Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

PENYAKIT MENULAR “HEPATITIS”

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga)

Dosen Pembimbing : Supriyanto, S.KM., M.KM

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Akbar Mantopani (10517090)


2. Dzikri Yulian K (10517093)
3. Rieke Imelia (10517098)
4. Rinrin Synthia M (10517100)
5. Santi Handayani (10517106)
6. Siti Nurjanah (10517111)
7. Sofia Muflihah (10517114)
8. Sri Ayu F (10517116)
9. Thiara Pratiwi P (10517120)
10. Tri Suci L (10517123)
11. Yossy Megawati (10517127)

3C KEPERAWATAN

Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbuleuit Bandung

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, Penguasa alam semesta dan Pemilik
mutlak segala ilmu pengetahuan dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW
dan penerus risalahnya. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit Menular
“hepatitis”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Keluarga.
Ucapan terimakasi penyusun sampai kepada Bapak Supriyanto, S.KM.,
M.KM. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga, yang telah memberikan
arahan, petujuk, dan bimbingan yang berharga selama penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan baik dari segi ilmu
maupun penyampaian yang tentunya menjadikan makalah ini masih sangat jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan.
Ucapan terimakasi penyusun sampai kepada Bapak Supriyanto, S.KM.,
M.KM. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga, yang telah memberikan
arahan, petujuk, dan bimbingan yang berharga selama penyusunan makalah ini.

Bandung, Oktober 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................... Error! Bookmark not defined.

Daftar Isi ................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ........................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ............................ Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Makalah ............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ............................ Error! Bookmark not defined.

2.1 Konsep dasar penyakit ................................................................. 4

2.1.1 definisi ................................................................................ 4

2.1.2 epidemiologi ....................................................................... 4

2.1.3 penyebab ............................................................................ 5

2.1.4 tanda dan gejala ................................................................. 6

2.1.5 patofisiologi ........................................................................ 6

2.1.6 klasifikasi ............................................................................ 8

2.1.7 gejala klinis ....................................................................... 10

2.1.8 pemeriksaan fisik.............................................................. 11

2.1.9 pemeriksaan penunjang ................................................... 11

2.1.10 teraphy/tindakan penanganan ...................................... 12

2.1.11 komplikasi ...................................................................... 14

2.2 konsep asuhan keperawatan ..................................................... 14

2.2.1 pengkajian ........................................................................ 14

2.2.2 diagnosa keperawatan ..................................................... 15

ii
2.2.3 intervensi keperawatan ................................................... 17

BAB III Asuhan keperawatan................................................................. 23

3.1 pengkajian ................................................................................. 23

3.2 analisa data ................................................................................ 34

3.3 prioritas masalah ....................................................................... 37

3.4 rencana asuhan keperawatan ................................................... 41

3.5 implementasi dan evaluasi ......................................................... 43

BAB IV Penutup ..................................................................................... 47

4.1 kesimpulan ................................................................................. 47

4.2 saran .......................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini
dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan
dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan
untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus
menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit
hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena
penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta
kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus
hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan
kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi
sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas,
mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari
air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru
sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia yang juga ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan,
Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia.
Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang meninggal dunia akibat hepatitis
beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah
penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari
10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak

1
menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan
menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah
ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya
absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari
kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali
kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi
penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner &
Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami
Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan
terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan
detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah
mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik
sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain
dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar
diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih
ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila
ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota
keluarga dan klien siap menghadapi resiko terburuk dari penyakit hepatitis
beserta komplikasinya sehingga penderita mampu menyiapkan diri dengan
pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air bersih yang

2
aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara
umum, mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila
hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur berarti keluarga dan
penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan
keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, sehingga
akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan tentang
Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, perawatan,
penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hepatitis?
2. Apa yang dimaksud dengan epidemilogi?
3. Apa penyebab hepatitis?
4. Apa saja tanda dan gejala hepatitis
5. Apa saja pemeriksaan fisik?
6. Apa saja teraphy/tindakan penanganan yang dilakukan

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu hepatitis
2. Untuk mengetahui apa itu epidemilogi
3. Untuk mengetahui penyebab hepatitis
4. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala hepatitis
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan
6. Untuk mengetahui apa saja teraphy/tindakan penangan yang dilakukan

3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1. Konsep Dasar Penyakit


2.1.1. Definisi
Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan
klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)

2.1.2. Epidemiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis akut, dari hepatitis A
sampai dengan C. Berhubungan dengan cepatnya perkembangan
teknologi kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan
bahwa akibat hepatitis akan segera bertambah. Hepatitis menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang penting bukan hanya di Amerika
tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus dilaporkan ke pusat
pengawasan kesehatan di Amerika dan setiap tahun jumlahnya secara
bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,
morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan
penyakit ini 60-90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan
berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang
lebih 50% orang dewasa di Amerika telah memiliki antibodi terhadap
virus hepatitis. Banyak orang tidak dapat mengingat kembali kejadian
sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis (Brunner dkk,
2002).

4
2.1.3. Penyebab
1. Virus
a. Hepatitis A (HAV)
Dahulu disebut hepatitis infeksiosa. Penyakit ditularkan
terutama melalui kontaminasi oral-fekal akibat higiene yang
buruk atau makanan yang tercemar. Waktu antara pajanan dan
awitan gejala untuk HAV adalah 4 dan 6 minggu.
b. Hepatitis B (HBV)

Kadang-kadang disebut Hepatitis serum. Penyakit ini bersifat


serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang
mengandung virus. Penyakit ini juga ditularkan melalui
hubungan kelamin dan dapat ditemukan di dalam semen dan
dalam cairan tubuh lainnya. HBV memiliki masa tunas yang
lama antara 1 dan 7 bulan dengan awitan rerata 1-2 bulan
c. Hepatitis C (HCV)
Dahulu disebut hepatits non A dan non B yang ditularkan
melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara
yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui transfusi
darah.
d. Hepatitis D (HDV)
Disebut hepatitis Delta. Virus ini melakukan koinfeksi dengan
HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
e. Hepatitis E (HEV)
Hepatitis virus yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar.

2. Bakteri

Beberapa bakteri yang menimbulkan hepatitis antaranya


Salmonellatipy dan Pneumokokkus.

5
3. Obat-obatan yang bersifat hepatoksik
Obat-obatan yang dapat menyebabkan kerusakan langsung
terhadap sel-sel hati adalah tetrasiklin, parasetamol, karbon
tetrakhloride, isoniazid, methyldopa, methotreksate, halothane.
Sedangkan obat-obatan yang menyebabkan kelainan hati
berdasarkan reaksi hipersensitifitas diantaranya: chlorpromazine,
phanothazin, sulphonamide, nitrofurantin, erythromycin estolat,
obat-obatan anti hyroid, diphenyl hidantoin, phenylbutazon.

2.1.4. Tanda dan Gejala


1. Mengalami gejala seperti flu, misalnya : mual, muntah, demam,
dan lemas
2. Feses berwarna pucat
3. Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan
4. Nyeri perut
5. Berat badan turun
6. Urine menjadi gelap seperti the
7. Kehilangan nafsu makan

2.1.5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-
obatan dan bahan- bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal
pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada
sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami

6
hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar, karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.
Walaupun jumlah bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk
ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati
dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan bilirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya bilirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan ekskresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja
tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air,
maka bilirubin dapat diekskresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
(Price, 1999)

7
2.1.6. Klasifikasi
1. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak


menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan
gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata
kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali
setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal
terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C,
infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.

8
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-
buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang
setengah matang, minum dengan es batu yang prosesnya
terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vakin hepatitis A, memberikan
kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk
kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali.
Pecandu narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks
merupakan resiko tinggi tertular hepatitis A.
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam.
Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang
terkontaminasi, tranfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan
dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta immunoglobulin
yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14
hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia
sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan resiko tertular
hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai
banyak pasangan seksual.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus
hepatitis viral dan paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi
dari donor asimtomatik, berbagi jarum dengan pengguna obat intra
vena dan cairan tubuh atau didapat dari tattoo.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang
unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan
keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual,

9
jarum suntik dan tranfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D
bervariasai, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi)
atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang
nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri
(self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan khususnya
trimester ketiga dapat mematikan. Penularan melalui air yang
terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah.
7. Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan
dengan hepatitis B atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminant
ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum.
Hepatitis B, dapat terjadi tanpa gejala, namun dapat juga terjadi
artalgia dan ruam pada kulit.

2.1.7. Gejala Klinis


1. Stadium pra ikterik
Berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, nyeri otot, dan nyeri di perut kanan atas.
Urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium Ikterik
Berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat pada
sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan
berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksis dan muntah. Tinja
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan

10
nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik
Ikterus mereda, warna urin dan tinja menjadi normal kembali.

2.1.8. Pemeriksaan Fisik


Difokuskan pada bagian yang terganggu :
1. Mata

Inspeksi : lihat perubahan sclera icterus Kulit


Inspeksi : lihat perubahan kulit icterus
2. Abdomen
Inspeksi : apakah ada perubahan warna kulit dan luka
3. Perkusi : apakah ada massa
Palpasi : apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan
Auskultasi : untuk mengetahui peristaltik usus

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
- AST (SGOT)/ ALT (SGPT): awalnya meningkat dapat
meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemusian tampak
menurun
- Alkali Fospatase: agak meningkat (kecuali ada kolestasis
berat)
- Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100ml (bila diatas 200
mg/ml prognosis buruk mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler)
b. Darah Lengkap: SDM menurun sehubungan dengan
penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati)
c. Leukemia: trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Feses: warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

11
e. Albumin serum menurun
f. Anti-HAVlgM: positif pada tipe A
g. HbsAG: dapat positif (tipe B) atau negativ (tipe A)
h. Urinalisa: peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi
i. Tes ekskresi BSP: kadar darah meningkat
j. Radiologi
- Foto polos abdomen : menunjukan densitas kalsifikasi
pada kandung empedu, pankreas, hati juga dapat
menimbulkan splenomegaly.
- Scan hati: membantu dalam perkiraan beratnya
kerusakan parenkim.
k. Pemeriksaan Tambahan
- Biopsi hati: menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

2.1.10. Therapy/Tindakan Penanganan


1. Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif, misalnya
istirahat sesuai kebutuhan.
2. Pasien yang menderita hepatitis harus menghindari konsumsi
alcohol. Alkohol memperburuk stadium dan mempercepat
perburukan HBV dan khususnya HCV. Pemakaian alcohol pada
pasien yang menderita HCV meningkatkan risiko terjadinya
karsinoma hepatoselular dan menurunkan respons terhadap
pengobatan.
3. Penderita hepatitis harus mendapatkan penyuluhan mengenai cara
penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga.
4. Terapi obat bagi individu yang terinfeksi biasanya dilakukan
secara bertahap untuk infeksi kronis. Suntikan biasanya diberikan
3 kali seminggu selama minimal 3 bulan. Keefektifan IFN-α
untuk kedua infeksi tersebut bervariasi. Bahkan pada individu
yang memperlihatkan perbaikan enzim hati setelah pengobatan,

12
efek obat ini hanya sementara. Dengan obat ini, HBV menetap
yang dijumpai pada sekitar 30% paien, sementara hilangnya HCV
dalam jangka waktu lama yang jarang sekali terjadi. Interferon
umumnya dikontraindikasikan bagi penderita yang penyakit hati
yang berada pada stadium sangat lanjut. Selain itu interferon
dihubungkan dengan efek samping yang signifikan, termasuk
mialgia, demam, trombositopenia, dan depresi. Muncul nya efek
samping tersebut menyebabkan banyak pasien yang tidak
diindikasikan untuk pengobatan ini dan pengobatan dihentikan
sejaki awal untuk pasien tertentu.
5. Analog nukleotida yang secara selektif bekerja pada enzim
reverse transcriptase virus menjadi obat penting bagi hepatitis
kronis. Obat- obat ini awalnya dibuat dan digunakan untuk pasien
pengidap HIV sekaligus membantu sejumlah besar pasien yang
terserang HIV sekaligus hepatitis virus. Tingkat respons terhadap
obat-obat golongan ini tinggi., sehingga sering dijadikan obat
pilihan pertama bagi pasien.
6. Terapi kombinasi interferon termodifikasi dengan analog
nukleotida adalah pengobatan yang paling berhasil untuk saat ini.
Interferon termodifikasi, disebut interferon pegilase atau
peginterferon, mempunyai paruh waktu lebih lama dibanding
IFN-α dan tidak membutuhkan pengukuran dosis berulang. Terapi
kombinasi biayanya mahal dan efek samping nya menyakitkan,
sama dengan interferon pendahulunya.
7. Kerabat penderita hepatitis ditawarkan untuk menerima
gammaglobulin murni yang spesifik terhadap HAV dan HBV,
yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.Imunitas
ini bersifat hanya sementara.
8. Tersedia juga vaksin HBV. Karena sifat virus ini sangat menular
dan berpotensi menyebabkan kematian, semua individu yang
termasuk para petugas kesehatan atau individu yang terpajan ke

13
produk darah sangat dianjurkan selain itu, vaksin ini ditujukan
untuk individu yang berisiko tinggi terkena penyakit tersebut
termasuk kaum homoseks atau heteroseksual yang aktif secara
seksual dan berganti-ganti pasangan. Tidak ada efek samping
bermakna yang dijumpai setelah pemberian imunisasi HBV.
9. Vaksinasi HBV pada bayi setelah bayi baru lahir.(Corwin, E.J,
2009)

2.1.11. Komplikasi
1. Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan
pernafasan, hipoglikemia, hipotensi dan sepsis
2. Sindroma Guilain Baire
3. Hepatitis kronik persisten
4. Hepatitis agresif
5. Perkembangan karsinoma hepatoseluler

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Fokus pengkajian pada pasien dengan Hepatitis adalah sebagai
berikut:
1. Keluhan utama pasien.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Yang dikaji meliputi apakah pasien pernah menderita penyakit
ini sebelumnya, pernah masuk rumah sakit, riwayat opname,
riwayat alergi.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dikaji meliputi apakah di dalam anggota keluarga ada
yang menderita penyakit yang sama, menderita penyakit
menurun, lingkungan dan sanitasi baik atau buruk.
4. Pola sirkulasi
Yang dikaji meliputi adanya bradikardia, ikterik pada sclera dan

14
membran mukosa
5. Nutrisi
Yang perlu dikaji pada pasien hepatitis antara lain apakah ada
anoreksia, berat badan menurun, mual muntah, peningkatan
oedema, kaji adanya asites.
6. Eliminasi
Yang perlu dikaji pada pasien hepatitis antara lain pola BAB
yaitu apakah terjadi diare, warna feses yang menyerupai
dempul, melena. Pola BAK antara lain frekuensi, konsistensi,
urine berwarna gelap atau seperti air teh pekat.
7. Aktifitas
Yang dikaji pada pasien hepatitis adalah mengenai kelelahan,
kelemahan dan malaise.
8. Rasa aman dan nyaman
Yang dikaji meliputi nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan
atas, kram abdomen, mialgia, atralgia, gatal/pruritus.
9. Pola seksualitas
Pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan.
10. Pemeriksaan fisik head to toe
11. Pemeriksaan Laboratorium

2.2.2. Diagnosa keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual muntah.
2. Kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
perubahan turgor.
3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan agen cedera
biologis pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati
dan bendungan vena porta.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan malnutrisi.
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites.

15
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman terhadap sumber-sumber informasi.
7. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
8. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

16
2.2.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Perubahan Tujuan dan kriteria hasil: Setelah 1) Kaji adanya alergi makanan. 1. Alergi dapat berakibat fatal bagi
. nutrisi kurang dilakukan tindakan keperawatan Rasional: alergi dapat berakibat fatal bagi klien
dari kebutuhan masalah klien dapat teratasi klien 2. Adanya pembesaran hepar dapat
berhubungan sesuai kriteria hasil yaitu menekan saluran gastrointestinal
2) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori,
dengan mual menunjukkan peningkatan berat dan menurunkan kapasitasnya.
tawarkan makan sedikit tapi sering
muntah badan mencapai tujuan dengan 3. Akumulasi partikel makanan di
Rasional: adanya pembesaran hepar dapat
nilai laboratorium normal dan mulut dapat menyebabkan bau
menekan saluran gastrointestinal dan
bebas dari tanda-tanda nutrisi dan rasa tak sedap yang
menurunkan kapasitasnya.
menurunkan nafsu makan.
3) Pertahankan hygiene mulut yang baik 4. Merencanakan diet dengan tepat.
sebelum makan dan sesudah makan. 5. Mengetahui ada tidaknya
Rasional: akumulasi partikel makanan di penurunan badan pasien.
mulut dapat menyebabkan bau dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu

17
makan.

4) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang


pemberian diet yang tepat.
Rasional: merencanakan diet dengan tepat.

5) Timbang berat badan pasien

2 kerusakan Tujuan dan Kriteria hasil: 1. Jaga kebersihan pasien agar tetap bersih 1. Kulit yang kotor dan lembab
integritas Setelah dilakukan tindakan dan kering sarana efektik untuk
jaringan keperawatan masalah klien 2. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali. perkembangbiakan bakteri.
berhubungan teratasi sesuai dengan kriteria 3. Oleskan lotion pada tubuh yang 2. Menghindari area penekanan
dengan hasil1. yaitu keutuhan jaringan tertekan. pada tubuh tertentu
perubahan kulit, penurunan pruritus. Rasional: menjaga agar kulit tidak 3. Menjaga agar kulit tidak kering
turgor kering dan bersisik dan bersisik.

3 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri. 1. Untuk mengetahui hal-hal yang
nyaman nyeri tindakan keperawatan 2. Beri posisi sesuai kenyamanan pasien. mencetuskan nyeri, kualitas
berhubungan masalah klien teratasi 3. Ajarkan teknik distraksi relaksasi. nyeri, area nyeri, waktu dan
dengan agen sesuai criteria hasil yaitu 4. Kolaborasikan dengan dokter tentang frekuensi nyeri.

18
cedera biologis skala nyeri penggunaan analgetik yang tak 2. Posisi yang nyaman akan
berkurang/tidak ada, mengandung hepatotoksik. membuat klien merasa lebih
pasien tampak lebih rileks.
rileks, pasien merasa 3. suatu teknik untuk pengalihan
lebih nyaman. rasa nyeri, sehingga nyeri akan
terabaikan.
4. kemungkinan nyeri yang tidak
bisa diatasi dengan teknik
pengurang nyeri

4 Resiko tinggi Tujuan dan Kriteria Hasil: 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi 1. Untuk mengetahui secara dini
terhadap Setelah dilakukan tindakan 2. Ajarkan teknik pencucian tangan adanya tanda-tanda infeksi
infeksi keperawatan masalah klien dengan benar sehingga dapat segera diberikan
berhubungan teratasi sesuai kriteria hasil 3. Pertahankan teknik aseptik tindakan yang tepat.
dengan mal yaitu: tidak ada tanda-tanda 4. Kolaborasikan pemberian antibiotik 2. Menghindari risiko penyebab
nutrisi infeksi, suhu tubuh dalam infeksi.
rentang normal 36,5-37,5ºC 3. Untuk menghindari kontaminasi
dengan kuman penyebab infeksi.

19
4. Menghambat perkembangan
kuman sehingga tidak terjadi
infeksi

5 Kelebihan Tujuan dan kriteria hasil: Setelah 1. Awasi input dan output cairan 1. Menunjukkan status volume
volume cairan dilakukan tindakan keperawatan 2. Observasi tanda-tanda vital. sirkulasi, terjadinya perpindahan
berbuhungan masalah klien teratasi sesuai 3. Kolaborasi dengan dokter dalam cairan dan respons terhadap
dengan asites dengan criteria hasil yaitu pemberian cairan dan obat. terapi.
menunjukkan volume cairan 2. Untuk mengetahui peningkatan
stabil dengan keseimbangan TTV terutama tekanan darah
pemasukan dan pengeluaran, BB biasanya berhubungan dengan
stabil, dan tidak ada edema kelebihan volume cairan.
3. Membantu proses penyembuhan

6 Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pendidikan pasien 1. Mengetahui tingkat pendidikan
pengetahuan keperawatan masalah klien 2. Kaji tingkat pengetahuan pasien pasien dan keluarga sehingga
berhubungan teratasi sesuai dengan kriteria 3. Berikan pendidikan kesehatan dapat melakukan pendidikan
dengan hasil klien dan keluarga kesehatan sesuai dengan tingkat

20
kurangnya mengetahui tentang pendidikannya.
pemahaman penyakitnya. 2. Mengetahui sejauh mana pasien
terhadap mengetahui tentang penyakitnya
sumber sumber meliputi pengertiannya,
informasi penyebabnya, perawatannya.
3. Memberikan pengetahuan kepada
pasien

7 Hipertemi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau dehidrasi 1. mendeteksi secara dini adanya
berhubungan keperawatan, masalah klien 2. Pantau tekanan darah, nadi, suhu. tanda-tanda dehidrasi sehingga
dengan teratasi sesuai dengan kriteria 3. Pantau suhu minimal setiap 2 jam atau dapat segera dilakukan tindakan
penyakit hasil: suhu kulit dalam batas sesuai kebutuhan supaya pasien tidak kekurangan
normal 36,5-37,5 tidak ada 4. Gunakan kompres cairan.
tanda-tanda dehidrasi 5. Kolaborasi pemberian antipiretik 2. Untuk mengetahui perubahan
Rasional: terapi untuk penyembuhan respon autonomi pasien.
pasien. 3. ntuk memantau kenaikan atau
penurunan suhu pasien.
4. Untuk membantu dalam

21
penurunan suhu pasien.
5. Terapi untuk penyembuhan
pasien.

8 Deficit Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji kemampuan pasien dalam 1. Mengetahui seberapa jauh
perawatan diri keperawatan masalah klien menggunakan alat bantu. kemampuan pasien dalam
berhubungan teratasi sesuai dengan kriteria 2) Ajarkan ke keluarga dan pasien tentang penggunaan alat bantu.
dengan hasil: pasien menerima teknik mobilisasi dan ambulasi 2. Memandirikan keluarga dalam
kelemahan pemenuhan kebutuhan ADL baik 3) Penuhi kebutuhan ADL pasien. teknik perpindahan pasien secara
dari perawat maupun keluarga, Rasional: memenuhi kebutuhan dasar aman.
tidak ada bau badan, mulut dan pasien 3. Memenuhi kebutuhan dasar pasien
gigi bersih, badan bersih

22
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.S

DENGAN SALAH SATU ANGGOTA MENGALAMI HEPATITIS

3.1 Pengkajian
1. Struktur Dan Sifat Keluarga
1. Kepala Keluarga

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Suku : Sunda

Umur : 59 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : jln. Ciumbuleuit, kec.cidadap kota bandung

2. Susunan Anggota Keluarga

NO Nama Jenis Kelamin Umur Hubungan Pendidikan Pekerjaan


1 Tn S.D Laki-laki 59 Suami SMP Nelayan
2 Ny S.T Perempuan 50 Istri SD IRT
3 Tn H Laki-laki 17 Anak SMA Pelajar
4 An F Perempuan 13 Anak SMP Pelajar

23
3. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: laki-laki Sakit

: Meninggal

: Tinggal serumah

4. Jenis/type keluarga
Jenis : Extendet (Tipe keluarga Tn.S.D adalah keluarga inti yang terdiri
dari suami,istri dan anak)

2. Faktor sosio-budaya-ekonomi
a. Penghasilan dan pengeluaran
Sumber penghasilan adalah dari kegiatan berlayar yang dilakukan oleh
kepala keluarga bersama istri, yaitu sekitar  Rp. 1.500.000,-/perbulan.
Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar  Rp. 300.000,-
dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik,
kebutuhan anak sekolah.

24
b. Pendidikan
Anggota keluarga semuanya berpendidikan semuanya berpendidikan
untuk kepala keluarga tingkat mengah pertama , anak pertama yang
sedang sekolah kelas 12 (SMA kelas III) anak kedua yang sedang
sekolah kelas 7 ( SMP Kelas 1 ). Berkaitan dengan penyakit
HEPATITIS yang diderita Tn. S, keluarga mengatakan tidak tahu
bagaimana cara penularan HEPATITIS kepada orang lain dan
bagaimana cara pencegahan terhadap anggota keluarga yang lain.
Setelah dijelaskan tentang pengertian penyakit, cara pencegahan dan
pengobatannya, Tn.S dan Ny.S belum bisa menjawab pertanyaan
sederhana perawat
c. Suku dan agama
keluarga merupakan suku Sunda dan beragama Islam, dalam
menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti
kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di
Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), acara Diba’
(remaja putri dan ibu-ibu).

3. Kegiatan sehari-hari
a. Nutrisi
keluarga lebih sering memasak sendiri dari pada membeli, dengan
komposisi sebagai berikut : makanan pokok yaitu nasi, tempe dan
tahu, sayuran , Ikan yang didapat dari kebun/sawah, dan laut jarang
makan buah dan minum susu. Keluarga dalam memasak sayur dan
ikan dengan mencuci dulu lalu dipotong – potong. Keluarga makan
tiga kali dalam sehari dengan porsi yang cukup. Pemberian makan
sama rata untuk seluruh anggota keluarga. Cara menghidangkannya
terbuka di atas meja. Alat makan digunakan bersama atau tidak ada
pemisahan dalam pemakaiannya. Pantangan makan tidak ada.

25
b. Eliminasi
Pola BAB anggota keluarga sehari sekali dan BAK tiga-empat kali
sehari. Pada anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan
dalam eliminasi. Tempat BAB di WC rumah
c. Olahraga
Kepala keluarga mengatakan tidak menyediakan waktu khusus untuk
melakukan olah raga, tapi dia telah rutin pergi ke laut setiap pagi dan
sore. Kegiatan di laut mislnya menjaring ikan . Istri juga tidak
meluangkan waktu untuk kegiatan olah raga secara khusus, dia hanya
ikut membantu suami kerja di laut. Anak-anak tidak ada kegiatan olah
raga di rumah, sedangkan di sekolah sesuai jadwal olah raga di
sekolah masing-masing.
d. Kebersihan diri
Kepala keluarga dan istri mandi 2 kali sehari, yaitu sepulang dari
melaut dan pada sore hari. Anak-anak mandi 2 kali sehari sebelum
berangkat sekolah dan pada sore hari. Kebersihan mandi dua kali
sehari dengan menggunakan sabun mandi, menggosok gigi sekali
sehari dengan pasta gigi serta mencuci rambut tiga hari sekali dengan
menggunakan sampho, kebiasaan mandi keluarga di rumah dengan
air sumber yang berasal dari mata air Sumberawan. Berkaitan dengan
HEPATITIS, keluarga mengatakan tidak mengerti mengenai sanitasi
yang sehat yang dapat mencegah penularan HEPATITIS. Tn.S.
e. Waktu senggang/hiburan/rekreasi
Penggunaan waktu senggang oleh anggota keluarga dengan santai–
santai atau digunakan untuk membicarakan masalah keluarga.
Anggota keluarga dalam menggunakan waktu senggangnya sesuai
dengan usia dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan hiburan keluarga
melihat televisi dan radio.
f. Istirahat
Pola istirahat keluarga jarang tidaur siang, kalau sempat tidur siang
biasanya selama 1 – 2 jam mulai pukul 12.30 – 14.30. Kebiasaan tidur

26
pada malan hari jam 23.00 – 04.00. Pada Tn. S tidurnya sering
terganggu oleh karena sering Nyeri perut , mual pada malam hari, dan
sering demam ringan pada malam hari
g. Kebiasaan sosial
Semua anggota keluarga terlibat aktif dalam kegiatan sosial
masyarakat seperti kegiatan tahlilan, diba’ dan lain-lain.

4. Riwayat tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada tahap ke III, yaitu
keluarga dengan anak usia sekolah. Anak pertama Laki-Laki, masih
sekolah di SMA dengan usia 17 tahun, sedangkan anak kedua
Perempuan berusia 13 tahun dan masih sekolah dibangku SMP.
b. Riwayat keluarga inti
Keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan. Riwayat kesehatan
masing masing keluarga baik kecuali Tn. S yang mempunyai riwayat
HIPERTENSI & HEPATITIS. Kebiasaan anggota keluarga apabila ada
yang sakit periksa ke Bidan Desa atau ke Mantri. Untuk mengatasi
penyakit yang diderita saat ini, Tn.S berobat rutin ke Puskesmas
Singosari, dan sekarang ini obat sudah dapat diambil di Polindes.
c. Riwayat keluarga sebelumnya
Riwayat kesehatan sebelumnya, keluarga mengatakan tidak pernah
sakit serius. Mertua Tn.sS saat ini sudah lanjut usia, dan mengalami
sakit Badannya menguning dan linu-linu, belum pernah periksa lab,
hanya berobat kalau linu-linunya dirasa sangat mengganggu.

5. Faktor lingkungan
a. Karakteristik perumahan
Perumahan yang digunakan adalah permanen dan bukan miliknya
sendiri. Luas bangunan rumah 20 x 15 meter. Lantai rumah sebagian
dari plester semen dan sebagian masih tanah, atap dari genting.

27
Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, disekitar
kamar dan ruang tengah serta dapur, disetiap kamar dan ruang tengah
serta dapur ada lubang angin, Penerangan menggunakan lampu listrik.
Ruang tamu ada sebuah lampu neon 15 watt, ruang keluarga terdapat
bola lampu 20 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu
pijar 10 watt.
Ruang tamu kurang rapi dan bersih, terdapat perabotan (kursi),
ruang tidur, dapur berdinding bambu anyam dan lantai tanah.
Keluarga mempunyai kamar mandi. Halaman rumah tampak kurang
bersih oleh rerumputan disekitar rumahnya.
Keluarga menggunakan air sumber dari mata air Sumberawan
untuk minum dan memasak, keadaan air secara fisik jernih, tidak
berbau dan tidak berasa. Keluarga menyimpan air dari sumur dalam
gentong yang kebersihannya cukup dan tertutup.
mempunyai tempat pembuangan limbah yang dibuang langsung di
belakang rumah dan dibiarkan terbuka.
b. Denah rumah

Ket:

1: WC

2: Kamar

3: Ruang keluarga

28
4: Teras

5: Ruang tamu

: Pantai

c. Macam tempat tinggal


Keluarga bertempat tinggal di pedesaan jarak antara rumah satu
dengan yang lainnya berdekatan tapi tidak berhimpitan/menempel.
Lingkungan tempat tinggal adalah laut dengan udara yang panas
d. Karakteristik tetangga dan komunikasi RW
Tetangga di sekitar keluarga Tn. S adalah bersuku sunda, bahasa
komunikasi sehari-hari yang digunakan adalah bahasa sunda, sebagian
besar tetangga Tn. S bermata pencaharian sebagai nelayan. Keluarga
mempunyai alat komunikasi seperti televisi dan radio. Jika ada
kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras
suara yang ada di musholla atau mesjid.
e. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. S Keluarga jarang pergi ke tempat-tempat yang jauh.
Kegiatan rutin harian adalah berlayar / pergi ke laut yang tidak jauh
dari rumahnya (sekitar bebrapa meter). Tempat tinggal keluarga juga
tidak berpindah – pindah. Sanak famili dari Tn.S maupun Ny.SD juga
berada di sekitar tempat tinggalnya (masih satu desa).
f. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Komunikasi antar keluarga/warga biasanya dilakukan saat mereka
melakukan kegiatan keagamaan seperti tahlilan, yasiinan, diba’ dan
kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
g. Sistem pendukung keluarga
Jarak rumah ke Polindes sekitar ½ km, jarak ke puskesmas pembantu
sekitar 1,5 km, jarak ke Puskesmas sekitar 5 km. Keluarga juga
mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (Askes
Maskin).

29
6. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
keluarga Tn. S dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda.
Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap saat dan
waktu santai. Komunikasi saat makan sering dilakukan, dan terbiasa
makan bersama.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga tidak mempunyai peran dalam masyarakat, hal ini terbukti
dengan ketidakmampuan keluarga Tn. S dalam mempengaruhi
tetangga. Kekuatan dalam keluarga yang dapat digunakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan adalah Tn. S dan Ny.SD cukup
bijaksana, tampak sabar dalam menghadapi penyakit atau masalah
yang dialami oleh anggota keluarga, sehingga dapat mendorong Tn.S
untuk berobat secara teratur sampai sembuh. Ny.SD sering
mengingatkan Tn.S jika lupa minum obat.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Keluarga dalam struktur peran formal tidak ada atau tidak mempunyai
peran. Begitu juga dalam perannya secara informal.
d. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Tn. S menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian
diwarnai dengan kebiasaan secara agamis. Disamping itu keluarga
menganut kebudayaan Sunda, norma yang dianut juga kebudayaan
Sunda. Dalam kebiasaan keluarga Tn. S tidak ada yang bertentangan
dengan kesehatan.

7. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Dalam kehidupan keseharian, keluarga Tn. S sangat harmonis, rukun
dan tentram. Semua keluarga merasa saling memiliki, apabila ada
keluarga yang sakit atau ditimpa musibah, maka anggota keluarga yang

30
lain ikut merasakan akan hal yang sama yaitu keadaan sakit atau
ditimpa musibah.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan dalam keluarga Tn. S menganut kebudayaan Sunda. Dalam
berhubungan dengan anggota masyarakat, keluarga tidak tampak kaku.
Keluarga sangat membaur dengan budaya yang ada disekitarnya.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga Tn S mampu untuk kurang mengenal dengan baik
masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga yaitu
Tn. S dengan HEPATITIS. Hal ini dibuktikan dengan bahwa keluarga
belum mampu untuk menyebutkan tentang tanda dan gejala serta
faktor penyebab dari HEPATITIS.
Kemampuan keluarga untuk mengerti tentang sifat masalah sudah
tampak, karena keluarga tidak menganggap bahwa nyeri perut dan
kulit yang menguning yang dialami oleh Tn. S dianggap sebagai hal
biasa dan keluarga sudah memeriksakannya ke Puskesmas Singosari
dan sudah mendapat terapi sejak bulan Oktober2018. Sejak awal
pengobatan, Tn.S mengatakan sudah berobat secara teratur. Kalau obat
habis, keluarga langsung pergi ke Puskesmas untuk mengambil obat.
Tn.S mengatakan sebenarnya malas minum obat karena setelah minum
obat, ia merasa mual dan kembung. Tapi Tn.S ingin cepat sembuh,
sehingga walaupun malas ia tetap meminum obatnya.
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, keluarga Tn. S mampu untuk
memanfaatkannya, karena Tn. S selama sakit berobat ke Puskesmas
Singosari.
d. Fungsi reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki oleh Tn. S adalah 2 orang, Ny.SD
menggunakan KB Suntik.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. S termasuk keluarga yang kurang mampu hal ini dapat
dilihat dari penghasilan tiap bulanya hanya sekitar

31
Rp1.500.000/perbulan. Dalam pemenuhan sandang, pangan dan papan
keluarga Tn.S sangat sederhana. Untuk memenuhi kebutuhan makan
sehari-hari, Tn.S menanam sayur di tepi sawahnya serta di pekarangan
rumahnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn.S biasa mencari ikan di laut
dekat rumahnya.

8. Stres dan koping keluarga


a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
Keluarga Tn. S mengatakan hampir tidak pernah mengalami stress baik
itu stess jangka pendek ( < 6 bulan ) maupun jangka panjang ( > 6
bulan ). Tetapi keluarga Tn. S hanya mengalami stress biasa yang
dapat dengan segera diatasi.
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pola pemecahan masalah dalam keluarga Tn. S adalah dengan cara
musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya.
Misalnya dalam menentukan pengobatan Tn. S, dalam pengambilan
keputusan di keluarga yang paling menonjol adalah Tn. S
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. S biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah
tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan
pekerjaan keseharian.

9. Pemeriksaan fisik

Keterangan Tn S.D Ny S.T Tn H An F


TB 168cm 150 cm 170 cm 130 cm
BB 70 kg 55 kg 70 kg 38kg

TTV:
TD 140/80 100/60mmHg 120/80mmHg 110/80mmHg
Nadi mmHg 90x/menit 80x/menit 67x/menit
Resp 100x/menit 20x/menit 16x/menit 16x/menit
Suhu 20x/menit 36,5oC 36oC 36oC

32
37oC
Kepala Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Keluhan keluhan keluhan keluhan

Rambut Hitam, tidak


berketombe Hitam, tidak Hitam, tidak Hitam, tidak
berketombe berketombe berketombe
Konjungtiva Anemis Tidak Anemis Tidak anemis Tidak anemis

Sklera Ikterik Tidak Ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik

Telinga Simetris, Simetris, tidak Tidak ada Tidak ada


tidak ada ada keluhan keluhan keluhan
keluhan
Hidung Simetris, Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
tidak ada ada keluhan ada keluhan ada keluhan
keluhan
Mulut Mukosa Mukosa bibir Mukosa bibir Mukosa bibir
bibir kering lembab lembab lembab

Dada Simetris Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


,tidak ada ada nyeri ada nyeri ada nyeri
nyeri
Perut Nyeri Tidak ada Nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri

Tangan Simetris , Simetris , tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


terdapat terdapat edema ada edema ada edema
edema

Kaki Edema Tidak ada Tidak ada Tidak ada


nyeri, tidak ada nyeri, tidak ada nyeri, tidak ada
keluhan keluhan keluhan.

Genetalia Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


keluhan keluhan keluhan keluhan

10. Harapan keluarga


Keluarga mengatakan berharap Tn. S bisa segera sembuh ,agar bisa
melaksanakan aktivitasnya secara normal atau seperti biasanya

33
3.2 Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : - Klien mengatakan nyeri perut saat Ketidakmampuan keluargamerawat Nyeri
beraktivitas maupun tidak. anggota keluarga yang menderita
- Skala nyeri 5 Hepatitis
- Keluarga mengatakan klien kurang
istirahat karena harus mencari nafkah.
- Keluarga mengatakan belum terlalu
mengerti tentang penyakit hepatitis.

DO : Klien tampak kurang nyaman dan


memegang perut
TTV : TD :140/ 80 mmHg
R :20 x/menit
N :100 x/menit
S : 37 0C

34
2. DS : - Klien mengatakan bahwa tempat makan
digunakan bersama Ketidakmampuan keluarga Resiko penyebaran infeksi
- Keluarga mengatakan kurang tau cara memodifikasi lingkungan
penularan dan pencegahan hepatitis

DO : Kebersihan dan kerapihan rumah kurang

3. DS : - keluarga mengatakan sejak 3 bulan yang


lalu klien sering demam,sakit Kurang informasi Kurang pengetahuan
kepala,mual, muntah dan kuning.
- keluarga mengatakan tidak mengetahui
tanda penyakit hepatitis
- Keluarga mengatakan tidak terlalu
mengetahui tentang
penyebab,perawatan,dan pengobatan
hepatitis.
DO :- keluarga tampak masih kebingungan
dengan penyakit yang diderita Tn.S
- Keluarga tidak bisa menjawab

35
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan dan
pengobatannya
- Pendidikan Tn.S dan Ny.S
- Setelah dijelaskan tentang pengertian
penyakit, cara pencegahan dan
pengobatannya, Tn.S dan Ny.S belum
bisa menjawab pertanyaan sederhana
perawat.

36
3.3 Prioritas Masalah

1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang Hepatitis

NO Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 3/3×1 1 Tn.S masih menjalanai pengobatan dan
Ancaman masih merasa nyeri
2 Kemungkinan masalah 1/2×2 1 Tn.S mengikuti pengobatan dari puskemas
secara teratur namun sering mengabaikan
dapat dibubah: pantangan makanan yang di tetapkan
Hanya sebagian
3 Potensi masalah dapat 2/3×1 2/3 Tn.S berpendidikan SMP namun klien
dicegah: berupaya untuk mencegah masalah
Cukup
4 Menonjol masalah: 1/2×1 1/2 Nyeri dirasakan Tn.S namun saat nyeri
Masalah yang tidak mulai dirasakan biasanya Tn.S langsung
perlu segera ditangani berbaring

Hasil : 2 5/6

37
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan memodifikasi lingkungan

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 2/3×1 2/3 Tn.S masih dalam keadaan sakit dan alat
Ancaman kesehatan makan masih digunakan bersama
2 Kemungkinan masalah 1/2×2 1 Keluarga tau bahwa hepatitis adalah penyakit
dapat diubah: menular namun tidak mempedulikannya
Hanya sebagian
3 Potensi masalah untuk 2/3×1 2/3 Tn.S berusaha untuk tidak makan makannan
dicegah: yang menjadi pantangan
Cukup
4 Menonjolnya masalah : 1/2×1 1/2 Lingkungan keluarga kurang bersih namun
Masalah yang tidak perlu keluarga berupaya untuk membersihkan
segera ditangani lingkunganannya

Hasil: 3 1/6

38
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan, perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi

NO Kreteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah : aktual 3/3 X 1 1 Keluarga tidak memahami dengan baik


masalah kesehatan yang dialami Tn.S

Pemberian informasi tentang penyakit


2 Kemungkinan masalah ½ X 2 1
dan kebutuhan perawatan akan sulit
dapat diubah : hanya
dipahami karena kemampuan keluarga
sebagian
menyerap informasi kurang baik,
pendidikan rendah

Potensial masalah untuk Membantu keluarga memahami


3 dicegah : cukup 2/3 X 1 2/3 masalah kesehatan bisa dilakukan
melalui bahasa keluarga dengan mediasi

39
anaknya pertamanya yang sekolah
SMA.

Keluarga tidak merasakan adanya


4 Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1
masalah yang harus segera ditangani
keluarga menyadari
bahwa mereka kurang
paham dan mereka
ingin diberi penjelasan
yang lebih rinci

Hasil 3 2/3

40
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :

1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


anggota keluarga yang Hepatitis
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan
memodifikasi lingkungan
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan,
perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi

3.4 Rencana asuhan keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang Hepatitis
Tujuan umum : keluarga mampu membantu mengatasi nyeri yang
derasakan klien
Intervensi :
- Observasi TTV
- Ajarkan teknik relaxasi
- Jelaskan pada keluarga dan klien tentang penyebab nyeri
- Anjurkan klien untuk mengonsumsi terapi obat dari dokter
2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan
memodifikasi lingkungan
Tujuan Umum : Klien dan keluarga mampu mengenal hal-hal tentang
resiko penyebaran infeksi.
Intervensi :
- Berikan edukasi / penyuluhan tentang resiko penyebaran infeksi /
pencegahan dan diet untuk Hepatits
- Edukasi untuk kebersihan lingkungan
- Jelaskan penyebab Hepatitis adalah virus , dimana dapat
menyerang semua orang baik kecil, tua, muda, kaya, miskin.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab, cara pencegahan,
perawatan dan pengobatann s.d kurangnya informasi

41
Tujuan Umum : keluarga mampu melakukan tindakan untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit Hepatitis
pada anggota.
Intervensi :
- Jelaskan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti tentang tanda penyakit Hepatitis seperti klien merasa
sering demam,sakit kepala mual muntah dan kuning.
- Jelaskan kepada keluarga penyebab hepatitis
- Jelaskan kepada keluarga perawatan keluarga yang terkena
hepatitis.
- Jelaskan juga pengobatan hepatitis.
- Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang cara penularan heptitis
yaitu melalui cairan tubuh dan dapat ditularkan dari wanita yang
sedang hamil kepada bayinya.
- Kaji cara keluarga dalam mengambil keputusan untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit hepatitis.
- Jelaskan akibat bila tidak dilakukan perawatan pada anggota
keluarga misal penularan pada anggota keluarga.

42
3.5 Implementasi dan evaluasi

No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1. 6 oktober 2019 Nyeri berhubungan dengan - Mengobservasi ttv S : Klien mengatakan nyeri
ketidakmampuan keluarga TD : 140/80 mmHg Perut disebelah kanan ,
merawat anggota keluarga yang R : 20 x/menit namun berkurang saat
Hepatitis S : 370 C dilakukan teknik
N : 100 x/menit relaxasi nafas dalam
- Mengajarkan teknik - Klien mengatakan
relaxasi mengeti tentang
- Menjelaskan pada keluarga edukasi-edukasi dan
dan klien tentang penyebab teknik relaxasi yang
nyeri diajarkan.
- Menganjurkan klien untuk O : - Klien tampak
mengonsumsi terapi obat memegang dan
dari dokter mengelus-elus sisi
perutnya yang terasa
sakit

43
-Klien tampak mengerti
dengan apa yang telah
diajarkan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

2. 6 oktober 2019 Resiko penyebaran infeksi - memberikan edukasi / S :keluarga mengatakan


berhubungan dengan penyuluhan tentang resiko sudah tau dan mengerti
ketidakmampuan memodifikasi penyebaran infeksi / tentang pencegahan
lingkungan pencegahan dan diet untuk hepatitis.
Hepatits - Keluarga sudah tau
- Mengedukasi untuk pentingnya kesehatan
kebersihan lingkungan lingkungan agar
- Menjelaskan penyebab terhindar dari berbagai
Hepatitis adalah virus , penyakit.
dimana dapat menyerang O :keluarga tampak
semua orang baik kecil, mengerti dengan apa
tua, muda, kaya, miskin. yang di jelaskan.
- Menjelaskan dengan A : Masalah teratasi

44
bahasa sederhana tentang P : Hentikan Intervensi
cara penularan heptitis
yaitu melalui cairan tubuh
dan dapat ditularkan dari
wanita yang sedang hamil
kepada bayinya.
- mengKaji cara keluarga
dalam mengambil
keputusan untuk mencegah
terjadinya penularan
penyakit hepatitis.
- menelaskan akibat bila
tidak dilakukan perawatan
pada anggota keluarga
misal penularan pada
anggota keluarga.

45
3. 6 oktober 2019 Kurang pengetahuan tentang - Menjelaskan dengan S : keluarga pasien
penyakit, penyebab, cara menggunakan bahasa yang mengatakan masih
pencegahan, perawatan dan sederhana dan mudah belum mengerti .
pengobatann s.d kurangnya dimengerti tentang tanda O : keluaraga tampak masih
informasi penyakit Hepatitis seperti bingung dengan apa
klien merasa sering yang dijelaskan
demam,sakit kepala mual prawat.
muntah dan kuning. A : masalah belum teratasi
- Menjelaskan kepada P : Lanjutkan intervensi
keluarga penyebab,cara
pencegahan,perawatan dan
pengobatan hepatitis
- Menjelaskan kepada
keluarga perawatan
keluarga yang terkena
hepatitis.
- Menjelaskan juga
pengobatan hepatitis.

46
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Kesehatan keluarga ialah pengetahuan tentang suasana
sehat fisik, fisik dan sosial dari induvidu-induvidu yang ada dalam
satu keluarga.bebas hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan imflamasi pada sel-sel hati yang
menghasilkan kumpulan perubahan klinis biokimia serta seluler
yang khas.Penyebab Hepatitis diantaranya virus hepatitis terdiri
dari Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C (HCV),
Hepatitis E (HEV), bisa disebabkan oleh alcohol dan obat-obatan
yang bersifat hepatotoksik. irus-virus yang menyebabkan hepatitis
dapat menyebabkan cedera dan kematian hepatositdengan secara
langsung membunuh sel dan dengan merangsang reaksi
peradangan dan imunyang mencederai atau menghancurkan
hepatosit.
Reaksi peradangan melibatkan degranulasisel mast dan
pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis sel-sel yang
terinfeksi dansel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan
interstisium. Respon imun yang timbul kemudian mendukung
respon peradangan. Perangsangan komplemen dan lisis sel
sertaserangan antibodi langsung terhadap antigen-antigen virus
menyebabkan destruksi sel-selyang terinfeksi.
Hati menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps
dan aliran darah berkurang yang menyebabkan hipoksia jaringan,
akhirnya terbentuk jaringan ikat dan fibrosisdihati.Pencegahan
terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai
saatini belum ada obat yang dapat membunuh virus,
sehingga satu-satunya jalanuntuk mencegah hepatitis
virus adalah dengan vaksinasi.

47
4.2.Saran
Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan
obatnya seperti hepatitis ini,tindakan pencegahan adalah pilihan
utama kita. Setelah membaca dan mengetahui carapenularanya,
sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan
supayaterhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan
terutama lewat suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin
bahwa jarumnya steril, yang praktis adalah penggunakan jarum
baru atau disposibel ( sekali pakai buang).
Dan yang paling penting adalah melakukanvaksinasi,
vaksin merupakan suatu zat ( antigen) yang jika disuntikan ke
dalam tubuh kitadapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menghasilkan zat anti ( antibody) terhadapantigen
tersebut.Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan
perawatan secepatnya agartidak bertambah parah hingga
menyebabkan kanker hati. Dan perawat harus
memberikanpendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
klien yang belum megetahui bahaya dancara pencegahan hepatitis
sedini mungkin.

48
DAFTAR PUSTAKA

Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U.


Pendit...(et. Al.) ; Editor Endah P, Jakarta : EGC
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC).
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media
Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.
Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses
Penyakit.; alih bahasa, Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification
2005-2006, NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2, Jakarta, EGC.
Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta :
Salemba Medika.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.


(edisi Delapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi


dua). Jakarta : EGC.

Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of


Internal Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill
Company,1932-1948.

Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999

Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian

Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

49
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.
Jakarta : EGC

NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta :EGC

Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

50

Anda mungkin juga menyukai