Anda di halaman 1dari 51

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue

2.1.1 Pengertian

Definisi DBD atau DHF adalah penyakit demam akut yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigtan nyamuk

Aedes aegypty dan Aedes albopictus (Standar Pelayanan Medis

PAPDI., . 2002).

DBD atau DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan

dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya

memburuk setelah dua hari pertama (Mansjoer, A. 2001)

Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi

mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan

syock, nyeri otot dan sendi dan kematian (Mansjoer, A. 2001). Penyakit

ini ditularkan lewat nyamuk Aides aegepty yang menbawa virus dengue

(antropad bone virus) atau disebut arbo virus.

Demam Berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

yang masuk melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah

Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. ( Nursalam, 2005)

1
2

Keterangan Gambar :

1. Telur

2. Jentik

3. Kepompong

4. Nyamuk Demam

Berdarah Dewas

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes Aegypti, Samuel 2009

Penyakit demam berdarah adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus. Dikenal bermacam-macam jenis virus

penyebab penyakit demam berdarah, tetapi di Indonesia hanya

terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu virus dengue

dan virus chikungunya. Diantara kedua jenis virus yang terdapat di

negeri kita, virus dengue merupakan penyebab terpenting dari demam

berdarah. Oleh karena itu, penyakit demam berdarah yang kita kenal

tepatnya bernama demam berdarah dengue, sesuai dengan nama virus

penyebab.

Virus dengue sebagai penyebab penyakit demam berdarah

dengue, merupakan mikroorganisme yang sangat kecil hanya dapat

dilihat dengan mikroskop elektron. Virus hanya dapat hidup di dalam

sel hidup, maka demi kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing

dengan sel manusia yang ditempati terutama untuk kebutuhan protein.


3

Apabila daya tahan tubuh seseorang yang terkena infeksi virus

tersebut rendah, sebagai akibatnya sel jaringan akan semakin rusak

bila virus tersebut berkembang banyak maka fungsi organ tubuh

tersebut baik, maka akan sembuh dan timbul kekebalan terhadap virus

dengue yang pernah masuk ke dalam tubuhnya.

2.1.2 Klasifikasi DHF

WHO Mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya

menjadi 4 golongan, yaitu :

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas

2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan

hemokonsentrasi.

b. Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan

spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena,

perdarahan gusi.

c. Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah

dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ),

tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110 90/70 80/70

80/0 0/0 )
4

d. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung

140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit

tampak biru.

2.1.3Etiologi

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui

vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes

polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang

berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi

seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer

&Suprohaita; 2000).

2.1.4 Patofisiologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan

mengalami keluhan dan gejala karena viremia seperti demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di tenggorok,

timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem

retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,

hati dan limpa. Ruam pada DF disebabkan oleh kongesti pembuluh

darah di bawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit

dan membedakan DF dengan DHF ialah meningginya permeabilitas

dinding kapiler karena penglepasan zat anafilaktosin, histamine dan


5

serotonin serta aktivasi sistem kalikrein yang berakibat ekstravasasi

cairan intravaskuler. Hal ini berakibat mengurangnya volum plasma,

terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hioproteinemia, efusi dan

renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat

permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat renjatan. Pada

pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai

lebih dari 30%.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan

dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga

peritoneum, pleura dan perikard yang pada autopsy ternyata melebihi

jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infus. Renjatan

hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak

segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolic dan

kematian.

Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat, yang

biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.

Perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,

gangguan fungsi trombosit dan kelainan sistem koagulasi.


6

PATHWAY
A. Virus
B.
Dengue
C. Vire
mia

F. Hipe E. Hep D. Depresi Permebilitas


kapiler meningkat
rthermi atomegali
kehilangan
- Anoreks
ia Manifestasi
- Muntah Pendarahan
hipovelemi
Manifestasi
G. Resti Gangguan
perdarahan
Nutrisi kurang dari Resiko syok H.
kebutuhan
I. Hipovole
kematian
mia J. Efusi
pleura
Resiko syok Resiko tjd
hipovolemia K. Ascites
perdarahan

MRS

Hospitalisasi masalah keluarga

Tindakan invasif Perpisahan Lingkungan Baru Kurang Informasi Situasi Kritis

Nyeri - Cemas Kurang Pengetahuan Cemas

Gangguan fungsi bermain

Gambar 2.1 : Pathway Demam Berdarah Dengue ( Samuel Sigian. 2009)


7

2.1.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang dapat muncul pada DBD menurut mansjoer, A

(2001) :

a.Kriteria klinis demam dengue

1. Suhu badan yang tiba-tiba meninggi

2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari

3. Kurva demam yang menyerupai pelana kuda

4. Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian

5. Adanya ruam-ruam pada kulit

6. Leukopenia

b.Kriteria klinis DBD menurut WHO

1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari kemudian

turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik seperti

anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian

dan kepala

2. Manifestasi perdarahan seperti uji tourniquet positif,

petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,

hematemesis, melena

3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus

4. Dengan/tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat

demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk


8

5. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi yakni sedikitnya 20%

c. Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:

1. Derajat I (ringan) terdapat demam mendadak selama 2-7

hari disertai gejala klinis dan dengan manifestasi perdarahan

teringan yaitu uji tourniquet positif.

2. Derajat II (sedang) ditemukan pula perdarahan kulit dan

manifestasi perdarahan lain

3. Derajat III ditemukan tanda-tanda dini renjatan

4. Derajat IV nadi dan tekanan darah yang tidak terukur

2.1.6 Komplikasi

1. Syok

2. Sepsis

3. Ensefalopati

4. Gagal Ginjal Akut

5. Edema pulmo

6. Perdarahan GIT

7. Perdarahan Intra Kranial

(Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2010)

2.1.7 Penatalaksanaan

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :

1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah,

masukan kurang ) atau kejang-kejang.


9

2. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji

tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ),

Hb dan PCV meningkat.

3. Panas disertai perdarahan

4. Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II :

a. Oral ad libitum atau

b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari

untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk

anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman

oralit, air buah atau susu secukupnya.

Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan

minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah

cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan

cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan

sebagai berikut :

a. 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

b. 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

c. 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

d. 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg


10

e. Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain,

antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan

hebat.

Dengan Renjatan ;

2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80

mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt

dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10

mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus

tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan

cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah

masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu

yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan

kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :

a. 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak

dengan BB < 25 Kg

b. 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak

dng berat badan 26-30

c. 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak

dengan BB 31-40 Kg.

d. 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak

dengan BB 41-50 Kg.


11

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg

BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg

dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut

memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau

yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat

diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk

kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah

masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10

mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih

terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin

maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma

ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1

jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun

waktu 24 jam.

d. Pengobatan DHF hanya bersifat simtomatis dan suportif,

yaitu :

a. Pemberian cairan yang cukup, diberikan untuk

mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi,

anoreksia, dan muntah,pasien perlu diberikan minum

sebanyak mungkin (1 – 2 liter dalam 24 jam) berupa air

teh dengan gula,sirup atau susu dapat pula diberi oralit.


12

b. Antipiretik, seperti golongan acetaminofen

(paracetamol), jangan berikan sembarang golongan

salisilat karena dapat menyebabkan perdarahan.

c. Surface cooling

d. Antikonvulsan, bila pasien kejang dapat diberikan :

a. Diazepam (Valium)

b. Fenobarbital (luminal

2.1.9 Pencegahan

Pecegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sangat

tergantung pada pengendalian vektornya yaitu nyamuk Aedes aegypti.

Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan

metode yang tepat yaitu :

1. Lingkungan

Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut

antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelahan

sampah padat, modifikasi tempat perkembangan biakan nyamuk

hasil samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah :

sebagai contoh :

a. Menguras bak mandi / penampungan air sekurang-

kurangnya sekali seminggu.

b. Mengganti / menguras vas bunga dan tempat minum

burung seminggu sekali

c. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air


13

d. Mengubur kaleng-kaleng bekas dan sebagainya

2. Biologis

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan

pemakan jentik ( ikan adu / ikan cupang ) dan bakteri.

3. Kimiawi

Kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.

Menberi bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan

air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain

Cara yang efektif dalam mencegah penyakit Demam

Berdarah adalah mengkombinasi cara-cara di atas yang di sebut

daengan “3 M plus” yaitu menutup, menguras, menimbun.


14

2.2 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah ukuran

Perkembangan : menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara

bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan

komplek melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whaley dan Wong,

2001).

Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat

diukur dengan meter atau centimeter untuk berat badan.Perkembangan

sebagai peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi

secara bertahap dan terus menerus.(Marlow, 2004)

2.2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah :bertambahnya jumlah dan besarnya

sel diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur dan

mudah diobservasi.
15

Perkembangan adalah : sempurnanya fungsi alat tubuh atau

perubahan atau expansiyang bertahap. Dari tahapan yang sederhana ke

tahapan yang lebih kompleks.

2.2.2 Pola pertumbuhan dan perkembangan.

a. Terjadi secara

terus-menerus.

b. Merupakan

dasar dari semua

kehidupan manusia.

c. Tumbuh fisik

dapat dilihat nyata.


16

Tumbuh berarti bertambah besar dalam fisik. Pertambahan ini dapat

disebabkan oleh peningkatan ukuran masing-masing sel atau kesatuan sel yang

membentuk organ tubuh ⇨ Terjadi sepanjang masa anak ⇨ Terjadi

pembentukkan jaringan tubuh baru secara terus-menerus. Kecepatan berbeda-

beda tergantung usia.

B. Pertumbuhan dapat diketahui dengan anthropometrik :

a. Timbang berat badan

b. Ukur tubuh

c. Ukur lingkaran kepala

d. Ukur lingkaran dada

e. Ukur lingkaran lengan

C. Perkembangan Dapat Diketahui:

a. Seseorang berkembang dalam pengaturan Neuro Muscular ⇨ dapat terlihat

kemampuan/peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang kompleks.

b. Perkembangan dapat diketahui/dinilai dengan pengamatan

c. gerakan-gerakan/kecakapan

d. Kecerdasan

e. Penguasaan bahasa/kesanggupan bicara

f. Hubungan sosial

g. Tingkat perkembangan bersifat individual.⇨ harus diingat urutan-urutan

perkembangan menurut tingkat perkembangan tertentu.


17

D. 2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang :

1. Faktor herediter :

a. Jenis kelamin

b. Ras

c. Kebangsaan

2. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan Pranatal

b. Pengaruh Budaya

c. Status sosial dan ekonomi

d. Nutris

e. Iklim atau cuaca

f. Olahraga/alat fisik

g. Posisi anak dalam keluarga


18

3. Faktor Internal

a. Kecerdasan

b. Pengaruh hormonal

c. Pengaruh Emosi

2.2.4 Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Periode Prenatal ⇨ Konsepsi sampai dengan lahir.

2. Periode Infency ⇨ Lahir sampai dengan 12 bulan

a. Neonatus : lahir sampai dengan 28 hari.

b. Infancy : 29 hari sampai dengan 12 bulan

3. Periode Early Childhood ⇨ 1 tahun sampai dengan

6 tahun.

a. Toddles : 1 tahun sampai dengan 3 tahun

b. Pra sekolah : 4 tahun sampai dengan 6 tahun.

4. Periode Middle Childhood ⇨ Periode sekolah : 6 tahun sampai dengan 12

tahun.

5. Periode Later Childhood ⇨ 12 tahun sampai dengan 18 bulan.

a. Pre pubertas : 12 tahun sampai dengan 18 bulan.

b. Adoleseence : 13 tahun sampai dengan 18 bulan.


19

2.2.5 Teori-Teori Perkembangan :

1. Perkembangan Psikososial ⇨ Erik Erikson (2001 ).

2. Perkembangan Intelektual ⇨ Piaget.

3. Perkembangan Psikosexual ⇨ Sigmum Frend.

E. 1. Perkembangan Psikososial (Erikson)

a. Percaya Vs tidak percaya (0-1 thn)

Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat mendasar

pada fase ini. Belaian cinta kasih ibu dalam memberikan perhatian

dan memenuhi kebutuhan dasar anakAnak akan mengembangkan

rasa tidak percaya pada orang lain apabila pemenuhan keb dasar

tidak terpenuh

b. Otonomi Vs rasa malu dan ragu ( 1-3 tahun

Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak untuk

mengontrol tubuh dan lingkungannya. Anak akan meniru perilaku

orang lain di sekitarnya. Rasa malu dan ragu akan timbul apabila

anak di paksa oleh orang tuanya atau orang dewasa untuk berbuat

yang dikenhendakinya.

c. Inisiatif Vs rasa bersalah (3 samapi 6 tahun)

Perkembangan Inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji

lingkungan melalui kemampuan indranya. Perasaan bersalah akan

timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga

mereka tidak puas

d. Industry Vs Inferiority (6-12 tahun)


20

Anak akan belajar bekerjasama dan bersaing dengan anaka lainnya

melalui keg yang dilakukan baik didalam keg akademik maupun

pergaulan

Perasaan akan rendah diri akan berkembang apabila anak terlalu

mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak tidak berhasil

memenuhinya.

e. Identitas Vs kerancun peran (12-18 tahun)

F. Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan perannya

sebagai anak yang sedang berada pada fase transisi.

Ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan menimbulkan

kerancuan peran yang harus dijalankan.

2. Perkembangan

Intelektual (Piaget)

a. Tahap sensorik-motorik (0-2 tahun

Bayi belajar dan mengembangkan kemampuan sensorik motorik

dengan dikondisikan oleh lingkungannya.

b. Praoperasional (2 – 7 Tahun).

Pada anak usia 2-3 tahun anak berada diantara sensorik motorik dan

praoperasional, yaitu anak mulai mengembangkan sebab akibat.

Anak prasekolah (3-6 tahun) mempunyai tugas untuk menyiapkan

diri memasuki dunia sekolah.

c. Concrete opresional (7-11 tahun)


21

Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan

masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka

terima dari lingkungannya.

d. Formal Operation (11-15 tahun)

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuan untuk

fleksibel terhadap lingkungan

Perkembangan Psikoseksual menurut Freud,2001 (Freud)

a. Fase Oral (0-11 bln)

Masa bayi sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada aktivitas

oral. Hambatan atau ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan

oral akan mempengaruhi fase perkembangan.

Penanaman identitas gender pada bayi dimulai dengan adanya

perlakuan ibu atau ayah yang berbeda.

b. Fase Anal (1-3 tahun)

Anak senang menahan feses. Toilet training adalah waktu yang tepat

dilakukan pada periode ini.

c. Fase Falik (3-6 tahun)

Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan

dan laki2 dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin.

Orang tua harus bijak dalam memberi penjelasan tentang hal ini

sesuai dengan kemampuan perkembangan kognitifnya.

d. Fase Laten (6 – 12 Tahun)


22

Anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang merupakan

media untuk menekplorasi pengetahuan dan penagalamnnya melalui

aktivitas fisik maupun sosialnya.

Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak, mengarah pada

sistem reproduksi.Orang tua harus bijaksana dalam merespon.

e. Fase Genital (12-18 tahun)

fase pubertas yaitu dengan adanya proses kematangan organ

reproduksi dan produksi hormon seks.

Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur :

1. Usia 0-3 bulan :

a. Mampu menggerakkan kedua tungkai dan lengan dengan mudah.

b. Memberi reaksi dengan melihat

c. Mengeluarkan suara

d. Membalas senyuman

2. Usia 2-6 bulan

a. Mengangkat kepala dengan tegag pada posisi telungkup

b. Dapat menggenggam benda yang disentuhkan pada

punggung/ujung jari.

c. Mencari sumber suara yang keras.

d. Membalas senyuman.

3. Usia 6-9 bulan :

a. Bila didudukkan, dapat mempertahankan posisi duduk dengan

kepala tegak.
23

b. Meraih benda yang menarik.

c. Tertawa/berteriak bila melihat benda yang menarik.

d. Takut pada orang lain yang belum dikenal

4. Usia 9-12 bulan

a. Mampu berdiri dengan berpegangan.

b. Dapat mengambil benda kecil

c. Dapat mengatakan “Papa, Mama

5. Usia 12-18 bulan :

a. Berjalan sendiri tanpa jatuh.

b. Dapat mengambil benda kecil sebesar biji jagung, dengan ibu jari

dan telunjuk.

c. Dapat mengucapkan keinginan secara sederhana.

d. Minum dari gelas sendiri tanpa tumpah

6. Usia 18-24 bulan :

a. Dapat menendang bola.

b. Mencoret-coret dengan alat tulis.

c. Menunjuk bagian tubuh dengan benar.

d. Meniru pekerjaan rumah tangga.

7. Usia 2-3 tahun :

a. Berjalan naik turun tangga.

b. Mampu melepas pakaian sendiri.

c. Menyebut nama sendiri.

d. Makan dan minum sendiri.


24

8. Usia 3-4 tahun :

a. Berdiri di atas satu kaki.

b. Menggambar bentuk lingkaran.

c. Menyebut nama orang lain.

d. BAB dab BAK sendiri pada tempatnya.

9. Usia 4-5 tahun :

a. Melompat dengan satu kaki.

b. Berpakaian sendiri.

c. Bisa bercerita.

10. Usia 5-6 tahun :

a. Menangkap bola

b. Mengenal dan mematuhi peraturan sederhana

11. Usia 6-12 tahun :

a. Laki-laki lebih aktif dari pada wanita.

b. Mencari lingkungan yang lebih luas.

c. Belajar di bangku sekolah dan interaksi dengan lingkungan

sekolah.

12. Usia 12-18 tahun :

a. Seluruh system tubuh berkembang dengan sempurna.

b. Bersosialisasi dalam kelompok teman sebaya.

c. Remaja awal ⇨ orang tua masih berperan penting baik

fisik, sosial maupun emosional.

d. Pertengahan remaja ⇨ anak berubah jadi mandiri.


25

e. Remaja akhir ⇨ anak memperlihatkan peran mandiri dalam

masyarakat/kelompoknya.
26

f. Kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologi

Kebutuhan fisik tdk terpenuhi ⇨ terganggu kelangsungan

hidupnya.

Kebutuhan psikis tidak terpenuhi⇨Individu tidak akan

mendapatkan kepuasan, percaya diri sendiri,hubungan dengan orang lain

tidak tebina dengan baik

Kebuthan fisik dasar :

a. Perumahan

b. Makanan

c. Pakaian

d. Udara segar dan sinar matahari

e. Kegiatan dan istirahat

f. pencegahan terhadap penyakit dan kecelakaan

g. Latihan u/ membina kebiasaan dan ketrampilan yang diperlukan

untuk kelangsungan hidupmya

h. Kebutuhan psikologis

i. kasih sayang dan asuhan keperawatan yang continue

j. Rasa aman berada dalam lingkungan yang dikenal

k. merasa punya identitas, dihormati

l. Mendapat kesempatan untuk belajar dari pengalaman

m. kesempatan untuk mandiri

G. 2.2.6 Prinsip- Prinsip Tumbuh Kembang


27

a. Pertumbuhan adalah proses yang terus menerus yang ditentukan

beberapa faktor.

b. Semua tumbang manusia mengikuti pola yang sama

c. Belajar dapat merupakan salah satu bantuan atau gangguan proses

kedewasaan

d. Perkembangan bagian lain mempunyai kaakteristik sendiri.

e. Tumbang terjadi dari atas kebawah, dari tengah kebagian samping

tubuh

f. Tumbang semakin bertambah dengan berbagai perbedaan.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Demam Berdarah Dengue

Langkah pertama dari proses keperawatan yaitu pengkajian, dimulai

perawat dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk

mengumpulkan data tentang klien, diagnosa keperawatan, Rencana

keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi perkembangan kesehatan

klien (Potter & Perry, 2005).

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai

sumber data untuk mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001)

Adapun pengkajian pada klien DHF yang perlu dikaji adalah sebagai

berikut:

a. Pengumpulan Data

1. Biodata klien dan penanggung jawab


28

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status, Agama, Suku/Bangsa,

Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Tanggal Masuk RS. Diagnosa

Medik dan Nomor Register. Sedangkan identitas penanggung

jawab yang perlu dikaji : Name, Umur, Jenis Kelamin,

Pendidikan, Pekerjaan, Alamat, Agama, Hubungan dengan

klien.

2. Riwayat keperawatan

a) Keluhan utama

Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi

mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari. terdapat

petekie pada seluruh kulit, perdarahan gusi. epigastrium,

epitaksis, nyeri pada sendi-sendi.

b) Penyakit sekarang

Sering menunjukkan sakit kepala, nyeri otot pegal seluruh

tubuh, panas, sakit saat menelan, lemah, nyeri ulu hati atau

epigastrium, mual, muntah, nafsu makan menurun.

c) Riwayat penyakit dahulu

Ada kemungkinan bahwa pasien yang telah teninfeksi

DHF bisa terulang terjangkit lagi. Tetapi penyakit ini tidak

ada hubungan dengan penyakit yang pernah diderita

dahulu.

d) Riwayat penyakit keluarga


29

Penyakit DHF dibawa oleh nyamuk, jadi bila terdapat

anggota keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu

rumah kemungkinan tertular ke anggota keluarga lain

lewat gigitan nyamuk.

e) Riwayat kesehatan lingkungan

Daerah ini yang dijadikan tempat tinggal nyamuk yakni

lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari.

banyak genangan air, pas bunga yang jarang diganti

airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, perlu

ditanyakan pula apakah daerah itu riwayat wabah DHF

karena bisa terulang kapan saja.

3. Riwayat Biopsikososial (Virginia Handorson)

a) Pola pernafasan

Data Anak dengan Demam Berdarah Dengue ditemukan

napas sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan

dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi

sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

b) Elminasi

BAB (Buang Air Besar): Kadang-kadang klien mengalami

diare /konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bias

terjadi melena.
30

BAK (Buang Air Kecil) : Perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV

sering terjadi hematuria.

c) Pola Nutrisi

Pada pola nutrisi yang di tanyakan adalah nafsu makan,

jumlah makan atau minum serta cairan yang masuk, ada

tidaknya mual muntah dan kesukaran menelan.Umumnya

pada anak Demam Berdarah nafsu makan menurun dan

mengalami anoreksia, mual atau muntah.

d) Kebutuhan istirahat dan tidur.

Klien sering mengalami kurang tidur karena mengalami

sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan

kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.

e) Kebutuhan Aktifitas

Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan

kemampuan dalam ADL klien.

Pada klien Demam Berdarah aktivitas dibatasi dan ADL di

bantu oleh perawat/keluarga.

f) Kebutuhan dan keseimbangan tubuh

Pada klien Demam Berdarah biasanya terjadi peningkatan

suhu tubuh di sertai bintik-bintik merah pada kulit.

g) Kebutuhan personal hygine


31

Pada klien Demam Berdarah kemampuan dalam

pemenuhan kebutuhan personal hygine biasanya di bantu

oleh keluarga atau perawat berkaitan dengan kelemahan

yang dialami.

h) Kebutuhan berkomunikasi

Pada pengumpulan data ini yang perlu di tanyakan adalah

bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang lain,

dan cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang

lain.

i) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Pada pengumpulan data ini ditanyakan kenyamanan klien,

pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S, T.

Provokatif : Ada penyebab nyeri, faktor yang memperberat

dan meringankan nyeri.

Qualiti : Seperti apakah rasa nyeri

Region : Lokasi nyeri yang dirasakan

Severity : Keparahan atau intensitas nyeri

Time : Waktu serangan nyeri.

Pada klien Demam Berdarah mengalami nyeri otot dan

persendian sehingga klien merasa tidak nyaman.

j) Kebutuhan bekerja

Pada klien Demam Berdarah perubahan status kesehatan

dan rasa nyeri yang dirasakan mengakibatkan perubahan


32

yang di alami dalam hal bekerja, klien tidak dapat

melakukan aktivitas yang biasa dilakukan klien setiap

harinya.

k) Kebutuhan berpakaian

Pada klien Demam Berdarah kebutuhan berpakaian di bantu

oleh perawat/keluaraga, pada klien Demam Berdarah

diberikan pakaian yang menyerap keringat.

l) Kebutuhan spiritual

Yang perlu ditanyakan adalah bagaimana keyakinan klien

pada agama, bagaimana cara klien mendekatkan diri kepada

Tuhan selama sakit.

Pada klien Demam Berdarah adanya perubahan status

kesehatan yang dapat menghambat klien dalam

melaksanakan ibadah.

m) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada klien Demam Berdarah mengalami keterbatasan dalam

bergerak, sehingga klien tidak bisa bermain dan rekreasi.

n) Kebutuhan belajar

Kebutuhan belajar ini tergantung pada individu itu sendiri,

tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit

yang diderita oleh klien.

4. Pemeriksaan Fisik / Heat to toe


33

a) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat

badan, panjang badan, usia)

b) Kepala dan rambut

1) Inspeksi : mengetahui warna, tekstur dan distribusi

rambut, apakah bentuk kepala simetris atau tidak, apakah

ada ketombean, kutu atau tidak,apakah rambut mudah

rontok atau tidak.

2) Palpasi : mengetahui ada atau tidak pembengkakan pada

kepala , ada atau tidak ada nyeri tekan.

c) Wajah

1) Inspeksi : mengetahui bentuk wajah klien simetris

atau tidak, gerakan otot wajah dan ekspresi wajah klien

pada saat melakukan pengkajian

2) Palpasi : mengetahui ada atau tidak odema pada

wajah

d) Mata

Inspeksi : mengetahui apakah ada sianosis atau tidak,

terdapat konjungtivitis atau tidak, kelopak mata bersih atau

tidak

e) Hidung

Inspeksi : mengetahui bentuk hidung apakah simetris atau

tidak, apakah terdapat skret atau polipnasi atau tidak dan

untuk mengetahui sejauh mana ketajaman penciuman klien.


34

f) Telinga

Inspeksi ; mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak,

apakah terdapat serumen atau tidak, apakah pendengaran

kedua telinga baik atau tidak.

g) Mulut

Inspeksi : mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan

gigi klien, bibir kering atau lembab, ada tidaknya caries

gigi.

h) Leher

1) Inspeksi ; mengetahui bentuk leher, apakah ada

atau tidak pembesaran kelenjar tiroid maupun vena

jugularis

2) Palpasi : mengetahui ada atau tidak pembesaran

kelenjar tiroid maupun vena jugularis.

i) Dada

1) Inspeksi ; mengetahui bentuk dada simetris atau

tidak, apakah menggunakan oto bantu pernafasan atau

tidak.

2) Palpasi : mengetahui apakah ada atau tidak

pembengkakan di daerah dada, kelengkapan tulang iga,

apakah ada atau tidak nyeri tekan pada dinding dada,

apakah ada tarikan dinding dada.


35

3) Auskultasi ; mengetahui suara jantung dan nafas

klien (suara nafas tambahan) apakah ada kelainan atau

tidak.

4) Perkusi ; mengetahui bunyi ketuk pada daerah

dada klien, apakah ada bunyi atau tidak.

j) Abdomen

1) Inspeksi ; melihat apakah ada striae atau

tidak, apakah turgor kulit klien baik atau tidak

2) Auskultasi ; mendengar apakah ada bising

usus atau tidak, apakah ada kelainan pada daerah

abdomen, apakah ada nyeri tekan.

3) Perkusi ; mengetahui apakah ada bunyi

timpani pada abdomen.

4) Palpasi ; mengetahui apakah terdapat nyeri

tekan abdomen atau kelainan lainnya pada saat

dilakukan palpasi.

k) Ekstremitas bawah dan atas

1) Inspeksi: melihat apakah ada odema atau

tidak, kekuatan otot dan capillary refill time dan

apakah terdapat infuse atau tidak.

2) Perkusi : mengetahui bagaimana refleks

patella.

l) Integument
36

1) Inspeksi : mengetahui apakah ada RL test

(+), petekie, ekimosis, kulit kering / lembab,

perdarahan bekas tempat injeksi ?

2) Palpasi : mengetahui turgor kulit klien baik

atau tidak.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Darah Lengkap = Hemokonsentrasi (Hemaokrit

meningkat 20 % atau lebih) Thrombocitopeni (100.

000/ mm3 atau kurang)

b. Serologi = Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition

Test )

c. Rontgen Thorac = Effusi Pleura.

6. Analisa Data

Analisa Data adalah mengelompokkan data-data

klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami

permasalahan.

Setelah data dikelompokkan maka perawat

mengadakan identifikasi masalah keperawatan klien dan

merumuskannya. Pengelompokan data dapat di susun

berdasarkan berdasarkan pola respon manusia atau pola

fungsi kesehatan (Nursalam, 2001).


37

Tabel 2.1 Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


38

1 Data Subyektif: Infeksi virus dengue Hipertermi

a. Pasien mengeluh badan

panas

b. Pasien mengatakan Menyerang anti body

tidak nyaman

Veremia

Data Obyektif:

a. Suhu tubuh pasien Demam

38,5°C

b. Badan teraba panas

c. Pasien tampak gelisah

d. Akral hangat

ii.
2 Data Subyekf: Infeksi virus dengue Gangguan

a. Pasien mengatakan Mual muntah pemenuhan

nafsu makan menurun kebutuhan nutrsi

b. Pasien mengatakan Anoreksia

mual muntah

Data Obyektif: Intake

a. Pasien tampak lemah

b. Pasien tidak mau

makan
39

c. Mual +, Muntah +

d. Wajah tarnpak pucat

3 Data Subyektif: Infeksi virus dengue Gangguan

- Pasien mengatakan haus keseimbangan

Data Obyektif: cairan dan elektrolit

Mukosa bibir kering Trombositopnea

a. Turgor kulit men urun

b. Trombosit

< 100.000/mm Permeabilitas vaskuler

4. Data Subyektif: H. Virus Dengue Kecemasan orang

- Ibu klien mengatakan tua

cemas dengan keadaan I. Viremia

anaknya
cemas

Data Obyektif:

a. Ibu klien tampak cemas

b.Ekspresi wajah tampak

murung
40

c.Ibu klien tampak

menangis

5. Data Subyektif: Kurang

- Ibu klien mengatakan J. Virus Dengue pengetahuan

tidak tau apa obat dan tentang penyakit

perawatan yg harus K. Viremia

dilakukan pada
Hipertermi
anaknya

Anoreksia
Data Obyektif:

a.Ibu klien belum


Gangguan nutrisi
mengerti penyakit
kurang dari kebutuhan
anaknya
tubuh
b.Ibu klien belum mengerti
Kurang pengetahuan:
obat yang harus
penyakit, prosedur
diberikan
perawatan
c.Ibu klien mengatakan

tidak tau cara merawat

anaknya

2.2.2 Diagnosa Keperawatan.


41

Diagnosa keperawatan adalah: keputusan klinik tentang

respon individu, keluarga, masyarakat, tentang masalah kesehatan

aktual atau potensial sebagai dasar seksi intervensi keperawatan

untuk mencapai asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan

perawat, semua diagnosa harus didukung oleh data. (Nursalam,

2001).

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

pasien DHF antara lain:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus

dengue.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak

adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan

dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler

4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan krisis

situasional

5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan

kurangnya informasi

2.2.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah

data yang terkumpul dianalisa dan masalah-masalah atau diagnosa

keperawatan telah ditentukan. Secara sederhana perencanaan


42

merupakan keputusan awal tentang apa yang dilakukan,

bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan

kegiatan tersebut (Nursalam, 2001)

Dalam penulisan rencana harus memenuhi kriteria SMART

sebagai berikut:

S : Spesifik

M : Measureable (dapat diukur)

A : Achievable (dapat dicapai)

R : Reality (nyata)

T : Time (waktu)

Tujuan penulisan rencana:

1. Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga

kesehatan lain

2. Meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan

Langkah-langkah penyusunan:

a. Menetapkan prioritas masalah

b. Merumuskan tujuan keperawatan

yang akan dicapai

c. Menentukan rencana tindakan

keperawatan

Berdasarkan diagnose yang diangkat maka rencana keperawatan klien dengan


diagnosa DHF adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Rencana tindakan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional


1 Hipertermie Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda vital: suhu, 1. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk
berhubungan dengan tindakan 3x24 jam nadi, tekanan darah, respirasi mengetahui keadaan umum klien.
infeksi virus dengue diharapkan suhu tubuh 2. Berikan penjelasan tentang
ditandai dengan klien kembali normal dengan penyebab demam atau 2. Penjelasan tentang kondisi yang dialami
demam tinggi sampai peningkatan suhu tubuh klien dapat mengurangi kecemasan klien
kriteria :
39 oC biasanya terjadi 3. Berikan penjelasan pada klien dan
D/S:
2-7 hari, akral hangat, keluarga tentang hal-hal yang 3. Untuk mengatasi demam dan
Pernyataan dari orang
badan teraba panas, dilakukan. menganjurkan klien dan keluarga untuk
tua klien demam
terdapat ptekia pada 4. Jelaskan pentingnya tirah baring lebih kooperatif.
menurun atau hilang
seluruh tubuh, klien bagi klien dan akibatnya jika hal 4. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam
tampak berkeringat, itu tidak dilakukan proses penyembuhan klien dirumah sakit.
D/O:
terdapat nyeri pada 5. Anjurkan orang tua klien untuk
 Suhu tubuh normal
otot, trombositopenia banyak minum kurang lebih 2,5-3 5. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
(36-37C)
dan leukosit meningkat  klien bebas demam liter/hari dan jelaskan penguapan cairan cairan tubuh meningkat
mamfaatnya. sehingga perlu diimbangi dengan asupan
 Nyeri otot hilang
6. Berikan kompres hangat dan cairan yang banyak
 Turgor kulit lembab
anjurkan memakai pakaian yang 6. Kompres hangat akan dapat membantu
 tidak ada ptekia

43
44

 klien tidak tipis. menurunkan suhu tubuh dan pakaian yang


berkeringat lagi tipis akan dapat membantu meningkatkan
7. Berikan therapy Antipiretik sesui penguapan panas tubuh.
dengan program dokter. 7. Antipiretik yang mempunyai reseptor di
Hypothalamus dapat meregulasi tubuh
sehingga suhu tubuh diupayahkan
mendekati suhu normal.

2 Ganguan pemenuhan Setalah dilakukan 1. Kaji riwayat nutrisi termasuk 1. Mengidentipikasi defesiensi,menduga
kebutuhan nutrisi kurang tindakan keperawatan makanan yang di sukai kemungkinan intervensi
dari kebutuhan tubuh selama 3x24 jam 2. Obsevasi dan catat masukan 2. Mengawasi masukan kalori /kwalitas
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan makanan klien kekurangan konsumsi makanan
intake nutrisi kkurang nutrisi dapt terpenuhi 3. Berikan atau anjurkan pada orang 3. Makan sedikit dapat menurunkan
ditandai dengan klien dengan kriteria: tua klien untuk memberikan kelemahan dan meningkatkan masukan
mengalami mual dan D/S: anaknya makan sedikit tapi sering juga mencegah distensi gaster
muntah, nafsu makan Pernyataan dari orang tua 4. Sajikan makanan dalam keadaan 4. Untuk membangkitkan selera makan
menurun, mukosa bibir klien nafsu makan hangat
kering dan pecah-pecah menurun atau meningkat 5. Observasi porsi makan klien,berat 5. Untuk mengatahui sejauh mana
klien tampak mual dan badan dan keuhan lain perkembngan klien
muntah dan wajah D/O: 6. Kolaborasi dalam pemberian obat 6. Untuk mengurangi mual dan muntah
45

tampak pucat.  Nafsu makan mual dan muntah klien


meningkat
 klien tidak mengalami
mual dan muntah lagi
 mukosa bibir lembab
dan tidak pecah-pecah
wajah tidak pucat lagi.

3 Gangguan kesimbangan Setelah dilakukan 1.Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai 1.Vital sign membantu fluktuasi cairan
cairan dan elektrolit tindakan selama 3x24 jam indikasi intra vaskuler
berhubungan dengan diharapkan tidah terjadi 2. Obsevasi capillary refill time 2. Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
vermeabilitas vaskuler deficit volume cairan 3. Observasi intake dan output, Catat 3. Penurunan haluaran urinepekat dengan
ditandai dengan klien denagan kriteria: warna urine/konsentrasi, BJ peningkatan BJ diduga dehidrasi
biasanya mengalami mual D/S: 4. Anjurkan untuk minum 1500-2000 4. Untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan muntah dan merasa Pernyataan dari orang tua Ml/hari (sesuai toleransi) tubuh, peroral
haus, mukosa bibir kering klien peningkatan intake 5. Kolaborasi pemberian cairan 5. Meningkatkan jumlah cairan tubuh,untuk
dan pecah-pecah, klien cairan intravena mencegah hipolemik syok 4
tampak lemah, 6
D/O:
46

 Input dan ouput


seimbang
 Vital sign dalam batas
normal
 mukosa bibir tidak
kering lagi dan tidak
pecah-pecah
 klien tidak mengalami
mual dan muntah
 keadaan umum baik
4 Kecemasan orang tua Setelah dilakukan 1. Anjurkan kepada orang tua klien 1. Dengan menceritakan perasaan yang
berhubungan dengan tindakan keperawatan untuk menceritakan perasaannya. klien rasakan akan mengurangi beban
kurangnya informasi selama 2x24 jam klien
ditandai dengan orang tua diharapkan kecemasan 2. Berikan privasi untuk klien dan 2. Memungkinkan waktu
klien sangat khawatir berkurang dengan kriteria: orang terdekat. mengekspresikan perasaanya dapat
dengan kondisi anaknya D/S: menghilangkan kecemasan klien.
dengan orang tua klien Pernyataan dari orang tua 3. Berikan penjelasan kepada orang 3. Dengan memberikan penjelasan klien
bertanya-tanya tentang klien cemas berkurang tua klien dan keluarga mengenai dapat mengerti tentang penyakit yang
kondisi anaknya, klien atau hilang penyakit yang diderita sedang diderita.
tampak tegang, klien (pengertian,penyebab dan
47

tampak gelisah. D/O: penatalaksanaan).


-orang tua klien tidak
tampak tegang.
-orang tua klien dan
keluarga mengerti dan
paham tentang penyakit
anaknya

-orang tua klien tidak


bertanya-tanya lagi
tentang kondisinya,
5 Kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan 1. Berikan penjelasan mengenai 1. Agar orang tua klien dan keluarga
berhubungan dengan tindakan keperawatan pengertian,penyebab,tanda dan dapat mengetahui arti,penyebab,tanda
kurangnya Informasi selama 2x24 jam gejala dari demam berdarah. dan gejala dari demam berdarah.
ditandai dengan: orang diharapkan orang tua 2. Jelaskan penanganan pertama 2. Agar tidak memperburuk keadaan
tua klien mengatakan klien dan keluarga apabila terjadi peningkatan suhu klien.
tentang penyebab mendapatkan informasi, tubuh.
penyakitnya, orang tua dengan kriteria: 3. Jelaskan akibat yang bisa 3. Agar keluarga dapat cepat
klien mengatakan tidak D/S: - terjadi apabila penyakit demam melakukan tindakan yang intensip dan
tau kalau panas tinggi berdarah tidak cepat ditanggani. tidak sampai memperburuk keadaan.
48

selama tiga hari tidak D/O: 4. Kaji tingkat pemahaman


turun bisa dicurigai - orang tua Klien tidak orang tua klien tentang 4. Untuk mengetahui tingkat
demam berdarah, orang bertanya- tanya lagi penjelasan penyakit yang sudah pemahaman klien
tua klien tampak tidak tau tentang penyakitnya. diberikan
dan mengerti tentang - orang tua klien dapat
penyakit demam mengetahui penyebab
berdarah, orang tua klien penyakit serta cara
bertanya-tanya tentang penanggulangan dirumah
penyakitnya - orang tua Klien
kooperatif dalam tindakan
keperawatan
49

2.2.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan

pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien

dengan tujuan untuk membantu klien dan mencapai hasil yang telah

ditetapkan yang mencakup perawatan, kesehatan, pencegahan

penyakit, pemeliharaan kesehatan, memfasilitasi koping

( Nursalam, 2001 ).

Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu : Pertama

fase persiapan meliputi pengetahuan rencana, vasilidasi rencana,

pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana.


47
Kedua, fase persiapan klien dan Ketiga, fase persiapan lingkungan.

Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional. Tindakan keperawatan dibedakan

berdasarkan tanggung jawab perawat secara profesional sesuai

standart praktek keperawatan yaitu : tindakan dependen (limpahan)

dan interdependen (kerjasama dengan tim kesehatan lainnya).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan,

dimana proses evaluasi ini dilakukan terus menerus, diperlukan

untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja.

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinnyu, karena


50

setiap tindakan keperawatan yang dilakukan, respon klien dicatat

dan di evaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan.

Kemudian, berdasarkan pada respon klien tersebut dilakukan revisi

intervensi keperawatan dan atau revisi hasil, mungkin diperlukan.

Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki pengetahuan

dan kemampuan untuk memahami respons terhadap intervensi

keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang

tujuan yang dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan

tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Tahap evaluasi ini terdiri

dari dua kegiatan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi

proses dilakukan selama proses perawatan berlangsung atau menilai

respons pasien, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target

tujuan yang diharapkan.

Evaluasi pada klien Demam Berdarah Dengue adala sebagai

berikut :

1. Suhu tubuh normal

2. Tidak terjadi devisit volume cairan

3. Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi


51

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Jakarta: EGC

Maharani, S. (2009). Pijat dan senam sehat untuk bayi. Jogjakarta: Katahati

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeskulapius.

Fakultas Kedokteran UI.

Nursalam, (2001), Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik

Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta. Salemba Medika.

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta : Prima

Medika

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I Edisi 4. Jakarta : EGC

RI.Depkes. (2005). Pencegahan Dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

Di Indonesia. Jakarta : Ditjen Yankes.

Suriadi. (2001). Buku Pegangan Praktek Klinik Sagung Seto : Jakarta

Sunaryo Sumarmo (2005). Demam Berdarah Pada Anak, Jakarta : FKUI

http://www.blogdokter.net/2008/06/27/demam-berdarah-dengue. hpml Diambil pada

tanggal 1 Desember 2010

(Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak IDAI, 2010)

Anda mungkin juga menyukai