Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN


PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

Rahmadi Nur Prasetya


geo.rahmadi@gmail.com

Totok Gunawan
totokgunawan@yahoo.com

Abstract
Deforestoration and land degradation can be occur due to human or natural
disasters. Land degradation that more widespread needs special treatment, in order that the
land is not to be critical. This study purposed to : (1) assesing the accuracy of ALOS AVNIR-
2 imagery for land used for parameter mapping of critical land, (2) determine the level of
critical land based on the parameters of image interpretation based on ALOS AVNIR-2 with
remote sensing system and geographic information system, (3) mapping level of critical land
in each zoning in the study area. The method based on Forestry Department 167/V-SET/2004
by weigth of the weighted scoring. Parameters used for mapping of critical land levels are
land cover, slope, erosion hazard, productivity, land management, and the percentage of rock.
The result of the mapping of critical land levels in the Kokap and Pengasih region is not
critical land and critical potential of each area of 1948,81 ha and 323,1 ha, land rather
critical 8507,71 ha, critical 1924,86 ha and extremely critical 211,51 ha.

Key word : Remote sensing, Geography Information System, critical land, ALOS AVNIR-2
image.

Abstrak
Kerusakan hutan dan lahan dapat terjadi karena faktor manusia maupun bencana
alam. Kerusakan lahan yang semakin meluas perlu dilakukan penanganan khusus agar lahan
tidak menjadi kritis. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji tingkat ketelitian citra
ALOS AVNIR-2 untuk memperoleh parameter lahan yang digunakan untuk pemetaan lahan
kritis, (2) Menentukan tingkat lahan kritis berdasarkan parameter lahan dari interpretasi citra
ALOS AVNIR-2 didasarkan penginderaan jauh dengan bantuan sistem informasi geografis,
(3) Pemetaan zonasi tingkat lahan kritis disetiap kawasan di daerah penelitian. Metode yang
digunakan yaitu mengacu Departemen Kehutanan SK No. 167/V-SET/2004 dengan cara
skoring bobot tertimbang. Parameter yang digunakan yaitu penutup lahan, kemiringan lereng,
tingkat bahaya erosi, produktivitas, manajemen lahan, dan prosentase batuan. Hasil pemetaan
tingkat lahan kritis di daerah Kokap dan Pengasih diperoleh tingkat lahan tidak kritis dan
potensial kritis dengan luas 1948,81 ha dan 323,1 ha, agak kritis 8507,71 ha, kritis 1924,86
ha dan sangat kritis 211,51 ha.

281
Kata kunci : Penginderaan jauh, SIG, lahan kritis, citra ALOS AVNIR-2.
PENDAHULUAN mengalami lahan kritis. Parameter
Sumberdaya dapat yang digunakan untukpemetaan
dimanfaatkan dalam berbagai macam lahan kritis dapat dikenali dengan
untuk kepentingan kehidupan interpretasi citra penginderaan jauh
manusia. Pemanfaatan sumberdaya dengan bantuan sistem informasi
untuk kepentingan manusia tidak geografis untuk dapat dilakukan
jarang yang sesuai dengan rehabilitasi hutan dan lahan.
penggunaan dan pengelolaan yang
telah disyaratkan dari pemanfaatan Tujuan
sumberdaya tersebut, sehingga dalam 1. Mengkaji tingkat ketelitian citra
hal ini banyak faktor fisik yang ALOS AVNIR-2 untuk
diabaikan untuk mencapai memperoleh parameter lahan
kepentingan manusia. Pemanfaatan yang digunakan untuk pemetaan
sumberdaya yang mengabaikan lahan kritis.
faktor fisik lahan tanpa melihat dari 2. Menentukan tingkat lahan kritis
potensi lahan yang sesuai atau tidak berdasarkan parameter lahan dari
sesuai dengan yang ditentukan dalam interpretasi citra ALOS AVNIR-2
memanfaatkan lahan, maka dapat didasarkan penginderaan jauh
memberikan dampak negatif bagi dengan bantuan sistem informasi
lahan tersebut. geografis.
Daerah penelitian di 3. Pemetaan zonasi tingkat lahan
Kecamatan Kokap dan Kecamatan kritis disetiap kawasan di daerah
Pengasih Kabupaten Kulonprogo penelitian.
merupakan wilayah yang mengalami
lahan kritis. Untuk mengetahui lahan METODE PENELITIAN
kritis maka diperlukan pemetaan di Bahan
Kecamatan Kokap dan Kecamatan 1. Citra ALOS AVNIR-2 daerah
Pengasih, untuk memperoleh luasan Kabupaten Kulonprogo tahun
lahan kritis maka menggunakan 2006
faktor-faktor fisik yang dianggap 2. Peta geologi skala 1:250.000
berpengaruh terhadap lahan kritis, lembar Jawa Tengah
parameter lahan dalam hal ini dapat 3. Peta tanah skala 1:100.000 lembar
digunakan untuk mengetahui luasan Yogyakarta
lahan kritis. 4. Peta RBI skala 1:25.000 lembar
Data citra penginderaan jauh 1408 – 212, 1408 – 213, 1408 -
ALOS AVNIR-2 dan sistem 214
informasi geografis dapat 5. Data pertanian dari Dinas
dimanfaatkan untuk memetakan Pertanian dan Kehutanan tahun
lahan kritis akibat pemanfaatan lahan 2011
tidak sesuai denganpotensi lahan Alat
sehingga dapat menimbulkan
kerusakan lahan. Pendekatan 1. Perangkat laptop (PC Intel Core 2
Departemen Kehutanan SK No. Duo 2Ghz, RAM 4 GB, HD 250
167/V-SET/2004 dapat digunakan Gb)
untuk pemetaan lahan kritis dengan 2. Printer canon IP 1880
memperhatikan faktor-faktor fisik 3. Software ArcGis 9.3
sebagai parameter untuk menentukan 4. Software ENVI 4.5
seberapa luas lahan yang telah 5. Microsoft Office 2010
282
6. Abney Level, Kamera, Alat tulis memperoleh data yang bervariasi
7. GPS Garmin sehingga dapat mewakili daerah
yang tidak masuk dalam sampel.
Tahap Pengolahan Data Interpretasi penggunaan
a. Koreksi Radiometrik dan lahan merupakan kegiatan
Geometrik Citra ALOS mengkaji citra dengan cara
AVNIR-2 identifikasi berbagai penggunaan
Danoedoro (1996) koreksi lahan yang ada. Interpretasi dalam
radiometrik diperlukan atas dasar hal ini tergantung tujuan dan
dua alasan, yaitu untuk kepentingan yang akan digunakan
memperbaiki kualitas visual citra sehingga perlu memperhatikan
dan sekaligus memperbaiki nilai- skala citra. Interpretasi
nilai piksel yang tidak sesuai bentuklahan sama halnya
dengan nilai pantulan atau interpretasi penggunaan lahan,
pancaran spektral objek yang tetapi dalam hal ini lebih
sebenarnya. Koreksi radiometrik memperhatikan aspek fisik
citra yang ditunjukan untuk seperti, kemiringan lereng,
memperbaiki kualitas visual citra geologi dan geomorfologi.
berupa pengisian kembali baris Bentuklahan menurut Suharsono
yang kosong karena drop-out (1999) adalah bentuk dan sifat
baris maupun kesalahan awal dari kenampakan tertentu pada
pelarikan. permukaan bumi. Tanah meurut
Koreksi geometrik Arsyad (1989) yaitu sebagai
merupakan penempatan kembali media tumbuh tanaman, tanah
posisi piksel sedemikian rupa, sebagai benda alami tiga dimensi
sehingga pada citra digital yang di permukaan bumi yang
tertransformasi dapat dilihat terbentuk dari interaksi antara
gambaran objek dipermukaan bahan induk, iklim, organisme,
bumi yang terekam sensor topografi dalam kurun waktu
(Danoedoro, 1996). Hasil dari tertentu, tanah sebagai ruangan
koreksi ini ditandai dengan atau tempat dipermukaan bumi
kerangka liputan bujur sangkar yang digunakan oleh manusia
menjadi jajar genjang. untuk melakukan segala macam
b. Penyusunan Parameter Satuan aktivitasnya.
Lahan c. Penyusunan Parameter Lahan
Peta satuan lahan diperoleh Kritis
dari tumpangsusun peta Parameter yang digunakan
penggunaan lahan, peta untuk pemetaan lahan kritis
bentuklahan, dan peta tanah. Peta digunakan untuk mengetahui
satuan lahan akan digunakan lahan kritis yaitu peta tutupan
sebagai penentu pengambilan lahan yang diperoleh dari
sampel dari peta-peta parameter transformasi indeks vegetasi, peta
lahan kritis yang ditetapkan oleh kemiringan lereng yang diperoleh
Departemen Kehutanan. Dengan dari DEM, tingkat bahaya erosi
pengambilan sampel berdasarkan diperoleh dari data sekunder
satuan lahan diharapkan BPDAS SOP, singkapan batuan
283
dari deduksi peta geologi, Kehutanan didefinisikan sebagai
produktivitas lahan diperoleh dari lahan yang telah mengalami
data sekunder hasil pertanian dan kerusakan sehingga kehilangan
cek lapangan dan manajemen atau berkurang fungsinya sampai
lahan diperoleh dari cek lapangan. pada batas yang ditentukan atau
Hal ini perlu dilakukan cek diharapkan.
lapangan untuk semua parameter f. Klasifikasi Tingkat Lahan
setiap satuan lahan agar Kritis
memperoleh hasil yang maksimal Klasifikasi lahan kritis
dan diintegrasikan dengan citra berfungsi untuk mengkelaskan
ALOS AVNIR-2. berbagai macam tingkatan
d. Pengambilan Sampel menjadi 5 kelas tingkat lahan
Sampel yang diambil dalam kritis berdasarkan rentang nilai
penelitian ini adalah sampel untuk hasil overlay berbagai parameter.
uji akurasi dan sampel untuk Klasifikasi akan dijadikan
pengecekan lapangan. Sampel menjadi 5 tingkatan yaitu kelas
untuk uji akurasi digunakan untuk tidak kritis, potensial kritis, agak
menguji hasil interpretasi kritis, kritis, dan sangat kritis.
parameter lahan kritis. Pemilihan g. Penyiapan Data Arahan Fungsi
lokasi sampel berdasarkan unit Pemanfaatan Lahan
pemetaan satuan lahan. Metode Data arahan fungsi
yang digunakan untuk pemanfaatan lahan dapat
pengambilan sampel diperoleh dari instansi terkait
menggunakan metode stratified yang berhubungan dengan
random sampling untuk pemetaan lahan kritis, apabila
menentukan lahan kritis. data tersebut tidak disediakan oleh
e. Pengecekan Lapangan instansi yang bersangkutan maka
Pengecekan lapangan dapat diperoleh dengan cara
dilakukan untuk mendapatkan overlay peta-peta penyusun
data kondisi lahan. Hal ini arahan fungsi pemanfaatan lahan.
digunakan untuk menguji akurasi Peta penyusun untuk membuat
tingkat ketelitian metode yang peta arahan yaitu peta tanah, peta
akan digunakan untuk pemetaan kemiringan lereng, dan peta curah
lahan kritis. Uji ketelitian dalam hujan. Ketiga peta tersebut
hal ini untuk mengetahui tingkat dilakukan pengharkatan setiap
kebenaran hasil interpretasi dan variabelnya dan dilakukan
hasil overlay tingkat lahan kritis. penjumlahan sehingga akan
Dalam uji ketelitian mengacu diperoleh kelas arahan fungsi
pada formula yang dikembangkan pemanfaatan lahan. Peta arahan
oleh Short et.al (dalam Sutanto, fungsi ini akan digunakan untuk
1986) dengan modifikasi, yakni pemetaan lahan kritis tiap
uji medan pada titik sampel yang kawasan, sehingga akan diketahui
terjangkau secara terestris dan tingkat lahan kritis disetiap
membandingkan dengan data kawasan.
hasil interpretasi citra. Lahan
kritis menurut Departemen
284
h. Pemetaan Lahan Kritis Tiap dari peta lahan kritis.
Arahan Fungsi Pemanfaatan Penyimbolan peta perlu
Lahan memperhatikan variabel visual,
Pembuatan peta tingkat hal ini agar tidak menimbulkan
lahan kritis perlu memperhatikan kesan ambigu pada pembuatan

kaidah kartografis agar mudah peta lahan kritis. Pemetaan


dipahami oleh pembaca peta. klasifikasi tingkat lahan kritis
Pembuatan peta meliputi simbol dapat diperoleh dari hasil
titik, garis, dan area, penyimbolan perhitungan antara perkalian skor
ini diharapkan dapat mewakili isi dan bobot dimasing-masing
285
parameter sehingga akan ALOS AVNIR-2 dengan
diperoleh total skor yang dapat memperhatikan karakteristik lahan
digunakan untuk maupun kenampakan yang sudah ada
mengklasifikasikan tingkat lahan campur tangan dengan kegiatan
kritis manusia. Penggunaan lahan di
HASIL DAN PEMBAHASAN daerah Kokap dan Pengasih
Hasil penelitian ini berupa peta didominasi oleh kebun campuran dan
tingkat lahan kritis tiap kawasan tegalan, tetapi secara umum
skala 1:100.000 penggunaan lahan bervariasi karena
variasi topografinya.
PENYUSUNAN PETA SATUAN Peta satuan lahan merupakan
LAHAN hasil overlay (tumpang-susun) dari
Peta satuan lahan disusun peta bentuklahan, peta tanah, dan
berdasarkan peta bentuklahan, peta peta penggunaan lahan.
tanah, dan peta penggunaan lahan. Pertimbangan menggunakan peta-
Parameter tersebut akan dilakukan peta tersebut untuk membuat peta
overlay untuk medapatkan peta unit satuan lahan karena peta bentuklahan
baru yaitu peta satuan lahan. Peta ini merupakan kondisi fisik karakteristik
akan digunakan sebagai penentuan lahan di daerah penelitian yang
pengambilan sampel dilapangan. berkaitan dengan proses genesis dan
Dengan adanya peta satuan lahan yang sedang berlangsung. Sedangkan
sebagai unit analisis diharapkan peta tanah menggambarkan
dapat mewakili sampel yang akan karakteristik tanah sebagai media
diambil dilapangan. tumbuh makhluk hidup di daerah
Bentuklahan di daerah Kokap penelitian yang mempunyai ciri-ciri
dan Pengasih didominasi dengan dan perbendaan antar tanah yang ada
bentuklahan danudasional dan sehingga terdapat berbagai macam
fluvial, bentuklahan denudasional tumbuhan yang dapat tumbuh. Untuk
banyak ditemukan didaerah peta penggunaan lahan digunakan
perbukitan dengan kemiringan lereng karena merupakan gambaran hasil
yang sangat curam dan curam. bentuk aktivitas manusia dalam
Bentuklahan fluvial banyak mengelola alam. Pengambilan
ditemukan didaerah yang datar sampel dalam hal ini berdasarkan
hingga landai dan terdapat aliran stratified random sampling yaitu
sungai. parameter yang digunakan dianggap
Tanah di daerah Kokap dan mempunyai tingkatan yang setara
Pengasih didominasi oleh jenis tanah sehingga setiap satuan lahan minimal
latosol yang banyak ditemui didaerah diambil 1 sampel. Pengambilan
perbukitan, jenis tanah grumusol sampel secara random (acak) yaitu
banyak ditemui di daerah dengan dalam mengambil sampel bebas
kemiringan landai hingga agak lokasinya tetapi masih dalam satuan
curam, sedangkan jenis tanah aluvial lahan dan sampel yang diambil
banyak ditemui di daerah datar dan sebanyak mungkin karena dapat
terdapat aliran sungai mewakili kenampakan dilapangan.
Penggunaan lahan dapat PENYUSUNAN PETA LAHAN
diperoleh dari interpretasi visual citra KRITIS
286
Peta lahan kritis dapat secara rinci dapat dilihat pada Tabel
diperoleh dari tumpansusun (overlay) 2.
dari peta penutup lahan, peta Tabel 2. Luas kemiringan lereng
kemiringan lereng, peta tingkat daerah Kokap dan Pengasih
bahaya erosi, peta prosentase batuan, No Kemiringan Lereng Luas Ha
peta produktivitas lahan, dan peta 1 Datar 2950,71
manajemen lahan. Keenam
parameter tersebut dilakukan overlay 2 Landai 913,09
berdasarkan tiap kawasan, sehingga 3 Agak Curam 2403,04
akan diperoleh lahan kritis tiap
kawasan. 4 Curam 2532,88
Peta penutup lahan dapat 5 Sangat Curam 4187,19
diperoleh dari transformasi indeks
Sumber: Analisis data, 2012
vegetasi dan memperhatikan citra Erosi merupakan pindahnya
ALOS AVNIR-2, sehingga dapat atau terangkutnya tanah atau bagian
mempermudah dalam identifikasi – bagian tanah dari satu tempat ke
penutup lahan. Hasil dari identifikasi tempat lain oleh media alami yang
diperoleh 4 tingkatan penutup lahan berupa air, angin, maupun gravitasi.
yaitu sangat buruk, buruk, sedang, Peta tingkat bahaya erosi diperoleh
dan baik. Penutup lahan di daerah dari BPDAS SOP skala 1:100.000
Kokap dan Pengasih didominasi oleh dan telah dilakukan cek lapangan.
kelas baik dan sedang, secara rinci Untuk memperoleh hasil yang lebih
dapat dilihat pada Tabel 1. akurat perlu diamati dari citra ALOS
Tabel 1. Luas penutup Lahan AVNIR-2 dengan memperhatikan
daerah Kokap dan Pengasih gejala erosi. Metode yang digunakan
No Kelas penutup lahan Luas Ha
untuk memperoleh peta tingkat
1 Sangat buruk 9,08 bahaya erosi menggunakan metode
2 Buruk 780,52 USLE. Hasil identifikasi tingkat
bahaya erosi diperoleh berbagai
3 Sedang 5528,70 tingkat erosi yang didominasi oleh
4 Baik 6668,61 kelas ringan. Secara rinci akan
disajikan pada Tabel 3.
Sumber: Analisis data, 2012 Tabel 3. Luas tingkat bahaya erosi
Peta kemiringan lereng dapat daerah Kokap dan Pengasih
diperoleh dari data kontur digital No Tingkat Bahaya Erosi Luas Ha
yang dijadikan DEM dengan metode
topo to raster, dengan metode ini 1 Ringan 10571,26
dapat diperoleh berbagai tingakatan 2 Sedang 1818,76
kemiringan lereng di daerah
penelitian. Hal ini perlu didukung 3 Berat 465,57
oleh citra ALOS AVNIR-2 agar 4 Sangat Berat 131,32
mempermudah dalam melakukan
Sumber: Analisis data, 2012
identifikasi kemiringan lereng. Hasil Prosentase batuan merupakan
dari interpretasi diperoleh luasan gambaran dari kondisi permukaan
kelas kemiringan lereng yaitu lahan yang terdapat batuan ataupun
didominasi kelas sangat curam, yang tertutup batuan. Singkapan
287
batuan yang ada dipermukaan dapat Secara rinci akan disajikan pada
mempengaruhi perkembangan Tabel 5.
tanaman pertanian. Semakin banyak Tabel 5. Luas produktivitas lahan
singkapan dapat menghambat daerah Kokap dan Pengasih
pertumbuhan tanaman, begitu juga No Kelas Produktivitas Luas Ha
sebaliknya. Peta singkapan bantuan 1 Sangat Rendah 1609,7
(prosentase batuan) dapat diperoleh
dari deduksi peta geologi dengan 2 Rendah 2653,44
memperhatikan formasi dan jenis 3 Sedang 7111,09
batuan disetiap formasi. Hasil dari
deduksi peta geologi di daerah 4 Tinggi 266,58
Kokap dan Pengasih didominasi 5 Sangat Tinggi 1346,1
prosentase batuan dengan kelas
Sumber: Analisis data, 2012
sedikit. Secara rinci akan disajikan Manajemen lahan merupakan
pada Tabel 4. salah satu parameter penentu lahan
Tabel 4. Luas prosentase batuan kritis yang dilihat dari sudah ada atau
daerah Kokap dan Pengasih belum tata batas kawasan,
No Prosentase Batuan Luas Ha
pengamanan pengawasan, dan
1 Sedikit (<10%) 5325,30 penyuluhan yang sudah dilaksanakan
2 Sedang (10 – 30%) 4026,91 atau belum. Peta manajemen lahan
diperoleh dari peta satuan lahan dan
3 Banyak (>30%) 3634,70 dicek lapangan, sehingga dapat
Sumber: Analisis data, 2012 diketahui daerah yang sudah
Produktivitas lahan merupakan menerapkan menejemen lahan atau
salah satu parameter penentu lahan belum. Manajemen lahan akan
kritis di kawasan budidaya. mempengaruhi pola tanam suatu
Produktivitas lahan dapat digunakan lahan, apabila sudah diterapkan
untuk mengetahui tingkat kesuburan manajemen lahan pada kawasan
disuatu lahan, apabila lahan budidaya akan berpengaruh pada
mempunyai produktivitas tinggi dan hasil produktivitas lahan, sedangkan
hasilnya banyak maka tidak apabila diterapkan pada kawasan
menuntut kemungkinan mempunyai lindung akan menjaga kehilangan
produktivitas yang tinggi, begitu juga tanah dan keserasian pola tanaman
sebaliknya. Peta produktivitas dapat hutan. Hasil dari identifikasi
diperoleh dari data sekunder dan diperoleh 3 kelas manajemen lahan
dispasialkan berdasarkan dan didominasi kelas buruk. Secara
berdasarkan peta satuan lahan. Peta rinci akan disajikan pada Tabel 6.
ini perlu dilakukan cek lapangan Tabel 6. Luas manajemen lahan
untuk mengetahui hasil dari daerah Kokap dan Pengasih
spasialisasi dari data sekunder ke No Tingkat Manajemen Luas Ha
peta satuan lahan sudah sesuai atau 1 Baik 2375,75
belum. Hasil dari identifikasi peta
produktivitas lahan diperoleh 5 kelas 2 Sedang 3306,17
dan didominasi oleh kelas sedang. 3 Buruk 7304,99
Sumber: Analisis data, 2012
288
LAHAN KRITIS DI
KECAMATAN KOKAP DAN
PENGASIH
Peta lahan kritis dapat
diperoleh dari berbagai parameter
penyusun tingkat lahan kritis.
Paramater yang digunakan untuk
setiap kawasan berbeda-beda,
sehingga dalam hal ini peta arahan
fungsi pemanfaatan lahan
mempunyai paranan penting dalam
menentukan parameter lahan kritis.
Parameter penyusun lahan kritis
dibagi menjadi 3 kawasan yaitu
kawasan hutan lindung, kawasan
lindung di luar hutan, dan kawasan
budidaya pertanian. Parameter
penyusun lahan kritis di kawasan
lindung dan kawasan lindung di luar Gambar Peta Lahan Kritis Daerah
kawasan hutan yaitu kemiringan Kokap dan Pengasih
lereng, tingkat bahaya erosi,
faktor tertentu, untuk kawasan hutan
manajemen lahan, dan penutup
lindung dan kawasan lindung di luar
lahan. Berbeda dengan parameter
kawasan hutan parameter yang
penyusun lahan kritis di kawasan
paling berpengaruh yaitu penutup
budidaya yaitu produktivitas lahan,
lahan, sedangkan di kawasan
kemiringan lereng, tingkat bahaya
budidaya parameter yang paling
erosi, manajemen lahan, dan
berpengaruh yaitu produktivitas
prosentase batuan.
lahan dan manajemen lahan.
Lahan yang dimanfaatkan
sesuai dengan yang diarahkan maka
lahan akan berpotensi dan tidak
merusak lingkungan, tetapi
sebalikanya apabila dalam
pemanfaatan lahan tidak sesuai
dengan arahan fungsi lahan dengan
alasan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi jika dibandingkan dengan
memperhatikan arahan fungsi, maka
dapat menimbulkan kerusakan lahan.
Gambar 1 kelas agak kritis
Kerusakan lahan yang secara luas
Hasil perhitungan tingkat lahan
tidak dilakukan konservasi atau
kritis di daerah penelitian dengan
pemulihan maka dapat menjadi
luas sebesar 13138,76 ha. Distribusi
kerusakan lingkungan.
lahan agak kritis mendominasi
Tingkat lahan kritis disetiap
daerah penelitian dengan luas
kawasan dipengaruhi oleh faktor-
8541,86 ha (65,01%), hampir
289
setengah dari daerah penilitian 319 ha (2,43%), sedangkan kelas
didominasi kelas ini. Apabila lahan agak kritis 8541,86 ha (65,01%),
agak kritis tidak dilakukan untuk kelas kritis dan sangat kritis
penangganan khusus, lahan tersebut mempunyai luas 1924,86 ha
dapat naik tingkatannya menjadi (14,65%) dan 211,51 ha (1,61%).
kritis, atau sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah
dan Air. Bandung: IPB
Danoedoro, P., 1996. Pengolahan
Citra Digital dan Aplikasinya
dalam Bidang Penginderaan
Jauh. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Departemen Kehutanan, 2004.
Gambar 2 kelas kritis Petunjuk Teknis Penyusunan
Luas lahan tidak kritis seluas Data Spasial Lahan Kritis.
1989,68 ha (15,14%), lahan potensial Jakarta.
kritis 319 ha (2,43%), sedangkan Lillesand, T. M. And R. W. Kiefer,
lahan kritis untuk lahan kelas kritis 1990. Penginderaan Jauh dan
dan sangat kritis mempunyai luas Interpretasi Citra. Yogyakarta :
1924,86 ha (14,65%) dan 211,51 ha Gadjah Mada University Press.
(1,61%). Lahan kelas agak kritis Suharsono, P., 1999. Identifikasi
mendominasi daerah ini karena Bentuklahan Dan Interpretasi
banyak parameter dengan kelas Citra untuk Geomorfologi.
sedang, tetapi kelas ini perlu Diktat Kuliah Kode 12a.
dilakukan perhatian agar lahan tidak Yogyakarta: Puspic Fakultas
mengalami kritis tatapi dapat Geografi Universitas Gadjah
menjadi tidak kritis. Mada.

KESIMPULAN
1. Kemampuan citra ALOS AVNIR-
2 untuk memperoleh informasi
pembuatan peta penggunaan lahan
memiliki tingkat akurasi 86,67%.
2. Hasil tingkat lahan kritis di daerah
penelitian berdasarkan parameter
lahan terdapat 5 kelas tingkatan
kelas lahan kritis, yaitu kelas tidak
kritis, potensial kritis, agak kritis,
kritis, dan sangat kritis.
3. Tingkat lahan kritis di daerah
Kokap dan Pengasih untuk kelas
tidak kritis dan potensial kritis
seluas 1989,68 ha (15,14%) dan
290

Anda mungkin juga menyukai