pemerintah mengubah paradigma tata kelola risiko
dari krisis ekologi dan bencana kabut asap akibat karhutla tahun- dan mendorong keterhubungan antara aktor-aktor di ruang ahli
tahun sebelumnya. Jika ribuan desa di kawasan rawan karhutla dan ruang publik. Melalui konsep ini diharapkan pengendalian
di Indonesia mampu membentuk organisasi serupa dan karhutla tidak hanya mengakomodasi kepentingan politik dan
melakukan praktik pencegahan karhutla, risiko karhutla di desa bisnis, tetapi juga memperhatikan kepentingan publik. Maka,
dapat diatasi. Pemerintah tinggal fokus mengelola risiko di area pemerintah diharapkan dapat merumuskan kebijakan
open access dan kawasan konservasi yang rawan perambahan. pengendalian karhutla berbasis pencegahan. Bukan sekadar
Sedangkan korporasi fokus mengelola risiko di area kebijakan reaktif setelah kebakaran yang menyisakan bencana
konsesinya.Masalahnya, tidak semua MPA mendapat pelatihan asap dan kerusakan ekologis
dan pendampingan. Masih banyak MPA setelah dibentuk
sesudah itu mati.
.M Badri dosen dan peneliti komunikasi di UIN Sultan Syarif Kasim Riau