PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERKAIT PENGELOLAAN
SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA LEUWISADENG
PENDAHULUAN Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah dan 51 RT. Popolasi yang tinggal di desa membuat pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Leuwisadeng yatu kisaran 3.600 KK, dengan Bersih dan Sehat yang tertuang dalam jumlah penduduk kurang lebih 13.555 jiwa. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Permasalahan terbesar yang mempengaruhi Indonesia Nomor: perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur desa Leuwisadeng adalah sampah. Menurut upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan definisi World Health Organization (WHO) sehat atau di singkat PHBS di seluruh “sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, Indonesia dengan mengacu kepada pola tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu manajemen PHBS, mulai dari tahap yang dibuang yang berasal dari kegiatan pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”. serta pemantauan dan penilaian. Upaya Sampah terbagi kedalam beberapa jenis, tersebut di lakukan untuk memberdayakan sehingga pengelolaannya pun berbeda. Akan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan tetapi, warga sekitar masih menggabungkan dan melindungi kesehatannya sehingga beragam jenis sampah, kemudian menjadikan masyarakat sadar, mau dan mampu secara pembakaran dan kali/sungai sebagai akhir dari mandiri ikut aktif dalam meningkatkan status pembuangan sampah tersebut. Sampah kesehatannya. menimbulkan beberapa dampak, diantaranya adalah; Dampak sampah terhadap lingkungan PHBS adalah upaya untuk memberikan yaitu cairan rembesan sampah yang masuk ke pengalaman belajar/ menciptakan suatu dalam drainase atau sungai akan mencemari kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat dan masyarakat, dengan membuka jalan mati sehingga beberapa spesies akan lenyap komunikasi, memberikan informasi dan hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem melakukan edukasi, untuk meningkatkan perairan biologis. Penguraian sampah yang pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana organik dan gas cair organik, seperti metana. (social support) dan pemberdayaan Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam masyarakat (empowerment) sehingga dapat konsentrasi tinggi dapat meledak. Dampak menerapkan cara-cara hidup sehat dalam sampah terhadap keadaan sosial dan ekonomi rangka menjaga, memelihara dan yaitu dengan pengelolaan sampah yang kurang meningkatkan kesehatan masyarakat (Dinkes, baik akan membentuk lingkungan yang 2006). Sebagai suatu upaya untuk membantu kurang menyenangkan bagi masyarakat, masyarakat mengenai dan mengatasi misalnya: bau yang tidak sedap dan masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah pemandangan yang buruk karena sampah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara bertebaran dimana-mana. hidup sehat dalam rangka menjaga memelihara dan meningkatkan kesehatannya Oleh karena itu sampah menjadi salah satu (Dinkes Lampung, 2003). masalah yang memerlukan penanganan yang tepat, karena jika tidak di tangani dengan baik Desa Leuwisadeng terletak di wilayah masalah sampah ini akan menjadi masalah pembangunan Bogor Barat, dengan luas yang serius dan merugikan manusia. wilayah 606 Ha. Terdiri dari 4 Dusun, 8 RW, METODE HASIL
Penelitian ini dilakukan di Desa Leuwisadeng Berikut tabel hasil angket
Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor pada bulan Agustus-September. Populasi yang Hasil Angket ada dalam penelitian ini adalah seluruh warga 100 kampung Sawah Baru, Kampung Sukamandi, 80 Kampung Sukadamai, Kampung Jambu 60 Manis, Kampung Kaum, Kampung Mekar 40 Baru, Kmapung Mekar Sari, Kampung Sirna 20 Galih, Kampung Babakan Kemang, dan 0 Kampung Babakan Bandung. Teknik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling. Teknik Simple Random Sampling adalah No Keterangan teknik pengambilan sampel dari anggota 1 Mengetahui jenis sampah populasi yang dilakukan secara acak tanpa 2 Mengetahui sampah organik dan memperhatikan strata yang ada dalam non-organik populasi itu (Sugiyono, 2006 : 57). 3 Mendapatkan sosialisasi mengenai bahaya sampah Variabel bebas dalam penelitian ini adalah 4 Menegetahui cara mengelola sampah tingkat pengetahuan masyarakat Desa 5 Mengetahui pemanfaatan sampah Leuwisadeng terkait permasalahan sampah, organik sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini 6 Bersedia membayar denda adalah perilaku masyarakat dalam pengelolaan 7 Bersedia memungut sampah sampah. Jenis penelitian ini adalah jenis berserakan 8 Membuang sampah pada tempatnya penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun 9 Bersedia memilah sampah metode pendekatan yang digunakan pada 10 Telah melakukan pemilahan sampah kegiatan ini adalah dengan pendekatan secara langsung yakni dengan mengunjungi rumah warga satu persatu kemudian membagikan Analisis Deskriptif Persentase Variabel kuisioner. Tujuan pembagian kuisioner Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa tersebut untuk mengetahui intelektual serta Leuwisadeng Terkait Permasalahan perilaku dari masyarakat tentang pengelolan Sampah sampah yang baik dan benar. Teknik analisis Secara umum tingkat pengetahuan masyarakat data menggunakan analisis deskriptif desa Leuwisadeng terkait permasalahan presentase. sampah tergolong masih standar atau terhitung sebanyak 54% terpenuhi. Hasil angket menyatakan bahwa sebanyak 80% jawaban mengatakan mengetahui jenis sampah. dan dalam pernyataan selanjutnya yang menguji pengetahuan responden terkait jenis sampah organik dan non organik, terbilang baru sekitar 45% yang mengetahui perbedaan jenis sampah tersebut. Bila ditinjau dari kedua pernyataan diatas, hal ini menunjukkan bahwa tingkat terkait pengelolaan sampah. Hal angket pengetahuan masyarakat terkait jenis sampah menyatakan bahwa 85% jawaban responden masih tergolong berada di tinggat paling dasar. bersedia dikenai sangsi berupa denda jika Masyarakat baru bisa membedakan jenis membuang sampah sembarangan. Dengan sampah berdasarkan bahan nya. Seperti, kata lain, masyarakat sepakat bahwa sangsi sampah plastik, botol, beling, sampah basah berupa denda merupakan alternatif yang rumah tangga, kertas, dan lain sebagainya. sesuai untuk mengurangi tingkat pembuangan Selanjutnya, 40% jawaban responden sampah sembarangan. 90% jawaban mengatakan pernah mendapatkan sosialisasi responden menyatakan bersedia memungut atau edukasi tentang pengelolaan sampah yang dan membuang sampah pada tempatnya bila baik. Artinya masyarakat setempat tidak melihat sampah berserakan. 65% jawaban benar-benar buta terkait pengetahuan tentang responden menyatakan bahwa selalu pengelolaan sampah, walaupun membuang sampah pada tempatnya. Akan pemahamannya terbilang masih dibawah 50%. tetapi karena pengadaaan tong sampah yang Kemudian, 45% jawaban responden terbatas, mengakibatkan sepanjang jalan desa menyatakan tahu mengenai pengelolaan Leuwisadeng masih terdapat banyak sampah sampah yang baik dan benar. Namun yang berserakan. Disamping itu, 90% berdasarkan tinjauan observasi, masyarakat jawaban responden menyatakan bersedia setempat masih menjadikan pembakaran dan melakukan pemilahan sampah. karena tingkat kali terdekat sebagai tempat akhir pengetahuan masyarakat terkait pemilahan pembuangan sampah. Hal ini membuktikan sampah masih terbatas, maka hal itu menjadi bahwa pengetahuan yang didapat tidak alasan warga sekitar tidak melakukan sepenuhnya diterapkan di dalam kehidupan pemilihan sampah. Dan 30% jawaban sehari-hari. Apabila ditinjau dari jawaban hasil responden menyatakan telah melakukan ngket yang diberikan, 60% jawaban responden pemilahan sampah di rumah masing-masing. menyatakan mengetahui bahwa sampah Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa organik dapat diolah menjadi kompos. Namun masih banyak tempat pembakaran sampah berdasarkan hasil observasi, masyarakat masih yang menimbun beragam jenis sampah yang menggabungkan antara sampah organik dan terkumpul. Termasuk juga sampah organik non organik, sehingga dipisahkan ketika dari rumah tangga. Sehingga menimbulkan berada di tempat pembakaran. Alih-alih bau yang tidak sedap. Begitupun yang terjadi dijadikan kompos, Sampah organik hanya di kali yang melintas disekitar pemukiman dibiarkan menjadi konsumsi binatang warga. disekitar. Seperti ayam, bebek, ulat, dan binatang kecil lainnya. PEMBAHASAN Informasi yang didapat tidak hanya bersumber Deskriptif Persentase Variabel Tingkat dari angket, melainkan pula observasi dan Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan wawancara. Berdasarkan jawaban dari Sampah responden, dapat diketahui bahwa kebiasaan Pada dasarnya, Berdasarkan hasil penyebaran masyarakat dalam sampah yaitu dengan cara angket yang dilakukan di desa Leuwisadeng dibakar. Perilaku masyarakat membakar menunjukkan sekitar 72% masyarakat sampah tidak sesuai dengan Undang-Undang bersedia mengubah pola hidup dalam No 18 tahun 2008. Pengelolaan sampah dpat mengelola sampah, peningkatan persentase dilakukan melalui pembatasan timbulan yang terbilang cukup signifikan dibandingkan sampah (reduce), pemanfaatan kembali dengan tingkat pengetahuan masyarakat sampah (reuse) dan pendauran ulang sampah (recycle). Dalam undang-undang pengelolaan mencoba memberikan solusi untuk sampah disebutkan larangan bagi setiap orang menanggulangi permasalahan seputar sampah mengelola sampah yang menyebabkan yang hampir terus-menerus menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, permasalahan baik dari segi ekonomi, membuang sampah tidak pada tempat yang keindahan, kesehatan, dan lain sebagainya telah ditentukan dan disediakan, melakukan dengan cara membuat bank sampah di penanganan sampah dengan pembuangan berbagai RT/RW. Sayangnya, Bank Sampah terbuka di tempat pemrosesan akhir serta yang sedang digarap belum berjalan dengan membakar sampah yang tidak sesuai dengan optimal. Pendirian Bank Sampah memerlukan persyaratan teknis pengelolaan sampah. waktu yang cukup lama. Menumbuhkan kembali partisipasi atau rasa kepedulian Selain itu, masyarakat juga memilih untuk warga sekitar tidaklah mudah. menjadikan kali sebagai pembuangan akhir bagi sampah, tanpa melakukan pemilahan Apabila pengelolaan sampah dapat berjalan terlebih dahulu.hal ini dikarenakan beberapa dengan optimal pasti akan memberikan faktor yaitu; keterbatasan tersedianya tong dampak yang baik terhadap masyarakat sampah di desa Leuwisadeng. Penyuluhan maupun lingkungan seperti sampah organic seputar sampah masih belum menyeluruh, dapat dijadikan pupuk, sampah plastic dapat sehingga masyarakat belum sepenuhnya dijadikan berbagai macam kerajnan sedangkan paham bagaimana mengelola sampah yang sampah B3 dipisah dan langsung dibuang di sesuai dan mengetahui manfaat dari TPA (tempat pembuangan akhir). Jika sampah pengelolaan sampah yang bisa meningkatkan berkurang, insidensi penyakit pun menurun perekonomian warga. Masyarakat desa karena penyakit seperti serangga ikut dikenakan administrasi untuk Unit Pelaksana menurun dikarenakan tidak adanya tumpukan Teknis (UPT) kebersihan, setiap RT sampah dan lingkungan menjadi bersih dan dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000,00/KK nyaman. dalam satu bulan dengan periode pengangkutan sebanyak 1 kali/minggu dan SIMPULAN biaya UPT sebesar Rp. 50.000,00/KK untuk Tingkat pengetahuan masyarakat desa periode pengangkutan sampah sebanyak 2 Leuwisadeng terkait permasalahan sampah kali/minggu. Akan tetapi karena kurangnya tergolong sedang atau masih standar. Hal ini partisipasi warga, biaya tersebut tidak bisa dibuktikan melalui data yang diperoleh dari rutin terpenuhi. Terlebih, tidak tersedianya hasil penyebaran angket yaitu sebanyak 54% lahan yang bisa dijadikan Tempat terpenuhi. Sedangkan tingkatan kesedian Pembuangan Sementara (TPS). UPT melakukan pengelolaan sampah Berdasarkan Kebersihan hanya mengangkut sampah yang hasil penyebaran angket yang dilakukan di berada di sekitar jalan besar yang mereka lalui. desa Leuwisadeng menunjukkan sekitar 72% Desa Leuwisadeng merupakan desa yang pada masyarakat bersedia mengubah pola hidup penduduk, rumah yang cenderung berdekatan dalam mengelola sampah, peningkatan mengakibatkan terbatasnya akses mobil yang persentase yang terbilang cukup signifikan bisa masuk. Sehingga sampah rumah tangga dibandingkan dengan tingkat pengetahuan yang berada di sekitar pemukiman padat masyarakat terkait pengelolaan sampah. penduduk tidak terjamah oleh petugas kebersihan. Sampah menimbulkan berbagai permaslahan baru. Kepala Desa Leuwisadeng telah