(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga)
Disusun oleh:
Kelompok 3
3C KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, Penguasa alam semesta dan Pemilik
mutlak segala ilmu pengetahuan dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW
dan penerus risalahnya. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Menular
“hepatitis”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga.
Ucapan terimakasi penyusun sampai kepada Bapak Supriyanto, S.KM.,
M.KM. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga, yang telah memberikan
arahan, petujuk, dan bimbingan yang berharga selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan baik dari segi ilmu
maupun penyampaian yang tentunya menjadikan makalah ini masih sangat jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan.
Ucapan terimakasi penyusun sampai kepada Bapak Supriyanto, S.KM.,
M.KM. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga, yang telah memberikan
arahan, petujuk, dan bimbingan yang berharga selama penyusunan makalah ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
2.2.3 intervensi keperawatan ................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan
menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah
ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya
absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari
kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi
penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner &
Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan
detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik
sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain
dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar
diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih
ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila
ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota
keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis
beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan
pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang
2
aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara
umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila
hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan
penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan
keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang
Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan,
penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hepatitis
2. Untuk mengetahui apa itu epidemilogi
3. Untuk mengetahui penyebab hepatitis
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala hepatitis
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan
6. Untuk mengetahui apa saja teraphy/tindakan penangan yang dilakukan
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.2. Epidemiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis akut, dari hepatitis A
sampai dengan C. Berhubungan dengan cepatnya perkembangan
teknologi kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan
bahwa akibat hepatitis akan segera bertambah. Hepatitis menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang penting bukan hanya di Amerika
tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus dilaporkan ke pusat
pengawasan kesehatan di Amerika dan setiap tahun jumlahnya secara
bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,
morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan
penyakit ini 60-90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan
berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang
lebih 50% orang dewasa di Amerika telah memiliki antibodi terhadap
virus hepatitis. Banyak orang tidak dapat mengingat kembali kejadian
sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis (Brunner dkk,
2002).
4
2.1.3. Penyebab
1. Virus
a. Hepatitis A (HAV)
Dahulu disebut hepatitis infeksiosa. Penyakit ditularkan
terutama melalui kontaminasi oral-fekal akibat higiene yang
buruk atau makanan yang tercemar. Waktu antara pajanan dan
awitan gejala untuk HAV adalah 4 dan 6 minggu.
b. Hepatitis B (HBV)
2. Bakteri
5
3. Obat-obatan yang bersifat hepatoksik
Obat-obatan yang dapat menyebabkan kerusakan langsung
terhadap sel-sel hati adalah tetrasiklin, parasetamol, karbon
tetrakhloride, isoniazid, methyldopa, methotreksate, halothane.
Sedangkan obat-obatan yang menyebabkan kelainan hati
berdasarkan reaksi hipersensitifitas diantaranya: chlorpromazine,
phanothazin, sulphonamide, nitrofurantin, erythromycin estolat,
obat-obatan anti hyroid, diphenyl hidantoin, phenylbutazon.
2.1.5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-
obatan dan bahan- bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami
6
hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar, karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.
Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk
ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja
tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air,
maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
(Price, 1999)
7
2.1.6. Klasifikasi
1. Hepatitis A
8
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-
buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang
setengah matang, minum dengan es batu yang prosesnya
terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vakin hepatitis A, memberikan
kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk
kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali.
Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks
merupakan resiko tinggi tertular hepatitis A.
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang
terkontaminasi, tranfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan
dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta immunoglobulin
yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14
hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia
sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan resiko tertular
hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai
banyak pasangan seksual.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus
hepatitis viral dan paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi
dari donor asimtomatik, berbagi jarum dengan pengguna obat intra
vena dan cairan tubuh atau didapat dari tattoo.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang
unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan
keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual,
9
jarum suntik dan tranfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D
bervariasai, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi)
atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang
nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri
(self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan khususnya
trimester ketiga dapat mematikan. Penularan melalui air yang
terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah.
7. Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminant
ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum.
Hepatitis B, dapat terjadi tanpa gejala, namun dapat juga terjadi
artalgia dan ruam pada kulit.
10
nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik
Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal kembali.
11
e. Albumin serum menurun
f. Anti-HAVlgM: positif pada tipe A
g. HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negativ (tipe A)
h. Urinalisa: peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi
i. Tes ekskresi BSP: kadar darah meningkat
j. Radiologi
- Foto polos abdomen : menunjukan densitas kalsifikasi
pada kandung empedu, pankreas, hati juga dapat
menimbulkan splenomegaly.
- Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya
kerusakan parenkim.
k. Pemeriksaan Tambahan
- Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
12
efek obat ini hanya sementara. Dengan obat ini, HBV menetap
yang dijumpai pada sekitar 30% paien, sementara hilangnya HCV
dalam jangka waktu lama yang jarang sekali terjadi. Interferon
umumnya dikontraindikasikan bagi penderita yang penyakit hati
yang berada pada stadium sangat lanjut. Selain itu interferon
dihubungkan dengan efek samping yang signifikan, termasuk
mialgia, demam, trombositopenia, dan depresi. Muncul nya efek
samping tersebut menyebabkan banyak pasien yang tidak
diindikasikan untuk pengobatan ini dan pengobatan dihentikan
sejaki awal untuk pasien tertentu.
5. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim
reverse transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis
kronis. Obat- obat ini awalnya dibuat dan digunakan untuk pasien
pengidap HIV sekaligus membantu sejumlah besar pasien yang
terserang HIV sekaligus hepatitis virus. Tingkat respons terhadap
obat-obat golongan ini tinggi., sehingga sering dijadikan obat
pilihan pertama bagi pasien.
6. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog
nukleotida adalah pengobatan yang paling berhasil untuk saat ini.
Interferon termodifikasi, disebut interferon pegilase atau
peginterferon, mempunyai paruh waktu lebih lama dibanding
IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang. Terapi
kombinasi biayanya mahal dan efek samping nya menyakitkan,
sama dengan interferon pendahulunya.
7. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima
gammaglobulin murni yang spesifik terhadap HAV dan HBV,
yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.Imunitas
ini bersifat hanya sementara.
8. Tersedia juga vaksin HBV. Karena sifat virus ini sangat menular
dan berpotensi menyebabkan kematian, semua individu yang
termasuk para petugas kesehatan atau individu yang terpajan ke
13
produk darah sangat dianjurkan selain itu, vaksin ini ditujukan
untuk individu yang berisiko tinggi terkena penyakit tersebut
termasuk kaum homoseks atau heteroseksual yang aktif secara
seksual dan berganti-ganti pasangan. Tidak ada efek samping
bermakna yang dijumpai setelah pemberian imunisasi HBV.
9. Vaksinasi HBV pada bayi setelah bayi baru lahir.(Corwin, E.J,
2009)
2.1.11. Komplikasi
1. Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan
pernafasan, hipoglikemia, hipotensi dan sepsis
2. Sindroma Guilain Baire
3. Hepatitis kronik persisten
4. Hepatitis agresif
5. Perkembangan karsinoma hepatoseluler
14
membran mukosa
5. Nutrisi
Yang perlu dikaji pada pasien hepatitis antara lain apakah ada
anoreksia, berat badan menurun, mual muntah, peningkatan
oedema, kaji adanya asites.
6. Eliminasi
Yang perlu dikaji pada pasien hepatitis antara lain pola BAB
yaitu apakah terjadi diare, warna feses yang menyerupai
dempul, melena. Pola BAK antara lain frekuensi, konsistensi,
urine berwarna gelap atau seperti air teh pekat.
7. Aktifitas
Yang dikaji pada pasien hepatitis adalah mengenai kelelahan,
kelemahan dan malaise.
8. Rasa aman dan nyaman
Yang dikaji meliputi nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan
atas, kram abdomen, mialgia, atralgia, gatal/pruritus.
9. Pola seksualitas
Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan.
10. Pemeriksaan fisik head to toe
11. Pemeriksaan Laboratorium
15
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman terhadap sumber-sumber informasi.
7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
16
2.2.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Perubahan Tujuan dan kriteria hasil: Setelah 1) Kaji adanya alergi makanan. 1. Alergi dapat berakibat fatal bagi
. nutrisi kurang dilakukan tindakan keperawatan Rasional: alergi dapat berakibat fatal bagi klien
dari kebutuhan masalah klien dapat teratasi klien 2. Adanya pembesaran hepar dapat
berhubungan sesuai kriteria hasil yaitu menekan saluran gastrointestinal
2) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori,
dengan mual menunjukkan peningkatan berat dan menurunkan kapasitasnya.
tawarkan makan sedikit tapi sering
muntah badan mencapai tujuan dengan 3. Akumulasi partikel makanan di
Rasional: adanya pembesaran hepar dapat
nilai laboratorium normal dan mulut dapat menyebabkan bau
menekan saluran gastrointestinal dan
bebas dari tanda-tanda nutrisi dan rasa tak sedap yang
menurunkan kapasitasnya.
menurunkan nafsu makan.
3) Pertahankan hygiene mulut yang baik 4. Merencanakan diet dengan tepat.
sebelum makan dan sesudah makan. 5. Mengetahui ada tidaknya
Rasional: akumulasi partikel makanan di penurunan badan pasien.
mulut dapat menyebabkan bau dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu
17
makan.
2 kerusakan Tujuan dan Kriteria hasil: 1. Jaga kebersihan pasien agar tetap bersih 1. Kulit yang kotor dan lembab
integritas Setelah dilakukan tindakan dan kering sarana efektik untuk
jaringan keperawatan masalah klien 2. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali. perkembangbiakan bakteri.
berhubungan teratasi sesuai dengan kriteria 3. Oleskan lotion pada tubuh yang 2. Menghindari area penekanan
dengan hasil1. yaitu keutuhan jaringan tertekan. pada tubuh tertentu
perubahan kulit, penurunan pruritus. Rasional: menjaga agar kulit tidak 3. Menjaga agar kulit tidak kering
turgor kering dan bersisik dan bersisik.
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri. 1. Untuk mengetahui hal-hal yang
nyaman nyeri tindakan keperawatan 2. Beri posisi sesuai kenyamanan pasien. mencetuskan nyeri, kualitas
berhubungan masalah klien teratasi 3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi. nyeri, area nyeri, waktu dan
dengan agen sesuai criteria hasil yaitu 4. Kolaborasikan dengan dokter tentang frekuensi nyeri.
18
cedera biologis skala nyeri penggunaan analgetik yang tak 2. Posisi yang nyaman akan
berkurang/tidak ada, mengandung hepatotoksik. membuat klien merasa lebih
pasien tampak lebih rileks.
rileks, pasien merasa 3. suatu teknik untuk pengalihan
lebih nyaman. rasa nyeri, sehingga nyeri akan
terabaikan.
4. kemungkinan nyeri yang tidak
bisa diatasi dengan teknik
pengurang nyeri
4 Resiko tinggi Tujuan dan Kriteria Hasil: 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi 1. Untuk mengetahui secara dini
terhadap Setelah dilakukan tindakan 2. Ajarkan teknik pencucian tangan adanya tanda-tanda infeksi
infeksi keperawatan masalah klien dengan benar sehingga dapat segera diberikan
berhubungan teratasi sesuai kriteria hasil 3. Pertahankan teknik aseptik tindakan yang tepat.
dengan mal yaitu: tidak ada tanda-tanda 4. Kolaborasikan pemberian antibiotik 2. Menghindari risiko penyebab
nutrisi infeksi, suhu tubuh dalam infeksi.
rentang normal 36,5-37,5ºC 3. Untuk menghindari kontaminasi
dengan kuman penyebab infeksi.
19
4. Menghambat perkembangan
kuman sehingga tidak terjadi
infeksi
5 Kelebihan Tujuan dan kriteria hasil: Setelah 1. Awasi input dan output cairan 1. Menunjukkan status volume
volume cairan dilakukan tindakan keperawatan 2. Observasi tanda-tanda vital. sirkulasi, terjadinya perpindahan
berbuhungan masalah klien teratasi sesuai 3. Kolaborasi dengan dokter dalam cairan dan respons terhadap
dengan asites dengan criteria hasil yaitu pemberian cairan dan obat. terapi.
menunjukkan volume cairan 2. Untuk mengetahui peningkatan
stabil dengan keseimbangan TTV terutama tekanan darah
pemasukan dan pengeluaran, BB biasanya berhubungan dengan
stabil, dan tidak ada edema kelebihan volume cairan.
3. Membantu proses penyembuhan
6 Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pendidikan pasien 1. Mengetahui tingkat pendidikan
pengetahuan keperawatan masalah klien 2. Kaji tingkat pengetahuan pasien pasien dan keluarga sehingga
berhubungan teratasi sesuai dengan kriteria 3. Berikan pendidikan kesehatan dapat melakukan pendidikan
dengan hasil klien dan keluarga kesehatan sesuai dengan tingkat
20
kurangnya mengetahui tentang pendidikannya.
pemahaman penyakitnya. 2. Mengetahui sejauh mana pasien
terhadap mengetahui tentang penyakitnya
sumber sumber meliputi pengertiannya,
informasi penyebabnya, perawatannya.
3. Memberikan pengetahuan kepada
pasien
7 Hipertemi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau dehidrasi 1. mendeteksi secara dini adanya
berhubungan keperawatan, masalah klien 2. Pantau tekanan darah, nadi, suhu. tanda-tanda dehidrasi sehingga
dengan teratasi sesuai dengan kriteria 3. Pantau suhu minimal setiap 2 jam atau dapat segera dilakukan tindakan
penyakit hasil: suhu kulit dalam batas sesuai kebutuhan supaya pasien tidak kekurangan
normal 36,5-37,5 tidak ada 4. Gunakan kompres cairan.
tanda-tanda dehidrasi 5. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. Untuk mengetahui perubahan
Rasional: terapi untuk penyembuhan respon autonomi pasien.
pasien. 3. ntuk memantau kenaikan atau
penurunan suhu pasien.
4. Untuk membantu dalam
21
penurunan suhu pasien.
5. Terapi untuk penyembuhan
pasien.
8 Deficit Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kemampuan pasien dalam 1. Mengetahui seberapa jauh
perawatan diri keperawatan masalah klien menggunakan alat bantu. kemampuan pasien dalam
berhubungan teratasi sesuai dengan kriteria 2) Ajarkan ke keluarga dan pasien tentang penggunaan alat bantu.
dengan hasil: pasien menerima teknik mobilisasi dan ambulasi 2. Memandirikan keluarga dalam
kelemahan pemenuhan kebutuhan ADL baik 3) Penuhi kebutuhan ADL pasien. teknik perpindahan pasien secara
dari perawat maupun keluarga, Rasional: memenuhi kebutuhan dasar aman.
tidak ada bau badan, mulut dan pasien 3. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
gigi bersih, badan bersih
22
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Struktur Dan Sifat Keluarga
1. Kepala Keluarga
Nama : Tn. S
Suku : Sunda
Umur : 59 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Nelayan
23
3. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: laki-laki Sakit
: Meninggal
: Tinggal serumah
4. Jenis/type keluarga
Jenis : Extendet (Tipe keluarga Tn.S.D adalah keluarga inti yang terdiri
dari suami,istri dan anak)
2. Faktor sosio-budaya-ekonomi
a. Penghasilan dan pengeluaran
Sumber penghasilan adalah dari kegiatan berlayar yang dilakukan oleh
kepala keluarga bersama istri, yaitu sekitar Rp. 1.500.000,-/perbulan.
Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar Rp. 300.000,-
dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik,
kebutuhan anak sekolah.
24
b. Pendidikan
Anggota keluarga semuanya berpendidikan semuanya berpendidikan
untuk kepala keluarga tingkat mengah pertama , anak pertama yang
sedang sekolah kelas 12 (SMA kelas III) anak kedua yang sedang
sekolah kelas 7 ( SMP Kelas 1 ). Berkaitan dengan penyakit
HEPATITIS yang diderita Tn. S, keluarga mengatakan tidak tahu
bagaimana cara penularan HEPATITIS kepada orang lain dan
bagaimana cara pencegahan terhadap anggota keluarga yang lain.
Setelah dijelaskan tentang pengertian penyakit, cara pencegahan dan
pengobatannya, Tn.S dan Ny.S belum bisa menjawab pertanyaan
sederhana perawat
c. Suku dan agama
keluarga merupakan suku Sunda dan beragama Islam, dalam
menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti
kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di
Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), acara Diba’
(remaja putri dan ibu-ibu).
3. Kegiatan sehari-hari
a. Nutrisi
keluarga lebih sering memasak sendiri dari pada membeli, dengan
komposisi sebagai berikut : makanan pokok yaitu nasi, tempe dan
tahu, sayuran , Ikan yang didapat dari kebun/sawah, dan laut jarang
makan buah dan minum susu. Keluarga dalam memasak sayur dan
ikan dengan mencuci dulu lalu dipotong – potong. Keluarga makan
tiga kali dalam sehari dengan porsi yang cukup. Pemberian makan
sama rata untuk seluruh anggota keluarga. Cara menghidangkannya
terbuka di atas meja. Alat makan digunakan bersama atau tidak ada
pemisahan dalam pemakaiannya. Pantangan makan tidak ada.
25
b. Eliminasi
Pola BAB anggota keluarga sehari sekali dan BAK tiga-empat kali
sehari. Pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan
dalam eliminasi. Tempat BAB di WC rumah
c. Olahraga
Kepala keluarga mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk
melakukan olah raga, tapi dia telah rutin pergi ke laut setiap pagi dan
sore. Kegiatan di laut mislnya menjaring ikan . Istri juga tidak
meluangkan waktu untuk kegiatan olah raga secara khusus, dia hanya
ikut membantu suami kerja di laut. Anak-anak tidak ada kegiatan olah
raga di rumah, sedangkan di sekolah sesuai jadwal olah raga di
sekolah masing-masing.
d. Kebersihan diri
Kepala keluarga dan istri mandi 2 kali sehari, yaitu sepulang dari
melaut dan pada sore hari. Anak-anak mandi 2 kali sehari sebelum
berangkat sekolah dan pada sore hari. Kebersihan mandi dua kali
sehari dengan menggunakan sabun mandi, menggosok gigi sekali
sehari dengan pasta gigi serta mencuci rambut tiga hari sekali dengan
menggunakan sampho, kebiasaan mandi keluarga di rumah dengan
air sumber yang berasal dari mata air Sumberawan. Berkaitan dengan
HEPATITIS, keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai sanitasi
yang sehat yang dapat mencegah penularan HEPATITIS. Tn.S.
e. Waktu senggang/hiburan/rekreasi
Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai–
santai atau digunakan untuk membicarakan masalah keluarga.
Anggota keluarga dalam menggunakan waktu senggangnya sesuai
dengan usia dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan hiburan keluarga
melihat televisi dan radio.
f. Istirahat
Pola istirahat keluarga jarang tidaur siang, kalau sempat tidur siang
biasanya selama 1 – 2 jam mulai pukul 12.30 – 14.30. Kebiasaan tidur
26
pada malan hari jam 23.00 – 04.00. Pada Tn. S tidurnya sering
terganggu oleh karena sering Nyeri perut , mual pada malam hari, dan
sering demam ringan pada malam hari
g. Kebiasaan sosial
Semua anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan sosial
masyarakat seperti kegiatan tahlilan, diba’ dan lain-lain.
5. Faktor lingkungan
a. Karakteristik perumahan
Perumahan yang digunakan adalah permanen dan bukan miliknya
sendiri. Luas bangunan rumah 20 x 15 meter. Lantai rumah sebagian
dari plester semen dan sebagian masih tanah, atap dari genting.
27
Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, disekitar
kamar dan ruang tengah serta dapur, disetiap kamar dan ruang tengah
serta dapur ada lubang angin, Penerangan menggunakan lampu listrik.
Ruang tamu ada sebuah lampu neon 15 watt, ruang keluarga terdapat
bola lampu 20 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu
pijar 10 watt.
Ruang tamu kurang rapi dan bersih, terdapat perabotan (kursi),
ruang tidur, dapur berdinding bambu anyam dan lantai tanah.
Keluarga mempunyai kamar mandi. Halaman rumah tampak kurang
bersih oleh rerumputan disekitar rumahnya.
Keluarga menggunakan air sumber dari mata air Sumberawan
untuk minum dan memasak, keadaan air secara fisik jernih, tidak
berbau dan tidak berasa. Keluarga menyimpan air dari sumur dalam
gentong yang kebersihannya cukup dan tertutup.
mempunyai tempat pembuangan limbah yang dibuang langsung di
belakang rumah dan dibiarkan terbuka.
b. Denah rumah
Ket:
1: WC
2: Kamar
3: Ruang keluarga
28
4: Teras
5: Ruang tamu
: Pantai
29
6. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
keluarga Tn. S dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda.
Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap saat dan
waktu santai. Komunikasi saat makan sering dilakukan, dan terbiasa
makan bersama.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga tidak mempunyai peran dalam masyarakat, hal ini terbukti
dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mempengaruhi
tetangga. Kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan adalah Tn. S dan Ny.SD cukup
bijaksana, tampak sabar dalam menghadapi penyakit atau masalah
yang dialami oleh anggota keluarga, sehingga dapat mendorong Tn.S
untuk berobat secara teratur sampai sembuh. Ny.SD sering
mengingatkan Tn.S jika lupa minum obat.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Keluarga dalam struktur peran formal tidak ada atau tidak mempunyai
peran. Begitu juga dalam perannya secara informal.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. S menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian
diwarnai dengan kebiasaan secara agamis. Disamping itu keluarga
menganut kebudayaan Sunda, norma yang dianut juga kebudayaan
Sunda. Dalam kebiasaan keluarga Tn. S tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan.
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Dalam kehidupan keseharian, keluarga Tn. S sangat harmonis, rukun
dan tentram. Semua keluarga merasa saling memiliki, apabila ada
keluarga yang sakit atau ditimpa musibah, maka anggota keluarga yang
30
lain ikut merasakan akan hal yang sama yaitu keadaan sakit atau
ditimpa musibah.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan dalam keluarga Tn. S menganut kebudayaan Sunda. Dalam
berhubungan dengan anggota masyarakat, keluarga tidak tampak kaku.
Keluarga sangat membaur dengan budaya yang ada disekitarnya.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Tn S mampu untuk kurang mengenal dengan baik
masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yaitu
Tn. S dengan HEPATITIS. Hal ini dibuktikan dengan bahwa keluarga
belum mampu untuk menyebutkan tentang tanda dan gejala serta
faktor penyebab dari HEPATITIS.
Kemampuan keluarga untuk mengerti tentang sifat masalah sudah
tampak, karena keluarga tidak menganggap bahwa nyeri perut dan
kulit yang menguning yang dialami oleh Tn. S dianggap sebagai hal
biasa dan keluarga sudah memeriksakannya ke Puskesmas Singosari
dan sudah mendapat terapi sejak bulan Oktober2018. Sejak awal
pengobatan, Tn.S mengatakan sudah berobat secara teratur. Kalau obat
habis, keluarga langsung pergi ke Puskesmas untuk mengambil obat.
Tn.S mengatakan sebenarnya malas minum obat karena setelah minum
obat, ia merasa mual dan kembung. Tapi Tn.S ingin cepat sembuh,
sehingga walaupun malas ia tetap meminum obatnya.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, keluarga Tn. S mampu untuk
memanfaatkannya, karena Tn. S selama sakit berobat ke Puskesmas
Singosari.
d. Fungsi reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki oleh Tn. S adalah 2 orang, Ny.SD
menggunakan KB Suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. S termasuk keluarga yang kurang mampu hal ini dapat
dilihat dari penghasilan tiap bulanya hanya sekitar
31
Rp1.500.000/perbulan. Dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan
keluarga Tn.S sangat sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari, Tn.S menanam sayur di tepi sawahnya serta di pekarangan
rumahnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn.S biasa mencari ikan di laut
dekat rumahnya.
9. Pemeriksaan fisik
TTV:
TD 140/80 100/60mmHg 120/80mmHg 110/80mmHg
Nadi mmHg 90x/menit 80x/menit 67x/menit
Resp 100x/menit 20x/menit 16x/menit 16x/menit
Suhu 20x/menit 36,5oC 36oC 36oC
32
37oC
Kepala Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Keluhan keluhan keluhan keluhan
33
3.2 Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : - Klien mengatakan nyeri perut saat Ketidakmampuan keluargamerawat Nyeri
beraktivitas maupun tidak. anggota keluarga yang menderita
- Skala nyeri 5 Hepatitis
- Keluarga mengatakan klien kurang
istirahat karena harus mencari nafkah.
- Keluarga mengatakan belum terlalu
mengerti tentang penyakit hepatitis.
34
2. DS : - Klien mengatakan bahwa tempat makan
digunakan bersama Ketidakmampuan keluarga Resiko penyebaran infeksi
- Keluarga mengatakan kurang tau cara memodifikasi lingkungan
penularan dan pencegahan hepatitis
35
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan dan
pengobatannya
- Pendidikan Tn.S dan Ny.S
- Setelah dijelaskan tentang pengertian
penyakit, cara pencegahan dan
pengobatannya, Tn.S dan Ny.S belum
bisa menjawab pertanyaan sederhana
perawat.
36
3.3 Prioritas Masalah
1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang Hepatitis
Hasil : 2 5/6
37
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan
Hasil: 3 1/6
38
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi
39
anaknya pertamanya yang sekolah
SMA.
Hasil 3 2/3
40
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :
41
Tujuan Umum : keluarga mampu melakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit Hepatitis
pada anggota.
Intervensi :
- Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti tentang tanda penyakit Hepatitis seperti klien merasa
sering demam,sakit kepala mual muntah dan kuning.
- Jelaskan kepada keluarga penyebab hepatitis
- Jelaskan kepada keluarga perawatan keluarga yang terkena
hepatitis.
- Jelaskan juga pengobatan hepatitis.
- Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang cara penularan heptitis
yaitu melalui cairan tubuh dan dapat ditularkan dari wanita yang
sedang hamil kepada bayinya.
- Kaji cara keluarga dalam mengambil keputusan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit hepatitis.
- Jelaskan akibat bila tidak dilakukan perawatan pada anggota
keluarga misal penularan pada anggota keluarga.
42
3.5 Implementasi dan evaluasi
43
-Klien tampak mengerti
dengan apa yang telah
diajarkan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
44
bahasa sederhana tentang P : Hentikan Intervensi
cara penularan heptitis
yaitu melalui cairan tubuh
dan dapat ditularkan dari
wanita yang sedang hamil
kepada bayinya.
- mengKaji cara keluarga
dalam mengambil
keputusan untuk mencegah
terjadinya penularan
penyakit hepatitis.
- menelaskan akibat bila
tidak dilakukan perawatan
pada anggota keluarga
misal penularan pada
anggota keluarga.
45
3. 6 oktober 2019 Kurang pengetahuan tentang - Menjelaskan dengan S : keluarga pasien
penyakit, penyebab, cara menggunakan bahasa yang mengatakan masih
pencegahan, perawatan dan sederhana dan mudah belum mengerti .
pengobatann s.d kurangnya dimengerti tentang tanda O : keluaraga tampak masih
informasi penyakit Hepatitis seperti bingung dengan apa
klien merasa sering yang dijelaskan
demam,sakit kepala mual prawat.
muntah dan kuning. A : masalah belum teratasi
- Menjelaskan kepada P : Lanjutkan intervensi
keluarga penyebab,cara
pencegahan,perawatan dan
pengobatan hepatitis
- Menjelaskan kepada
keluarga perawatan
keluarga yang terkena
hepatitis.
- Menjelaskan juga
pengobatan hepatitis.
46
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Kesehatan keluarga ialah pengetahuan tentang suasana
sehat fisik, fisik dan sosial dari induvidu-induvidu yang ada dalam
satu keluarga.bebas hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan imflamasi pada sel-sel hati yang
menghasilkan kumpulan perubahan klinis biokimia serta seluler
yang khas.Penyebab Hepatitis diantaranya virus hepatitis terdiri
dari Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV),
Hepatitis E (HEV), bisa disebabkan oleh alcohol dan obat-obatan
yang bersifat hepatotoksik. irus-virus yang menyebabkan hepatitis
dapat menyebabkan cedera dan kematian hepatositdengan secara
langsung membunuh sel dan dengan merangsang reaksi
peradangan dan imunyang mencederai atau menghancurkan
hepatosit.
Reaksi peradangan melibatkan degranulasisel mast dan
pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang
terinfeksi dansel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan
interstisium. Respon imun yang timbul kemudian mendukung
respon peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel
sertaserangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus
menyebabkan destruksi sel-selyang terinfeksi.
Hati menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps
dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan,
akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosisdihati.Pencegahan
terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai
saatini belum ada obat yang dapat membunuh virus,
sehingga satu-satunya jalanuntuk mencegah hepatitis
virus adalah dengan vaksinasi.
47
4.2.Saran
Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan
obatnya seperti hepatitis ini,tindakan pencegahan adalah pilihan
utama kita. Setelah membaca dan mengetahui carapenularanya,
sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan
supayaterhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan
terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin
bahwa jarumnya steril, yang praktis adalah penggunakan jarum
baru atau disposibel ( sekali pakai buang).
Dan yang paling penting adalah melakukanvaksinasi,
vaksin merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke
dalam tubuh kitadapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan zat anti ( antibody) terhadapantigen
tersebut.Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan
perawatan secepatnya agartidak bertambah parah hingga
menyebabkan kanker hati. Dan perawat harus
memberikanpendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
klien yang belum megetahui bahaya dancara pencegahan hepatitis
sedini mungkin.
48
DAFTAR PUSTAKA
49
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.
Jakarta : EGC
50