KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Desain Struktur Baja II ini dengan baik.
Desain Struktur Baja II ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Semester sekaligus merupakan pemantapan dari dasar-dasar teori yang dipelajari pada mata
kuliah Struktur Baja II, serta mata kuliah lainnya yang memiliki keterkaitan dengan desain
ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada bapak Iskandar Romey Sitompul,
ST, M.Sc dan ibu Dr. Reni Suryanita, ST, MT selaku dosen pembimbing, serta asisten dosen
Hasmiyati yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan Desain Struktur
Baja II ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penyelesaian Desain Struktur Baja
II ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan desain ini dimasa mendatang.
Semoga Desain Struktur Baja II ini dapat bermanfaat bagi penulis serta rekan-rekan
mahasiswa Jurusan Teknik Sipil di kemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
1. 1. Tinjauan Umum
Pabrik perakitan mobil merupakan suatu tempat dimana komponen-
komponen mobil dari yang kecil sampai yang besar di rakit atau disatukan sehingga
menjadi suatu mobil yang utuh.
1. 2. Latar Belakang
Setiap orang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari membutuhkan alat
bantu untuk mencapai tujuan hidup mereka. Alat bantu yang sering digunakan
oleh masyarakat ini dapat berupa alat komunikasi, alat transportasi, dan alat bantu
yang lainnya yang dapat memberikan informasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat
setiap hari. Alat transportasi disini sangatlah berperan bagi masyarakat untuk
mengantarkan mereka dari satu tempat ketempat yang lainnya. Misalnya saja mobil,
kebutuhan masyarakat akan mobil belakangan ini sangat meningkat guna
mempercepat mereka untuk mencapai suatu tempat tanpa harus terkena debu, hujan,
ataupun angin. Hal tersebut membuat produsen mobil dan alat transportasi yang
lainnya berlomba untuk menciptakan suatu alat transportasi yang dapat memenuhi
kebutuhan dan kenyamanan bagi pemiliknya dengan standard yang harus dipenuhi
yaitu dengan pengujian emisi yang digunakan pada alat transportasi tersebut. Namun
dapat kita ketahui bahwa alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat di
Indonesia adalah alat transportasi yang diciptakan oleh negara luar.
2. 1. Teori
2. 1. 1. Pengertian Umum
Secara umum, struktur baja dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok
berdasarkan proses fabrikasinya yaitu (Wei Wen Yu, 2000) :
1. Hot Rolled Shapes (baja canai panas), yaitu profil baja yang dibentuk dengan
cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik.
2. Cold Formed Steel (baja canai dingin), yaitu profil baja yang dibentuk dari
lembaran baja yang sudah jadi menjadi profil baja dalam keadaan dingin.
Beberapa jenis profil baja diatas dapat dikelompokkan lagi berdasarkan posisi
sumbu simetri dan letak pusat geser profil terhadap sentroid (pusat berat/gravitasi),
dengan pembagian sebagai berikut:
1. Pembagian jenis profil berdasarkan posisi sumbu simetri profil, dibagi menjadi
4 macam:
a. Profil yang simetri pada 2 arah (doubly-symetric sections).
b. Profil yang simetri pada 1 titik (point-symetric sections).
c. Profil yang simetri pada 1 arah (singly symetric/monosymetric).
d. Profil asymetric (non asymetric/asymetric sections).
2. Pembagian jenis profil berdasarkan letak pusat gesernya, dibagi menjadi 2
macam:
a. Profil dengan pusat geser berimpit dengan sentroid (pusat berat/gravitasi),
seperti profil I.
b. Profil dengan pusat geser tidak berimpit dengan sentroid (pusat
berat/gravitasi) seperti profil kanal dan siku.
Baja memiliki keunggulan sebagai material konstruksi dibandingkan dengan
material lainnya, antara lain adalah (Setiawan, 2008):
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga dapat mengurangi ukuran struktur
serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur tersebut.
2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton
bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun.
3. Memiliki sifat yang lebih elastis
Dalam perencanaan desain struktur baja ini, menggunakan jenis baja 41,
dimana fu = 410 Mpa dan fy = 250 Mpa.
Adapun beberapa sifat mekanis lainnya dari baja yaitu seperti yang tercantum
dalam SNI 03-1729-2002:
Modulus elastisitas (E) = 200.000 Mpa
Modulus geser (G) = 80.000 Mpa
Angka poisson (n) = 0,3
Koefisien muai panjang (£) = 12x10−6 /℃
𝜋2 . 𝐸𝐼
Pcr = 𝐿2
Nu ≤ Ø n . Nn
𝜋2 . 𝐸𝑡
Pcr = 𝐿 . Ag = Fcr . Ag
(𝑟 )2
Parameter kelangsingan :
K. L fy
τc = √
r. π E
𝐿𝑘
𝜏= < 200
𝑟
Adapun untuk kuat tekan rencana akibat tekuk lentur torsi Ø n, 𝑁𝑎𝑐𝑡
dari komponen struktur tekan yang terdiri dari siku ganda atau berbentuk T ,
dengan elemen-elemen penampangnya mempunyai rasio lebar – tebal (𝜏𝑐 )
lebih kecil dari pada yang diisyaratkan.
𝑁𝑎𝑐𝑡 = Ag . 𝑓𝑐𝑟𝑡
𝑓
𝑐𝑟𝑦 𝑐𝑟𝑧 +𝑓 4 𝑓𝑐𝑟𝑦 − 𝑓𝑐𝑟𝑧 . H
𝑓𝑐𝑟𝑡 = ( 2 𝐻 ) [1- √1 − ( 𝑓𝑐𝑟𝑦 + 𝑓𝑐𝑟𝑧 )2
6𝜏
𝑓𝑐𝑟𝑧 = 𝐴 .𝑟 2
𝑜
𝑋𝑜 2 +𝑌𝑜 2
H = 1- ( )
𝑟𝑜 2
240 untuk batang primer. Dalam menentukan tahanan normal suatu batang
tarik, harus diperiksa terhadap tiga macam kondisi yang menentukan yaitu :
a. Leleh dari luas penampang kotor
b. Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
c. Geser blok pada sambungan.
Komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar
Tu harus memenuhi :
Tu ≤ Ø . Tn
Ae = U . An
U = koefisien reduksi
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh
2. 2. 2. Kombinasi Pembebanan
Pembebanan struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi
pembebanan di bawah ini:
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 (La atau H)
Dengan:
W : beban angin
E : beban gempa
2. 2. 3. Perhitungan Sambungan
Sambungan terdiri dari komponen sambungan (plat pengisi, plat buhul, plat
pendukung, dan plat penyambung), dan alat pengencang terdiri atas baut dan las.
1. Sambungan Baut
a. Tahanan baut:
P𝐮 = 1,2𝑃𝑑𝑙 + 1,6𝑃𝑙𝑙
𝑃
Jumlah total baut : ∅𝑅𝑢
𝑛
Dengan :
1. Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter baut
2. Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh melebihi 1,5𝑡𝑝 , atau 200cm.pada
baut yang tidak perlu memikul beban terfaktor dalam daerah yang tidak
mudah berkarat, jaraknya tidak boleh melebihi 32𝑡𝑝 , atau 300mm.
3. Jarak dari pusat baut ketepi terdekat suatu bagian yang berhubungan
dengan tepi yang lain tidak boleh lebih dari 12𝑡𝑝 , atau 150mm
4. Jarak tepi minimum dapat dilihat pada Tabel 2.2
2. Sambungan Las
Persyaratan sambungan las : ∅𝑅𝑛𝑤 ≥ 𝑅𝑢
1. Las tumpul
a. Bila sambungan dibebani gaya tarik atau tekan aksial, maka:
𝑉𝑑 = 𝜙𝑓 𝑉𝑛 = 𝜙𝑓 𝑟1 𝑓𝑢 𝑏 𝐴𝑏
𝑇𝑑 = 𝜙𝑓 𝑇𝑛 = 𝜙𝑓 0.75𝑓𝑢 𝑏 𝐴𝑏
Keterangan :
ϕ=0.75
Keterangan :
Ab = luas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir, in.2 (mm2)
Fn = tegangan tarik nominal, Fnt, atau tegangan geser, Fnw dari Tabel J3.2, ksi
(MPa)
n = jumlah baut
r2 = 1.9
𝜙 = 0.75
Keterangan :
F’nt = tegangan tarik nominal yang dimodifikasi mencakup efek tegangan geser,
ksi (MPa)
𝐹
𝐹′𝑛𝑡 = 1.3𝐹𝑛𝑡 − 𝜙𝐹𝑛𝑡 𝑓𝑟𝑣 < 𝐹𝑛𝑡
𝑛𝑣
frv = tegangan geser yang diperlukan menggunakan kombinasi beban, ksi (MPa)
Pada SNI 03-1729-2002, ukuran jarak tepi minimum baut ditentukan dari tepi
dipotong dengan tangan, mesin, atau bukan hasil potongan. Sedangkan pada SNI
1729-2015, ukuran jarak tepi minimum baut ditentukan diameter baut pada Tabel
J3.4M.
1 𝐿𝑘 𝑓𝑦
𝜆𝑐 = 𝜋 √ (SNI 03-1729-2002 7.6-2)
𝑟 𝐸
𝑓𝑦
𝐹𝑐𝑟 = (SNI 03-1729-2002 7.6-4)
𝜔
𝜙𝐶 = 0.85
Keterangan :
Lk = kcL
Tekuk Lentur
𝜙𝑐 = 0.90
Keterangan :
Fe = tegangan tekuk kritis elastis yang ditentukan sesuai dengan Persamaan E3-4,
ksi (MPa)
𝜋2 𝐸
𝐹𝑒 = 𝐾𝐿 2
(SNI 1729:2015 E3-4)
( )
𝑟
Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi-Lentur dari Komponen Struktur Tanpa Elemen
Langsing
Tegangan efektif, Fcr, dijelaskan pada Pasal E7.
𝐾𝐿 𝐸 𝑄𝐹𝑦
a) Bila < 4.71√𝑄𝐹 (atau < 2.25)
𝑟 𝑦 𝐹𝑒
𝑄𝐹𝑦
𝐹𝑐𝑟 = 𝑄 [0.658 𝐹𝑒 ] 𝐹𝑦
Keterangan :
Fc = tegangan tekuk elastis, dihitung dengan menggunakan Persamaan E3-4 untuk
komponen struktur simetris ganda, ksi (MPa)
Q = faktor reduksi bersih yang meng-hitung untuk semua elemen tekan langsing;
= 1.0 untuk komponen struktur tanpa elemen langsing untuk elemen dalam tekan
merata
= QsQa untuk komponen struktur dengan penampang elemen langsing untuk
elemen dalam tekan merata
Faktor reduksi, Qs, untuk elemen langsing tidak diperkaku dijelaskan pada Pasal
E7.1
Pada SNI 03-1729-2002 Pasal 17.3.6, diameter nominal dari suatu lubang
yang sudah jadi, harus 2 mm lebih besar dari diameter nominal baut untuk suatu
baut yang diameternya tidak melebihi 24 mm, dan maksimum 3 mm lebih besar
untuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali untuk lubang pada pelat landas.
Sedangkan pada SNI 1729-2005 Pasal B4.3b, dalam penghitungan luas neto untuk
tarik dan geser, lebar lubang baut harus diambil sebesar 1/16 in. (2 mm) lebih besar
dari dimensi nominal dari lubang.
Pada SNI 03-1729-2002 kekuatan lentur nominal (Mn) dihitung dengan rumus
yang selalu sama untuk semua jenis profil berdasarkan tekuk lokal (penampang
kompak, tidak kompak, dan langsing) dan tekuk lateral (panjang bentang).
Sedangkan pada SNI 1729-2015 kekuatan lentur nominal (Mn) sudah dibagi-bagi
per pasal tergantung pada jenis profil (profil I, siku, kanal, HSS) dan kekompakan
profil (kompak, tidak kompak, langsing).
Pada SNI 03-1729-2002 pada desain sambungan las sudut, untuk menghitung
kekuatan desain (ϕRn) menurut Pasal 13.5.3.10 :
Keterangan :
Sedangkan pada SNI 1729-2015 Pada desain sambungan las sudut, untuk
menghitung kekuatan desain (ϕRn) menurut Pasal J2.4 :
𝜙 = 0.75
Keterangan :
Pada SNI 03-1729-2002 ukuran minimum las sudut ditentukan dari tebal
bagian paling tebal yang tersambung. Sedangkan pada SNI 1729-2015 Ukuran
minimum las sudut ditentukan dari tebal bagian paling tipis yang tersambung.
Di dalam desain ini bangunan industri terbuat dari baja dan mempunyai
ruangan kantor, dan tempat perakitan mobil. Lantai dua dari bangunan industri ini
digunakan untuk tempat kantor dan tempat rapat.
3. 2. Spesifikasi Bangunan
4. 1. 1. Batang Kuda-Kuda
a3 a4
a2 a5
b4 b6
b5
b3
b7
a1
b2 a6
b8
b1 b9
29°
c1 c2 c3 c4 c5 c6
3.0000
18.0000
a. c1 = c2 = c3 = c4 = c5 = c6
18/6
3m
b. b1 = b9
𝑏1
tan α = 𝑐1
𝑏1
tan 29 = 3
b1 = 1.66 m
c. a1 = a2 = a3 = a4 = a5 = a6
= √𝑏1 2 + 𝑐12
= √1.662 + 32 = 3.43 m
d. b2 = b8
= √𝑏1 2 + 𝑐2 2
= √1.662 + 32 = 3.43 m
= √6.862 − 62 = 3.33 m
f. b4 = b6
b4 = √(𝑐3 )2 + (𝑏5 )2
= √(3)2 + (5)2
= 5.82 m
g. b6 = b12
b6 = √(𝑐4 )2 + (𝑏5 )2
= √(1.80)2 + (2.52)2
= 3.10 m
h. b5 = 5 m
L = 18 m
h = 16.5 m
θ = 29o
B=6m
a. tampak atas
18 m
Pada rangka kuda-kuda diatas, terdapat 12 titik buhul. Dimana pada titik buhul 1
akan sama nilainya dengan titik buhul 7. Begitu juga seterusnya dengan titik buhul
yang lain yang sejajar secara horizontal.
4. 2. 1. Beban Mati
Panjang bentang = 18 m
Jarak kuda-kuda = 3 m
A = 0.005121 m2
A = 0.001711 m2
A = 0.005121 m2
A = 0.011980 m2
A = 0.002720 m2
Berat kuda-kuda = A x L x 𝛾
Buhul 1 = buhul 7
P = 0.5 c1 + 0.5 a1
= 0.5 (120.60) + 0.5 (137.89)
Nama Nama
Kg Kg
titik titik
1 129.244 7 131.767
2 172.091 8 205.064
3 160.223 9 154.103
4 249.579 10 205.064
5 160.223 11 131.767
6 172.091 12 131.767
2. Berat gording
Profil baja yang digunakan pada gording adalah kanal 180.75.7.10,5 dengan
memiliki luas penampang 0.00272 m2.
Berat gording = 0.5 x jarak kuda-kuda x luas penampang x berat jenis baja.
Pada buhul 1 dan buhul 7
P = 0.5 x jarak kuda-kuda x luas penampang x berat jenis baja.
= (0.5 x (7+7) x 0.00272 x 7850) + (0.5 x (0.5 x (7+7) x 0.00272 x7850))
= 224.196 kg
Pada buhul 2, 3, 4, 5, dan buhul 6
P = 0.5 x jarak kuda-kuda x luas penampang x berat jenis baja.
= (0.5 x (7+7) x 0.00272 x 7850) + (0.5 x (7+7) x 0.00272 x 7850)
= 298.928 kg
2 298.928 8 0
3 298.928 9 0
4 298.928 10 0
5 298.928 11 0
6 298.928 12 0
18
Berat penutup atap bekerja pada satu titik buhul bergantung pada jenis penutup
atap. Pada desain ini digunakan penutup atap seng geombang dengan berat jenis
10 kg/m2.
Berat penutup atap = 0.5 x panjang bentang x jarak kuda-kuda x berat jenis
penutup atap
Pada titik buhul 1 dan buhul 7
P = 0.5 x 3.43 x (7+7) x 10
= 240.104 kg
480.2
238,330
1
480.2
238,330 480.2
238,330
1 1
238,330
480.2 480.2
238,330
1 1
240.1 240.1
04 04
18
189 378
378 378 378 378 189
806.75
806.75 806.75
806.75
806.75
403.38 403.38
Titik kg Titik kg
1 100 7 100
2 100 8 0
3 100 9 0
4 100 10 0
5 100 11 0
6 100 12 0
4. 2. 3. Beban Angin
1. Angin tekan
Berdasarkan PPIUG 1983, besarnya beban angin adalah 25 kg/m 2. Dan besarnya
koefisien tekan kt = 0.02 𝑎 – 0.4 dengan nilai 𝑎 adalah kemiringan atap.
Maka kt = (0.02 x 29) – 0.4
= 0.18
Beban angin = 0.5 x tekanan angin x koef. angin x luas atap yang membebani
titk buhul
Pada buhul 1 dan buhul 4
P = 0.5 x 25 x 0.18 x 7 x 3.43
= 54.02 kg
0,00
54.02
240.1
108
108 240.1
54.02 120.05
4. 3. 1. Beban Mati
Tabel 4.11. Beban Mati
4. 3. 2. Beban Hidup
1 100 1 403.38
2 100 2 806.75
3 100 3 806.75
4 100 4 806.75
5 100 5 806.75
6 100 6 806.75
7 100 7 403.38
4. 4. Kombinasi Pembebanan
BAB V
ANALISA STRUKTUR
5. 1. 1. Reaksi Perletakan
∑ 𝑀𝑎 = 0
(𝑅𝐵𝑉. 18)-(7532,62.3)-(14961,80.6)-(23067,54.9)-(27000,40.12)-
(33964,11.15)-(27008,16.18)-(2141,02.3)-(4897,74.6)-(6704,49.9)-
(9795,48.12)-(10705,11.15)
(130,96.1,67)+(261,91.3,33)+(196,43.5)+(−310,41.3,33)+(−155,21.1,67)= 0
∑𝑉 = 0
∑𝐻 = 0
9327.40
2.91
a1 sin 29 = -8056.81
a1 = -16611.98 kg (𝑇)
∑𝐻 = 0
c1 = 14486.97 kg
Buhul 8
∑𝑉 = 0 b1
b1 – 713.67 = 0
c1 c2
b1= 713.67 kg (𝑇)
751,66
713.67
∑𝐻 = 0
c1 – c2 = 0
Buhul 2
∑𝑉 = 0
− 14607.74−0.88 𝑏2
a2 =
0.88
b2 = -3369.13 kg (𝐶 )
a2 = -13230.58 kg (𝐶 )
Buhul 3 2493.63
1077
1496,30
,33
sin
a3
4,02
78.57
cos
∑𝐻 = 0 1496,30
cos
a2
sin
78.57- a2 cos 𝛼 + a3 cos 𝛼 = 0
b3
78.57- (−13230.58) cos 29 + a3 cos 29 = 0
a3 x 0.88= -11650.30
∑𝑉 = 0
b3 = -2497.74 kg (𝐶 )
Buhul 9
∑𝑉 = 0
b4
0.86 b4 = 4947.42 sin
b3
sin cos
b4 = 5752.81 kg (𝑇)
cos
c2 c3
∑𝐻 = 0
809, 64
816.29
1496,30
c2 – c3 + b2 cos 𝛼 – b4 cos 𝛼 = 0
c3 = 8577.34 kg (𝑇)
Buhul 10 b5
∑𝐻 = 0 c3 c4
c3- c4 = 0
763,67
744.94
1496,30
∑𝑉 = 0
b5- 744.94 = 0
Buhul 4
∑𝑉 = 0
∑𝐻 = 0
− 8655.43−0.52 𝑏6
a4 =
0.88
𝑏6 = 5277.82 kg (𝐶 )
a4 = - 12954.43 kg (𝐶 )
∑𝐻 = 0
-93.12
1496,30
a5 = -12769.41 kg (𝐶 )
∑𝑉 = 0
b7 = - 2160.33 kg (𝐶 )
Buhul 11
∑𝑉 = 0
0.49 b8 = - 1547.36 b8
b7
sin
b8 = - 3157.87 kg (𝑇) b6
sin cos
cos
∑𝐻 = 0
c4 c5
c5 = 14057.56 kg (𝑇)
∑𝑉 = 0
b9 – 713.67 = 0
b9 = 713.67 kg (𝑇)
b9
∑𝐻 = 0
c5 – c6 = 0
c5 c6
c6 = 14057.56 kg (𝑇)
Buhul 7 144713.67
92,49
1496,30
∑𝑉 = 0
a6 = - 16144.38 kg (𝐶 )
a6 is 13,1500.45
nsin 099
1a 1496,30
1496,30
soc
∑𝐻 = 0 c61c
c10 2,25
646.56
1496,30
,76361
379327.40
C6 + a6 cos 𝛼 - (46.56) = 0
C6 = 14166.75 kg (𝑇)
∑𝐻 = 0
sin
-0.88 a5 – 0.88 b8 = 14213.31 a5 1092 ,07
2264.27
a9
93.12
cos - 16,08
− 14213.31−0.88 𝑎5
b8 =
0.88 cos cos
a6
b16
b8 a10
b17
b9
sin
∑𝑉 = 0 sin
4849.01+0.49 𝑎5
B8 =
0.49
− 14213.31−0.88 𝑎5 4849.01+0.49 𝑎5
=
0.88 0.49
𝑎5 = - 13060.06 kg
𝑏8 = - 3164.12 kg
H = 175 mm h = 129 mm
B = 175 mm 𝑟𝑥 = 75 mm
𝑡𝑤 = 7,5 mm 𝑟𝑦 = 43,8 mm
𝑡𝑓 = 11 mm A = 5121 𝑚𝑚2
r = 12 mm L = 3432 mm
𝐵 250
<
2∗ 𝑡𝑓 𝐹𝑦 ^ 0,5
175 250
<
22 15.81
𝐻 665
<
𝑡𝑤 𝐹𝑦 ^0,5
175 665
<
7,5 15.81
= 29.74
λ𝑥 𝑓
λ𝑐𝑥 = √𝑦
𝜋 𝐸
29.74 250
= √
3,14 200000
= 0,33
1,43
W =
1,6−0,67λ𝑐𝑥
1,43
=
1,6−0,67(0,33)
= 1,04
𝐹𝑦
Nu = Ag . 𝑤
250
= 5121. 1,04
= 1231.56 KN
Φ. 𝑁𝑛 = 0,85 * 𝑁𝑛
= 0,85 * 1231.56
= 1046.82 kN
= 50.93
50.93 250
= √ = 0.57 .............OK!!!
3,14 200000
1,43
W = 1,6−0,67λ𝑐𝑦
1,43
= 1,6−0,67(0.57)
= 1.18
𝐹𝑦
Nu = Ag . 𝑤
250
= 5121 1,18
= 1088.46 KN
Φ. 𝑁𝑢 = 0,85 * 𝑁𝑢
= 0,85 * 1088.46
= 925.19 KN
H = 175 mm h = 129 mm
B = 175 mm 𝑟𝑥 = 75 mm
𝑡𝑤 = 7,5 mm 𝑟𝑦 = 43.8 mm
𝑡𝑓 = 11 mm A = 5121 𝑚𝑚2
r = 12mm L = 3000 mm
𝑘 .𝐿
λ𝑥 = 𝑟𝑥
0,65 .3000
= 75
𝑘 .𝐿
λy =
𝑟𝑥
0,65 . 3000
= = 44.52 ........OK!!! Syarat λy < 240
43.8
a. Kondisi Leleh
Ø 𝑇𝑛 = ø . 𝐴𝑔 . 𝑓𝑦
= 0,9 . 5121 . 250
= 1152.23 KN
𝑇𝑢 < ø . 𝑇𝑛
105.794 KN < 1152.23 KN .........OK!!!
b. Kondisi Fraktur
𝐴𝑛 = 0,85 . 𝐴𝑔
= 0,85 . 5121
= 4352,85 𝑚𝑚2
= 0,75 . 4352,85
= 3264,6375 𝑚𝑚2
Ø 𝑇𝑢 = ø . 𝐴𝑒 . 𝑓𝑢
= 0,75 . 3264,6375 . 410
= 1003.88 KN
𝑓𝑢 = 410 Mpa
𝑓𝑦 = 250 Mpa
E = 200000 MPa
G = 80000 Mpa
M = 0,3
Data profil
H = 250 mm h = 190
B = 250 mm 𝑟𝑥 = 106 mm
𝑡𝑓 = 9 mm 𝑟𝑦 = 62.9 mm
𝑡𝑤 = 14 mm A = 9218 𝑚𝑚2
r = 16 mm L = 6000 mm
K = 0.65
𝑁𝑢 balok yang terjadi pada rangka = 0.17 KN (berdasarkan analisa SAP 2000)
𝑀𝑢 balok yang terjadi pada rangka = 7.56 KN.m (berdasarkan analisa SAP 2000)
𝜆𝑦 = 𝑘𝑟 .𝑙
𝑦
= 0.6562.9
. 6000
= 62.00
𝑓
𝜆𝑐𝑦 = 𝜋𝜆 √ 𝐸𝑦
1,43
W=
1,6−( 0,67∗ 𝜆𝑐𝑦 )
1,43
= 1,6−( 0,67∗0.698 )
= 1.263
𝑓𝑦
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔 𝑤
250
= 921800 1.263
= 182466385.63 N
= 182466.39 KN
Ø 𝑁𝑛 = 0,85 * 𝑁𝑛
= 0,85 * 182466.39
= 155096.43 KN
0.17
< 0,2
155096.43
250 250
<
28 15.81
250 665
<
9 15.81
ℎ
λ = 𝑡𝑤
𝐻−2 ( 𝑡𝑓 +𝑟 )
= 𝑡𝑤
250−2 ( 14+16 )
= 9
= 21,111
500 𝑁𝑢
𝜆𝑝 = ( 2,33 - )
(𝑓𝑦 )0,5 ø𝑏 𝑁𝑛
500 0.17
= 15.81
( 2,33 -
127689.55
) = 73.68
λ < 𝜆𝑝
21.11 < 73.68 ................ Penampang Kompak
Perbesaran Momen
𝑘 .𝑙 6000
= = 56,604
𝑟𝑥 106
𝜋 . 𝐸 .𝐴𝑔
𝑁𝑒𝑙 =
1353.69
3,14 . 200000 .921800
=
1353.69
= 427640534.8 N
= 427640.54 KN
𝑐𝑚
𝜎𝑏 = 𝑁𝑢 Ket : 𝑐𝑚 = 1
1−
𝑁𝑒𝑙
= 1,000
1
𝑧𝑥 = b. 𝑡𝑓 [ d - 𝑡𝑓 ] + 4 . 𝑡𝑤 [ d - 𝑡𝑓 ] ^2
𝑀𝑛 = 𝑍𝑥 * 𝑓𝑦
= 951316 * 250
= 237829000 N . mm
= 237.83 KN . m
𝑀𝑢 ′ = 𝜎𝑏∗ 𝑀𝑢𝑛
= 1,00 * 7.56
= 7.56 KN.m
Maka,
𝑁𝑢 𝑀𝑢 ′
+ < 1
z .Ø 𝑁𝑛 ø𝑏 𝑀𝑛
0.17 7.56
951316 . 0,8 . 141877.28
+ 0,9 . 237.83
<1
𝑓𝑢 = 410 Mpa
𝑓𝑦 = 250 Mpa
E = 200000
G = 80000 Mpa
M = 0,3
H = 250 mm h = 190
B = 250 mm 𝑟𝑥 = 106 mm
𝑡𝑓 = 9 mm 𝑟𝑦 = 62,9 mm
𝑡𝑤 = 14 mm A = 9218 𝑚𝑚2
r = 16 mm L = 6000 mm
K = 0.65
𝑀𝑢 balok yang terjadi pada rangka = 7.56 KN.m (berdasarkan SAP 2000)
𝑘 .𝑙
𝜆𝑦 =
𝑟𝑦
0.65 . 6000
=
62.9
= 62.00
𝑦𝜆 𝑓
𝜆𝑐𝑦 = 𝜋 √ 𝐸
62 250
= √
3,14 2000000
1,43
= 1,6−( 0,67∗0,7 )
= 1.26
250
= 921800
1.26
= 182466385.63 N
= 182466.39 KN
Ø 𝑁𝑛 = 0,85 * 𝑁𝑛
= 0,85 * 182466.39
= 155096.43 KN
𝑁𝑢
< 0,2
Ø 𝑁𝑛
0.17
< 0,2
155096.43
250 250
<
28 15.81
250 665
<
9 15.81
ℎ
λ= 𝑡𝑤
𝐻−2 ( 𝑡𝑓 +𝑟 )
= 𝑡𝑤
250−2 ( 14+16 )
= 9
= 21.111
500 𝑁𝑢
𝜆𝑝 = (𝑓 0,5 ( 2,33 - ø )
𝑦) 𝑏 𝑁𝑛
500 0.17
= ( 2,33 - 127689.55 )
15.81
= 73.68
λ < 𝜆𝑝
21.11 < 75.68 ................ Penampang Kompak
Perbesaran Momen
𝑘 .𝑙 0.65∗ 6000
= = 36.79
𝑟𝑥 106
𝜋 . 𝐸 .𝐴𝑔
𝑁𝑒𝑙 = 1353.69
3,14 . 200000 .921800
=
1353.69
= 427640534.8 N
= 427640.54 KN
𝑐𝑚
𝜎𝑏 = 𝑁 Ket : 𝑐𝑚 = 1
1− 𝑢
𝑁 𝑒𝑙
1
= 0.17
1−
427640.54
= 1,00
1
𝑧𝑥 = b. 𝑡𝑓 [ d - 𝑡𝑓 ] + 4 . 𝑡𝑤 [ d - 𝑡𝑓 ] ^2
1
= 250 . 14 [ 250-14 ] + 4 . 10 [ 250-14 ] ^2
= 951316
𝑀𝑛 = 𝑍𝑥 * 𝑓𝑦
= 951316 * 250
= 237829000 N . mm
= 237.83 KN . m
𝑀𝑢 ′ = 𝜎𝑏∗ 𝑀𝑢𝑛
= 1,000 * 7.56
= 7.56 KN.m
Maka,
𝑁𝑢 𝑀𝑢 ′
𝑧 .Ø 𝑁𝑛
+ ø𝑏 𝑀𝑛
< 1
0.17 7.56
951316 . 0,8 . 141877.28
+ 0,9 . 237.83 <1
c. Perencanaan Kolom
𝑓𝑢 = 410 Mpa
𝑓𝑦 = 250 Mpa
E = 200000
G = 80000 Mpa
M = 0,3
Data profil
H = 300 mm h = 234
B = 300 mm 𝑟𝑥 = 131 mm
𝑡𝑓 = 10 mm 𝑟𝑦 = 75,1 mm
𝑡𝑤 = 15 mm A = 11980 𝑚𝑚2
r = 18 mm L = 5500 mm
𝑀𝑢 balok yang terjadi pada rangka = 24.11 KN.m (berdasarkan SAP 2000)
𝑘 .𝑙
𝜆𝑦 = 𝑟𝑦
0.65∗5500
=
75.1
= 47.60
𝜆 𝑓𝑦
𝜆𝑐𝑦 = 𝜋 √𝐸
47.60 250
= √
3,14 2000000
1.43
= 1.6−( 0.67∗0.54 )
= 1.15
𝑓𝑦
𝑁𝑛 = 𝐴𝑔 𝑤
250
= 1198000 1.15
= 259891176.75 N
= 259891.18 KN
Ø 𝑁𝑛 = 0,85 * 𝑁𝑛
= 0,85 * 259891.18
310.34
< 0,2
220907.5
300 250
<
30 15.81
300 665
<
10 15.81
ℎ
λ = 𝑡𝑤
𝐻−2 ( 𝑡𝑓 +𝑟 )
= 𝑡𝑤
300−2 ( 15+18 )
= 10
= 23,4
500 𝑁𝑢
𝜆𝑝 = (𝑓 0,5 ( 2,33 - ø )
𝑦) 𝑏 𝑁𝑛
𝜆 < 𝜆𝑝
23,4 < 75.64................ Penampang Kompak
Perbesaran Momen
𝑘 .𝑙 0.65∗ 5500
= = 27.29
𝑟𝑥 131
𝜋 . 𝐸 .𝐴𝑔
𝑁𝑒𝑙 = 744.75
3,14 . 200000 . 1198000
= 744.75
= 1010199062 N
= 1010199.06 KN
𝑐𝑚
𝜎𝑏 = 𝑁 Ket : 𝑐𝑚 = 1
1− 𝑁 𝑢
𝑒𝑙
1
= 310.34
1− 1010199.06
= 1,00
1
𝑧𝑥 = b. 𝑡𝑓 [ d - 𝑡𝑓 ] + 4 . 𝑡𝑤 [ d - 𝑡𝑓 ] ^2
𝑀𝑛 = 𝑍𝑥 * 𝑓𝑦
= 1485562.5 * 250
= 371390625 N . mm
= 371.39 KN . m
𝑀𝑢 ′ = 𝜎𝑏∗ 𝑀𝑢𝑛
= 1,026 * 24.11
= 24.12 KN.m
𝑁𝑢 𝑀𝑢 ′
z .Ø 𝑁𝑛
+ < 1
ø𝑏 𝑀𝑛
310.34 24.12
+ 0,9 . <1
1485562.5 .0,8 . 250949.69 371.39
6. 1. 4. Perencanaan Gording
𝑀𝑢𝑥 = 122.4 Kg . mm (berdasarkan SAP 2000)
= 1200.74 N . mm
= 321.77 N . mm
Data Profil
𝐵𝑓 = 75 mm 𝐼𝑦 = 137 𝑚𝑚4
C = 7 mm 𝑍𝑥 = 154000 𝑚𝑚3
Cek penampang
𝑏𝑓 75
= = 0,417
𝑑 180
𝑏𝑓
n = 0,4 + 𝑑
= 0,4 + 0,4167
= 0,82
1∗ 1200.74 1∗ 321.77
( 0,9 ∗ )0,9 + ( 0,9 ∗ )0.8 < 1
38500000 6380000
6. 1. 5. Sambungan Las
Buhul 1
A1
Ø . Tn = 359882.95 N
tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 1184 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
359882.95
= 1272.6
= 282.79 mm
𝐿𝑥 < keliling
C1
Ø 𝑇𝑛 = 296288.64 N
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 1184 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
296288.64
= 1272.6
= 232.82 mm
𝐿𝑥 < keliling
Buhul 2
B1
Ø 𝑇𝑛 = 68319.32 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
68319.32
= 1272.6
= 53.69 mm
𝐿𝑥 < keliling
Ø 𝑇𝑛 = 273677.83 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling =544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
273677.83
= 1272.6
= 215.05 mm
𝐿𝑥 < keliling
Buhul 3
B3
Ø 𝑇𝑛 = 219745.55 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling =544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
219745.55
= 1272.6
= 172.67 mm
𝐿𝑥 < keliling
B4
Ø 𝑇𝑛 = 134250.28 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
134250.28
= 1272.6
= 105.49 mm
𝐿𝑥 < keliling
B5
Ø 𝑇𝑛 = 81483.21 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
81483.21
= 1272.6
= 64.03 mm
𝐿𝑥 < keliling
Ø 𝑇𝑛 = 137224.81 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
137224.81
= 1272.6
= 107.83 mm
𝐿𝑥 < keliling
Buhul 5
B7
Ø 𝑇𝑛 = 219745.55 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
219745.55
= 1272.6
= 172.67 mm
𝐿𝑥 < keliling
B8
Ø 𝑇𝑛 = 273677.83 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
273677.83
= 1272.6
= 215.05 mm
𝐿𝑥 < keliling
B9
Ø 𝑇𝑛 = 68319.32 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 544 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
Panjang Las
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
68319.32
= 1272.6
= 53.69 mm
𝐿𝑥 < keliling
Ø 𝑇𝑛 = 361097.5 N
Tebal plat = 12 mm
𝑓𝑢 = 410 Mpa
Keliling = 1455 mm
Ukuran Las
Maks = 12 – 1,6
= 10,4 mm
Min = 5 mm
𝑡𝑒 = 0,707 * a
= 0,707 * 10
= 7,07 mm
Kuat Rencana
= 1272,6 𝑁⁄𝑚
Kuat Runtuh
Ø 𝑅𝑛 = ø t 0,6 𝑓𝑢
= 2214 𝑁⁄𝑚
ø𝑇
𝐿𝑤 = ø𝑅 𝑛
𝑛𝑤
361097.5
= 1272.6
= 283.75 mm
𝐿𝑥 < keliling
Ss = 0.435 g
b. Peta respons spektra yang ditetapkan berdasarkan S1 (Percepatan batuan dasar
pada perioda pendek 1.0 detik).
S1 = 0.273 g
2. Kelas Situs
Kategori Resiko
Nilai SDs
I atau II atau III IV
SDs < 0.167 A A
0.167 ≤ SDs < 0.33 B C
0.33 ≤ SDs < 0.5 C D
0.5 ≤ SDs D D
Kategori Resiko
Nilai SD1
I atau II atau III IV
SD1 < 0.167 A A
0.067 ≤ SD1 < 0.133 B C
0.133 ≤ SD1 < 0.2 C D
0.2 ≤ SD1 D D
Berdasarkan Tabel 7.6 kategori desain seismik untuk fungsi bangunan industri
adalah kategori resiko II.
5. Menentukan Nilai Faktor Keutamaan Gempa
Nilai faktor keutamaan gempa dapat ditentukan dengan menggunakan tabel
7.7, yaitu hubungan antara kategori resiko gempa dengan nilai faktor keutamaan
gempa suatu wilayah.
Dari tabel 4.28. didapatkan nilai faktor keutamaan gempa untuk wilayah
Pekanbaru dengan nilai kategori resiko gempa II dan fungsi gedung untuk bangunan
industri adalah 1.
6. Rangka Pemikul Momen Khusus pada Struktur dengan Kategori Desain Seismik C.
Tabel 7.8 Faktor R, Cd, dan Ωo untuk Penahan Gaya Gempa
Dari table 7.8 faktor R, Ωo, Cd, rangka beton bertulang pemikul momen khusus
didapatkan data sebagai berikut:
R = 8.0
Ωo = 3.0
Cd = 5.5
7. Menghitung nilai priode fundamental perkiraan (Ta)
Ta = 0.10 x N
= 0.10 x 3
= 0.3
0.553
= 8 c. V = Cs x Wt
1.
𝑊𝑥𝑖 . ℎ𝑥𝑖 𝑘
= 0.069 d. CVi = Ʃ𝑊𝑥𝑖 .ℎ𝑥𝑖 𝑘
e. Fi = CVi x V x ρ
Spektra Percepatan
0.600
0.500
0.400
SA
0.300
0.200
0.100
0.000
0 1 2 3 4 5 6
Perioda ( T )
8.1 Kesimpulan
8.2 Saran