Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN AL-QUR’AN DAN ILMU TAUHID

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah


Ilmu Tauhid
Dosen pengampu Dr. A. heris Hermawan, M.Ag.

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Iffa Hanifah Rahman (1162050045)
2. M. Bainandhika B P (1162050055)
3. Meri (1162050061)
4. Ovalda Rahmawati (1162050078)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Penulis panjatkkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Hubungan Al-Qur’an dengan
Ilmu Tauhid”
Shalawat serta salam tak lupa penulis curah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan kepada seluruh
umatnya.
Makalah ini telah penulis susun dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat mempermudah pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dasi segi susunan kata maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Bandung, 17 Oktober 1998

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB PENDAHULUAN I ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
A. Pengertian Al-Quran ............................................................................................. 2
B. Fungsi Al-Quran Diturunkan ................................................................................ 2
C. Kandungan Al-Quran ............................................................................................ 4
D. Mukjizat Al-Quran ................................................................................................ 6
E. Pengertian Tauhid Menurut Kandungan Al-Qur’an ............................................. 9
F. Pembagian Tauhid Dalam Al-Qur’an ................................................................. 10
G. Hubungan Ilmu Tauhid Dan Al-Qur’an .............................................................. 16
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 22
A. Simpulan ............................................................................................................. 22
B. Saran ................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tauhid berarti mengesakan Allah SWT dalam hal menciptakan ,
menguasai , mengatur dan memurnikan peribadahan hanya kepada-Nya,
meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya. Ilmu Tauhid merupakan
ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang diambil dari Al-
quran,dalil-dalil keyakinan dan hukm-hukum dalam islam termasuk hokum
mempercayakan Allah itu Maha Esa. Namun banyak orang yang beribadah
namun ada saja yang masih menyimpang dari ketauhidan nya. Dari hal
tersebut wajib dipercayai dalam ilmu tauhid ialah perkara yang dalilnya atau
buktinya ckupp terang yaitu terdapat dalam Al-Quran atau hadits yang shahih.
Didalam Al-quran terdapat banyak dalil yang menjelaskan tentang Ilmu
tauhid dan perangkatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Al-quran?
2. Apa fungsi dan manfaat Al-quran?
3. Apa isi kandungan Al-quran dan mu’jizat Al-quran?
4. Apa pengertian tauhid menurut kandungan Al-quran?
5. Apa saja bagian-bagian tauhid dalam Al-quran?
6. Apa hubungan Al-quran dengan ilmu tauhid dan urgensi mempelajarinya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Al-quran
2. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat dari Al-quran
3. Untuk mengetahui isi kandungan Al-quran dan mu;jizat Al-quran.
4. Untuk mengetahui pengertian tauhid menurut kandungan Al-quran.
5. Untuk mengetahui bagian-bagian tauhid dalam Al-quran.
6. Untuk mengetahui hubungan tauhid dengan Al-quran dan urgensinya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Quran
Al-Quran merupakan wahyu Allah swt.yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. sebagai pedoman hidup umat manusia. Secara bahasa,Al-Quran
artinya bacaan, yaitu bacaan bagi otang-orang yang beriman. Bagi umat
Islam,membaca AL-Quran merupakan ibadah.
Dalam hukum Islam, Al-Quran
merupakan sumber hokum islam yang
pertama dan utama, tidak boleh ada satu
aturan pun yang bertentangan dengan Al-Quran, sebagaimana firman Allah dalam
Surah an-Nisa[4] ayat105 berikut.

Sungguh ,Kami telah menurunkan Kitab(Al-quran) kepadamu(Muhammad)


membawa kebenaran ,agar engkau mengadili antara manusia dengan apa
yang telah diajarkan Allah kepadamu.

B. Fungsi Al-Quran Diturunkan


Segala sesuatu diciptakan oleh Allah swt. pasti ada manfaat dan
gunanya,sekalipun itu berupa binatang yang sangat kecil. Apalagi dengan Al-
Quran yang merupakan firman Allah swt dan mengandung banyak pokok ajaran
sehingga seluruh hidup dan kehidupan ini menjadi teratur. Oleh karena itu,,dalam
Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang fungsi Al-Quran
diantaranya sebagai berikut.
1. Petunjuk bagi manusia
Al-Quran adalah kitab suci yang diwahkyukan Allah swt kepada NAbi
Muhammad saw.sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia yang beriman dan
bertakwa dalam hidup dan kehidupannya.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah al’-Araf ayat 52.

2
Sungguh, Kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Quran) kepada
mereka yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Hal ini dapat terlihat bagi siapa saja (manusia) yang mengikuti petunjuk
Al-Quran akan mendapatkan kemuliaan,kejayaan,keselamatan,dan
kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat . Fungsi Al-Quran dapat
mengantarakan manusia ke araha tujuan yaitu arah kebenaran dan kebahagiaan
, mempunyai keyakinan yang kuat terhadap Allah Swt.Bahwa Allah Swt Maha
Pemberi Petunjuk, dapat bersikap atau berakhlakul karimah dan rasa kasih
sayang antar umat.
2. Sumber Pokok Ajaran Islam
Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Quran sebab dari Al-Quraniah
diabil segala pokok syaiat dan dalil-dalil syar’I yang mencakup seluruh aspek
hkum bagi amnesia dalam menjalani hidup didunia atau di akhirat.
Adapun pokok-pokok ajaran yang ada dalam Al-Quran sebagai berikut.
a) Akidah(keimanan) yaitu keyakinan bahwa Allah adalah Maha Segala-
galanya,baik sifat maupun zatnya.Keimanan memiliki enam cakupan
yaitu Iman kepada Allah,malaikat,kitab rasul,hari akhir,qada dan qadar
b) Ibadah yaitu sebagai penghambaan diri terhadap Allah swt. dengan
cara melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala
larangannya baik berupa perkataan maupun perbuatan.
c) Akhlak yaitu budi pekerti yang baik,,yang menciptakan hubungan baik
antarpribadi dengan pribadi dan antar masyarakat dengan sesamanya .
d) Hukum yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah swt.hubungan manusia dengan manusia atau hubungan
manusia dengan alam.
3. Pengajaran bagi Manusia

3
Maksudnya menjadi pengajaran sehingga manusia mengetahui jalan yang
hak dan yang batil,antara yang benar dan yang sesat dan lai n
sebagainya.sebagaimana tercantum dalam Surah Yunus ayat 57.

Wahai manusia! Sungguh,telah dating kepadamu (al-Quran) dari


Tuhanmu,penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada,dan petunjuk
serta rahmat bagi orang yang beriman.

Ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran memilki isi sebagai


berikut.
a) Pengajaran dari Allah swt.
b) Obat penyakit hati
c) Petunjuk
d) Rahmat
C. Kandungan Al-Quran
Al-quran adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang berfungsi sebagai petunjuk dan tuntunan hidup bagi umat manusia. Al-quran
tidak hanya diturunkan bagi umat Muhammad, tetapi untuk seluruh umat manusia.
Orang yang menggunakan al-quran sebagai tuntunan hidup, niscaya akan selamat
kehidupannya dan memperoleh kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Pokok pokok isi al-quran meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan
yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan
akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT
yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak.
Akidah atau iman dalam perspektif Al-Qur’an mesti melahirkan amal
shalih. Iman dan amal shalih bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dari yang lain, iman dianggap belum benar jika tidak

4
diaktualisasikan dalam prilaku shalih, dan prilaku positif tidak dapat diangap
suatu keshalihan jika tidak didasarkan pada keimanan. Jadi keimanan
berkaitan sekali dengan amal shalih. Karena begitu eratnya kaitan antara
kedua hal tersebut, maka perbincangan Al-Qur’an tentang keimanan selalu
beriringan dengan amal shalih. Contoh dalam Al-Quran yaitu pada surat Al-
Ikhlas, Ali Imran : 32.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian
“fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau
dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar
dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima rukun
islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar
zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah
mampu menjalankannya. Contoh ayat dalam Al-Qur’an yang menerangkan
tentang ibadah adalah pada surat Al-Baqarah : 222 (keutamaan bersuci), Al-
Waqiah: 56 (Hukum menyentuh dan membaca Al Quran bagi wanita haid),
Al-Maidaah : 6 (wudhu, mandi dan tayamum).
3. Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang
terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul
madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus
mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya. Banyak
contoh ayat mengenai akhlak dan adab diantaranya yaitu Albaqarah : 83, Al-
Maidah : 2.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada
orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman
hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam
berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat,

5
mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad. Contoh ayat yang menerangkan
tentang hukum-hukum adalah Al-Maidah : 2, An-Nissa : 3.
5. Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada
manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir
juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya
dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada
pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib
dan kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik
yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang
mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT.
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil
pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
Contoh dalam ayat An Najm ayat 7 dll.
7. Dorongan Untuk Berpikir
Didalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang
memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga
membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
D. Mukjizat Al-Quran
Kitab suci Al-Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Quran adalah Mukjizat
abadi yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad saw.
Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jâz berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fâ’il (yang
melemahkan) disebut mu’jiz. Tambahan ta’ marbûthah diakhir kata sehingga
menjadi mu’jizah menunjukkan mubâlaghah (superlatif) artinya yang sangat
melemahkan. Secara terminologi yang dimaksud dengan mukjizat atau i’jâz Al-
Qur’an adalah ketidakmampuan siapa pun untuk menjawab tantangan Al-Qur’an
sebagai bukti kebenaran Risalah Nabi Muhammad saw.
6
Mukjizat Al-Quran dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya :
1. Susunan bahasanya yang indah
Al-Qura’an al-Karim diturunkan dalam bahasa Arab. Mukjizat Al-Qur'an
dari segi bahasa pertama sekali dapat dilihat dari susunan kata dan kalimatnya,
ketelitian dan keseimbangan redaksinya. Susunan gaya bahasa dalam al-Quran
tidak bisa disamakan oleh apapun, karena al-Quran bukan susunan syair dan
bukan pula susunan prosa, namun ketika al-Quran dibaca maka ketika itu terasa
dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Cendikiawaan
Inggris, Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of Glorious Quran, menulis:
“Al-Quran mempunyai simfoni yang tidak ada taranya dimana setiap nada-
nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka-cita”.
2. Uslubnya yang menakjubkan
Al-Quran muncul dengan uslub yang sangat baik dan indah, mengagumkan
orang-orang Arab karena keserasian dan keindahannya, keharmonisan
susunannya. Didalamnya terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan
terdapat dalam ucapan manusia.
3. Keagungannya
Al-Quran mempunyai kemegahan ucapan yang luar biasa yang berada diluar
kemampuan manusia untuk menguasainya atau mendatangkan persamaannya.
Kandungan al-Quran dapat mempengaruhi jiwa-jiwa pendengarnya dan dapat
melembutkan hati-hati yang keras.
4. Syariat yang sangat rinci dan sempurna
Al-Quran menjelaskan pokok-pokok akidah, hokum-hukum ibadah, norma-
norma keutamaan dan sopan santun, undang-undang hukum ekonomi, politik,
sosial dan kemasyarakatan. Al-Quran juga mengatur kehidupan keluarga,
menjunjung nilai-nilai kebebasan, keadilan (demokrasi) dan musyawarah.
5. Berita tentang hal-hal yang gaib
Al-Quran mengungkap sekian banyak ragam hal gaib. Al-Quran
mengungkap kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia,
karena masanya telah demikian lama, dan mengungkap juga peristiwa masa
datang atau masa kini yang belum diketahui manusia.
7
6. Sejalan dengan ilmu pengetahuan modern
Al-Quran memuat petunjuk yang detail mengenai sebagian ilmu
pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih dahulu dalam al-Quran
sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Teori al-Quran itu sama
sekali tidak bertentangan dengan teori-teori ilmu pengetahuan modern, baik itu
ilmu alam, arsitek dan fisika, geografi dan kedokteran.
7. Menepati janji
Al-Quran senantiasa menepati janji dalam setiap apa yang telah
dikabarkannya serta dalam setiap janji Allah kepada hamba-Nya, baik janji
mutlak seperti janji Allah untuk menolong rasul-Nya, maupun janji terbatas
yaitu janji yang bersyarat seperti harus memenuhi syarat takwa, sabar,
menolong agama Allah, dan sebagainya.
8. Terkandung ilmu pengetahuan yang luas
Al-Quran datang dengan membawa berbagai ilmu pengetahuan tentang
akidah, hokum (undang-undang), etika, muamalat, dan berbagai lapangan lain
dalam pendidikan dan pengajaran, politik dan ekonomi, filsafat dan sosial.
9. Memenuhi segala kebutuhan manusia
Al-Quran datang dengan membawa petunjuk-petunjuk yang sempurna,
fleksibel lagi luwes, dan dapat memenuhi segala kebutuhan manusia pada
setiap tempat dan masa.
10. Berkesan dalam hati
Al-Quran dapat menggetarkan hati pengikut dan penantangnya. Seseorang
yang sangat memusuhi al-Quran bisa berbalik dibawah lindungannya. Umar
bin Khattab, Sa’ad bin Mu’az, dan Usaid bin Hudhair misalnya, mereka adalah
orang-orang yang paling kejam terhadap kaum muslimin tetapi disebabkan
mendengarkan beberapa ayat al-Quran maka hatinya luluh dan masuk islam.
Filosof Perancis mengatakan “Sesungguhnya Muhammad Saw membaca
al-Quran dengan khusyuk, sopan dan rendah hati, untuk menarik hati manusia
agar beriman kepada Allah, dan hal ini melebihi pengaruh yang ditimbulkan
semua mukjizat nabi-nabi terdahulu.”

8
E. Pengertian Tauhid Menurut Kandungan Al-Qur’an
Tauhid secara bahasa merupakan mashdar (kata benda dari kata kerja) dari
kata wahhada. Jika dikatakan wahhada syai’a artinya menjadikan sesuatu itu satu.
Sedangkan menurut syariat berarti mengesakan Allah dalam sesuatu yang
merupakan kekhususan bagi-Nya berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa
shifat ( Al-Qaulul Mufiiid Syarh Kitabi At-Tauhid I/7).
Kata Tauhid berasal dari kata Wahhada-Yuhawwidu yang secara etimologis
berarti ke-Esaan, sehingga istilah mengtauhidkan ialah “Mengesakan”. Sementara
itu para ulama berbeda pendapat dalam mendenifisikan tauhid ini, tetapi
perbedaan itu hanyalah pada redaksi atau kalimat yang digunakan, sedangkan
substansinya adalah sama.
Secara harfiyah tauhid, tauhid artinya “satu”, yakni Tuhan yang satu, tiada
Tuhan selain-Nya (keesaan Allah). Tauhid terangkum dalam kalimat tahlil, yakni
Laa ilaaha illaallaah (tiada Tuhan selain Allah).
Tauhid adalah mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pencipta,
pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta. (Abdul Aziz: 1998). Tauhid
adalah keyakinan tentang adanya Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada satu pun
yang menyamai-Nya dalam Zat, Sifat atau perbuatan-perbuatan-Nya. (Yusuf
Musa: 1961)
Kata tauhid sendiri merupakan kata yang terdapat dalam hadits-hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana dalam hadits Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu’anhu, “Engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah
materi dakwah yang kamu sampaikan pertama kali adalah agar mereka
mentauhidkan Allah”. Demikan juga dalam perkataan sahabat Nabi, “Rasulullah
bertahlil dengan tauhid”. Dalam ucapan beliau labbaika Allahumma labbaika,
labbaika laa syariika laka labbaika, ucapan talbiyah yang diucapkan ketika
memulai ibadah haji. Dengan demikian kata tauhid adalah kata syar’i dan terdapat
dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Syarh Al-‘Aqidah Ath-
Thahawiyah li Syaikh Shalih Alu Syaikh 63).

9
F. Pembagian Tauhid Dalam Al-Qur’an
Pembagian yang sangat populer di kalangan para ulama adalah pembagian
pemahaman tauhid menjadi tiga bagian, yaitu tauhid berupa rububiyah, uluhiyah,
dan asma’ wa shifat. Terdapat banyak dalil-dalil dan petunjuk kitabullah dan
Sunnah Rasulullah tentang pembagian tauhid menjadi tiga macam. Sungguh hal
ini akan diketahui oleh orang-orang yang memperhatikan nash-nash dari Al-Kitab
dan As-Sunnah walaupun pengetahuannya tidak maksimal. Pembagian tersebut
terkumpul dalam firman atau sabda Allah di dalam Al Qur’an:

َّ ‫طب أُّر فَا أعبُ أُّدُّهُ بَ أينَ ُه َما َو َما َو أاْل َ أرضُّ ال‬
ُّ‫س َم َاواتُّ َرب‬ َ ‫ص‬ ُّ‫ه أ‬
‫َل ُّۚ لعبَا َدتهُّ َوا أ‬
ُّ‫سميًّا لَ ُّهُ ت َ أعلَ ُم‬
َ
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia
(yang patut disembah)?”. (Q.S Maryam: 65)
Dalam firman atau sabda Allah tersebut dapat kita simpulkan bahwa
pembagian tauhid dapat dikelompokkan menjadi tiga, diantaranya;
َّ ‫)و أاْل َ أرضُّ ال‬
1. Dalam firman-Nya (ُّ‫س َم َاواتُّ َرب‬ َ yang artinya Rabb yang
menguasai langit dan bumi, merupakan ketetapan tauhid rububiyah.
َ ‫ص‬
2. Dalam firman-Nya (ُُّ‫طب أُّر فَا أعبُ أده‬ ‫ )لعبَا َدتهُّ َوا أ‬yang artinya maka sembahlah Dia
serta berteguh hatilah ketika dalam beribadah kepada-Nya, merupakan
ketetapan tauhid uluhiyah.
3. Dalam firman-Nya (ُّ‫سميّاُّ لَ ُّهُ تَ أع َل ُُّم ه أَل‬
َ ) yang artinya apakah kamu mengetahui
bahwa ada seseorang yang sama dengan Dia?, merupaka ketetapan tauhid
asma wa’ shifat.
Terdapat berbagai pendapat ulama yang telah mengelompokkan pembagian
tauhid ini, namun dari banyak pendapat ulama tersebut banyak yang berpendapat
dibagi 3 kelompok sesuai Q.S Maryam tersebut. Berikut penjelasannya;
1. Tauhid Rububiyah
Mengenai tauhid rububiyah firman Allah menjelaskan:

10
َُّّ ‫س َم َاواتُّ َرفَ َُّع الَّذي‬
ُ‫ّللا‬ َّ ‫ع َمدُّ بغَيأرُّ ال‬ َ ‫علَُّى ا أستَ َوىُّ ث َُُّّم ُّۚ تَ َر أونَ َها‬
َ
ُّ‫س َّخ َُّر ُّۚ أالعَ أرش‬
َ ‫س َو‬ َّ ‫س ًّمى ْل َ َجلُّ َُّي أجري ُكلُّ ُّۚ َو أالقَ َم َُّر ال‬
َُّ ‫ش أم‬ َ ‫ُّۚ ُم‬
ُّ‫ل أاْل َ أم َُّر يُ َدبّ ُر‬ ّ َ‫ون َربّ ُك أُّم بُّلقَاءُّ لَ َعلَّ ُك أُّم أاْليَاتُّ يُف‬
ُُّ ‫ص‬ َُّ ُ‫تُوقن‬
"Allah yang Meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia Menundukkan matahari
dan Bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
Mengatur urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhanmu". (QS. Ar-Ra'd: 2)
Makna dari tauhid rububiyah ini adalah mengesakan Allah dalam hal
penciptaan, kepemilikan, dan pengurusan. Rububiyah adalah kata yang
dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’. Nama ini
mempunyai beberapa arti, antara lain: al-Murabbi (pemelihara), al-Nashir
(penolong), al-Malik (pemilik), al-Mushlih (yang memperbaiki), al-Sayyid
(tuan) dan al-Wali (wali). Dan dalam terminologi syariat Islam, istilah Tauhid
Rububiyah berarti: “Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta,
Pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan
mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya.” (DR.
Ibrahim bin Muhammad, hal. 141-142).
Sedangkan menurut istilah tauhid rububiyah berarti “percaya bahwa hanya
Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan
takdirnya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan
sunnah-sunnah-Nya. Dan karena Allah adalah Rabb yang hak bagi semesta
alam, maka Dia sajalah yang khusus dengan ketuhanan tanpa yang lain, wajib
mengesakan-Nya dalam ketuhanan, dan tidak menerima adanya sekutu bagi-
Nya dalam ketuhanan, yaitu sifat ketuhanan tidak mungkin ada pada yang lain
dari makhluk-Nya.
Firman Allah yang menunjukan tauhid rububiyyah, diantaranya;

11
َُّّ ‫ق الَّذي‬
ُّ‫ّللاُ َربَّ ُك ُُّم إ َّن‬ َُّ َ‫س َم َاواتُّ َخل‬ َُّ ‫ُّث َُُّّم أَيَّامُّ ستَّةُّ في َو أاْل َ أر‬
َّ ‫ض ال‬
َ ُّ‫ل يُ أغشي أال َع أرش‬
ُّ‫علَى ا أستَ َوى‬ َُّ ‫ار اللَّ أي‬ ‫س َحثيثا يَ أ‬
َُّ ‫طلُبُ ُّهُ النَّ َه‬ َّ ‫َوال‬
َُّ ‫ش أم‬
ُّ‫وم َوا ألقَ َم َر‬ َ ‫ل ُّۚ بأ َ أمرهُّ ُم‬
َُّ ‫س َّخ َراتُّ َوالن ُج‬ ُُّ ‫ُّۚ َو أاْل َ أم ُُّر أالخ أَل‬
َُّ َ‫ق لَ ُّهُ أ‬
َُّ ‫ار‬
‫ك‬ َ ‫ّللاُ تَ َب‬
َُّّ ُّ‫ين َرب‬ َُّ ‫أال َعا َلم‬
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan
(diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-
masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”
(Q.S Al- A’raf: 54)

ُّ‫ل أاْل َ أرضُّ في َدابَّةُّ م أ‬


‫ن َو َما‬ َُّّ ‫علَى إ‬ َُّّ ‫ُم أستَقَُّ َّرهَا َو َي أعلَ ُُّم ر أزقُ َها‬
َ ‫ّللا‬
َ ‫ُمبينُّ كتَابُّ في ُكلُّ ُّۚ َو ُم أسُّتَ أو َد‬
‫ع َها‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud: 6)
Begitupula dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya kata rububiyah meyakini bahwa Allah
SWT sebagai tuhan satu-satunya yang menguasai dan mengurus serta
mengatur alam semesta. Tauhid rububiyah akan rusak apabila kita mengakui
bahwa yang mengurus alam ini ada dua tuhan ataupun lebih. Seperti
dipercayai oleh bangsa persi pada zaman dahulu. Adapun Al-Qur’an
menetapkan ke-Esaan Allah dalam menjadikan alam (tauhid rububiyah)
dengan berbagai dalil dan akal yang logis. Memang Al-Qur’an mengokohkan
ke-Esaan Allah sebagaimana Al-Qur’an mengokohkan adanya Allah.

12
2. Tauhid Uluhiyah
Kata Uluhiyah berasal dari kata alaha – ya’lahu – ilahan – uluhah yang
bermakna menyembah dengan disertai rasa cinta dan pengagungan. Tauhid
uluhiyah adalah keyakinan yang teguh bahwa hanya Allah yang berhak
disembah disertai dengan pelaksanaan pengabdian atau penyembahan
kepadanya saja dan tidak mengalihkannya kepada yang selainnya. Ungkapan
yang paling detail tentang makna ini adalah ucapan syahadat yaitu Laa Ilaaha
Illallaah yang maknanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah mengiktikadkan bahwa Allah
sendirilah yang berhak disembah dan berhak dituju oleh semua hamba-Nya,
atau dengan kata lain tauhid uluhiyah adalah percaya sepenuhnya bahwa Allah
berhak menerima semua peribadatan mahluk, dan hanya Allah sajalah yang
sebenarnya yang harus disembah.
Manusia bersujud kepada Allah. Allah tempat meminta, Allah tempat
mengadu nasibnya, manusia wajib mentaati perintah dan menjauhi larangan-
Nya. Semua yang bersifat kebaktian kepada Allah tanpa perantara (wasilah).
Allah melarang kita menyembah selainnya, seperti menyembah batu,
menyembah matahari dan lain sebagainya. Dan itu semua adalah perbuatan
syirik yang sangat besar dosanya dan sangat dibenci Allah, bahkan Allah tidak
akan mengampuni dosa musyrik itu.
Dengan kata lain yang dimaksud tauhid uluhiyah adalah meyakini bahwa
tidak ada tuhan selain Allah SWT. Firman Allah SWT:
ُّ‫ل ُّۚ َواحدُّ إلَهُّ َوإلَ ُه ُك أم‬ َُّّ ‫ن ُه َُّو إ‬
َُّ َ‫ل إلَ ُّه‬ ُُّ ‫الرحأ َم‬
َّ ‫الرحي ُُّم‬
َّ
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al- Baqarah:
163)
Jadi tauhid Uluhiyah ialah kita percaya bahwa Allah lah satu-satunya
tuhan yang wajib disembah dan tiada sekutu baginya. Untuk membedakan
antara tauhid Rububiyah dan Uluhiah secara singkatnya adalah tauhid

13
uluhiyah hanya dimiliki oleh orang mu’min saja, sedangkan tauhid rububiyah
semua orang mempercayainya, sekalipun dia adalah orang kafir.
Tauhid uluhiyah merupakan konsekuensi tauhid rububiyah. Syaikh
Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah menjelaskan,
“Kemudian, sesungguhnya keimanan seorang hamba kepada Allah sebagai
Rabb memiliki konsekuensi mengikhlaskan ibadah kepada-Nya serta
kesempurnaan perendahan diri di hadapan-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Dan Aku adalah Rabb kalian, maka sembahlah Aku.” (QS. al-
Anbiya’: 92). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Wahai umat
manusia, sembahlah Rabb kalian.” (QS. Al-Baqarah: 21)”
Iman terhadap rububiyah Allah belum bisa memasukkan ke dalam Islam.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah kebanyakan mereka
beriman kepada Allah, melainkan mereka juga terjerumus dalam
kemusyrikan.” (QS. Yusuf: 107)
Ibnu Abbas berkata, “termasuk keimanan mereka yaitu apabila ditanyakan
kepada mereka siapa yang menciptakan langit, bumi, dan gunung-gunung?
Mereka menjawab: ‘Allah’. Dan mereka adalah orang-orang musyrik”.
Dengan demikian, sekedar pengakuan tidaklah mencukupi dan
menyelamatkan mereka. Hal ini dikarenakan kesyirikan mereka terhadap
makna Laa illahaa illaallaah.
3. Tauhid Asma Wa’ Sifat
Iman kepada asma-asma Allah dan sifat-sifat Allah yang telah disebutkan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis yaitu mengimani semua asma-asma dan sifat-
sifat Allah secara utuh tanpa menyamakannya dengan sifat dan nama manusia.
Tauhid ini berupa keyakinan bahwa hanya Allah yang memiliki nama dan
sifat yang sesuai dengan yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam Al-Qur’an
dan hadist.
Pengertian dari tauhid ini juga adalah mempercayai bahwa hanya Allah
yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau
dari segala kekurangan. (Ensiklopedi Islam, jild. V, hal. 92)

14
Tauhid Al-Asma’ wa Shifat yaitu mengesakan Allah dalam Nama-nama
dan Sifat-sifat bagi-Nya, dengan menetapkan semua Nama-nama dan sifat-
sifat yang Allah sendiri menamai dan mensifati Diri-Nya di dalam Kitab-Nya
(Al-Qur’an), Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tanpa Tahrif
(menyelewengkan makna), Ta’thil (mengingkari), Takyif
(mempertanyakan/menggambarkan bagaimana-nya)dan Tamtsil
(menyerupakan dengan makhluk).
Seperti yang telah disebutkan dalam firman-Nya;

ُّ‫عوُّهُ أال ُح أسنَىُّ أاْل َ أس َما ُُّء َو َّلِل‬


ُ ‫ين َو َذ ُروا ُّۚ ب َها فَا أد‬ َُّ ‫فُّي يُ ألحد‬
َُّ ‫ُون الَّذ‬
ُّ‫ن ُّۚ أَ أس َمائه‬ َ ‫ون َكانُوا َما‬
َُّ ‫سيُ أجزَ أو‬ َُّ ُ‫َي أع َمل‬
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS Al- A’raf: 180)

ُّ ُ‫عوا ق‬
‫ل‬ ََُّّ ُّ‫عوا أَو‬
ُ ‫ّللا ا أد‬ ُ ‫ن ا أد‬ َّ ُّۚ ‫عوا َما أَُّيًّا‬
َُّ ‫الر أح َم‬ ُ ‫أاْل َ أس َُّما ُُّء فَلَ ُّهُ تَ أد‬
ُّ‫ُّۚ أال ُح أسنَى‬
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama
yang terbaik”. (QS Al- Isra’: 110)
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a.
berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Allah memiliki sembilan puluh sembilan
nama, barang siapa yang menghitungnya (membacanya) maka ia akan masuk
surga.”
Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua bagian saja yaitu tauhid dalam
ma’rifat wal isbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhdi fii thalab wal qasd
(tauhid dalam tujuan ibadah). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid

15
rubbubiyah dan tauhid asma’ wa sifat termasuk golongan yang pertama sedangkan
tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua. (Fathul Majid)
Pembagian tauhid dengan pembagian seperti diatas merupakan hasil penelitian
para ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al- Qur’an dan As- Sunnah. Sehingga
pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan.
Dengan meilihat bahwa terdapat banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang
menunjukan macam-macam tauhid, Imam Ibnul Qayyim rahimatullah
menjelaskan bahwa isi Al-Qur’an semuanya tentang tauhid. Maksudnya karena isi
Al-Qur’an menjelaskan hal-hal berikut:
1. Berita tentang Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan
perkataan-Nya. Ini adalah termasuk tauhidul ‘ilmi al khabari (termasuk di
dalamnya tauhid rububiyah dan asma’ wa shifat).
2. Seruan untuk untuk beribadah hanya kepada Allah SWT semata dan tidak
mempersekutukan-Nya. Ini adalah tauhidul iraadi at thalabi (tauhid
uluhiyah).
3. Berisi perintah dan larangan serta keharusan untuk taat dan menjauhi
larangan. Hal-hal tersebut merupakan huquuqut tauhid wa mukammilatuhu
(hak-hak tauhid dan penyempurna tauhid).
4. Berita tentang kemuliaan orang yang bertauhid, tentang balasan kemuliaan
di dunia dan balasan kemuliaan di akhirat. Ini termasuk jazaa’ut tauhid
(balasan bagi ahli tauhid).
5. Berita tentang orang-orang musyrik, tentang balasan berupa siksa di dunia
dan balasan azab di akhirat. Ini termasuk balasan bagi yang menyelisihi
hukum tauhid.
Dengan demikian, Al- Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak-haknya
dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang kebalikan dari tauhid yaitu syirik,
tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi mereka.
G. Hubungan Ilmu Tauhid Dan Al-Qur’an
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, sungguh telah
datang kepada kalian keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan
kepada kalian cahaya yang terang-benderang.” (QS. anNisaa’: 174)
16
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-
orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan
menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut
yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapankegelapan.” (QS. al-
Baqarah: 257)
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan
menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman.
Keduanya dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang
artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa
pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang
dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba
Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu yaitu
al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat.
Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan
pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu
tentang keduanya.” (lihat al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
1. Tauhid Intisari Ajaran Al-Qur’an
Imam Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi rahimahullah mengatakan, “al-Qur’an
berisi pemberitaan tentang Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Inilah
yang disebut dengan istilah tauhid ilmu dan pemberitaan. Selain itu, Al-
Qur’an berisi ajakan untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. yang tiada
sekutu baginya serta ajakan untuk tidak menyembah selain kepada Allah
SWT. itulah yang disebut dengan tauhid kehendak dan tuntutan. Al-Qur’an
juga berisi perintah dan larangan serta kewajiban untuk patuh kepada-Nya.
Hal tersebut adalah hak-hak tauhid dan penyempurna atasnya.
Ini menunjukan bahwa Al-Qur’an membahas tentang tauhid, hak-hak, dan
balasan atasnya. Selain itu, Al-Qur’an membahas tentang masalah syirik,
keadaan pelakunya, serta balasan atas kejahatan mereka
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Secara keseluruhan al-Qur’an
mengandung penetapan tauhid dan penolakan atas lawannya. Mayoritas ayat
17
mengandung penetapan dari Allah terhadap tauhid uluhiyah dan keharusan
untuk memurnikan ibadah semata-mata untuk Allah yang tiada sekutu bagi-
Nya. Di dalamnya juga diberitakan bahwasanya segenap rasul tidaklah diutus
melainkan untuk mengajak kaumnya supaya beribadah kepada Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan bahwasanya tidak ada
tujuan Allah dalam menciptakan jin dan manusia selain agar mereka beribadah
kepada-Nya. Dikabarkan pula bahwasanya seluruh kitab suci dan para rasul
yang diutus bahkan fitrah dan akal sehat manusia; semuanya telah
menyepakati pokok ini. Yang hal itu merupakan pokok yang paling mendasar
diantara seluruh pokok ajaran agama. Dan barangsiapa yang tidak beragama
dengan agama ini yang pada hakikatnya adalah pemurnian ibadah kepada
Allah, hati dan juga amalan, untuk Allah semata- maka seluruh amalnya sia-
sia.” (lihat alQowa’id al-Hisan li Tafsir al-Qur’an, sebagaimana dalam al-
Majmu’ah al Kamilah [8/23])
2. Metode Al-Qur’an dalam Menetapkan Keesaan Pencipta
Syaikh Shalih al-Fauzan menerangkan 3 metode al-Qur’an dalam
menetapkan hal ini:
Suatu perkara yang sudah pasti bahwa sesuatu yang baru ada maka pasti
ada yang menciptakannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah
mereka diciptakan tanpa ada sesuatu sebelumnya, ataukah mereka sendiri
yang menciptakan?” (QS. ath-Thur: 35). Ayat ini menunjukkan bahwa tidak
mungkin makhluk tercipta begitu saja tanpa ada pencipta, atau bahkan dia
menciptakan dirinya sendiri, itu lebih tidak mungkin lagi. Maka hanya ada
satu kemungkinan bahwa mereka ada karena diciptakan oleh Allah semata.
Keteraturan alam semesta ini menunjukkan bahwa ia memiliki satu
pencipta dan pengatur yang mengatur segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah tidaklah mengangkat seorang
anak pun dan tidak ada bersama-Nya sesembahan yang lain yang benar sebab
jika ada niscaya setiap sesembahan itu akan pergi membawa ciptaannya dan
sebagiannya tentu akan mengalahkan yang lain.” (QS. al-Mukminun: 91)

18
Kepatuhan segenap makhluk dalam menjalankan tugasnya masingmasing
di alam semesta ini. Oleh sebab itu tatkala berdialog dengan Fir’aun Nabi
Musa ‘alaihis
salam mengungkapkan hal ini kepadanya. Allah ta’ala menceritakan (yang
artinya), “Dia
(Fir’aun) berkata: “Siapakah Rabb kalian berdua wahai Musa?” Musa pun
menjawab: “Rabb kami adalah yang telah memberikan penciptaan kepada
seluruh makhluk-Nya dan kemudian menunjuki mereka.” (QS. Thaha: 49-50).
Ini semua Allah beberkan di dalam al-Qur’an dalam rangka mewajibkan
manusia untuk beribadah kepada Allah semata (bertauhid uluhiyah).
Barangsiapa yang tidak melaksanakan tauhid uluhiyah maka dia bukanlah
seorang muslim (diringkas dari at-Tauhid li ash-Shaff al-Awwal al-’Aali,
hal. 32-35)
3. Surat Al-Fatihah dan Tauhid
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Surat ini mengandung
makna-makna yang agung. Di dalamnya terkandung ketiga macam tauhid.
Yang pertama adalah ‘al-Hamdu lillahi Rabbil ‘alamin’ di dalamnya
terkandung tauhid rububiyah. Lalu ‘ar-Rahmanir Rahim, Maaliki yaumid
diin’ di dalamnya terkandung tauhid asma’ wa shifat. ‘Iyyaka na’budu wa
Iyyaka nasta’in’ di dalamnya terkandung tauhid ibadah. Sehingga ia telah
mencakup ketiga macam tauhid tersebut.”(lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah
al-Fatihah, hal. 7 cet. Dar al-Imam Ahmad)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Di dalamnya
terkandung bantahan bagi kaum mulhid/atheis yang menganggap alam
semesta ini tidak memiliki pencipta. Di dalam surat ini terkandung bantahan
bagi mereka tatkala ia menetapkan bahwa alam memiliki Rabb yang
menciptakannya, sebagaimana ditegaskan dalam kata ‘Rabbul ‘alamin’. Rabb
bermakna yang mencipta dan memelihara seluruh makhluk dengan segala
bentuk kenikmatan. Dia lah yang memperbaiki dan menguasainya. Semua
makna ini telah termasuk dalam kata Rabb. Sehingga di dalamnya telah

19
terkandung bantahan bagi kaum mulhid/atheis.”(lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id
Surah al-Fatihah, hal. 8-9 cet. Dar al-Imam Ahmad)
Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Di dalamnya juga
terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain
Allah subhanahu wa ta’ala. Iyyaka na’budumengandung pemurnian ibadah
untuk Allah semata; sehingga di dalamnya terkandung bantahan bagi orang-
orang musyrik yang menyertakan selain Allah dalam beribadah kepada-Nya.
Di dalamnya juga terkandung bantahan bagi berbagai kelompok umat ini yang
melenceng dari jalan kebenaran semacam Jahmiyah, Mu’tazilah, dan
Asya’irah; yang mereka tersesat dalam masalah takdir. Ia juga mengandung
bantahan bagi orang-orang yang menolak sifat-sifat Allah; yaitu kaum
Mu’aththilah yang menolak nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana
halnya kaum Jahmiyah, Mu’tazilah, Asya’irah, Maturidiyah, dan lain
sebagainya. Setiap kelompok yang menolak semua sifat Allah ataupun
sebagiannya, maka surat ini membantah mereka semua.” (lihat Syarh Ba’dhu
Fawa’id Surah alFatihah, hal. 9-10 cet. Dar al-Imam Ahmad)
Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “al-Fatihah adalah Ummul
Qur’an; dikarenakan seluruh maksud ajaran al-Qur’an terkandung di
dalamnya. Ia telah mencakup tiga macam tauhid. Ia juga mencakup penetapan
risalah, hari akhir, jalan para rasul dan jalan orang-orang yang menyelisihi
mereka. Segala perkara yang terkait dengan pokok-pokok syari’at telah
terkandung di dalam surat ini. Oleh karena itu ia disebut dengan Ummul
Qur’an.” (lihat Syarh al-Mumti’ [2/82])
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sebagaimana dikatakan oleh
sebagian salaf bahwa al-Fatihah menyimpan rahasia [ajaran] al-Qur’an,
sedangkan rahasia surat ini adalah kalimat ‘Iyyaka na’budu wa Iyyaka
nasta’in’. Bagian yang pertama (Iyyaka na’budu) adalah pernyataan sikap
berlepas diri dari syirik. Adapun bagian yang kedua (Iyyaka nasta’in) adalah
pernyataan sikap berlepas diri dari [kemandirian] daya dan kekuatan, serta
menyerahkan [segala urusan] kepada Allah ‘azza wa jalla. Makna semacam ini

20
dapat ditemukan dalam banyak ayat al-Qur’an.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-
’Azhim [1/34] cet. al-Maktabah at-Taufiqiyah)

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Al-Quran merupakan wahyu Allah swt.yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw. sebagai pedoman hidup umat manusia. AL-Qur’an memiliki
banyak fungsi bagi umat manusia yang terkandung dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Fungsi utama Al-Qur’an adalah sebagai pedoman bagi manusia dalm menjalankan
hidup di dunia.
Dalam Al-Qur’an terdapat kandungan-kandungan pokok, yaitu aqidah, ibadah,
Akhlak, hokum-hukum, peringatan, dan sejarah atau kisah.
Al-Qur’an merupakan mukjizat abadi yang Allah berikan kepada Nabi
Muhammad saw. Tidak ada satu pun yang bisa menjawab tantangan Al-Qur’an
sebagai bukti kebenaran risalah Nabi Muhammad saw.
Tauhid menurut syariat berarti mengesakan Allah dalam sesuatu yang
merupakan kekhususan bagi-Nya berupa rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa
shifat.
Para ulama mempunyai pandangan berbeda dalam mengartikan tauhid, namun
itu hanya masalah redaksi. Makna dari setiap pengertiannya sama.
Tauhid dibagi dalam beberapa macam. Ini berdasar kan Q.S. Maryam : 65.
Berdasarkan ayat tersebut tauhid dibagi menjadi tiga, diantaranya;
َّ ‫)و أاْل َ أرضُّ ال‬
1. Dalam firman-Nya (ُّ‫س َم َاواتُّ َرب‬ َ yang artinya Rabb yang
menguasai langit dan bumi, merupakan ketetapan tauhid rububiyah.
َ ‫ص‬
2. Dalam firman-Nya (ُُّ‫طب أُّر فَا أعبُ أده‬ ‫ )لعبَا َدتهُّ َوا أ‬yang artinya maka sembahlah Dia
serta berteguh hatilah ketika dalam beribadah kepada-Nya, merupakan
ketetapan tauhid uluhiyah.
3. Dalam firman-Nya (ُّ‫سميُّّا لَ ُّهُ ُّتَ أع َل ُمُّ ه أَل‬
َ ) yang artinya apakah kamu mengetahui
bahwa ada seseorang yang sama dengan Dia?, merupaka ketetapan tauhid
asma wa’ shifat.
Namun bukan berarti hanya Q.S. Maryam : 65 saja yang berisi tentang tauhid.
Keseluruhan Al-Qur’an berisi mengenai tauhid.. Al- Qur’an seluruhnya berisi
22
tentang tauhid, hak-haknya dan balasannya. Selain itu juga berisi tentang
kebalikan dari tauhid yaitu syirik, tentang orang-orang musyrik, dan balasan bagi
mereka.
B. Saran
Semoga setelah mempelajari dan memahami pembahasan ini kita dapat
mengambil hikmah betapa pentingnya ajaran tauhid ini bagi umat islam dan
betapa pentingnya hubungan Al-Quran dengan tauhid karena Al-Qur’an
merupakan sumber tauhid islam. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus
perjuangan Islam harus berusaha sekuat tenaga untuk mengimplementasikan
konsep tauhid dalam semua segi kehidupan kita. Semoga Allah senantiasa
meneguhkan kita diatas jalan tauhid untuk mempelajarinya, mengamalkannya,
dan mendakwahkannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Islam. (2002). Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi.


Pengertian Tauhid. (2013, 10). Diambil kembali dari Dasar-Dasar Islam untuk
Pemula: http://www.risalahislam.com/2013/10/pengertian-tauhid.html
Al-Abbad, A.-S. A. (2007). Mengapa Kita Bagi Tauhid Menjadi Tiga. Jogjakarta:
Darul 'Ilmu Jogjakarta.
Dimyati, A., Habibie, M., Setiawan, W., & Fajar, M. (2008). Pendidikan Agama
Islam. Grafindo Media Pratama.
Ilyas, Y. (2014). Kuliah Ulumul Qur'an. Yogyakarta: ITQAN Publishing.
Juki, O. (2016, Agustus 25). Pengertian Tauhid Menurut Kandungan Alqur'an.
Diambil kembali dari Islami: http://www.tandapagar.com/pengertian-
tauhid/
Mianoki, A. (2015, February 7). Pembagian Tauhid dalam Al-Quran. Diambil
kembali dari Muslimah.or.id: https://muslimah.or.id/7017-pembagian-
tauhid-dalam-al-quran.html
Muhammad, A., Suherman, E., & Nugraha, H. G. (2008). Al-Qur'an dan Hadits.
Grafindo Media Pratama.
Shiddiqiey, T. (2003). Mu'djizat al-Qur'an. Jakarta: Bulan Bintang.
Umar, N. (2008). Ulumul Qur'an. Jakarta Selatan: Alghazali Center.
Wahyudi, A. (2012, Juni 13). Antara Al-Qur'an dan Ilmu Tauhid. Dipetik Oktober
17, 2017, dari muslim.or.id: https://muslim.or.id/9418-antara-al-quran-
dan-tauhid.html/
Zakaria, A. (2008). Pokok-Pokok Ilmu Tauhid. Garut: IBN AZKA.

24

Anda mungkin juga menyukai