Anda di halaman 1dari 5

INSIDENSI SEBAB KEMATIAN PADA INFANTISID YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN

FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL RSUP DR.SARDJITO TAHUN 2009- 2012
CHRISTINE TIRZA THRESIA JITMAU
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Infantisid yaitu pembunuhan dengan sengaja

terhadap bayi baru lahir oleh ibunya (Knight, 1997).

Infantisid adalah pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan

oleh ibu kandungnya sendiri segera atau beberapa saat

setelah bayi itu dilahirkan, karena takut diketahui

bahwa ia telah melahirkan bayi itu (Purwadianto,dkk

1981).

Menurut undang-undang di Indonesia, infantisid

adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas

anaknya ketika dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa

melahirkan anaknya. Infantisid dapat dibagi berdasarkan

jenis kelamin anak yang dibunuh, yaitu laki-laki (male

infanticide) dan perempuan (female infanticide)

(Laksono,2010).

Masalah pembunuhan bayi merupakan sebutan yang

bersifat umum bagi setiap perbuatan merampas nyawa bayi

diluar kandungan, sedangkan infantisid merupakan

sebutan yang bersifat khusus bagi tindakan merampas

1
INSIDENSI SEBAB KEMATIAN PADA INFANTISID YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN
FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL RSUP DR.SARDJITO TAHUN 2009- 2012
CHRISTINE TIRZA THRESIA JITMAU
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 2

nyawa bayi yang belum berumur satu tahun oleh ibu

kandungnya sendiri. Pengkhususan infantisid sebagai

tindakan pidana yang hukumannya lebih rendah didasarkan

atas pertimbangan bahwa kondisi mental pada saat hamil,

melahirkan dan menyusui sangat labil dan mudah

terguncang akibat gangguan keseimbangan norma (Dahlan

Sofwan, 2000).

Cara yang paling sering digunakan dalam kasus

infantisid adalah membuat keadaan asfiksia mekanik

yaitu pembekapan, pencekikan, penjeratan dan

penyumbatan. Di Jakarta dilaporkan bahwa 90-95% dari

sekitar 30-40 kasus infantisid per tahun dilakukan

dengan cara asfiksia mekanik. Bentuk kekerasan lainnya

adalah kekerasan tumpul di kepala (5-10%) dan kekerasan

tajam pada leher atau dada (1 kasus dalam 6-7 tahun)

(Afandi, dkk.,2008).

Untuk mengetahui penyebab kematian perlu

diperhatikan tanda-tanda mati lemas yaitu sianosis,

bintik-bintik perdarahan pada jaringan longgar, lebam

mayat yang lebih gelap dan luas, busa halus dari lubang

hidung atau mulut, tanda bendungan alat dalam, keadaan

mulut sekitar yaitu lecet, memar, benda asing, luka

tusuk, sayat, keadaan leher dan sekitarnya yaitu luka


INSIDENSI SEBAB KEMATIAN PADA INFANTISID YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN
FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL RSUP DR.SARDJITO TAHUN 2009- 2012
CHRISTINE TIRZA THRESIA JITMAU
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 3

lecet, jejas jeratan, atau adanya tanda-tanda terendam

yaitu telapak kaki keriput dan pucat, kulit berbintil-

bintil, dan benda asing ditrakea. Penyimpulan harus

dilakukan secara hati-hati untuk kasus yang diduga

terdapat trauma lahir yang seringkali mirip dengan

kekerasan pada kepala ( Mansjoer Arif, 2000).

Akibat dari perbuatan pembunuhan pada bayi atau

orok apabila dilakukan tanpa rencana diatur dalam KUHP

pasal 341 dengan sangsi ancaman hukuman penjara

maksimal 7 tahun dan apabila dilakukan dengan rencana

sejak masa kehamilan terkena ancaman hukuman penjara

maksimal 9 tahun sesuai dengan KUHP pasal 342. Bagi

orang lain yang ikut campur dalam proses pembunuhan

bayi/orok baik pembunuhan yang direncanakan atau

pembunuhan tanpa rencana dianggap sebagai makar atau

pembunuhan biasa diatur dalam KUHP pasal 343. Menurut

pasal 181 apabila seseorang mengubur, menyembunyikan

atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan

kematian atau kelahiran diancam hukuman penjara 9

bulan. Bagi orang yang menyebabkan atau membiarkan

orang lain dalam kesengsaraan diancam hukuman penjara 2

tahun 8 bulan sesuai KUHP pasal 304, sedangkan orang

yang menaruh anak dibawah 7 tahun supaya dipungut orang


INSIDENSI SEBAB KEMATIAN PADA INFANTISID YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN
FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL RSUP DR.SARDJITO TAHUN 2009- 2012
CHRISTINE TIRZA THRESIA JITMAU
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 4

lain dengan maksud agar terbebas dari pemeliharaan

terhadap anak tersebut sesuai dengan KUHP pasal 305

terkena sangsi hukuman 5 tahun 6 bulan dan apabila anak

tersebut sampai luka berat akan terkena sangsi hukuman

7 tahun 6 bulan, bila sampai mengakibatkan kematian

akan terkena sangsi hukuman 9 tahun dan diatur dalam

KUHP pasal 306.

I.2. Perumusan masalah

Di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP DR. Sardjito

dan Medikolegal dilakukan otopsi terhadap infantisid

yang masih segar hingga yang sudah mengalami

pembusukan. Maka perlu dilakukan penelitian , apakah

sebab kematian terbanyak dari infantisid dapat

diungkapkan pada otopsi yang dilakukan di Instalasi

Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP. DR. Sardjito.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

insidensi sebab-sebab kematian pada infantisid yang

diotopsi di Instalasi Kedokteran Forensik dan

Medikolegal RSUP DR. Sardjito Yogyakarta dalam kurun

waktu empat tahun.


INSIDENSI SEBAB KEMATIAN PADA INFANTISID YANG DIOTOPSI DI INSTALASI KEDOKTERAN
FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL RSUP DR.SARDJITO TAHUN 2009- 2012
CHRISTINE TIRZA THRESIA JITMAU
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/ 5

I.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan maupun sebagai data dasar penelitian.

I.5. Keaslian Penelitian

Sejauh ini, terdapat penelitian sejenis sebelumnya

yaitu

Penilaian Pemeriksaan Jenazah Orok yang dilakukan

di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP. DR Sardjito

Tahun 1995-1999 oleh Lipur Ruyantiningtyas Budi

Setyowati.

Hasil penelitan yaitu jumlah kematian orok yaitu

27 kasus. Salah satu variabel yang diteliti yaitu sebab

kematian dan presentase terbanyak yaitu perdarahan

(22,22 %) dan sebab kematian karena asfiksia (18,52 %).

Anda mungkin juga menyukai