PENDAHULUAN
Manusia mempunyai arti hidup secara layak jika ada diantara manusia
lainnya. Karena tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat,
seseorang tidak akan dapat menjalankan hidupnya dengan baik.
1
3. Untuk mengetahui eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi.
4. Untuk mengetahui dan lebih memahami tahapan eksistensi
manusia.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
Menurut Zainal Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti,
melainkan lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran,
tergantung pada kemampuan individu dalam mengaktualisasikan potensi-
potensinya.
2.2 Pembahasan
4
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat khas yang
dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat
yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia
hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik
maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar.Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah,
manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
Perwujudan manusia sebagai mahluk sosial terutama tampak dalam
kenyataan bahwa tak pernah ada manusia yang mampu hidup (lahir dan proses
dibesarkan) tanpa bantuan orang lain. Orang lain dimaksud paling sedikit adalah
orangtuanya, keluarganya sendiri.
Manusia sebagai mahluk sosial di samping berarti bahwa manusia hidup
bersama (germinschafts), maka sifat independensi dalam arti material ekonomis
demi kebutuhan kebutuhan biologis jasmaniah melainkan lebih mengandung
makna psikologis, yakni dorongan dorongan cinta di mana kebahagiaan tercetak
dalam kepuasan rohani.
Setiap individu harus rela mengorbankan sebagian dari hak
individualitasnya demi kepentingan bersama, karena kesadaran tersebut
merupakan syarat untuk hidup bersama.
Kehidupan sosial adalah suatu realita dimana individu tidak menonjolkan
identitasnya, melainkan sebaliknya kebersamaan ialah identitas, dengan sifat
pluralistis. Kehidupan social yang besar meliputi semua individu dengan berbagai
latar belakang status, minat, nilai-nilai dan sebagainya.
Realita sosial kebersamaan tidak hanya terbentuk oleh individu-individu
yang bertentangan dengan wujud sosialitas manusia. Melainkan individualitas
dalam perkembangan selanjutnya akan mencapai kesadaran sosialitasnya. Tiap
manusia sadar akan kebutuhan hidup bersama segera setelah masa kanak-kanak
5
yang egosentris berakhir.Sebaliknya, kesadaran manusia sebagai mahluk sosial
justru harus memberi rasa tanggung jawab untuk mengayomi individu yang lebih
“lemah” daripada wujud sosial yang “besar” dan “kuat". Kehidupan sosial
kebersamaan baik itu bentuk-bentuk non-formal (masyarakat) maupun dalam
bentuk bentuk formal (institusi/negara) dengan wibawanya wajib mengayomi
individu.
Asas sosial dalam kodrat manusia, seperti asas individualitas adalah
potensi potensi, yang baru menjadi realita karena kondisi kondisi tertentu. Ini
berarti bahwa pelaksanaan kesadaran sosial manusia hanya oleh kondisi itu
sendiri. Artinya, jika di dalam.hidup kebersamaan (sosial) itu individu kehilangan
individualitasnya (hak-hak asasi), maka potensi kesadaran sosial manusia menjadi
tidak maksimal. Dan jika ada pelaksanaannya tidak wajar, melainkan karena
otoritas, paksaan dari luar. Bukan didorong oleh hasrat dan motif pengabdian
yang alturis. Individualitas manusia dengan potensi-potensi subjek (prakarsa, rasa,
karsa, cipta, karya) takkan berkembang jika otoritas sosial justru tidak bersifat
menunjang realisasi tersebut.
Esensial manusia sebagai mahluk sosial merupakan kesadaran manusia
tentang siapa dan apa posisi dirinya dalam kehidupan bersama dan bagaimana
tanggungjawab serta kewajibannya dalam kebersamaan tersebut. .Adanya
kesadaraan interpedensi dan saling membutuhkan serta dorongan-dorongan untuk
mengabdi sesamanya adalah asas sosialitas.
Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial, karena faktor-faktor
berikut, yaitu:
1. manusia tunduk pada aturan, norma sosial
2. perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
3. manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
4. potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
6
2.2.3 Eksistensi Manusia sebagai Makhluk Individu
Manusia sebagai mahluk individu , dalam bahasa Indonesia dapat
diterjemahkan manusia sebagai mahluk pribadi. Sebagai makhluk individu yang
menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus
memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala
kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri
di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian,
perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-
potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Makin manusia sadar akan dirinya sendiri sesungguhnya manusia makin
sadar akan kesemestaan, karena posisi manusia adalah bagian yang tak
terpisahkan dari semesta. Antar hubungan dan interaksi pribadi itulah pula yang
melahirkan konsekuensi-konsekuensi seperti hak azasi dan kewajiban, norma-
normamoral,nilai-nilaisocial.Dengan demikian kesadaran manusia sebagai pribadi
merupakan kesadaran yang paling dalam.
Manusia sebagai individu memiliki hak azasi sebagai kodrat alami atau
sebagai anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi sebagai pribadi itu terutama hak
hidup, hak kemerdekaan dan hak milik. Dan karena manusia menyadari adanya
hak asasi itu pulalah manusia menyadari bahwa konsekunsi dari hal-hal tersebut
manusia mengembangkan kewajiban dan tangung jawab sosial dan tanggung
jawab moral. Dalam hubungan inilah hal status individualisme manusia
menduduki fungsi primer.
7
2.2.4 Tahap-Tahap Eksistensi Manusia
1.Tahap Estetis
2.Tahap Etis
Jiwa pada manusia etis sudah mulai terbentuk, sehingga hidupnya tidak
lagi tergantung pada masyarakat dan zamannya. Akar-akar kepribadian cukup
kuat dan tangguh. Akar kehidupannya ada di dalam dirinya sendiri, dan pedoman
hidupnya adalah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih tinggi.
8
3.Tahap Religius
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
https//idtesis.com
Darikompas.com
Ps//azenismail-wordpress-com
https//www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org
http://noorseha.wordpress.com/2012/10/17/eksistensi-manusia-di-muka-
bumi/
12