Abstrak: Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak Prasekolah. Subjek Dalam Penelitian Ini Berjumlah
Abstrak: Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak Prasekolah. Subjek Dalam Penelitian Ini Berjumlah
ABSTRAK
Kata kunci: interaksi sosial, pola asuh orang tua, dan penggunaan gadget
The Role of Parenting Styles and the Use of Gadgets
toward Social Interactions of Preschoolers
ABSTRACT
Preschool is time for children to learn about the social environment, develop their
potential, and form self-reliance. Good social interaction skills are needed at this time, in
order to achieve optimal social development. Parenting styles applied by parents to
children affected the social interaction abilities. Learning from parent figures, children can
apply ways of interacting and reciprocal relationships with their peers. The use of gadget
technology in preschoolers have a positive and negative impact on the social interactions
of the children at school. The purpose of this study was to determine the role of parenting
styles and the use of gadgets toward social interactions of preschoolers. Subjects in this
study were 100 preschoolers in Adhi Mekar Kindergarten and Kindergarten Star Big
selected by using simple random sampling technique. Instruments in this study were the
scale of social interaction, parenting styles, and questionnaire use of gadgets. The results
were tested using the technique of analysis of covariance (ancova). The results of the
analysis show the significance value of the corrected model of 0.000 (p <0.05). Based on
the study, it concluded that parenting styles and the use of gadgets together contribute to
the social interaction of preschool children.
ii
DAFTAR ISI
iii
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 44
E. Validitas dan Reliabilitas ....................................................................................... 48
F. Metode Analisis Data ............................................................................................. 50
1. Uji Asumsi Penelitian........................................................................................ 50
2. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 53
A. Persiapan Penelitian .............................................................................................. 53
1. Persiapan Uji Coba Penelitian ........................................................................... 53
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .......................................................... 54
B. Pelaksanaan Penelitian .......................................................................................... 57
C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ........................................................................ 58
1. Karakteristik Subjek ......................................................................................... 58
2. Deskripsi dan Kategorisasi Data Penelitian ..................................................... 61
3. Uji Asumsi Penelitian........................................................................................ 65
4. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 67
D. Pembahasan ........................................................................................................... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 75
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 75
B. Saran ...................................................................................................................... 75
1. Saran Praktis ...................................................................................................... 75
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 77
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 81
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Pola Asuh Orang Tua dan Penggunaan Gadget terhadap Interaksi
Sosial Anak Prasekolah ................................................................................... 38
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
9
BAB I
PENDAHULUAN
Masa kanak-kanak awal adalah periode perkembangan yang dimulai dari akhir masa
bayi hingga usia 6 tahun. Periode ini disebut sebagai masa prasekolah, pada masa ini anak
belajar untuk lebih mandiri dan merawat dirinya sendiri, mengembangkan sejumlah
banyak waktu untuk bermain dengan kawan-kawan sebaya (Santrock, 2007). Perkembangan
otak pada anak usia dini (0-6 tahun) mengalami percepatan hingga 80% dari keseluruhan otak
orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh potensi dan kecerdasan serta dasar-dasar
perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada usia ini. Periode ini disebut sebagai periode
emas, atau yang lebih dikenal sebagai the golden ages (Suyadi, 2010).
2007). Keberhasilan melewati masa transisi ini salah satunya ditentukan oleh bagaimana anak
menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan. Pendidikan di
masa prasekolah sangatlah penting diberikan sesuai dengan standar pendidikan yang tepat,
dihadapkan pada dunia yang lebih luas beserta kebudayaannya. Atas dasar ini disimpulkan
bahwa untuk membentuk kepribadian anak yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UU NO. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir 14, adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan terdiri
atas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada
jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau
bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada
Tabel 1. Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Anfal menurut
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada tahun 2012/2013
menunjukkan bahwa terdapat 1.401 sekolah taman kanak-kanak di Kota Denpasar. Data
tersebut juga menunjukkan bahwa total murid di taman kanak-kanak Denpasar sejumlah
Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu alternatif pendidikan formal untuk
anak usia prasekolah yang bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah
perkembangan sikap, intelektual, keterampilan fisik dan motorik, sosial, moral, dan daya
cipta yang diperlukan oleh anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta
untuk pertumbuhan dan perkembangan pada tahap selanjutnya. TK merupakan area penting
yaitu tunduk pada otoritas selain orang tua. Anak-anak mendapat bimbingan dari pendidik
dengan gaya dan pendekatan yang berbeda yang selama ini diperoleh dari orang tuanya.
Pengalaman inilah yang membuat anak menjadi lebih memahami perlunya melihat persoalan
dari sudut pandang orang lain. Kemampuan inilah, yang secara akademik disebut sebagai
kemampuan kognisi sosial yang pada tahap perkembangan selanjutnya akan menjadi pondasi
antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial
akan terjadi jika adanya sebuah kontak sosial dan adanya komunikasi. Interaksi sosial
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tak akan
mungkin ada kehidupan bersama (Soekanto, 1992). Pada anak usia dini interaksi sosial
memanglah sangat dibutuhkan karena anak nantinya akan diajarkan bagaimana hidup
12
bermasyarakat, lalu anak juga akan diajarkan berbagai peran yang nantinya akan menjadi
indentifikasi dirinya, selain itu pula saat melakukan interasi sosial anak akan memperoleh
Rubin, Bukowski, & Parker (dalam Upton, 2012) menyatakan bahwa pada
sebayanya. Hal ini 3 kali lipat lebih banyak jika dibandingkan interaksi sosial anak di awal
masa kanak-kanak. Menurut Blatchford (dalam Upton, 2012) sebagian besar interaksi ini
terjadi di lingkungan sekolah dan terdapat bukti bahwa pengalaman-pengalaman ini memiliki
tampaknya negatif dapat bernilai bagi perkembangan sosial. Pembelajaran pada anak usia
dini adalah hasil dari interaksi antara pemikiran anak dan pengalamannya dengan materi-
materi, ide-ide, dan representasi mentalnya tentang dunia sekitarnya (Mutiah, 2012). Anak-
anak mulai beradaptasi dengan teman sebaya dan lingkungannya untuk mencapai
Idealnya, anak usia dini yang berada pada masa prasekolah memerlukan kemampuan
interaksi sosial yang baik agar dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan diri secara
optimal. Pada kenyataannya, tidak semua anak mampu berinteraksi sosial dengan baik,
karena setiap anak memiliki kesiapan fisik dan mental yang beragam untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, sehingga ada kalanya anak-anak memiliki hambatan selama
proses pengembangan diri pada masa prasekolah. Salah satu faktor yang memengaruhi
interaksi sosial anak adalah pola asuh orang tua. Perkembangan sosial anak sangat
dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan
13
memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan
sehari-hari (Susanto, 2012). Pernyataan ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan terhadap dua sekolah yang ada di Kota Madya Denpasar yaitu Taman Kanak-
Kanak Negeri Pembina Denpasar dan Taman Kanak-Kanak Adhi Mekar Indonesia (AMI)
yang mana pada setiap sekolah dilakukan penyebaran sebanyak 18 kuesioner kepada orang
pengasuhan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak, khususnya dalam memberikan
pendampingan penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari. Salah seorang wali murid
membatasi anak dalam penggunaan gadget, sehingga tidak ada perubahan perilaku negatif
yang ditunjukkan oleh anak dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang sama juga dilakukan oleh
seorang wali murid, orang tua membatasi waktu penggunaan gadget kepada anak, dengan
kata lain memperbolehkan anak bermain dengan gadget hanya ketika hari libur saja dan tidak
memberikannya saat hari sekolah, sehingga orang tua tidak merasakan adanya perubahan
pada anak selama mengenal gadget. Wali murid lainnya juga memberikan pendampingan
terhadap anak dalam menggunakan gadget, hal tersebut dilakukan agar anak tidak memiliki
pandangan yang keliru terhadap informasi yang diterima dari gadget itu sendiri, sehingga
anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang high technology dan cepat menyerap informasi.
Selain itu, terdapat gaya pengasuhan berbeda dari salah seorang wali murid, dimana orang tua
memberikan kebebasan waktu penggunaan gadget pada anak, hal tersebut menyebabkan
konsenterasi belajar anak menurun karena lebih memilih bermain gadget dibandingkan
belajar. Wali murid lainnya yang memberikan gaya pengasuhan yang sama juga menyatakan
bahwa anak menjadi sangat ketergantungan pada gadget dan sering meminta untuk bermain
14
game atau youtube, sehingga anak menjadi pribadi yang kurang mampu bersosialisasi di
lingkungan sekitarnya, serta kurang tanggap terhadap himbauan orang tua atau pun keluarga.
Pengasuhan yang tepat dari orang tua sangatlah penting diberikan kepada anak, karena
anak masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk membimbing
perkembangannya sendiri ke arah kematangan. Arahan serta bimbingan orang tua menjadi
kunci keberhasilan anak untuk dapat membentuk kepribadian yang mandiri dan kompeten
secara sosial. Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi, membimbing,
menjadikan anak sukses menjalani kehidupan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Euis
(2004) yang menyatakan bahwa pola asuh merupakan serangkaian interaksi yang intensif,
orang tua mengarahkan anak untuk memiliki kecakapan hidup. Pola asuh orang tua adalah
pola interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan
kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, tetapi juga norma-norma yang berlaku di
masyarakat (Gunarsa, 2002). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola
asuh orang tua adalah proses interaksi orang tua dengan anak dimana orang tua
mencerminkan sikap dan perilakunya dalam menuntun dan mengarahkan perkembangan anak
Orang tua merupakan agen sosial yang sangat penting bagi kehidupan anak. Bentuk
pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak akan memengaruhi perkembangan sosial
anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suharsono (2009) menemukan bahwa
terdapat hubungan positif antara pola asuh orang tua dengan kemampuan sosialisasi anak usia
dini. Hal ini sejalan dengan pandangan sejumlah teoretisi dan peneliti (dalam Santrock, 2007)
yang mengatakan bahwa hubungan orang tua dengan anak berfungsi sebagai landasan
emosional yang digunakan anak untuk mengeksplorasi dan menikmati hubungan dengan
15
teman sebaya. Hubungan orang tua dengan anak memengaruhi hubungan anak dengan teman
sebaya. Anak-anak belajar tentang bagaimana berhubungan dengan figur pemegang otoritas
dari orang tuanya. Melalui teman sebaya, anak-anak juga belajar mengenai cara berinteraksi
dan melakukan hubungan timbal balik dengan teman seusianya (Santrock, 2007).
Perspektif kognitif sosial memandang anak yang tidak bisa menyesuaikan diri
mengalami kekurangan kemampuan kognitif sosial untuk berinteraksi secara efektif dengan
orang lain. Sebuah investigasi membuktikan bahwa anak-anak yang mampu menyesuaikan
diri dengan baik di lingkungan teman sebaya, memiliki berbagai solusi alternatif untuk
mengatasi masalah, lebih adaptif, menunjukkan respon fisik agresif yang lebih sedikit
dibandingkan dengan anak-anak yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan teman
sebaya (dalam Santrock, 2007). Studi terbaru juga menunjukkan bahwa di taman kanak-
kanak, anak yang mengalami penolakan oleh teman sebaya cenderung kurang terlibat dalam
partisipasi di kelas, mengutarakan keinginan untuk tidak masuk sekolah, dan merasa kesepian
jika dibandingkan dengan anak-anak yang diterima oleh teman sebaya (dalam Santrock,
2007).
Faktor penting lain yang menghambat perkembangan sosial anak prasekolah adalah
gadget. Gempuran teknologi yang semakin canggih memengaruhi pola interaksi sosial anak
terhadap lingkungan sekitarnya. Pernyataan ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan di TK
gadget memberi pengaruh terhadap kehidupan sosial anak, mulai dari rendahnya kemampuan
menghabiskan waktu dengan gadget, sehingga kurangnya minat siswa untuk belajar, menjadi
pemalas, kurang responsif dan interaktif terhadap lingkungan di sekitarnya, hingga meniru
gaya bicara maupun perilaku pada karakter film cartoon. Sedangkan 7 responden lainnya
16
(38,9%) mengungkapkan bahwa melalui gadget, anak menjadi lebih pintar, lebih mengetahui
terhadap kehidupan sosial anak, mulai dari anak lebih suka bermain dan menghabiskan waktu
dengan gadget, sehingga kurangnya minat siswa untuk belajar, anak menjadi lebih emosional,
mengemukakan bahwa gadget mampu menjadikan anak lebih high technologi, cepat
menyerap informasi, lebih awal mengenal angka, warna, permainan seusianya, bahasa
inggris, dan menjadi pintar bernyanyi. Selain itu, 2 responden lainnya (11,1%)
Anak mampu menerima informasi dan menyerap ilmu pengetahuan dari berbagai
media, salah satunya melalui teknologi gadget. Banyak hal yang dapat dipelajari oleh anak
melalui gadget, mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang kompleks sekalipun.
Teknologi gadget di era globalisasi saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari Bahasa Inggris yang merujuk pada
perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus untuk mengunduh informasi-
informasi terbaru dengan berbagai teknologi maupun fitur terbaru, sehingga membuat hidup
manusia menjadi lebih praktis (Indrawan, 2014). Berbeda dengan gadget terdahulu, gadget
saat kini telah berevolusi menjadi semakin canggih, menarik dan praktis, sehingga
masyarakat.
17
Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Informasi dan Unicef tahun 2014
smartphone sekitar 47 juta, atau sekitar 14% dari seluruh pengguna handphone. Persentase
pengguna gadget yang termasuk kategori usia anak-anak dan remaja di Indonesia cukup
tinggi, yaitu 79,5%. Hasil survei tersebut juga menyebutkan bahwa sebagian besar anak
menggunakan gadget untuk mencari informasi, hiburan, serta menjalin relasi sosial (liputan6,
2016). Menurut situs New York Times, sejak tahun 2013 sebanyak 72% anak usia 8 tahun ke
bawah telah menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone, tablet, dan iPod. Mayoritas
anak usia 2 tahun lebih suka menggunakan tablet atau ponsel pintar dalam kehidupan sehari-
hari. Dibandingkan tahun 2011, angka tersebut masih berada di 38%. Data menunjukkan
bahwa 70% orang tua mengaku bahwa ketika sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga,
orang tua mengizinkan anak-anaknya yang berusia 6 bulan sampai 4 tahun bermain perangkat
mobile. Selain itu, 65% orang tua melakukan hal yang sama dengan tujuan untuk
menenangkan anak saat berada di tempat umum. Lalu, 25% orang tua mengaku
meninggalkan anak sendiri dengan gadget saat menjelang tidur (CNN Indonesia, 2015).
Gadget yang memiliki akses yang tidak terbatas dapat memberikan sumbangan positif
terhadap wawasan dan pengetahuan anak, baik yang bersifat akademik maupun non
akademik. Meskipun demikian, jika anak mulai kecanduan artinya tidak bisa terlepas dari
gadget, maka hal itu akan menimbulkan pengaruh yang buruk. Beberapa alasan yang
membuat seorang anak menjadi kecanduan gadget antara lain lebih menarik secara visual dan
audio, tidak perlu melibatkan orang banyak, tidak terlalu menimbulkan resiko fisik,
menghindari konflik dengan teman, pemakaian lebih mudah, dapat digunakan di mana saja,
penggunaan gadget pada anak antara lain menjadi pribadi tertutup, kesehatan otak terganggu,
kesehatan mata terganggu, kesehatan tangan terganggu, gangguan tidur, suka menyendiri,
(Iswidharmanjaya, 2014).
Violence & Gore (dalam Mubarok, 2013) menyatakan bahwa antisocial behaviour
merupakan dampak negatif gadget yang disebabkan karena penyalahgunaan gadget itu
sendiri. Hal ini terjadi ketika individu merasa gadget merupakan satu-satunya hal yang paling
penting dalam hidupnya, sehingga dapat melupakan keadaan di sekitarnya. Akan muncul
ketidakpedulian dalam diri seseorang terhadap lingkungan. Satu-satunya hal yang dapat
menarik perhatian hanyalah gadget yang digunakan. Akibat yang timbul ialah seseorang
sehingga akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dan menjalin relasi dengan orang-
orang di sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsal dan Hidayati (2017),
sosial anak balita sebesar 40,2%. Penggunaan smartphone selain untuk bermain, bisa
bermanfaat untuk belajar. Hal ini dikarenakan smartphone salah satu bentuk teknologi
canggih saat ini dan sudah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Penggunaan smartphone
menjadi magnet yang kuat dalam ingatan anak balita, sehingga penggunaan smartphone
cenderung membuat anak balita bersifat individual dan kurang peka terhadap lingkungan.
Selain berdampak pada hubungan interaksi sosial, gadget juga berpengaruh terhadap
Sehingga anak mengalami kesulitan dalam bersosialisasi pada setiap tahap perkembangannya
19
hingga dewasa. Penelitian yang dilakukan oleh Irawan dan Armayati (2013) menunjukkan
tinggi penggunaan gadget pada remaja, maka semakin rendah kemampuan bersosialisasinya.
bersosialisasinya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pola asuh
orang tua dan penggunaan gadget berperan terhadap interaksi sosial anak prasekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah pola asuh orang tua dan penggunaan gadget berperan terhadap
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui peran pola asuh
orang tua dan penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak prasekolah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
pola asuh orang tua dapat menunjang penelitian dalam bidang psikologi
20
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data empiris mengenai peran pola
asuh orang tua dan penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak prasekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
asuh orang tua dan penggunaan gadget terhadap interaksi sosial sehingga anak
sebagai agen sosial yang penting agar proses interaksi sosial dapat berlangsung
secara optimal.
penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak prasekolah sehingga orang tua
dapat membantu anak selama menjalani proses interaksi sosial agar proses
kanak Denpasar, baik itu guru, pegawai, seluruh siswa dan siswi, mengenai peran
pola asuh orang tua dan penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak
sosial anak dan membantu anak untuk mengasah kemampuan interaksi sosialnya
di lingkungan sekolah.
21
E. Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Khotimah pada tahun 2016 dengan judul “Dampak
Penggunaan Gadget Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun”, bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis dampak penggunaan gadget terhadap interaksi sosial anak.
teknik analisis regresi linier sederhana. Penelitian dilakukan dengan melibatkan 37 anak
usia 5-6 tahun di Kompleks Perumahan Pondok Jati Kabupaten Sidoarjo. Hasil penelitian
ini menyatakan bahwa penggunaan gadget memberikan dampak terhadap interaksi sosial
anak.
2. Pada tahun 2016 Tria Puspita Sari dan Amy Asma Mitsalia pernah melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Personal Sosial Anak Usia Pra
penggunaan gadget terhadap personal sosial anak usia pra sekolah di TKIT Al Mukmin.
Populasi penelitian ini adalah wali murid TKIT Al Mukmin. Metode penelitian yang
digunakan adalah survey analitic dengan metode case control. Pengumpulan data
dilakukan melalui kuesioner dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
chi square, dan perhitungan odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif antara penggunaan gadget dengan personal sosial anak usia pra sekolah
di TKIT Al Mukmin.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wuri Utami, Nurlaila, dan Riska Qistiana pada tahun 2017
dengan judul “Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Psikososial
22
Kebumen” bertujuan untuk mengetahui hubungan tipe pola asuh orang tua dengan
Bayuan, Kabupaten Kebumen. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 70 responden.
menunjukkan bahwa ada hubungan tipe pola asuh orang tua dengan perkembangan
Kebumen.
4. Arif Marsal dan Fitri Hidayati pada tahun 2017 melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Smartphone terhadap Pola Interaksi Sosial pada Anak Balita di Lingkungan
Keluarga Pegawai UIN Sultan Syarif Kasim Riau”. Penelitian tersebut bertujuan untuk
melakukan suatu kajian tetang pengaruh smartphone terhadap pola interaksi sosial anak
balita. Subjek penelitian ini adalah sebanyak 91 orang yang berasal dari keluarga pegawai
UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang memilki smartphone dan anak balita. Metode
analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial, dan memberikan
hasil yaitu penggunaan smartphone berpengaruh signifikan terhadap pola interaksi sosial
anak balita sebesar 40,2 %. Penggunaan smartphone selain untuk bermain, bisa
bermanfaat untuk belajar. Hal ini dikarenakan smartphone salah satu bentuk teknologi
canggih saat ini dan telah menjadi kebutuhan bagi setiap orang. Penggunaan smartphone
menjadi magnet yang kuat dalam ingatan anak balita, hal tersebut cenderung membuat
5. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Tri Suharsono, Aris Fitriyani, dan Arif Setyo Upoyo
pada tahun 2009 dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemampuan
mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada
anak prasekolah. Sampel pada penelitian ini berjumlah 76 orang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua
terdahulu dengan penelitian ini dapat terlihat dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Subjek dalam penelitian ini adalah anak prasekolah yang berusia 4 sampai 6 tahun,
2. Responden dalam penelitian ini adalah orangtua dan wali kelas murid TK.
3. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua, variabel tergantung
yaitu interaksi sosial anak prasekolah, dan penggunaan gadget sebagai kovariat.
5. Metodologi penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik analisis data
Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang asli dan orisinil.