Totok Gunawan
totokgunawan@yahoo.com
Abstract
Deforestoration and land degradation can be occur due to human or natural
disasters. Land degradation that more widespread needs special treatment, in order that the
land is not to be critical. This study purposed to : (1) assesing the accuracy of ALOS AVNIR-
2 imagery for land used for parameter mapping of critical land, (2) determine the level of
critical land based on the parameters of image interpretation based on ALOS AVNIR-2 with
remote sensing system and geographic information system, (3) mapping level of critical land
in each zoning in the study area. The method based on Forestry Department 167/V-SET/2004
by weigth of the weighted scoring. Parameters used for mapping of critical land levels are
land cover, slope, erosion hazard, productivity, land management, and the percentage of rock.
The result of the mapping of critical land levels in the Kokap and Pengasih region is not
critical land and critical potential of each area of 1948,81 ha and 323,1 ha, land rather
critical 8507,71 ha, critical 1924,86 ha and extremely critical 211,51 ha.
Key word : Remote sensing, Geography Information System, critical land, ALOS AVNIR-2
image.
Abstrak
Kerusakan hutan dan lahan dapat terjadi karena faktor manusia maupun bencana
alam. Kerusakan lahan yang semakin meluas perlu dilakukan penanganan khusus agar lahan
tidak menjadi kritis. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji tingkat ketelitian citra
ALOS AVNIR-2 untuk memperoleh parameter lahan yang digunakan untuk pemetaan lahan
kritis, (2) Menentukan tingkat lahan kritis berdasarkan parameter lahan dari interpretasi citra
ALOS AVNIR-2 didasarkan penginderaan jauh dengan bantuan sistem informasi geografis,
(3) Pemetaan zonasi tingkat lahan kritis disetiap kawasan di daerah penelitian. Metode yang
digunakan yaitu mengacu Departemen Kehutanan SK No. 167/V-SET/2004 dengan cara
skoring bobot tertimbang. Parameter yang digunakan yaitu penutup lahan, kemiringan lereng,
tingkat bahaya erosi, produktivitas, manajemen lahan, dan prosentase batuan. Hasil pemetaan
tingkat lahan kritis di daerah Kokap dan Pengasih diperoleh tingkat lahan tidak kritis dan
potensial kritis dengan luas 1948,81 ha dan 323,1 ha, agak kritis 8507,71 ha, kritis 1924,86
ha dan sangat kritis 211,51 ha.
281
Kata kunci : Penginderaan jauh, SIG, lahan kritis, citra ALOS AVNIR-2.
PENDAHULUAN mengalami lahan kritis. Parameter
Sumberdaya dapat yang digunakan untukpemetaan
dimanfaatkan dalam berbagai macam lahan kritis dapat dikenali dengan
untuk kepentingan kehidupan interpretasi citra penginderaan jauh
manusia. Pemanfaatan sumberdaya dengan bantuan sistem informasi
untuk kepentingan manusia tidak geografis untuk dapat dilakukan
jarang yang sesuai dengan rehabilitasi hutan dan lahan.
penggunaan dan pengelolaan yang
telah disyaratkan dari pemanfaatan Tujuan
sumberdaya tersebut, sehingga dalam 1. Mengkaji tingkat ketelitian citra
hal ini banyak faktor fisik yang ALOS AVNIR-2 untuk
diabaikan untuk mencapai memperoleh parameter lahan
kepentingan manusia. Pemanfaatan yang digunakan untuk pemetaan
sumberdaya yang mengabaikan lahan kritis.
faktor fisik lahan tanpa melihat dari 2. Menentukan tingkat lahan kritis
potensi lahan yang sesuai atau tidak berdasarkan parameter lahan dari
sesuai dengan yang ditentukan dalam interpretasi citra ALOS AVNIR-2
memanfaatkan lahan, maka dapat didasarkan penginderaan jauh
memberikan dampak negatif bagi dengan bantuan sistem informasi
lahan tersebut. geografis.
Daerah penelitian di 3. Pemetaan zonasi tingkat lahan
Kecamatan Kokap dan Kecamatan kritis disetiap kawasan di daerah
Pengasih Kabupaten Kulonprogo penelitian.
merupakan wilayah yang mengalami
lahan kritis. Untuk mengetahui lahan METODE PENELITIAN
kritis maka diperlukan pemetaan di Bahan
Kecamatan Kokap dan Kecamatan 1. Citra ALOS AVNIR-2 daerah
Pengasih, untuk memperoleh luasan Kabupaten Kulonprogo tahun
lahan kritis maka menggunakan 2006
faktor-faktor fisik yang dianggap 2. Peta geologi skala 1:250.000
berpengaruh terhadap lahan kritis, lembar Jawa Tengah
parameter lahan dalam hal ini dapat 3. Peta tanah skala 1:100.000 lembar
digunakan untuk mengetahui luasan Yogyakarta
lahan kritis. 4. Peta RBI skala 1:25.000 lembar
Data citra penginderaan jauh 1408 – 212, 1408 – 213, 1408 -
ALOS AVNIR-2 dan sistem 214
informasi geografis dapat 5. Data pertanian dari Dinas
dimanfaatkan untuk memetakan Pertanian dan Kehutanan tahun
lahan kritis akibat pemanfaatan lahan 2011
tidak sesuai denganpotensi lahan Alat
sehingga dapat menimbulkan
kerusakan lahan. Pendekatan 1. Perangkat laptop (PC Intel Core 2
Departemen Kehutanan SK No. Duo 2Ghz, RAM 4 GB, HD 250
167/V-SET/2004 dapat digunakan Gb)
untuk pemetaan lahan kritis dengan 2. Printer canon IP 1880
memperhatikan faktor-faktor fisik 3. Software ArcGis 9.3
sebagai parameter untuk menentukan 4. Software ENVI 4.5
seberapa luas lahan yang telah 5. Microsoft Office 2010
282
6. Abney Level, Kamera, Alat tulis memperoleh data yang bervariasi
7. GPS Garmin sehingga dapat mewakili daerah
yang tidak masuk dalam sampel.
Tahap Pengolahan Data Interpretasi penggunaan
a. Koreksi Radiometrik dan lahan merupakan kegiatan
Geometrik Citra ALOS mengkaji citra dengan cara
AVNIR-2 identifikasi berbagai penggunaan
Danoedoro (1996) koreksi lahan yang ada. Interpretasi dalam
radiometrik diperlukan atas dasar hal ini tergantung tujuan dan
dua alasan, yaitu untuk kepentingan yang akan digunakan
memperbaiki kualitas visual citra sehingga perlu memperhatikan
dan sekaligus memperbaiki nilai- skala citra. Interpretasi
nilai piksel yang tidak sesuai bentuklahan sama halnya
dengan nilai pantulan atau interpretasi penggunaan lahan,
pancaran spektral objek yang tetapi dalam hal ini lebih
sebenarnya. Koreksi radiometrik memperhatikan aspek fisik
citra yang ditunjukan untuk seperti, kemiringan lereng,
memperbaiki kualitas visual citra geologi dan geomorfologi.
berupa pengisian kembali baris Bentuklahan menurut Suharsono
yang kosong karena drop-out (1999) adalah bentuk dan sifat
baris maupun kesalahan awal dari kenampakan tertentu pada
pelarikan. permukaan bumi. Tanah meurut
Koreksi geometrik Arsyad (1989) yaitu sebagai
merupakan penempatan kembali media tumbuh tanaman, tanah
posisi piksel sedemikian rupa, sebagai benda alami tiga dimensi
sehingga pada citra digital yang di permukaan bumi yang
tertransformasi dapat dilihat terbentuk dari interaksi antara
gambaran objek dipermukaan bahan induk, iklim, organisme,
bumi yang terekam sensor topografi dalam kurun waktu
(Danoedoro, 1996). Hasil dari tertentu, tanah sebagai ruangan
koreksi ini ditandai dengan atau tempat dipermukaan bumi
kerangka liputan bujur sangkar yang digunakan oleh manusia
menjadi jajar genjang. untuk melakukan segala macam
b. Penyusunan Parameter Satuan aktivitasnya.
Lahan c. Penyusunan Parameter Lahan
Peta satuan lahan diperoleh Kritis
dari tumpangsusun peta Parameter yang digunakan
penggunaan lahan, peta untuk pemetaan lahan kritis
bentuklahan, dan peta tanah. Peta digunakan untuk mengetahui
satuan lahan akan digunakan lahan kritis yaitu peta tutupan
sebagai penentu pengambilan lahan yang diperoleh dari
sampel dari peta-peta parameter transformasi indeks vegetasi, peta
lahan kritis yang ditetapkan oleh kemiringan lereng yang diperoleh
Departemen Kehutanan. Dengan dari DEM, tingkat bahaya erosi
pengambilan sampel berdasarkan diperoleh dari data sekunder
satuan lahan diharapkan BPDAS SOP, singkapan batuan
283
dari deduksi peta geologi, Kehutanan didefinisikan sebagai
produktivitas lahan diperoleh dari lahan yang telah mengalami
data sekunder hasil pertanian dan kerusakan sehingga kehilangan
cek lapangan dan manajemen atau berkurang fungsinya sampai
lahan diperoleh dari cek lapangan. pada batas yang ditentukan atau
Hal ini perlu dilakukan cek diharapkan.
lapangan untuk semua parameter f. Klasifikasi Tingkat Lahan
setiap satuan lahan agar Kritis
memperoleh hasil yang maksimal Klasifikasi lahan kritis
dan diintegrasikan dengan citra berfungsi untuk mengkelaskan
ALOS AVNIR-2. berbagai macam tingkatan
d. Pengambilan Sampel menjadi 5 kelas tingkat lahan
Sampel yang diambil dalam kritis berdasarkan rentang nilai
penelitian ini adalah sampel untuk hasil overlay berbagai parameter.
uji akurasi dan sampel untuk Klasifikasi akan dijadikan
pengecekan lapangan. Sampel menjadi 5 tingkatan yaitu kelas
untuk uji akurasi digunakan untuk tidak kritis, potensial kritis, agak
menguji hasil interpretasi kritis, kritis, dan sangat kritis.
parameter lahan kritis. Pemilihan g. Penyiapan Data Arahan Fungsi
lokasi sampel berdasarkan unit Pemanfaatan Lahan
pemetaan satuan lahan. Metode Data arahan fungsi
yang digunakan untuk pemanfaatan lahan dapat
pengambilan sampel diperoleh dari instansi terkait
menggunakan metode stratified yang berhubungan dengan
random sampling untuk pemetaan lahan kritis, apabila
menentukan lahan kritis. data tersebut tidak disediakan oleh
e. Pengecekan Lapangan instansi yang bersangkutan maka
Pengecekan lapangan dapat diperoleh dengan cara
dilakukan untuk mendapatkan overlay peta-peta penyusun
data kondisi lahan. Hal ini arahan fungsi pemanfaatan lahan.
digunakan untuk menguji akurasi Peta penyusun untuk membuat
tingkat ketelitian metode yang peta arahan yaitu peta tanah, peta
akan digunakan untuk pemetaan kemiringan lereng, dan peta curah
lahan kritis. Uji ketelitian dalam hujan. Ketiga peta tersebut
hal ini untuk mengetahui tingkat dilakukan pengharkatan setiap
kebenaran hasil interpretasi dan variabelnya dan dilakukan
hasil overlay tingkat lahan kritis. penjumlahan sehingga akan
Dalam uji ketelitian mengacu diperoleh kelas arahan fungsi
pada formula yang dikembangkan pemanfaatan lahan. Peta arahan
oleh Short et.al (dalam Sutanto, fungsi ini akan digunakan untuk
1986) dengan modifikasi, yakni pemetaan lahan kritis tiap
uji medan pada titik sampel yang kawasan, sehingga akan diketahui
terjangkau secara terestris dan tingkat lahan kritis disetiap
membandingkan dengan data kawasan.
hasil interpretasi citra. Lahan
kritis menurut Departemen
284
h. Pemetaan Lahan Kritis Tiap dari peta lahan kritis.
Arahan Fungsi Pemanfaatan Penyimbolan peta perlu
Lahan memperhatikan variabel visual,
Pembuatan peta tingkat hal ini agar tidak menimbulkan
lahan kritis perlu memperhatikan kesan ambigu pada pembuatan
KESIMPULAN
1. Kemampuan citra ALOS AVNIR-
2 untuk memperoleh informasi
pembuatan peta penggunaan lahan
memiliki tingkat akurasi 86,67%.
2. Hasil tingkat lahan kritis di daerah
penelitian berdasarkan parameter
lahan terdapat 5 kelas tingkatan
kelas lahan kritis, yaitu kelas tidak
kritis, potensial kritis, agak kritis,
kritis, dan sangat kritis.
3. Tingkat lahan kritis di daerah
Kokap dan Pengasih untuk kelas
tidak kritis dan potensial kritis
seluas 1989,68 ha (15,14%) dan
290