Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang Pemanfaatan
Hasil Tes Untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran.

Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Aulia Ajijah
selaku Tutor mata kuliah Pembelajaran Matematika SD.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.

Demikian makalah ini dibuat. Semoga makalah “Bilangan Bulat” ini bisa memberikan
manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Banjarmasin, 16 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2


Kegiatan Belajar 1 ................................................................................................... 2
Konsep Mengenalkan Operasi Hitung Pada Sistem Bilangan Bulat ............... 4
Sifat –Sifat Operasi Hitung Penjumlahan pada Bilangan Bulat ...................... 9
Sifat –Sifat Operasi Hitung Pengurangan pada Bilangan Bulat ...................... 10
Ragam Permasalahan dalam Pembelajaran Bilangan Bulat di SD ................. 11
Kegiatan Belajar 2................................................................................................... 11
Operasi Hitung Perkalian pada Bilangan Bulat dalam Tahap Pengenalan
Konsep secara Konkret .................................................................................... 11
Sifat-Sifat Perkalian pada Bilangan Bulat ....................................................... 13
Operasi Pembagian Bilangan Bulat ................................................................. 13
Persamaan dan Pertidaksamaan dengan Satu Peubah ...................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16


Kesimpulan ............................................................................................................. 16
Saran ........................................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang kebanyakan tidak


disukai oleh siswa. Konsep-konsep matematika merupakan konsep yang abstrak,
sementara pola piker siswa SD (Sekolah Dasar), menurut Piaget masih pada tahap
operasi konkret. Siswa Perlu diupayakan untuk memahami matematika sesuai dengan
tingkat perkembangan mentalnya sehingga dalam proses abstraksi siswa masih perlu
dibantu dengan media lain.

Bilangan bulat merupakan salah satu materi pembelajaran matematika di SD.


Bilangan bulat termasuk materi yang sulit untuk dipahami siswa karena konsepnya
yang abstrak, sehingga perlu adanya strategi penyampaian materi bilangan bulat
kepada siswa dengan menggunakan media dan pendekatan (konkret sampai abstrak)
yang sesuai.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menanamkan bilangan bulat secara tepat?
2. Bagaimana memilih media yang sesuai dengan tahap pengenalan konsep?
3. Bagaimana menggunakan media atau peragaan yang tepat untuk menyampaikan
konsep-konsep operasi hitung pada bilangan bulat ?
4. Bagaimana melakukan abstraksi terhadap konsep-konsep bilangan bulat?
5. Bagaimana menentukan sifat-sifat dasar operasi hitung bilangan bulat?
6. Bagaimana melakukan proses pembelajaran bilangan bulat yang sesuai dengan
tahap perkembangan mental berpikir anak dengan strategi yang tepat?
7. Apa saja ragam masalah yang mungkin dialami guru siswa dalam pembelajaran
bilangan bulat?
8. Bagaimana menyelesaikan sistem persamaan dan pertidaksamaan dengan satu
peubah yang merupakan himpunan bilangan bulat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1
Pembelajaran Materi Bilangan Bulat di SD serta Ragam Permasalahannya

Pembahasan bilangan bulat (integers) tidak bias dipisahkan dari uraian tentang
bilangan asli (natural/Counting Numbers). Jadi sebelum membahas bilangan bulat, akan di
disinggung terlebih dahulu tentang pembentukan bilangan bulat dari proses operasi hitung
pada bilangan asli. Seperti kita ketahui bahwa bilangan asli terjadi dengan sendirinya atau
alamiah. Karena sejak kecil secara tidak langsung kita sudah di ajarkan oleh orang tua kita
tentang bilangan asli yaitu pada saat belajar mengenal bilangan. Kita dikenalkan dengan
bilangan 1 , 2 , 3 , 4 ,… menggunakan jari kita bilangan – bilangan yang dikenalkan tersebut
adalah merupakan anggota bilangan asli.

Selanjutnya kita akan kaji pembentukan bilangan bulat dengan memperluas


himpunan bilangan asli.

coba perhatikan soal dibawah ini !

Soal 1

1 + 2 = 3
Kita tahu bilangan 1 , 2 , dan 3 adalah bilangan asli

Kesimpulannya :
hasil dari penjumlahan 2 bilangan asli akan menghasilkan bilangan asli

Soal 2

5 + ...=2
Bagaimana cara penyelesaian pada soal di atas ? Apakah kalimat di atas selalu dapat
dilengkapi dengan bilangan asli ?

2
Bandingkan 2 soal di bawah ini !

“ a + . . . = b” 1 + ...= 3 “ a + . . . = b” 5 + ...=2

Jika a = 1 dan b = 3 jika a = 5 dan b = 2

maka a < b maka a > b

penyelesaiannya : penyelesaiannya :

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 dengan menggunakan garis bilangan kita


kenalkan kepada siswa bahwa pada garis
Cara membaca garis bilangan di atas :
bilangan tersusun atas bilangan bulat positif dan
negatif
Dari bilangan o menghadap kea rah kanan maju (
1 bernilai positif ) 1 langkah kemudian
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
diteruskan (operasi penjumlahan ) sampai
menuju bilanga 3, maka dengan garis bantu, Cara membaca garis bilangan di atas adalah dari
hitung berapa langkah menuju bilangan tiga ? nol jika ke kanan maka bilangan tersebut
setelah dihitung anak panah menuju kea rah terus bernilai positif jika kea rah kiri atau bilangan
sehingga bernilai positif 2. tersebut berada disebelah kiri nol maka bilangan
tersebut bernilai negatif
Maka :
Maka :
Penyelesaian soal di atas adalah
Untuk penyelesaian soal di atas dari nol maju
1+2=3
lima langkah ke kanan karena 5 bernilai positif,
kemudian karena hasil yang didapat adalah 2
maka dari bilangan 5 dengan garis bantu panah
yg tetap mengarah ke kanan karena operasinya
adalah penjumlahan, hasil operasi penjumlahan
soal diatas adalah bilangan 2 maka anak panah
bantuan kita tarik sampai pangkalnya menempati

3
bilangan 2, karena arah anak panah adalah
mundur maka bilangan yang dicari bernilai
negatif kemudian hitung berapa langkah anak
panah mundur dari posisi awalnya, setelah
dihitung di dapat 3 langkah mundur maka
bilangan yang dicari adalah bilangan ( – 3 ).
Maka 5 + ( – 3 ) = 2

Maka kesimpulan dari dua soal diatas adalah hasil dari operasi penjumlahan atau
pengurangan tidak selalu hasil akhirnya bilangan asli terbukti pada

soal 1 soal 2

1 + 2 = 3 5 + ( -3 ) = 2
Bilangan asli Bilangan Bulat Negatif

Dalam Kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar pernyataan-pernyataan berikut:


1. hutang 50 rupiah
2. 150 meter di bawah permukaan laut
3. rugi sebesar Rp. 100,00
Pernyataan di atas merupakan bentuk aplikasi bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.
Hutang 50 rupiah menyatakan -50; 150 meter di bawah permukaan laut menyatakan -150;
rugi sebesar Rp.100,00 menyatakan -100.

Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar perlu dijelaskan bahwa


keberadaan bilangan negatif memang perlu, misalkan untuk mengetahui kedalaman laut,
pengukuran suhu, dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan bilangan bulat.

A. KONSEP MENGENALKAN OPERASI HITUNG


PADA SISTEM BILANGAN BULAT

Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada bilangan bulat dapat dilakukan dengan 3
tahap, yaitu :

1. Tahap Pengenalan Konsep Secara Konkret

4
Bilangan bulat mulai dikenalkan pada siswa sekolah dasar kelas 5, dalam
kaitan mengenalkan bilangan bulat pada siswa harus disesuaikan dengan
perkembangan mental anak yaitu pada tahap pengenalan awal siswa di berikan
penjelasan dan penanaman konsep operasi hitung dalam hal ini penjumlahan dan
pengurangan secara konkret yang kemudian dikembangkan menuju pemahaman yang
abstrak.

Tahap pengenalan konsep model pertama yang digunakan adalah pendekatan


himpunan, sedangkan alat peraga yang dipakai adalah manik-manik. Pada konsep
himpunan, terdapat langkah menggabungkan dan memisahkan dua himpunan yang
dalam hal ini anggotanya berupa manik-manik. Bentuk alat ini berupa bulatan-bulatan
setengah lingkaran yang apabila sisi diameternya digabungkan akan membentuk
lingkaran penuh. Alat ini dapat dibuat dalam dua warna, satu warna menandakan
bilangan positif, sedangkan warna lainnya menandakan bilangan negatif.

Alat peraga manik-manik positif dan manik-manik negatif, bilangan nol


diwakili oleh dua buah manik-manik dengan warna berbeda yang dihimpitkan
diameternya sehingga membentuk lingkaran penuh dalam dua warna. Manik-manik
berbentuk netral ini digunakan pada saat kita akam melakukan operasi pengurangan a
b dengan b > a atau b < 0. Selanjutnya, ketika menggunakan alat peraga ini harus
memperhatikan beberapa prinsip kerja seperti yang akan dijelaskan berikut ini. Dalam
operasi hitung, proses penggabungan dalam konsep himpunan diartikan sebagai
penjumlahan, sedangkan proses pemisahan dapat diartikan sebagai pengurangan.

Contoh :

Netral = 0 Sisi Negatif sisi Positif

Contoh penggunaan peraga pada soal

Soal 1

5 + ( -3 ) = ….

5
Langkah
1. Ambil 5 bagian koin sisi
positif 5 Koin positif

1. Ambil 3 bagian negatif


3 Koin negative
1. Kemudian
t gabungkan
sisi positif dan negatif
a 3 koin netral / bernilai 0
menjadi sebuah lingkaran
n
1. Setelah terbentuk
lingkaran penuh ternyata
M ada sisa bagian positif 2 2 koin positif
buah
e
m
Kesimpulan :
Dari model peraga di atas disimpulkan bahwa operasi hitung
5 + ( -3 ) = 2 bernilai positif hal itu karena dari model peraga koin setelah setiap
sisi positif dan negatif disatukan menjadi koin netral di dapatkan sisa 2 koin bernilai
positif.

Selain alat peraga manik-manik di atas, terdapat alat peraga lain yang dapat
dijadikan media untuk menjelaskan operasi hitung pada bilangan bulat, yaitu: tangga
garis bilangan, pita garis bilangan, dan balok garis bilangan. Ketiga alat tersebut
merupakan alat yang biasa digunakan untuk mengenalkan atau melakukan operasi
hitung dasar pada sistem bilangan bulat. Penerapannya dapat disesuaikan dengan
kondisi kelas. Dapat diperankan oleh siswa dengan melakukan lomcatan-loncatan
maju atau mundur, mengahadp ke kiri atau ke kanan sesuai dengan bilangan yang
akan dioperasikan.

Pita garis bilangan adalah alat bantu yang terbuat dari karton yang dalam
penggunaannya memiliki prinsip kerja yang sama dengan tangga garis bilangan. Jika
pada tangga garis bilangan model peraga berupa siswa sendiri, maka dalam pita garis
bilangan peran siswa dapat digantikan oleh orang-orangan atau mobil-mobilan yang
terbuat dari karton juga atau miniatur orang-orangan dan mobil-mobilan.

6
Balok garis bilangan merupakan bentuk modifikasi dari tangga garis bilangan
maupun pita garis bilangan dengan pertimbangan bahwa alat ini lebih memenuhi
kriteria atau syarat pengadaan alat peraga (lebih kuat dan tahan lama). Model yang
digunakan untuk melakukan peragaan berupa wayang-wayangan (orang-orangan
ataupun mobilmobilan) Ketiga alat peraga tersebut prinsip kerjanya berpedoman pada
hukum kekekalan panjang, bahwa panjang keseluruhan sama dengan panjang masing-
masing bagian-bagiannya.

Seperti halnya alat peraga manik-manik, pada saat menggunakan alat peraga
balok garis bilangan harus pula memperhatikan prinsip kerja alat ini. Prinsip kerja
adalah sebagai berikut: 1). Posisi awal model harus berada pada skala nol. 2). Jika
bilangan pertama bertanda positif, maka sisi muka model menghadap ke bilangan
positif, kemudian melangkahkan model tersebut ke arah yang sesuai dengan besarnya
bilangan pertama tersebut. Proses yang sama dilakukan apabila bilangan pertamanya
bertanda negatif. 3). Jika model dilangkahkan maju, dalam prinsip operasi hitung
istilah maju diartikan sebagai tambah (+), sedangkan jika model dilangkahkan
mundur, istilah mundur diartikan sebagai kurang (-). 4). Gerakan maju atau
mundurnya model tergantung dari bilangan penambah dan pengurangnya. Untuk
gerakan maju, jika bilangan penambahnya merupakan bilangan positif, dan sebaliknya
jika bilangan penambahnya merupakan bilangan negatif, maka model bergerak maju
ke arah bilangan negatif. Untuk gerakan mundur, apabila bilangan pengurangnya
merupakan bilangan positif maka model bergerak mundur dengan sisimuka model
menghadap ke bilangan positif, dan sebaliknya apabila bilangan pengurangnya
merupakan bilangan negatif, maka model bergerak mundur dengan sisi muka model
menghadap ke bilangan negatif.

2. Tahap Pengenalan Konsep Secara Semi Konkret Atau Semi Abstrak

Pada tahap ini, pengerjaan operasi hitung pada bilangan bulat diarahkan
kepada bagaimana “menggunakan garis bilangan”. Cara kerja pada garis bilangan
pada prinsipnya sama dengan cara kerja pada balok, tangga, atau pita garis bilangan.
Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan prinsip-prinsip kerja penggunaan garis
bilangan berikut ini agar tidak mengalami kesulitan dalam memperagakan di hadapan
siswa.

7
a. Setiap akan melakukan peragaan, posisi awal model harus selalu dimulai dari
bilangan atau skala 0 (nol).

b. Jika bilangan pertama bertanda positif, maka ujung anak panah di arahkan ke
bilangan positif dan bergerak maju dengan skala yang besarnya sama dengan bilangan
pertama, sedangkan pangkal anak panahnya mengarah pada bilangan negatif.
Sebaliknya, jika bilangan pertama bertanda negatif, maka ujung anak panah diarahkan
ke bilangan negatif dan gerakkan dengan skala besarnya sama dengan bilangan
pertama. Sedangkan pangkal anak panah mengarah ke bilangan positif.

c. Jika anak panah dilangkahkan maju, maka dalam prinsip operasi hitung, diartikan
sebagai penjumlahan. Sebaliknya, jika anak panah dilangkahkan mundur diartikan
sebagai pengurangan. Namun demikian, gerakan maju atau mundurnya anak panah
tergantung pada bilangan penambah atau pengurangnya. Untuk gerakan maju: apabila
bilangan penambahnya merupakan bilangan positif, maka gerakan maju anak panah
harus ke arah bilangan positif.sebaliknya, apabila bilangan penabahnya merupakan
bilangan negatif, maka gerakkan maju anak panah juga harus ke arah bilangan negatif.
Untuk gerakan mundur: apabila bilangan pengurangnya merupakan bilangan positif,
maka anak panah akan mundur dengan unung anak panahnya menghadap ke bilangan
positif. Sebaliknya apabila bilangan pengurangnya merupakan bilangan negatif, maka
anak panah akan mundur dengan ujung anak panahnya menghadap ke bilangan
negatif. Dalam penjumlahan, hasil akhir dilihat dari posisi akhir ujung anak panah,
sedangkan pada pengurangan, hasil akhir dilihat dari posisi akhir pangkal anak panah.

3. Tahap Pengenalan Konsep Secara Abstrak

Pada pengenalan konsep secara konkret dan semi konkret mempunyai


keterbatasan yaitu jika operasi hitung menjangkau bilangan yang cukup besar maka
akan mengalami hambatan dalam membuat garis bilangan, maka melalui proses
abstrak kita mulai mengenalkan konsep ke siswa cara atau tahapan penyelesaian tanpa
menggunakan alat bantu.

8
Tahapan – tahapan :
1. Mengenalkan bahwa hasil
dari operasi hitung bilangan
bulat positif dengan positif ( + ) + ( + ) = ( + ) 2 + 5 = 7
akan menghasilkan
bilangan positif
1. Jumlah bilangan bulat
positif dengan bilangan
bulat negatif hasilnya dapat
( + ) + ( – ) = ( + )2 + ( -5 ) = – 3-
berupa bulat positif atau
/ ( – ) 2 + 5 = 3
bilangan bulat negatif
tergantung dari bilangan –
bilangan yang dijumlahkan
1. Jumlah dua bilangan bulat
negatif dengan bilangan
( – ) + ( – ) = ( – ) -2 + ( – 2 ) = – 4
bulat negatif hasilnya
adalah negative

B. SIFAT –SIFAT OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA BILANGAN BULAT

1. Sifat Tertutup
Maksud dari sifat tertutup adalah apabila kita menjumlahkan dua bilangan
bulat maka hasilnya adalah bilangan bulat atau himpunan dari bilangan bulat.
Contoh :
1 + 3 = 4 menghasilkan bilangan bulat yaitu 4 dan – 2
1 + ( -3 ) = -2

2. Sifat Pertukaran ( Komutatif )


Pada sifat komutatif berlaku ketentuan a+b =b +a
Contoh :
5 + 3 = 3 +5
8 = 8

9
3. Sifat Pengelompokan ( Asosiatif )
Pada sifat asosiatif berlaku ketentuan ( a + b ) + c = a + (b + c )
Contoh :
(1 + 2 )+3 = 1 + ( 2 + 3)
3 + 3= 1 + 5
6= 6

4. Sifat Bilangan Nol ( Unsur Identitas )


Unsur identitas adalah apabila suatu bilangan di jumlahkan dengan bilangan
tersebut maka hasilnya tidak berunah atau bilangan itu sendiri. a + 0 = a
Contoh :
-3 + 0 = -3
0 +5 = 5

5. Sifat Invers Penjumlahan ( Lawan Suatu Bilangan )


a invers nya – a
-a inversnya a
Berlaku ketentuan a + (-a ) = 0 ( -a ) + a = 0

C. SIFAT –SIFAT OPERASI HITUNG PENGURANGAN PADA BILANGAN BULAT

1. Sifat Tertutup
Maksud dari sifat tertutup adalah apabila kita mengurangkan dua bilangan
bulat maka hasilnya adalah bilangan bulat atau himpunan dari bilangan bulat.
Contoh :
4– 2 = 2 hasilnya adalah bilangan bulat 2 dan – 2
1 – 4 = -2

2. Sifat Bilangan Nol ( Unsur Identitas )


Unsur identitas adalah apabila suatu bilangan di jumlahkan dengan bilangan
tersebut maka hasilnya tidak berunah atau bilangan itu sendiri.
a – 0 = a ; 0 –a = -a

10
Contoh :
-3 – 0 = -3
0 –5 =–5

D. RAGAM PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN


BILANGAN BULAT DI SD

1. Penggunaan Garis Bilangan yang Prinsipnya Tidak Konsisten


2. Salah penafsiran bentuk a + ( – b ) sebagai a – b atau bentuk a – ( – b ) sebagai
bentuk a + b
3. Tidak dapat membedakan tanda – atau + sebagai operasi hitung dengan tanda – atau +
sebagai jenis suatu bilangan.
4. Kurang tepat memberikan pengertian bilangan bulat
5. Sulitnya memberi penjelasan bagaimana melakukan operasi hitung pada bilangan
bulat secara konkret maupun secara abstrak ( tanpa menggunakan alat bantu ).

KEGIATAN BELAJAR 2
Perkalian dan Pembagian Pada Bilangan Bulat serta Sistem Persamaan Linear

Pada Kegiatan belajar 2 akan dibahas tentang materi pengayaan tentang operasi
hitung bilangan bulat dengan tujuan pada saat mengajarkan ke siswa guru lebih mempunyai
bekal wawasan yang cukup dalam penyampaian konsep.

A. OPERASI HITUNG PERKALIAN PADA BILANGAN BULAT DALAM TAHAP


PENGENALAN KONSEP SECARA KONKRET

Sebelum membahas tentang operasi perkalian bilangan bulat mari terlebih dahulu
memahami konsep perkalian.
Contoh:
3x4 diartikan dengan 4+4+4 = 12
4x3 diartikan dengan 3 + 3 +3 + 3 = 12

11
Maka dari contoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa operasi perkalian pada suatu
bilangan dapat diartikan dengan penjumlahan berulang.
a x b = b + b + b + …sebanyak a kali

Dengan konsep tersebut guru dapat menjelaskan konsep perkalian bilangan bulat kepada
siswa dengan peraga perkalian bilangan bulat berupa balok garis.
Contoh :
1) a x b dengan a > 0 dan b > 0
3x2=
Cara :

1. Tempatkan model pada posisi bilangan 0 dan menghadap ke bilangan positif


2. Maju sebanyak 3 langkah setiap langkah 2 loncatan
3. Maka kedudukan akhir model menunjukkan hasil dari perkalian 3 x 2 = 6

2) a x b dengan a > 0 dan b < 0


3 x (-2 ) =
Cara :

1. tempatkan model pada posisi bilangan 0 menghadap ke bilangan negative ( karena


penjumlahannya bilangan –2)
2. model maju 3 langkah, setiap langkah loncat 2
3. maka model di akhir menunjukkan pada posisi negative 6, jadi 3 x ( -2 ) = -6

3) a x b dengan a <0 dan b > 0


-3 x 2 =
Cara :

1. Tempatkan model pada posisi bilangan 0 menghadap ke bilangan positif ( karena 2


adalah positif )
2. Model mundur 3 langkah ( karena 3 bernilai negative ) setiap langkah 2 kali loncatan.
3. Maka hasil dari perkalian -3 x 2 = -6

12
4) a x b dengan a < 0 dan b < 0
-3 x -2 =
Cara :

1. Tempatkan model pada posisi bilangan 0 menghadap arah bilangan negative


2. Model mundur 3 langkah tiap langkah 2 kali loncatan.
3. Maka hasil dari perkalian -3 x -2 = 6

B. SIFAT-SIFAT PERKALIAN PADA BILANGAN BULAT

Secara umum pada operasi perkalian dalam himpunan bilangan bulat memenuhi sifat :
1. Tertutup;
2. Komutatif (Pertukaran);
3. Asosiatif ( Pengelompokkan);
4. Memiliki unsur identitas perkalian yaitu 1;
5. Distributif perkalian terhadap penjumlahan dan distributif perkalian terhadap
pengurangan

C. OPERASI PEMBAGIAN BILANGAN BULAT

1. Pengenalan konsep secara konkret


Dapat kita kenalkan dengan menggunakan balok garis bilangan
Ketentuan :
1. Untuk menunjukkan bilangan yang akan dibagi misal : a
2. Dengan skala bilangan pembaginya misal : b
3. Jika b >0 ( bilangan positif ) à posisi awal model menghadap ke bilangan
positif
4. Jika b < 0 ( bilangan negatif ) à posisi model menghadap ke bilangan
negatif
5. Bilangan yang merupakan hasil pembaginya ditentukan dari jumlah
langkah
6. Jenis bilangannya ditentukan oleh gerakan maju atau mundur model

13
Contoh :

-6 : 2 =

b > 0 à posisi awal model menghadap ke bilangan positif di skala 0


Untuk sampai pada bilangan -6 , model bergerak mundur 2 loncatan ( bilangan
pembaginya / b ) setiap 1 langkahnya 3 2 1
Hasil dari –6 : 2 = -3 , diperoleh dari menghitung jumlah langkah mundur
model yaitu 3 langkah mundur yang artinya bernilai negatif.

-6 : -2 =

b < 0 à posisi awal model menghadap ke bilangan negative di skala 0


untuk sampai ke bilangan -6 , model bergerak maju sebanyak 3 langkah
dengan 2 loncatan setiap langkah hasil dari -6 : -2 = 3, diperoleh dari
menghitung jumlah langkah maju model yaitu 3 langkah maju yang
menandakan bernilai positif.

D. PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN SATU PEUBAH

Untuk menyelesaikan persamaan linear dengan satu peubah dapat dilakukan


dengan menjadikan persamaan tersebut menjadi bentuk persamaan ekuivalen yang paling
sederhana.
( ekuivalen : persamaan – persamaan yang himpunan penyelesaiannya sama

Cara pengerjaan menyederhanakan :

1. Melakukan penambahan atau pengurangan pada kedua ruas persamaan dengan


bilangan yang sama.
2. Mengalikan atau membagi kedua ruas persamaan dengan bilangan yang sama dan
bukan nol.

14
Contoh :

x+3 =9
ó x + 3 + ( -3 ) = 9 + ( -3 ) kedua ruas ditambah ( -3 )
óx+0=6 sifat identitas penjumlahan
óx=6

HP : { 6 }

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk menyampaikan pengertian bilangan bulat, sebaiknya diawali dengan


penyampaian kasus-kasus dalam operasi hitung pada bilangan asli, agar anak dapat
mengerti kenapa harus ada bilangan bulat. Dalam penyampaiannya konsep operasi
hitung bilangan bulat, sebaiknya dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap pengenalan
konsep secara konkret , tahap pengenalan konsep secara semi konkret, dan tahap
pengenalan konsep secara abstrak.

Pada pengenalan konsep secara konkret sebaiknya diperkenalkan melalui alat


peraga, seperti balok garis bilangan dan manik-manik, ataupun alat peraga lain selama
prinsip kerjanya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pada tahap pengenalan
konsep secara semi konkret dapat mempergunakan garis bilangan. Sedangkan pada
tahap pengenalan konsep secara abstrak dapat dilakukan dengan memberikan contoh-
contoh soal yang berpola atau mempunyai keistimewaan-keistimewaan.

B. Saran

Bagi guru, pemanfaatan Pembelajaran bilangan bulat di SD ini dapat berguna


untuk peningkatan profesionalisme dalam proses penbelajaran di kelas. Dengan guru
yang semakin berkualitas dan profesional, maka dapat meningkatkan ketercapaian
siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran serta proses pembelajaran akan semakin
efektif.

Bagi mahasiswa calon guru sudah seharusnya dapat memahami,


menggunakan, dan memanfaatkan pembelajaran bilangan bulat di SD ini untuk
kemajuan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tempat bekerja nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Muhsetyo, Gatot, dkk. (2019). Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan :


Pusat Penerbitan: Universitas Terbuka.

17

Anda mungkin juga menyukai