Anda di halaman 1dari 19

Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

PENDEKATAN PLACED-BASED EDUCATION DALAM


IMPLEMENTASIKURIKULUM 2013
UNTUK OPTIMALISASI LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH
SISWA TINGKAT SEKOLAH DASAR

Esti Yuli Widayanti1)


1
IAIN Ponorogo
estiyw@gmail.com

Abstrak

Berdasarkan karakteristik pendekatan ilmiah, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang


sangat dekat dengan pengajaran sains. Kegiatan dalam pendekatan berupa kegiatan mengamati,
bertanya, mengelompokkan, memperkirakan, menginferensi, dan menyimpulkan adalah kegiatan
pokok dalam pembelajaran materi sains dan merupakan salah satu kompetensi yang diharapkan
sebagai hasil belajar sains, selain penguasaan produk sains dan pembentukan sikap ilmiah. Tulisan
ini bertujuan: 1) menelaah konsep pembelajaran dalam place-based education (PBE) dalam
kaitannya dengan pendekatan ilmiah dalam kurikulum 2013; 2) mendeskripsikan berbagai aktivitas
yang dapat dilakukan dalam PBE berbasis konteks yang dapat meningkatkan literasi sains siswa;
serta 3) mengeksplorasi sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui berbagai aktifitas dalam
PBE. Salah satu pendekatan pembelajaran sains dengan melibatkan ruang kelas dan luar ruang kelas
adalah place-based education (PBE). PBE dianggap mampu membiasakan siswa untuk melakukan
keterampilan proses sains dengan dukungan wajib dari sikap ilmiah. Sikap ilmiah atau scientific
attitude adalah satu dari tiga tujuan belajar sains disamping penguasaan produk dan keterampilan
proses sains. Penguasaan sikap ilmiah ini dapat dilakukan kalau pembelajaran dilakukan dengan
metode dan strategi yang tepat. Sikap ilmiah yang terlibat dalam aktivitas PBE akan menjadi penentu
keberhasilan aktivitas tersebut dan juga akan tetap melekat pada siswa sebagai sebuah sikap yang
akan dia bawa dalam karakter mereka untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan segala
problematikanya.

Kata kunci: kurikulum 2013, place-based education, literasi sains SD, sikap ilmiah

PENDAHULUAN sains selama ini. Demikian juga pada


Implementasi kurikulum 2013 kurikulum sebelumnya, pembelajaran sains
mensyaratkan pendekatan ilmiah (saintifik) (IPA) SD telah mengadopsi pembelajaran
dalam proses pembelajarannya dengan dengan pendekatan keterampilan proses
melakukan kegiatan mengamati, bertanya, sains yang merupakan perwujudan dari
mengelompokan, memperkirakan, kegitan-kegiatan yagn dilakukan oleh para
menginferensi, dan menyimpulkan. ilmuwan berupa kegiatan mengamati,
Kegiatan dalam pendekatan ilmiah ini mengelompokkan, menginferensikan,
tentunya sangat dekat dengan apa yang memprediksi, dan
digunakan dalam pendekatan pembelajaran mengkomunikasikan/melaporkan.

105
ISBN 978-602-70471-2-9

Beberapa tokoh sains (Herlen, 1997) mencapai pengalaman langsung dan


menyatakan bahwa selain proses kegiatan bermakna, anak-anak bisa terlibat dalam
yang dilakukan ilmuwan, sains juga pendekatan pembelajaran laboratorium,
merupakan ‘sikap’ terhadap proses kegiatan yang tidak hanya dilakukan dalam
tersebut. Sikap ini merupakan sikap sains ‘ruangan’, tetapi juga dalam lingkungan
atau sering disebut sikap ilmiah atau sikap alam.
keilmuwan (Bundu, 2006:13, yaitu sikap Sebuah konsep pendidikan yang
yang dimiliki para ilmuwan dalam mencari menghubungkan pembelajaran dengan
dan mengembangkan pengetahuan baru, konteks komunitas dan lingkungan lokal
misalnya sikap objektif, hati-hati, disebut dengan place-based education
bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu (PBE). Sobel (2004) mendeskripsikan
ingin meneliti, dan sebagainya. Dengan bahwa place-based education sebagai
pendekatan ilmiah ini, siswa juga akan pendekatan dalam pendidikan yang
terdorong untuk menggunakan pengetahuan menggunakan semua aspek lingkungan
sains, mengidentifikasi permasalahan yang lokal, termasuk budaya lokal dan informasi
terkait dengan alam dan menarik historis, termasuk juga lingkungan alam dan
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam buatan sesuai konteks yang dapat
rangka mengerti serta membuat keputusan diintegrasikan dalam pembelajaran. Hal
tentang fenomena alam dan perubahan yang utama dalam PBE adalah konsep hands-on
terjadi pada alam sebagai akibat dari ulah learning serta environment and community
tangan manusia. Kemampuan inilah yang involvement. Dengan melakukan
oleh Witte (2000) disebut dengan literasi pembelajaran secara hands-on (melakukan
sains. Kemampuan literasi sains ini pada keterampilan proses), secara tidak langsung
pendekatan keterampilan proses disebut siswa diharuskan juga melibatkan sikap
dengan keterampilan proses sains. ilmiah agar dapat memperoleh pemahaman
Dalam melakukan kegiatan dengan konsep yang diharapkan. Tiga hal ini adalah
pendekatan ilmiah, anak-anak harus secara unsur utama, tidak ada salah satu yang
aktif terlibat dalam pengalaman langsung menjadi prioritas untuk dicapai di samping
yang bermakna. Ide klasik ini menganjurkan yang lain.
guru untuk mengembangkan hands-on PBE yang menghubungkan
activities yang melibatkan anak-anak dalam pembelajaran dengan konteks komunitas
pembelajaran mereka sendiri. Untuk memungkinkan anak berinteraksi langsung

106
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

dengan lingkungan dan masyarakat sebagai sama seperti apa yang tersurat dalam
pemilik lingkungan ekologis. Interaksi Kurikulum 2013 Pada periode KBK dan
dengan sumber belajar ini dapat dikemas KTSP, kita telah diperkenalkan atau bahkan
dengan mudah dengan pendekatan ilmiah kebanjiran dengan aneka konsep
sebagaimana disyaratkan dalam pelaksanaan pembelajaran mutakhir, sebut saja:
kurikulum 2013. Pembelajaran Konstruktivisme, PAKEM,
Tulisan ini bertujuan untuk: 1) Pembelajaran Kontekstual, Quantum
menelaah konsep pembelajaran dalam Learning, Pembelajaran Aktif,
place-based education (PBE) dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah,
kaitannya dengan pendekatan ilmiah dalam Pembelajaran Inkuiri, Pembelajaran
kurikulum 2013; 2) mendeskripsikan Kooperatif dengan aneka tipenya, dan
berbagai aktivitas yang dapat dilakukan sebagainya.
dalam PBE berbasis konteks yang dapat Pertimbangan untuk pemilihan
meningkatkan literasi sains siswa; serta 3) metode dan model pembelajaran yang sesuai
mengeksplorasi sikap ilmiah yang dapat dengan kurikulum 2013, adalah sebagai
dikembangkan melalui berbagai aktifitas berikut:
dalam PBE. a. Model pembelajaran Kurikulum 2013
berbasis saintifik dengan lima langkah
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN pembelajaran yaitu mengamati,
DALAM KURIKULUM 2013 bertanya, menalar, mencoba, dan
Strategi pembelajaran yang mengomunikasikan.
digunakan pada kurikulum 2013 adalah b. Model pembelajaran berbasis proyek
pendekatan ilmiah (scientific approach), (Project Based Learning) merupakan
yang meliputi dari kegiatan mengamati, salah satu model pembelajaran yang
bertanya, mengelompokan, memperkirakan, dapat digunakan oleh guru dalam
menginferensi, dan menyimpulkan. kurikulum 2013 sehingga secara
Sebenarnya konseptual proses pembelajaran otomatis guru berarti juga menggunakan
yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 ini pendekatan saintifik (scientific
bukanlah hal baru. Jika kita approach) dalam pembelajarannya. Hal
cermati kurikulum 2004 (KBK) dan ini tentunya bukan tanpa alasan, karena
Kurikulum 2006 (KTSP), pada dasarnya mengingat karakteristik-karakteristik
menghendaki proses pembelajaran yang unggul dari model pembelajaran ini

107
ISBN 978-602-70471-2-9

yang mampu mengakomodasi alasan informasi (experimenting/ collecting


neurologi, psikologi, observation based information), mengasosiasi/menalar
(discovery) learning dan collaborative (assosiating), dan mengomunikasikan
learning merupakan (communicating).
pertimbangan/alasan pentingnya Berikut adalah contoh kegiatan
perubahan kurikulum ke 2013 dalam model pembelajaran dikaitkan
c. Pendekatan yang digunakan kelas 1-6 SD dengan pendekatan saintifik (5M).
adalah tematik terpadu. metode yang 1. Model Inquiry Learning. Model
lain juga dapat digunakan pembelajaran Inkuiri biasanya lebih
seperti diskusi kelompok, studi cocok digunakan pada pembelajaran
lapangan, percobaan, bermain peran. matematika, tetapi mata pelajaran
Untuk menentukan model lainpun dapat menggunakan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat tersebut asal sesuai dengan karakteristik
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: KD atau materi pembelajarannya.
a. Kesesuaian model pembelajaran 2. Model Discovery Learning.
dengan kompetensi sikap pada KI-1 3. Problem Based Learning. Model
dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan pembelajaran ini bertujuan merangsang
dan keterampilan sesuai dengan KD-3 peserta didik untuk belajar melalui
dan/atau KD-4. berbagai permasalahan nyata dalam
b. Kesesuaian model pembelajaran kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan
dengan karakteristik KD-1 (jika ada) pengetahuan yang telah atau akan
dan KD-2 yang dapat mengembangkan dipelajarinya
kompetensi sikap, dan kesesuaian 4. Project Based Learning. Model
materi pembelajaran dengan tuntutan pembelajaran ini bertujuan untuk
KD-3 dan KD-4 untuk pembelajaran yang memfokuskan pada
memgembangkan kompetensi permasalahan komplek yang diperlukan
pengetahuan dan keterampilan. peserta didik dalam melakukan
c. Penggunaan pendekatan saintifik yang insvestigasi dan memahami
mengembangkan pengalaman belajar pembelajaran melalui investigasi,
peserta didik melalui kegiatan membimbing peserta didik dalam
mengamati (observing), menanya sebuah proyek kolaboratif yang
(questioning), mencoba/mengumpulkan mengintegrasikan berbagai subjek

108
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

(materi) dalam kurikulum, memberikan mengidentifikasi bukti yang diperlukan


kesempatan kepada para peserta didik dalam penyelidikan ilmiah, yaitu proses ini
untuk menggali konten (materi) dengan melibatkan identifikasi bukti yang
menggunakan berbagai cara yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan,
bermakna bagi dirinya, dan melakukan termasuk bagaimana prosedur, alat dan
eksperimen secara kolaboratif. bahan dirancang dalam melakukan proses
ilmiah; 3). menarik kesimpulan, yaitu proses
LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH ini melibatkan kemampuan menghubungkan
SEBAGAI HASIL BELAJAR SAINS kesimpulan dengan bukti yang telah
SD/MI dikumpulkan melalui proses ilmiah teori
Literasi berasal dari kata “literacy” yang mendasari dalam pengambilan
(bahasa Inggris) yang berarti melek huruf kesimpulan; 4). mengkomunikasikan
atau gerakan pemberantasan buta huruf. kesimpulan, yakni mengungkapkan secara
Kata sains berasal dari kata “science” tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari
(bahasa Inggris) yang berarti ilmu bukti yang tersedia dan
pengetahuan. PISA (Programme for mengkomunikasikannya dalam bahasa lisan
International Student Assesment) maupun tertulis; 5). mendemonstrasikan
mendefinisikan literasi sains sebagai pemahaman terhadap konsep-konsep sains,
kemampuan untuk menggunakan yakni kemampuan menggunakan konsep-
pengetahuan sains, mengidentifikasi konsep dalam situasi yang berbeda dari apa
permasalahan yang terkait dengan alam dan yang telah dipelajarinya.
menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti Pandangan terhadap literasi sains
dalam rangka mengerti serta membuat yang dilakukan oleh PISA 2003 yang
keputusan tentang fenomena alam dan membagi literasi sains dalam tiga dimensi
perubahan yang terjadi pada alam sebagai besar literasi sains dalam pengukurannya,
akibat dari ulah tangan manusia (Witte, yakni kompetensi/proses sains,
2003). PISA (2000) menetapkan lima konten/pengetahuan sains dan konteks
komponen proses sains dalam penilaian aplikasi sains, yaitu:
literasi sains, yaitu: 1). mengenal pertanyaan 1) Aspek konteks, PISA menilai
ilmiah, yaitu pertanyaan yang memuat pengetahuan sains relevan dengan
hubungan dua variable atau lebih sehingga kurikulum pendidikan sains di negara
dapat diselidiki secara ilmiah; 2). partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-

109
ISBN 978-602-70471-2-9

aspek umum kurikulum nasional tiap negara dan merasa dalam menghadapi obyek, ide,
yang mencakup bidang-bidang aplikasi situasi atau nilai; 2) sikap mempunyai daya
sains dalam seting personal, sosial dan pendorong; 3) sikap relatif lebih menetap; 4)
global seperti kesehatan, sumber daya alam, sikap timbul melalui pengalaman, tidak
mutu lingkungan, dan perkembangan dibawa sejak lahir, sehingga sikap dapat
mutakhir sains dan teknologi; 2) Aspek diperteguh atau diubah melalui proses
konten, konten sains berisi konsep-konsep belajar (Rahmat, 1998). Sikap berkembang
kunci dari sains yang diperlukan untuk dari interaksi antara individu dengan
memahami fenomena alam dan perubahan lingkungan masa lalu dan masa kini, melalui
yang dilakukan terhadap alam melalui proses kognisi dari integrasi dan konsistensi
aktivitas manusia; 3) Aspek sikap dibentuk menjadi komponen kognisi,
Kompetensi/Proses, PISA memandang emosi, dan kecenderungan bertindak.
perlunya pendidikan sains untuk Setelah sikap terbentk akan mempengaruhi
mengembangkan kemampuan siswa perilaku secara langsung, perilaku akan
memahami hakekat sains, prosedur sains, mempengaruhi perubahan lingkungan yang
serta kekuatan dan kelemahan sains. Siswa ada, dan perubahan-perubahan yang terjadi
perlu memahami bagaimana ilmuwan akan menuntun pada perubahan sikap yang
menemukan ilmu yang kemudian dapat dimiliki (Bundu, 2006: 138). Beberapa sikap
diadopsi dalam pembelajaran sains ilmiah yang disarikan oleh Bundu dari
Sikap didefinisikan oleh Thurstone beberapa tokoh ada pada tabel 1.
sebagai seluruh kecenderungan dan
perasaanm kecurigaan dan prasangka, Tabel 1
Pengelompokkan Sikap Ilmiah SD (Bundu, 1996:
prapemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa 140)

takut, ancaman, dan keyakinan tentang suatu Gega (1977) Harlen (1996) AAAS
(1993)
hal. Ada empat dimensi sikap menurut
 Sikap ingin  Sikap ingin tahu  Jujur
Thurstone, yaitu: pengaruh atau penolakan, tahu  Respek tehadap  Sikap
 Sikap data ingin tahu
penilaian, suka atau tidak suka, dan penemuan  Refleksi kritis  Berpikira
kepositifan atau kenegatifan terhadap objek  Sikap  Ketekunan n terbuka
berpikir  Kreatif dan  Keragu-
psikologis (Kartawijaya, 1999). kritis penemuan raguan
Karakteristik sikap seseorang  Sikap  Berpikiran terbuka
teguh  Bekerjasama
menurut beberapa ahli adalah: 1) sikap pendirian  Keinginan
adalah kecenderungan bertindak, berpikir menerima
ketidakpastian

110
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

 Sensitive terhadap dikembangkan oleh Harlen (Bundu, 1996:


lingkungan
140).

Terkait dengan sikap ilmiah,


PENGEMBANGAN LITERASI SAINS
Newman menyampaikan bahwa sikap
DAN SIKAP ILMIAH MELALUI PLACE
(attitude) tertentu memfasilitasi upaya kita
BASED EDUCATION
dalam mencapai tujuan, dan beberapa sikap
David Sobel (2004) mendeskripsikan
yang lain akan mengarahkan ke kegagalan.
bahwa place-based education sebagai
Beberapa sikap yang mempunyai kontribusi
pendekatan dalam pendidikan yang
positif adalah curiousity (rasa ingin tahu),
menggunakan semua aspek lingkungan
honesty (jujur), objectivity, openness,
lokal, termasuk budaya lokal dan informasi
perseverance (ketekunan), skepticism, dan
historis, termasuk juga lingkungan alam dan
withholding judgement. Menurutnya, sikap
buatan sesuai konteks yang dapat
tersebut juga mempunyai kontribusi yang
diintegrasikan dalam pembelajaran.
signifikan terhadap keberhasilan inkuiri
Pendekatan ini merupakan sebuah peoses
saintifik dan biasanya disebut dengan
yang menggunakan komunitas lokal dan
‘scientific attitude’. Dalam sains, sikap
lingkungan sebagai langkah awal dalam
ilmiah adalah satu dari tiga aspek yang
memperlajari seni, matematika, ilmu sosial,
harus ada (pengetahuan, proses inkuiri, dan
sains, serta mata pelajaran lain dalam
sikap ilmiah). (Newman, 1993: 12).
kurikulum. Pendekatan ini menekankan
Dalam pembelajaran sains,
pada kegiatan hands-on, pembelajaran
penguasaan sikap ilmiah atau sikap sains
dengan pengalaman langsung. Penelitian
merujuk pada sejauh mana siswa mengalami
menunjukkan bahwa place-based education
perubahan dalam sikap dan sistim nilai
dapat meningkatkan prestasi siswa,
dalam proses keilmuwan (Bundu, 1996: 19).
membantu siswa mengembangkan
Pengukuran sikap ilmiah siswa sekolah
hubungan yang mendalam dengan
dasar dapat didasarkan pada pengelompokan
komunitasnya, meningkatkan apresiasi
sikap seabgai dimensi sikap yang
terhadap lingkungan alam, dan menciptakan
selanjutnya dikembangkan indikator sikap
komitmen tinggi sebagao warga negara yang
untuk setiap dimensi sehingga memudahkan
aktif dan memiliki kontribusi.
menyusun butir instrument sikap ilmiah.
Menurut David Sobel, Dengan
Bundu menyaranakan menggunakan
menggunakan place based education, semua
pengelompokkan/dimensi sikap yang

111
ISBN 978-602-70471-2-9

bidang pelajaran akan dapat dikembangkan berdasarkan wawancara dengan masyarakat


dan outcome dari kurikulum akan dapat lokal dalam menyampaikan pengetahuan
dicapai pada semua proyek/problem/studi dan tradisi rakyat. Penggagas program ini
lapangan. Pekerjaan siswa dinilai melalui adalah seorang guru bernama Eliot
penilaian diri, penilaian teman, dan Wegginton yagn memandang bahwa
penilaian guru menggunakan rubrik kinerja kurikulum tradisional gagal memotivasi
yang didisain untuk tiap proyek kegiatan. siswa untuk belajar dengan cara yang
Akan ada peningkatan tanggungjawab siswa bermakna. Dia mendukung sebuah model
untuk tetap mempertahankan progress. yang berakar dari komunitas lokal dan
Progress siswa akan dikomunikasikan dalam dengan focus cross-disipliner sebgai cara
laporan (Sobel, 2012). untuk membangkitkan ketertarikan siswanya
Pada konteks sejarah pendidikan di dan menghasilkan tujuan otentik dalam
United States, Place-based education (PBE) pembelajaran (Buxton dan Provenzo, 2012:
bukanlah hal yang baru. PBE pada awalnya 7). Pada tahun 1990an, sejumlah kelompok
dikenalkan sebagai Laboratory School dari yayasan menginisiasi dukungan terhadap
University of Chicago oleh John Dewey dan revitalisasi pendidikan di pedesaan,
para guru dengan mengembangkan model termasuk beberapa proyek yang dilakukan
PBE untuk mata pelajaran sains dan ilmu berdasarkan pembelajaran dengan PBE. Saat
social pada tahun 1960an. Anak-anak ini kebutuhan untuk PBE, terutama pada
belajar geografi daerah pada mata pelajaran pelajaran sains, lebih ditekankan untuk
ilmu social, melakukan field trip ke danau pendidikan ekologi dalam menghadapi
Michigan dan mempelajari peta untuk krisis ekologi global. Selain latar
memahami mengapa Chicago berdiri, belakangan sejarah yang kuat, dukungan
dimana posisinya, dan mengapa Chicago teori untuk PBE juga datang dari penelitian
menjadi kota komersial dengan transportasi dengan basis psikologi dan antrhopologi.
utama (Buxton, Provenzo, 2012: 5). Belajar adalah hal yang tidak dapat
Pada tahun 1970an, kembali dipisahkan dari setting physical dan
dikenalkan konsep PBE pada sekolah di cultural.
Amerika memulai program bernama Menurut Buxton dan Provenzo, PBE
Foxfire. Nama ini berasal dari nama seorang memiliki basis historis dan teori yang kuat
petani lokal yang melibatkan siswa dalam agar pembelajaran dengan PBE menjadi
memproduksi majalah dan buku komponen penting dalam pendidikan

112
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

modern. Pertama, karena pendekatan ini Armenta1996; Cummins and Snively2000;


dapat melibatkan dan memotivasi siswa dan Kenney et al.2003; Lieberman and
guru. Kedua, PBE sangat relevan dengan Hoody2000; Lord1999). Program dapat
keterampilan dan cara memecahkan masalah meningkatkan dan memotivasi anak untuk
yang diperlukan siswa saat ini agar menjadi dapat terlibat pada semua level kegiatan
warga negara yang baik nantinya. Ketiga (Basile 2000; Cummins and Snively 2000;
PBE memberikan sebuah counterbalance Kenney et al. 2003; Lord 1999). Pelibatan
yang dibutuhkan terhadap model ini dapat menjadi atribut nyata atau
pembelajaran berbasis tes yang sangat pengalaman langsung yang diperoleh siswa
dominan di masyarakat saat ini. Terakhir, sebagai makna personal (Smith and
PBE sangat pantas karena siswa di sekolah Williams 1999). Perjuangan siswa di
swasta eksklusif mulai melakukan sekolah terlihat ketika siswa lebih terlibat
pembelajaran dengan cara ini, sementara dalam program pendidikan lingkungan
siswa di sekolah negeri hanya fokus pada hidup yagn ada di kurikulum (NEETF2000).
pendidikan untuk dapat lulus ujian tahunan. Persepsi siswa tentang pemberdayaan pada
Buxton and Provenzo (2012) menyatakan program ini juga berpengaruh pada perilaku
bahwa place-based education sangat positif dan pencapaian akademik yang lebih
penting bagi siswa sekolah dasar dan tinggi (NEETF2005). Pendekatan
sekolah menengah pertama saat mempelajari konstruktivis yang ada pada program
sains. Dengan pendekatan ini, sains akan pembelajaran lingkungan juga berkontribusi
memiliki makna yang signifikan ketika pada kognitif dan keterampilan berpikir
dihubungkan dengan masyarakat dimana kritis yang lebih mendalam (Corral-Verdugo
siswa tinggal dan aspek lain dalam and Frais-Armenta1996; Lord 1999).
kehidupan mereka sehari-hari. (Zanvliets, 2012)
Banyak literatur melaporkan Zanvliet (2012) menyatakan bahwa
banyaknya manfaat dari partisipasi dengan Program PBE juga bermanfaat pada
program pembelajaran place-based perkembangan keterampilan sosial dan
environmental. Misalnya saja, setelah kolaboratif. Seorang siswa, ketika
mengikuti program pendidikan lingkungan berpartisipasi dalam sebuah kelompok
hidup, siswa dapat mengembangkan problem solving, dapat terlibat dalam
apresiasi lingkungan yang lebih tinggi interaksi yang bermankan dengan yang lain
(Basile2000; Corral-Verdugo and Frais- dalam bentuk cooperative learning.

113
ISBN 978-602-70471-2-9

Misalnya, kelompok kecil dan kelas Knapp,2000). Siswa memanfaatkan


mendiskusikan permasalahan lokal lingkungan sekitar untuk memahami
memungkinkan siswa belajar satu sama lain penciptaan sains dari sudut pandang tempat
(Johnson and Johnson 2003). Juga diberikan melalui investigasi lingkungan alam dan
kesempatan bagi siswa untuk pemikiran dan masyarakat yang dilakasanakan siswa
pengetahuan satu sama lain. Diskusi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari
membantu me-reform atau mengkonfirmasi (Smith & Williams,1999). Guru yang
pengetahuan awal siswa tentang sebuah mengeplikasikan PBE dalam kurikulum
issue atau konsep. mempercayai bahwa PBE bermanfaat dalam
Berdasarkan pemaparan tentang mengkontekstualisasikan situasi lingkungan
hasil-hasil penelitian terkait place-based kehidupan nyata bagi para siswa. Guru tidak
education, dapat dirangkum bahwa melalui akan kehilangan pentingnya konten dan
place-based environmental education, skill, tetapi alasan mempelajari tempat dapat
struktur kognitif siswa dapat dirubah, sikap membantu meningkatkan keikutsertaaan dan
siswa dapat dimodifikasi, serta lingkungan pemahaman siswa dan mengarah pada
belajar secara umum dapat memperkaya dan humanisasi pendidikan lingkungan ducators
merangsang belajar lebih lanjut. Banyak (Gruenewald, 2003; Hungerford, 2010).
pendidik yang menggunakan pembelajaran PBE sangat memungkinkan untuk
outdoor atau lingkungan memfokuskan mengaplikasikan pembelajaran terintegrasi
pembelajaran untuk mengembangkan proses antar mata pelajaran, bahkan muungkin
masyarakat. sangat pas jika diaplikasikan secara
Dalam paparannya tentang terintegrasi. Terkait PBE yang terintegrasi,
pendidikan lingkungan dengan PBE, Muthersbaugh, Kern, dan Charvoz (2014)
Muthersbaugh, Kern, dan Charvoz (2014) menyatakan berbagai literatur terkait
membuat kesimpulan tentang peran guru pembelajaran terintegrasi dalam PBE
dan siswa dalam pendekatan ini. Pengajar sebagai berikut. Praktik pembelajaran
PBE percaya bahwa sekolah hendaknya integratif terkait pembelajaran tempat
menyiapkan orang yang dapat hidup dan menghadirkan isu terkini dan otentik dalam
bekerja secara berkesinambungan dalam kurikulum, membentuk kehidupan,
integritas kultur dan ekologi yang fokus mereferensi situasi historis dan melekatkan
pada tempat dimana dia tinggal strategi problem solving (Venville, Wallace,
(Thomashow,1995; Woodhouse & Rennie, & Malone, 1987).

114
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

Mengintegrasikan isu lingkungan dan sekitar sekolah, dan komunitas yang lebih
konsep pembelajaran melibatkan siswa luas. Beberapa faktor yang mempengaruhi
dalam pembelajaran multidisipliner, outdoor learning dan ketentuan dalam
pengalaman, dan intergenerasional yang pelaksanaannya juga dapat digunakan dalam
tidak hanya relevan tetapi mempunyai pelaksanaan PBE dengan konteks luar
kontribusi potensial untuk kehidupan ruang. Beberapa hal yang dapat menjadi
masyarakat yang sejahtera (Gruenewald, rintangan dalam outdoor lerning adalah 1)
2003:7). Hungerford (1998) berargumen ketakutan dan kepedulian tentang kesehatan
dalam mengintegrasikan pendidikan dan keselamatan; 2) kurangnya kepercayaan
lingkungan dengan mata pelajaran lain diri guru dalam melaksanakan pembelajaran
“Environmental education is outdoor; 3) kurikulum sekolah; 4)
multidisciplinary and, where personnel can perubahan yang mendalam pada sektor
plan and work cooperatively, a team pendidikan (Dillon et al., 2006)
approach would more appropriately reflect Konsep PBE yang telah diuraikan
its true nature than any other strategy” dimuka sejalan dengan pendekatan ilmiah
(hlm. 53). Place-based educators dapat pada kurikulum 2013 dalah hal: 1) interaksi
menanyakan kepada siswa tentang peran langsung dengan alam sehingga siswa dapat
lingkungan dan apa yang dimaksud dengan melakukan eksperimen terhadap sumber
menjadi warga negara yang teliti/hati-hati di belajar di alam; 2) dengan menghadapi alam
US, atau dengan kata lain apa tanggung di masyarakat secara langsung, akan muncul
jawab kita pada tempat dimana kita tinggal berbagai pertanyaan nyata untuk dijadikan
(Strife, 2010). Dalam hal ini terdapat sumber permasalahan yagn harus
integrasi antara lebih dari satu materi (sains dipecahkan; 3) PBE memungkinkan
dengan pendidikan kewarganegaraan integrasi antar mata pelajaran yagn sangat
/sosial). sesuai dengan konsep pendekatan tematik
PBE dalam konteks luar ruang kelas dalam pembelajaran di SD; 4) tujuan utama
sangat erat kaitannya dengan pembelajaran PBE adalah menjadikan mereka menjadi
outdoor. Dalam lima konteks PBE seperti warga negara yagn berguna nantinya dengan
yang disampaikan Buxton dan Provenzo, memahami onteks nyata dalam lingkungan
disebutkan bahwa PBE dapat dilakukan di dimana siswa tinggal. Ini sejalan dengan
ruang kelas, gedung sekitar sekolah, maksud dari kurikulum 2013 yang
halaman sekolah, lingkungan tetangga mengangkat konsep literasi sebagai tujuan

115
ISBN 978-602-70471-2-9

akhir dari pembelajara nyaitu mencari lima contoh daun dikotil monokotil
mengaplikasikan konsep keilmuwan yagn di kebun sekolah; Menumbuhkan benih dari
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. biji. Berkelompok mengamati bibit
Buxton dan Provenzo (2012) tumbuhan dari kebun sekolah dengan mata
mengusulkan lima bagian sebagai porsi telanjang dan dengan kaca pembesar.
utama dalam PBE, sebagai sebuah seri Mendiskusikannya. Mengamati
lingkaran terpusat atau nested contexts. pertumbuhan bibit dalam plastik per 2 hari.
Lingkaran paling dalam adalah ruang kelas Siswa dapat mengamati video tentang
sedangkan paling luar adalah komunitas global warming. Membuat kenampakan
yang lebih luas atau kota. Tiga lingkaran alam dengan tanah liat lengkap dengan
tengah mewakili gedung sekolah, halaman dataran, pantai, dan laut. Menambahkan air
sekolah atau lapangan sekolah, dan dan mengukur kedalaman air serta
lingkungan tetangga yang dapat terjangkau prosentase bagian dataran yang tersisa;
dengan jalan kaki dari sekolah. Buxton dan Menginvestigasi berapa air yang digunakan
Provenzo, menyampaikan serangkaian di kamar mandi rumah setiap harinya,
aktifitas model yang dapat dilakukan pada membandingkan pemakaian air antar
masing-masing konteks, khususnya untuk negara; Membuat press kit untuk advokasi
pembelajaran sains. lingkungan. Berdiskusi tentang kasus-
menyelidiki kasus- membuat konferensi
press;
Selain itu siswa juga dapat
melakukan wawancara dengan institusi
lokal tentang bagaimana pekerjaan mereka
dapat memberi kontribusi terhadap sains
Gambar 1. The nested Contexts of Place-based pada masyarakat (dapat dilakukan dengan
Learning (Buxton and Provenzo, 2012)
mendatangkan pembicara ahli ke ruang
PBE di ruang kelas. Meskipun di kelas, atau melalui video converence.
ruang kelas, aktifitas dapat melibatkan Mereka juga dapat menganalisis data
lokal konten dengan cara yang unik. (meteorology, ekologi, kualitas air) yang
Aktifitas di ruang kelas dapat berupa: diperoleh dari organisasi lokal, atau
Mengobservasi daun dengan mata telanjang membandingkan data tersebut dengan data
dan dengan kaca pembesar. Sebelumnya yang diperoleh di kelas.

116
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

PBE di gedung sekolah melibatkan melakukan kegiatan menanam, mempelajari


kegiatan inkuiri saintifik yang dapat kebun sayur sekolah, mengamati burung di
dilakukan di bagian dari gedung sekolah halaman sekolah, dan mempelajari erosi dan
seperti kantin, ruang olahraga, ataupun di pola drainase.
tempat pancuran air. Aktifitas untuk konteks Siswa berdiskusi tentang cuaca dan
ini dapat berupa: 1) studi ekologis memprediksi keadaan cuaca. Kemudian
bagaimana gedung sekolah dapat melakukan siswa membuat rain gauge dan anemometer.
efisiensi energi; 2) memepelajari nutrisi Siswa kemudian mencatat cuaca harian yang
siswa; 3) kebiasaan makan dan olahraga; 4) terjadi di luar gedung sekolah dalam tabel.
membandingkan rasa dan kualitas air dari Kegiatan ini dapat dilakukan dalam
air dari pancuran dan air mineral botol. Tes beberapa minggu menyesuaikan dengan
dilakukan dengan pengontrolan variabel. waktu sekolah. Dalam kelas siswa
Siswa juga dapat mendiskusikan sumber mengkompile data dalam tabel dan grafik,
daya apa saja yang dihabiskan untuk mendiskusikan berbagai variasi tentang
mengirim air botol-an; 5) Siswa dibagi bagaimana data dapat diekspresikan.
menjadi tiga kelompok dan diberi tugas Melihat internet untuk membandingka cuaca
mendesain sekolah yang ideal. Di mulai rati daerah di dunia
dengan melakukan tour keliling sekolah, Di halaman sekolah, siswa juga dapat
siswa membuat outline desain sekolah menyelidiki erosi tanah dan runoff. Diawali
ketika berkeliling. Saat di kelas siswa diberi dengan mendiskusikan masalah erosi dan
kesempatan memodifikasi desainnya. Tiap runoff, kemudian melakukan survey di
kelompok melakukan presentasi dan halaman sekolah dimana terjadi erosi dan
menampilkan karya desainnya di papan runoff, memfoto dan membuat sketsa,
bulletin; 6) Melakukan science performance mendesain rencana mengurangi runoff dan
dengan tampil di depan teman, guru dan erosi pada satu titik di kebun sekolah.
bahkan orang tua. Mendiskusikan Dilanjutkan dengan menanami bagian kebun
performansi dan kritik dan diperoleh sekolah. Secara periodik memonitor proyek
PBE di halaman sekolah. Dijelaskan tersebut. Di kelas kemudian memikirkan
bagaimana guru dapat melakukan kegiatan untuk memperluas proyek tersebut untuk
di luar gedung sekolah, seperti di taman komunitas yang lebih luas di masyarakat.
bermain sekolah, lapangan bola, atau Melakuakn presentasi ke sekolah lain atau
bahwkan di jalan setapak. Siswa dapat di depan pemerintahan lokal.

117
ISBN 978-602-70471-2-9

Membuat proyek ‘urban garden’, sekolah; 4) Stream study, monitoring, dan


dengan cara: membuat kompos, tiap dua resoration; 5) Pollution; 6) Traffic pattern;
minggu membolak-balik kompos yang telah 7) Survey of local plant.
dibuat, dan 3 bulan kemudian bahan PBE di komunitas yang lebih luas.
tanaman akan berubah menjadi tanah subur. Contoh aktivitas untuk konteks ini dapat
Bird wathing di halaman sekolah. berupa: 1) belajar di museum, taman kota,
Menyelidi spesien burung membuat tempat kebun binatang, atau akuarium; 2) belajar di
makanan burung di spot yang ingin tempat pembuangan dan pemrosesan
diselidiki. Membuat jadwal pengamatan. sampah; 3) belajar di pusat pertanian;
Menghitung burung yang datang di site. Penelitian dari Muthersbaugh et al
Melakukan kegiatan Adopt a tree, (2014), menyimpulkan bahwa place-based
yaitu melakukan survey tumbuhan apa saja education dengan setting ruang kelas juga
yang ada di halaman sekolah, dan dapat dilakukan secara optimal dengan
melakukan pengamatan tentang pohon menghadirkan gambar-gambar tentang
tersebut. Di akhir siswa juga dapat membuat perubahan linggungan dimana setting place-
bulletin board dalam ebntuk poen, based dilakukan dalam rangka pembelajaran
photograpf, drawing, dan deskripsi dari lingkungan sains.
pohon. Mereka dapat mencari tahu secara Dalam PBE, siswa diminta untuk
online tentang diman pohon tersebut menemukan fenomena alam di lingkungan
ditemukan, eberaba besa pohon tersebut tempat tinggal dengan menjadikan mereka
dapat tumbuah, dan lainnya. sebagai ilmuwan. Bentuk kegiatan dalam
Selain itu siswa juga dapat PBE yang berbentuk sebuah penyelidikan
melakukan: survey one square meter, dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu
mencari serangga di sekitar kita, dan kegiatan deskriptif, komparatif, dan
mempelajari tentang hujan asam di halaman korelatif. Sebagai ilmuwan, siswa 'tidak
sekolah. dapat memanipulasi variabel dan
PBE di lingkungan tetangga. Contoh mempertahankan kontrol dan kelompok
aktivitas untuk konteks ini dapat berupa: 1) eksperimen, dan mereka jarang menganggap
mempelajari kualitas air di sumur penduduk hubungan kausal antara variabel.
lokal, kanal atau drainase; 2) sensus hewan Sebaliknya, sebagai ilmuwan, mereka
liar di taman; 3) mempelajari masalah mengamati fenomena yang terjadi secara
kesehatan umum pada masyarakat sekitar alami dan mencari deskriptif, komparatif,

118
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

dan korelatif tren dan hubungan (Cox et al, yang berbeda dari apa yang telah
2010: 30). Penyelidikan deskriptif yang dipelajarinya.
terlibat menggambarkan bagian dari sistem Karakteristik PBE adalah melibatkan
alam. Para siswa mengeksplorasi dengan komunitas dan lingkungan lokal dimana
menggunakan pertanyaan deskriptif. siswa tinggal, mulai dari lingkungan
Pekerjaan mereka memberikan wawasan terdekat maupun komunitas yang agak jauh.
deskriptif baru bagaimana kehidupan PBE juga menekankan pada aktivitas hands-
berperilaku selama pergantian musim. on dan pembelajaran langsung. Dengan
Sedangkan penyelidikan komparatif mirip melakukan kegiatan hands-on, anak adalah
dengan penyelidikan yang dikendalikan. ilmuwan yang menggunakan berbagai
Mereka mungkin melibatkan pengumpulan keterampilan proses sains untuk
dan membandingkan data untuk kelompok memperoleh pemahaman tentang fakta,
yang berbeda, organisme, lokasi, atau konsep, prinsip, hukum, dan teori dalam
sungai. Sementara penyelidikan korelatif sains. Dalam pelaksanaan kegiatan dengan
melibatkan pengukuran atau pengamatan keterampilan proses untuk mencapai
dua variabel dan mencari pola (Widayanti, pemahaman produ ksains, anak harus
2016). memiliki sikap ilmiah agar hasil yang
Pembelajaran berbasis konteks diperoleh benar-benar dapat
ekologi ini sangat mendukung pencapaian dipertanggungjawabkan.
literasi sains yang meliputi: aspek konteks, Sikap ilmiah yang dimiliki siswa
konten, dan keterampilan. Kegiatan dalam dapat dikatakan sebagai syarat dan hasil dari
PBE memungkinkan siswa melakukan proses pembelajran sains. Sebagai syarat
berbagai kegiatan dalam pencapaian literasi adalah ketika sikap ilmiah dibutuhkan
sains, yaitu: 1). mengenal pertanyaan secara beriringan dengan keterampilan
ilmiah; 2). mengidentifikasi bukti yang proses untuk mencapai pemahaman konsep.
diperlukan dalam penyelidikan ilmiah; 3). Sikap ilmiah sebagai hasil adalah ketika
menarik kesimpulan; 4). sikap ilmiah diperoleh sebagai efek dari
mengkomunikasikan kesimpulan; 5). proses melaksanakan keterampilan proses.
mendemonstrasikan pemahaman terhadap Dua bentuk sikap ilmiah ini seringkali
konsep-konsep sains, yakni kemampuan merupakan satu sikap yang terjadi
menggunakan konsep-konsep dalam situasi bersamaan dan tidak dapat dipisahkan.
Misalnya dalam melakukan penyelidikan,

119
ISBN 978-602-70471-2-9

siswa diminta untuk memiliki sikap hati-hati terhadap perilaku individu siswa, baik yang
sehingga tidak terjadi kesalahan sengaja maupun tidak sengaja. (hlm. 17).
pengukuran. Setelah melaksanakan Berdasarkan gambaran yang
pembelajaran, siswa akan terbiasa memiliki diberikan oleh Buxton dan Provenzo, dapat
sikap hati-hati dalam aktifitas lainnya disimpulkan beberapa sikap ilmiah yang
karena terbiasa dengan melakukan dapat dikembangkan melalui berbagai
penyelidikan yang hati-hati. aktifitas yang dapat dilakukan. Ragam sikap
Pada artikelnya yang berjudul “The ilmiah yang dapat digunakan sebagai
value of outdoor learning: evidence from patokan misalnya adalah jenis sikap ilmiah
research in the UK and elsewhere”, Justin yang dikategorikan oleh Gega, Harlen, dan
Dillon menyampaikan hal terkait nilai dalam AAAS (Bundu, 2006).
outdoor learning seperti dalam uraian Pada PBE dengan konteks ruang
berikut: dalam kaitan pengaruh outdoor kelas siswa melakukan observasi, menonton
learning terhadap sikap siswa, Mittelstaedt, video, mendengarkan narasumber,
Sanker and Vanderveer (1999) melihat melakukan wawancara. Mereka juga
adanya pengaruh dalam satu minggu berdiskusi dan melakukan kerja kelompok.
eksperimen program terhadap 46 anak di Dalam kegiatan-kegiatan ini siswa diajak
US. Anak-anak tersebut mengikuti program untuk selalu ingin tahu, berani, percaya diri
summer-school selama 5 hari tentang respek terhadap fakta (hasil observasi).
aktifitas biodiversity. Ditemukan bahwa Dalam mendengarkan pamaparan dari
meskipun siswa telah datang dengan sikap narasumber, siswa diajak untuk dapat
yang positif terhadap lingkungan, mereka berpikir kritis serta berpikiran terbuka dan
meninggalkan program dengan sikap positif dan dapat bekerja sama.
yang lebih kuat (p. 147). Dalam hal Saat melakukan aktifitas di tempat-
merubah perilaku siswa, Bogner (1998) tempat yang ada di sekolah (school
melakukan tes satu hari dan lim hari building) misalnya saat menyelidiki
terhadap program ekologi outdoor jangka efisiensi penggunaan energi listrik di
panjang dengan 700 siswa usia 11-13 tahun sekolah, siswa diharapkan memiliki sikap
di German national park. Bogner ingin tahu, respek terhadap fakta, berpikir
melaporkan bahwa program 5 hari kritis terhadap hasil penggunaan energy
menyebabkan penigkatkan yang eksplisit yang mungkin berlebih. Mereka dapat
secara kreatif mencari cara mengurangi

120
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

penggunaan energi. Pada kegiatan Pada konteks lingkungan tetangga


mempelajari nutrisi siswa, juga didapat sekitar sekolah, dicontohkan bahwa siswa
sikap ilmiah yang hampir sama. Siswa harus dapat melakukan penyelidikan terkait
memiliki sikap yang kreatif untuk kualitas air yang ada di masyarakat sekitar.
menentukan makanan apa yang harusnya Rasa ingin tahu, tekun, kerjasama, dan kritis
diberikan sebagai menu makan siang agar wajib ada menyertai aktifitas ini. Siswa
dapat memenuhi nutrisi siswa. Mempuyai juga dapat diminta melakukan survey
sikap terhadap pengehmatan energi terkait terhadap tanaman lokal. Pada survey ini
langsung dengan sikap peduli lingkungan sikap ilmiah yang utama adalah ketekunan
karena bahan bakar di bumi suatu saat akan untuk dapat memperoleh data yang lengkap
habis sehingga harus dihemat mulai dari dan detail.
sekarang. Sedangkan pada aktifitas dengan
Pada aktifitas di halaman sekolah, konteks masyarakat yang lebih luas,
msialnya saat siswa diminta membuat misalnya melakukan kunjungan ke musem
‘urban garden’, banyak sikap yang atau kebun binatang, sikap yang diharapkan
dilibatkan dan dihasilkan dengan aktifitas ada dan menguat adalah sikap ingin tahu
ini. Melibatkan sikap ingin tahu, menjadikan dan berpikiran terbuka. Dengan sikap ingin
siswa selalu penasaran terhadap tahu, siswa akan memperhatikan dengan
perkembangan tanaman mereka di hari esok, baik apa yang dijumpainya di tempat tujuan.
pada aktifitas ini juga diperlukan kerjasama Anak yang tidak memiliki sikap ingin tahu
yang solid dan tanggungjawab yaitu dalam hanya akan melewatkan begitu saja benda-
mengatur jadwal pemeliharaan tanaman. benda yang dilihat di museum dengan tidak
Satu hari saja ada satu siswa yang lupa memperhatikan secar detail. Untuk itu maka
menyiram tanaman, maka gagalnya proyek peran guru dalam hal ini adalah membuat
urban garden mereka. Aktifitas ini juga instrument pengamatan sehingga siswa
mengharuskan adanya ketekunan, karena dapat bekerja secara sistematis.
menanam bukanlah hanya sekedar menggali Kelima konteks PBE tersebut
tanah, memasukkan tanaman, dan memanen melibatkan komunitas dari skala kecil ke
hasilnya. Tapi harus tekun dalam skala yang lebih luas. Karena melibatkan
memliharanya setiap hari sepanjang waktu juga orang dalam komunitas, baik
dengan segenap hati. penduduk, nara sumber ahli, orang tua,
pegawai museum, polisi, petugas kebersihan

121
ISBN 978-602-70471-2-9

taman menjadikan anak terbiasa berinteraksi seorang ahli gizi, penemu alat hemat energi,
dengan warga negara dengan berbagai latar atau sebagai pakar lingkungan hidup yang
belakang pekerjaan yang berbeda. Dalam ilmunya sangat berguna di masyarakat.
konteks sikap yang lebih umum (bukan
sikap ilmiah) siswa dapat melatih sikap SIMPULAN
respek terhadap orang yang lebih tua, Konsep PBE sejalan dengan
menghormati dalam kata dan sikap, pendekatan ilmiah pada kurikulum 2013
berbicara dengan sopan, serta dalah hal: 1) interaksi langsung dengan alam
mendengarkan dengan baik. Siswa juga sehingga siswa dapat melakukan
dilatih untuk dapat menyampaikan pendapat eksperimen terhadap sumber belajar di
secara percaya diri dan lantang. alam; 2) dengan menghadapi alam di
Sikap ilmiah diperlukan dalam masyarakat secara langsung, akan muncul
proses kegiatan dan pastinya akan berbagai pertanyaan nyata untuk dijadikan
membentuk sikap dalam karakter siswa sumber permasalahan yagn harus
secara umum. Jika tingkatan paling tinggi dipecahkan; 3) PBE memungkinkan
dalam karakter seseorang adalah melakukan integrasi antar mata pelajaran yagn sangat
sebuah sikap sebagai habit/kebiasaan, maka sesuai dengan konsep pendekatan tematik
aktifitas dalam PBE adalah sebagai upaya dalam pembelajaran di SD; 4) tujuan utama
membiasakan siswa. Jika kegiatan ini PBE adalah menjadikan mereka menjadi
dilakukan secara berulang, maka berbagai warga negara yagn berguna nantinya dengan
sikap ilmiah tersebut akan menjadi memahami onteks nyata dalam lingkungan
kebiasaan siswa dalam menjalankan dimana siswa tinggal. Ini sejalan dengan
aktifitas kehidupan sehari-hari. Misalnya maksud dari kurikulum 2013 yang
jika ketika melihat berita di televisi tentang mengangkat konsep literasi sebagai tujuan
banjir, maka anak akan terbiasa berpikir akhir dari pembelajara nyaitu
kritis tentang penyebab terjadinya bencana mengaplikasikan konsep keilmuwan yagn
tersebut. Anak-anak juga akan terbiasa diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
berlaku kreatif untuk memecahkan masalah, Kegiatan dalam PBE dapat
misalnya terjadinya erosi, konsumsi listrik digolongkan menjadi lima konteks tempat,
berlebih, kurangnya nutrisi balita, dan yaitu di ruang kelas, di gedung sekolah,
sebagainya. Suatu saat nanti mereka akan halaman sekolah, lingkungan tetangga
menjadi ilmuwan sebenarnya sebagai sekolah, dan masyarakat yang lebih luas.

122
Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa

Kegiatan-kegiatan dalam konteks ini Student Understanding of


Environmental Science Through
mendukung penguasaan literasi sains siswa
Integrated Place-Based Lessons in the
denga ntujuan akhir mengapliaksikan Elementary Classroom. Journal of
Research in Childhood Education, 28:
pengetahua ndalam kehidupan nyata yang
313–326, 2014 DOI:
dapat terjadi di sekolah, rumah, tetangga, 10.1080/02568543.2014.913217
Neuman, Donald B. (1993). Experiencing
maupun masyarakat yang lebih luas.
elementary science. California:
Kegiatan dalam PBE dapat berhasil Wadsworth Publishing Company.
Rezba, Richard J., et.al. (1995). Learning
kalau didukung dengan sikap ilmiah yang
and assessing science process skill.
dimiliki siswa seperti sikap ingin tahu, Iowa: Kendall/Hunt Publishing Co.
Sobel, David. (2004). Place-based
kritis, kreatif, kerjasama, sikap penemuan,
education: Connecting Classroom and
dan sebagainya semuanya dapat muncul di community. www.antiochne.edu.
Diakses tanggal 12 desember 2016
setiap aktifitas PBE. Sikap ini mengiringi
Sobel, David.
maupun sebagai hasil dari aktifitas PBE. http://montessorisaskatoon.ca/wp-
content/uploads/2015/09/Place-based-
Ed-web.pdf
DAFTAR PUSTAKA
Widayanti, Esti Yuli. (2016). Strategi
pelaksanaan program laboratorium
Bundu, Patta. (2006). Penilaian
alam untuk penguasaan sikap ilmiah
keterampilan proses dan sikap ilmiah
pada pengajaran materi sains di
dalam pembelajaran sains SD. Dirjen
SD/MI. Prosiding Seminar Nasional
Dikti Depdiknas.
Karakter Universitas Muhammadiah
Buxton, Cory A., Provenzo, Eugene F.
Ponorogo.
(2012). Place-based science teaching
Zandvliet, David B. (2012). Development
and learning 40 activities for k-8
and validation of the Place-Based
classroom. SAGE Publication.
Learning and Constructivist
Carin, Arthur A. (1993). Teaching science
Environment Survey (PLACES).
through discovery. New York:
Learning Environ Res (2012) 15:125–
Macmillan Publishing Co.
140. DOI 10.1007/s10984-012-9110-x
Dillon, Justin. (2006). The value of outdoor
Organization for Economic Co-operation
learning: evidence from research in
and Development (OECD-PISA) (last
the UK and elsewhere. School Science
revised 2005). Assessment of
Review, March 2006, 87(320)
scientific literacy in the OECD / Pisa
Muthersbaugh, Kern, and Charvoz. (2014).
project, http://www.pisa.oecd.org/
Impact Through Images: Exploring

123

Anda mungkin juga menyukai