Anda di halaman 1dari 7

Menurut WHO (2011), terdapat beberapa isu permasalahan pada Sumber Daya Manusia Kesehatan di Indonesia yaitu:

1. Pengembangan tenaga kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan untuk
pelayanan/pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan terus membaik dalam jumlah, kualitas dan
penyebarannya, namun masih belum mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah
terutama pada daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan. Mutu tenaga kesehatan belum memiliki
daya saing dalam memenuhi permintaan tenaga kesehatan dari luar negeri.
2. Regulasi untuk mendukung upaya pengembangan tenaga kesehatan masih terbatas.
3. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan masih perlu ditingkatkan dan belum didukung dengan sistem informasi
tenaga kesehatan yang memadai. Rencana kebutuhan tenaga kesehatan yang menyeluruh belum disusun sesuai
yang diharapkan, sehingga belum sepenuhnya dapat dipergunakansebagai acuan dalam pengadaan/pendidikan
tenaga kesehatan, pendayagunaan tenaga kesehatan, serta pembinaan dan pengawasan mutu tenaga
kesehatan.
4. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan/pendidikan berbagai jenis tenaga kesehatan. Kajian
jenis tenaga kesehatan yang dibutuhkan tersebut belum dilakukan sebagaimana mestinya. Kualitas hasil
pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan pada umumnya masih kurang memadai. Masih banyak institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang belum terakreditasi dan memenuhi standard. Hal ini akan berdampak terhadap
kompetensi dan kualitas lulusan tenaga kesehatan. Permasalahan pendidikan tenaga kesehatan pada umumnya
bersifat sistemik, antara lain terdapat ketidaksesuaian kompetensi lulusan pendidikan dengan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, lemahnya kerjasama antara pelaku dalam pembangunan kesehatan dan
pendidikan tenaga kesehatan, lebih dominannya pendidikan tenaga kesehatan yang berorientasi ke Rumah Sakit
dibandingkan dengan Primary Health Care.
5. Dalam pendayagunaan tenaga kesehatan, pemerataan dan pemanfaatan tenaga kesehatan yang berkualitas
masih kurang, utamanya di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah yang kurang diminati.
Hal ini disebabkan oleh disparitas sosial ekonomi, budaya maupun kebijakan pemerintah daerah termasuk kondisi
geografis antar daerah mengurangi minat tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah tersebut. Selain itu
pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan karir, sistem penghargaan dan sanksi belum dilaksanakan
sesuai yag diharapkan. Pengembangan profesi yang berkelanjutan (Continue Professional Development/CPD),
serta Training Need Assesment (TNA) masih perlu dikembangkan.
6. Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana yang
diharapkan. Registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan masih terbatas pada tenaga dokter dan dokter gigi.
Sosialisasi dan penerapan peraturan perundang-perundangan di bidang pengembangan tenaga kesehatan belum
dilaksanakan secara memadai.
7. Sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan masih terbatas. Sistem informasi
tenaga kesehatan belum sepenuhnya dapat menyediakan data yang akurat, terpercaya dan tepat waktu.
Dukungan sumber daya pembiayaan dan lain-lain sumber daya belum memadai.
Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan RI (2009), terdapat permasalahan strategis Sumber Daya Manusia
kesehatan yang dihadapi saat ini dan ke depan yaitu sebagai berikut :
1. Pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan
Sumber Daya Manusia untuk pembangunan kesehatan.
2. Perencanaan kebijakan dan program Sumber Daya Manusia kesehatan masih lemah dan belum didukung sistem
informasi Sumber Daya Manusia kesehatan yang memadai.
3. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis Sumber Daya Manusia
kesehatan.Kualitas hasil pendidikan Sumber Daya Manusia kesehatan dan pelatihan kesehatan pada umumnya
masih belum memadai.
4. Dalam pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan , pemerataan Sumber Daya Manusia Kesehatan
berkualitas masih kurang. Pengembangan karir, sistem penghargaan dan sanksi belum sebagaimana mestinya.
Regulasi untuk mendukung Sumber Daya Manusia kesehatan masih terbatas.
5. Pembinaan dan pengawasan Sumber Daya Manusia kesehatan dan dukungan Sumber Daya Manusia kesehatan
masih kurang.
6. Permasalahan Sumber Daya Manusia Kesehatan tingkat Global
lebih dominannya pendidikan tenaga kesehatan yang berorientasi ke Rumah Sakit dibandingkan
dengan Primary Health Care

Berdasarkan hasil Global Health Workforce Alliance (GHWA) Conference, 2014, permasalahan Sumber Daya
Manusia Kesehatan di tingkat global, diidentifikasi terdiri atas :
1. Ketersediaan,
2. Jenis,
3. Kualitas,
4. Distribusi ,
5. Data Sumber Daya Manusia Kesehatan minim, dan
6. Sistem pembiayaan kesehatan 90% diperuntukkan rumah sakit.

Sumber : https://www.bastamanography.id/permasalahan-sumber-daya-manusia-kesehatan-di-indonesia-dan-global/

Hambatan situasi sumber daya kesehatan sebagai berikut :

1. Ketenagaan

Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan pelayanan kesehatan,


peningkatan kualitas harus menjadi prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum
sepenuhnya berpendidikan D-III serta S-1 sedangkan yang berpendidikan SPK serta sederajat
minim terhadap pelatihan tehnis, hal ini juga berkaitan dengan globalisasi dunia dan persaingan
terhadap kualitas ketenagaan harus menjadi pemicu.

A. Tatanan SDM dalam Kesehatan

Dalam SKN ( Sistem Kesehatan Nasional ) terdapat subsistem SDM Kesehatan yang merupakan
tatanan yang menghimpun bentuk dan cara penyelenggaraan upaya pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan, yang meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
serta pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Jadi tatanan SDM dalam kesehatan antara lain :

1. Upaya Perencanaan SDM Kesehatan


Penyusunan rencana kebutuhan SDM Kesehatan dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan
SDM Kesehatan yang diutamakan, baik dalam upaya kesehatan primer maupun upaya kesehatan
sekunder serta tersier.

2. Upaya Pengadaan SDM Kesehatan

Upaya pengadaan SDM Kesehatan adalah dengan melaksanakan pendidikan dan pelatihan SDM
Kesehatan. Pemerintah dengan melibatkan organisasi profesi dan masyarakat menetapkan standar
kompetensi dan standar pendidikan yang berlaku secara nasional. Pemerintah bertanggungjawab
mengatur pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan tenaga kesehatan
yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan.

3. Upaya Pendayagunaan SDM Kesehatan

Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melakukan upaya penempatan tenaga
kesehatan yang ditujukan untuk mencapai pemerataan yang berkeadilan dalam pembangunan
kesehatan. Dalam rangka penempatan tenaga kesehatan untuk kepentingan pelayanan publik dan
pemerataan, pemerintah melakukan berbagai pengaturan untuk memberikan imbalan material atau
non material kepada tenaga kesehatan untuk bekerja di bidang tugas atau daerah yang tidak
diminati, seperti daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, pulau-pulau terluar dan
terdepan, serta daerah bencana dan rawan konflik.

4. Upaya Pembinaan dan Pengawasan SDM Kesehatan

Pembinaan penyelenggaraan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan di berbagai


tingkatan dan atau organisasi memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah dan dukungan
peraturan perundang-undangan mengenai pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan
tersebut. Pembinaan dan pengawasan praktik profesi

B. pokok-pokok perencanaan SDM 'kesehatan

Memperhatikan dasar-dasar hukum serta adanya kebijakan desentralisasi,termasuk didalamnya


desentralisasi di bidang kesehatan, maka fungsi perencanaanSDM kesehatan bagi daerah men!adi
sangat penting dan men!adi tanggung jawab daerah itu sendiri. Oleh karena itu dengan adanya
desentralisasi di bidang kesehatan pejabat pengelola SDM di 'abupaten('ota dan )ropinsi perlu
memilikikemampuan atau kompetensi yang memadai dalam membuat perencanaan
SDMkesehatan.Secara garis besar perencanaan kebutuhan SDM kesehatan dapatdikelompokkan
ke dalam tiga kelompok besar yaitu :

1.perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi


Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditu!ukan pada perhitungankebutuhan SDM
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanankesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik dan lain-lainnya.

2.perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah

Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDMkesehatan berdasarkan


kebutuhan di tingkat wilayah (propinsi kabupaten kota)yang merupakan gabungan antara
kebutuhan institusi dan organisasi.

3.perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana percanaan ini dimaksudkan untuk
mempersiapkan SDM kesehatan saat prabencana, ter!adi bencana, dan post bencana, termasuk
pengelolaan kesehatan pengungsi. ntuk itu pengelola kebutuhan SDM kesehatan yang bertanggung
jawab pada ketiga kelompok tersebut di atas perlu memahami secara lebih rinciteknis
perhitungannya untuk masing-masing kelompok.

C. Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia
kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :

Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang promosi
kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya
disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya
manusia kesehatan

Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan pengelolaan


sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian

Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman


analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasi program dan kebijakan
kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan.

D. Dasar dari peningkatan perencanaan mutu SDM kesehatan yaitu kebijakan peningkatan akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang dilaksanakan melalui :

a.Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas Puskesmas, termasuk mengembangkan desa siaga

b.Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan

c.Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin

d.Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat


e.Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat seak usia dini

f.Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar.

E. Peraturan SDM Kesehatan

Dalam SDM Kesehatan berlaku UU, peraturan tidak tertulis dan etika profesi yaitu :

a.TH 1963 : Depkes berwenang mengatur, mengarahkan,mengawasi tenaga kesehatan.

b.PP NO 37 TH 1964 : semua tenaga kesehatan harus mendaftar ke depkes GBHN 1999-2004.

c.TAP MPR NO 4 TH 1999

d.UU NO 23 tentang kesehatan

e.PP NO 49 TH 1952 : Penempatan pegawai negara di jawa

f.UU NO 8 TH 1961 : WKS

g.UU NO 6

h.UU NO 6 TH 1963 : Kategori tenaga kesehatan, syarat melakukan pekerjaan & izin tenaga
kesehatan.

i.PP no 32 TH 1966 tentang tenaga kesehatan.

j.UU NO 32 TH 2004 : PEMDA

k.PP NO 25 TH 2000: Kwenangn pmerintah

l.Kepmenkes No 850/MENKES/SK/V/2000 : kebijakan pngembangan tenaga kesehatan tahun


2000-2010.

m.Kepmenkes No 1277/ MENKES/SK/XI/2001 tentang organisasi & tata kerja depkes

n.Kepmenkes No 004/ MENKES/SK/I/2003 : kebijakan & desentralisasi kesehatan.

o.Kepmenkes No 1454/ MENKES/SK/X/2003 : SPM bidang kesehatan di Kab/Kota.


Sumber : https://www.kompasiana.com/desifitriyah/5a9da8e6f13344672e7c6ae2/sdm-dalam-kesehatan?page=all

Fokus dari kajian bidang kesehatan ini adalah masalah Sistem Jaminan Kesehatan. Output dari seri
kajian yang diadakan oleh PPIG diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi para pemangku
kebijakan tentang Sistem Jaminan Kesehatan di Indonesia.

Sistem kesehatan menurut WHO berarti membaiknya kesehatan masyarakat yang ditandai dengan
tingkat kesakitan dan kematian yang menurun. WHO mencanangkan Universal Health Coverage
(UHC) yaitu kesehatan dapat diakses oleh semua masyarakat tanpa terkendala oleh masalah finansial
sejak tahun 1948. Indonesia dengan berbagai kendala yang ada akhirnya pada tahun 2014 berhasil
menjalankan UHC melaui Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Hampir 4 tahun penerapan system JKN di Indonesia terdapat beberapa kendala yang dihadapi di
berbagai level layanan. Dr. dr. Ari Probandari (Dosen FK UNS) mengatakan pelayanan kesehatan
yang seharusnya dapat diselesaikan di level layanan primer (Puskesmas, dokter umum) malah terjadi
kecenderungan menumpuk di level skunder (RS tipe C) bahkan di level tersier (RS tipe A dan B). Hal
ini disebabkan system rujukan yang tidak berjalan dengan baik. Masalah lain ialah penetapan tarif
pada beberapa tindakan yang tidak sesuai dengan cost yang semestinya. Sebagai contoh,

Dr. dr. Brian Wasita (Dosen FK UNS) menambahkan permasalahan juga terjadi di rumah sakit, dimana
ada beberapa tindakan yang telah dilakukan oleh dokter tapi pada akhirnya terjadi gagal klaim ke
BPJS selaku penyelenggara JKN. Hal ini disebabkan karena dalam penentuan tindakan yang di-cover
oleh BPJS tidak melibatkan semua collegeum. Disamping itu juga terdapat kurangnya tenaga ahli
pada bidang-bidang tertentu yang menjadi kendala optimalnya pelayanan JKN.

Prof. Dr. dr. Hartono (Guru Besar FK UNS) mengatakan permasalahan sumber daya manusia tidak
hanya tenaga kesehatan akan tetapi juga tenaga administrasi di tingkat layanan primer. Selain itu,
tenaga ahli yang kompeten dalam hal penentuan biaya serta penilaian perlu atau tidaknya suatu
tindakan untuk di-cover. Kekurangan sarana dan prasarana juga menjadi masalah tersendiri terhadap
pelayanan JKN di tingkat primer. Sebagai gambaran, di negara maju seperti Belanda, sebagian besar
pasien (+ 80 %) keluhannya dapat diselesaikan pada tingkat layanan primer, hal ini terjadi sebaliknya
di Indonesia semenjak JKN digulirkan. Banyak pasien yang minta ataupun harus dirujuk ke tingkat
layanan skunder bahkan tersier akibat kendala-kendala yang ada di tingkat layanan primer. Sehingga
banyak terjadi klaim yang menyebabkan membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan BPJS untuk
membayar biaya pengobatan masyarakat hingga menyebabkan terjadinya defisit anggaran.

Pada akhirnya, sistem JKN yang saat ini berjalan di Indonesia sangat diperlukan untuk menjamin
masyarakat mendapatkan layanan kesehatan yang memadahi tanpa harus memikirkan biaya
pengobatan yang besar. Kendala dalam penerapan sistem JKN memang ada tapi dengan adanya
pembenahan maka sistem ini akan menjadi lebih baik. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah
peningkatan sumber daya manusia kesehatan dan non kesehatan di tingkat layanan primer,
pembenahan sistem kapitasi, lebih banyak melibatkan collegeum dalam menetapkan tarif layanan.
Sumber : http://ppigroningen.nl/2017/05/indonesia-science-cafe-4-tahun-penerapan-sistem-jaminan-kesehatan-
nasional-kendala-dan-usaha-menuju-peningkatan-layanan/

Anda mungkin juga menyukai