Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN
Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak puas terhadap
peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah fisiografi digunakan di Eropa
dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi, kelautan dan matematik geografi.
Geomorfologi merupakan bagian utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan
Indonesia dianggap sebagai geografi fisik.
Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang, karena lebih banyak berkembang di
lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan wilayah, penggunaan lahan dan
hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki anggapan bahwa geomorfologi merupakan
bagian dari bidang ilmu geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya alam yang berkembang
saat ini merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi setiap hari, sehingga
ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar kembali geomorfologi.

1.1 Pengertian geomorfologi


Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi,
morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi
memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung
terhadap permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai se-
karang.

Berdasarkan pengertian dan definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan
bagian dari geologi yang mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur
rupa bumi. Tujuan mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto
Hutton , yaitu THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu).
Pemahaman kata sekarang (the present) adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang
dapat dijadikan cerminan proses yang berlangsung di masa lalu.
Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu membantu menelusuri proses -
proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi sampai sekarang dengan
pendekatan bentuk rupa bumi yang tampak sekarang, sehingga pada penelitian geologi dapat
dilakukan dengan cepat dan murah.

1.2 Konsep dasar geomorfologi


Bentuklahan adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh
para akhli filsafat kuno dan tidak hanya membuat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu
", tetapi proses geomorfologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan
tentang sistematika evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi
berlangsung sampai sekarang.
1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno
Pembahasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan biasanya diawali dengan pemikiran -
pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi. Membahas pemikiran - pemikiran para akhli
Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik
untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa silam (Dark Age) yang telah banyak
dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman tentang evolusi geomorfologi yang
dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus, Aristoteles, Starbo dan Seneca.
Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak melakukan penelitian
geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang diendapkan setiap tahun oleh Sungai
Nil, sehingga Mesir dianggap telah mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya disebutkan pula
bahwa gempabumi adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang marah. Temuan
fosil kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus menarik
kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran Mesir.
Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut yang
menjadi bahasan penting didalam geomorfologi.
Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya menyebutkan tentang asal - usul mataair yang
diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak
pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena penguapan dari air yang masuk kedalam bumi,
dan (c) air yang terkondensasikan di dalam bumi berasal dari embun yang tidak diketahui asal -
usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan menyerupai bunga karang yang sangat besar,
sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk aliran air yang berasal dari mataair.
Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan aliran air deras, sehingga aliran sungai
menjadi tidak menentu.
Pemahaman tentang debit aliran selama periode hujan telah dikembangkan oleh Bernard Palissi
(1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674) yang menyebutkan bahwa curah hujan mampu
membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa gempabumi dan gunungapi memiliki
sumber kejadian yang sama dan menyebutkan bahwa gempabumi berpengaruh terhadap
pencampuran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya dikenalkan juga jalur laut yang
tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga terbentuk tanah timbul dan disebutkan
pula bahwa yang membawa material dari daratan ke laut adalah aliran dan diendapkan sebagai
alluvium.
Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan yang jauh dan telah meneliti secara hati - hati,
serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang menghilang dan yang muncul di permukaan.
Pemikirannya tentang "Vale of Tempe" merupakan hasil dari gempa bumi disertai dengan
kegiatan gunungapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan tenaga dari dalam bumi.
Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius adalah gunungapi yang
telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan delta sungai yang memiliki
bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah aliran sungai alamiah, sehingga delta
sungai yang sangat luas mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan susunan batuan
yang paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak. Beberapa
penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta dihambat oleh
kegiatan laut, terutama oleh pasang naik.
Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya gempabumi lokal adalah
kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan pemikiran lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan
salah satu sumber yang menyebabkan aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat
menggerus lembah, sehingga
melahirkan konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah tersebut.
Pemikiran - pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses (genetik) antara
gempabumi dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena
sebab, akibat dan kejadian gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi.

1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern


Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti pola pemikiran Kekaisaran
Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah -
sekolah yang ada pada saat itu adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam.
Beberapa tempat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemikiran -
pemikiran modern yang cemerlang.

BAB 2
SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN
GEOMORFOLOGI
Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm selaras dengan
tujuan penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan, khususnya
pemahaman geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute
for Aerial survey and Earth Sciences (ITC), Belanda.
Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem gemorfologi adalah sebagai
berikut :
1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur (fleksibel), artinya legenda pada peta
harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek penelitian.
2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga isi peta
diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis.
3. Sistem harus memberi penekanan terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga sistem mampu
dijadikan landasan penelitian geomorfologi analitik dan geomorfologi sintetik.
4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang sederhana, sehingga dapat menekan biaya
pembuatan peta.
2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu daerah atau lokasi,
sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi informasi rupa bumi dan lokasi suatu
daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi,
peta dasar (base map) dan peta bertema (thematic map).

2.1.1 Peta informasi


Peta informasi merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak, dengan tujuan agar
pengguna peta dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat. Biasanya peta informasi memiliki
kandungan yang sangat sederhana, sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan
pemberi informasi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah
(atlas) dan peta topografi.
Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri khas tujuan
wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah propinsi atau kabupaten,
ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang
terkenal dan gunung - gunung yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan informasi dan
petunjuk daerah, lokasi, sungai, gunung, titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat
mencerminkan kondisi lereng dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta
topografi dijadikan peta kerangka untuk menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map)
yang dapat memberikan informasi tentang hubungan antara elemen - elemen pokok dan satuan
geomorfologi.
2.1.2 Peta dasar (base map)
Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih didalam suatu daerah
pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki hubungan dengan topografi, sehingga
jika komponen - komponen tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat
dan informasi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi
(diplot) dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya
digunakan sebagai dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta topografi yang
terbaru merupakan kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena
penggunaan material dasar (peta topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika
informasi dari peta topografi atau foto udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada peta
tujuan akan sangat bermanfaat. Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan
langsung dengan unsur - unsur geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan
dan sebagainya sangat bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang
baik dan tepat merupakan unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya :
- Posisi titik kontrol geodetik
- Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran)
- Posisi danau dan sungai
- Rincian topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit-
bukit kecil, punggungan dan sebagainya).
- Faktor - faktor yang sering berubah, seperti :
Kondisi hidrografi
Batas pemukiman
Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan.
Nama - nama daerah.
Batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi atau geologi antara
lain :
1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok.
2. Memilih unsur - unsur peta yang mudah dimengerti.
3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik
dan tampilan peta yang akan dijadikan acuan.
4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas minimum, ter-
gantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok.
Maksud penyusunan peta dasar sebelum melaksanakan kegiatan tertentu merupakan langkah
persiapan sebelum kegiatan dilaksanakan, sehingga peta dasar merupakan peta rencana kegiatan
yang telah tersusun untuk memudahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya.
Biasanya yang digunakan sebagai peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta topografi yang
sebenarnya hanya memberikan informasi secara umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian
(kontur), nama sungai dan nama daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta
dasar. Sebagai contoh kerapatan garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan
sementara terhadap lereng yang
curam tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola
punggungan yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan.
Analisis terhadap peta topografi tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan penelitian geologi,
geologi teknik, pengembangan wilayah atau penggunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan
penelitian di lapangan akan lebih terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut.
2.1.3 Peta bertema ( thematic map)
Peta bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan tertentu untuk maksud
tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan informasi tersebut merupakan
hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil
keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya.
Sebagai contoh peta geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan secara lateral dengan
batas - batas yang jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek
geologi lainnya. Penggunaan peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh
pengguna yang berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja yang
sedang ditekuninya, misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah
dan tataruang.
2.2 Pemahaman peta geomorfologi
Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di dunia dan memiliki perbedaan
terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta geomorfologi,
sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta menggunakan simbol - simbol
warna dan pola hitam putih disertai arsiran, tergantung pada kepentingan pembuatan peta
didalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.
Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta, yaitu :
a. Peta geomorfologi analitik.
b. Peta geomorfologi sintetik.
c. Petaa geomorfologi pragmatik.
2.2.1 Peta geomorfologi analitik
Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik cenderung memberikan
informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas, sehingga sifat peta
geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan skala peta 1 : 50.000 sampai 1 :
500.000.
Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang sangat luas dan belum
memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai dasar (landasan)
penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan komponen - komponen
geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya bentanglahan
(landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri
dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (volcanous) dan sistem lahan ( land system)
struktural, sehingga memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi analitik sangat
berperan untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam ukuran propinsi,
pulau atau negara.
Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas dan memiliki arti penting di
dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan geomorfologi, sehingga aspek
tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen
dan Van Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang
merupakan faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan,
sehingga harus digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna.
Warna - warna tertentu yang direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi
berdasarkan aspek genetik adalah sebagai berikut :
KELAS GENETIK SIMBOL WARNA
Bentuklahan asal struktural Ungu / violet
Bentuklahan asal gunungapi Merah
Bentuklahan asal denudasional Coklat
Bentuklahan asal laut (marine) Hijau
Bentuklahan asal sungai Biru tua
(fluvial)
Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda
Bentuklahan asal aeolian Kuning
(angin)
Bentuklahan asal karst Jingga (orange)
(gamping)

Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh lambang garis
atau huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu - abu berupa bayangan.
Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu,
sehingga informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta dengan
warna yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih
banyak dengan tidak mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada
suatu daerah berdasarkan morfogenetik.
Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan menggunakan warna hitam,
tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen (1970) menyebutkan bahwa
penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu menggunakan simbol garis, karena biaya
untuk pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus diketahui dengan benar.
Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat ditampilkan dengan simbol garis
hitam, sedangkan simbol garis berwarna dianjurkan untuk penggambaran simbol morfodinamik
(proses aktif), misalnya simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan warna biru untuk
banjir atau sedimentasi.
2.2.2 Peta geomorfologi sintetik
Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi geomorfologi yang
bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu tujuan tertentu. Skala peta
geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga informasi
geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya unsur -
unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun.
Pada peta geomorfologi sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat yang
mencerminkan bagian - bagian lahan semi rinci dari suatu bentangan lahan dari tingkat yang
paling kecil sampai tingkat yang paling besar sebagai berikut :
1. Komponen lahan (land component)
2. Satuan lahan (land unit)
3. Bentuklahan (landform)
4. Sistem lahan (land system)
5. Bentanglahan (landscape)
Komponen lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang menekankan
kesamaan kelompok atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan bentuk permukaan lahan
sebagai kriteria pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan
komponen lahan memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi
dan proses. Skala peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100,
biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen.
Satuan lahan, mengacu kepada suatu komponen lahan atau sekumpulan komponen lahan yang
homogen atau heterogen berdasarkan ciri khusus suatu lahan atau komponen lahan. Tampilan
dari satuan lahan menggambarkan ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang
dibandingkan dengan satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief),
proses dan lithologi merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang
digunakan untuk menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya
digunakan untuk pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan.
Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan lahan yang homogen atau heterogen dengan
ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri -
ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan (morfografi), proses / asal - usul
(morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng, panjang lereng dan kerapatan
pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala peta yang digunakan
untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan
untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangunan yang bersifat sangat luas.
Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan bentuk permukaan
lahan (relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek lingkungan, biasanya dibedakan
berdasarkan proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan
pengulangan kemiripan pola bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan
sistem lahan disekitarnya pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk
menampilkan sistem lahan biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk
kepentingan peta tinjau suatu proyek pembangunan.
Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan, bentuklahan, satuan
lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang sangat luas dengan ciri
memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk
menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai
peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau
dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.
Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Ban - dung berdasarkan fisiografi
Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan
diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban Perahu dan bentuklahan Gunungapi
Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi diuraikan menjadi satuan - satuan lahan (land
units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng tengah gunungapai dan lereng
kaki gunungapi.
Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat erat hubungannya dengan kondisi geologi,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi
sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar didalam pemetaan geologi.
2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik
Kandungan peta geomorfologi pragmatik cenderung menampilkan informasi geomorfologi yang
bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta geomorfologi pragmatik merupakan peta untuk
tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 :
5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari aspek - aspek geomorfologi yang bersifat rinci,
seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak, arah sedimentasi, arah lelehan lava
gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.
Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu kegiatan yang
bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan
kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan
pemetaan yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi
(hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian
lahan (land suitability map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta
morfokonservasi dan peta hidrogeomorfologi.
Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu kemiringan lereng dan
kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan mengetahui tingkat erosi
yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang akan terjadi pada lereng tersebut.
Peta Hidrogeomorfologi, menggunakan simbol warna untuk membedakan satuan
hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol - simbol yang biasa digunakan didalam kajian
hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi didasarkan pada kemiringan lereng, tutupan
vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan kedalaman air tanah.

Anda mungkin juga menyukai