Anda di halaman 1dari 11

HAK ASASI MANUSIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Oleh :

1. ALMADIKA AZZAHRA B111 16 053


2. RAHMA SRI RESKY JAMALUDDIN B111 16 062
3. NURJAYA BURHAN B111 16 096
4. MARWAH ANSAR B111 16 407

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak Asasi Manusia terdiri dari tiga kata, yaitu “hak” yang berarti benar, milik,
kekuasaan untuk berbuat sesuatu. “Asasi” berarti bersifat dasar dan pokok tindakan.
Dengan demikian Hak Asasi berarti hak yang dasar atau pokok bagi setiap individu
seperti hak hidup dan hak mendapat perlindungan serta hak-hak lainnya yang sesuai.
“Manusia” berarti orang atau makhluk yang berbudi. Selanjutnya secara istilah, Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. 1

Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat
pada manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Allah swt yang harus dihormati,
dilindungi dan tidak layak untuk dirampas oleh siapapun. Hak Asasi Manusia (HAM)
atau sering disebut Human Right juga merupakan suatu istilah statemen empat dasar
hak dan kewajiban yang fundamental bagi seluruh manusia yang ada di permukaan
bumi ini, baik laki-laki maupun wanita, tanpa membedakan ras, keturunan, bahasa,
maupun agama.2

Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat
pada manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Allah swt yang harus dihormati,
dilindungi dan tidak layak untuk dirampas oleh siapapun. Hak Asasi Manusia (HAM)
atau sering disebut Human Rights juga merupakan suatu istilah statemen empat dasar
hak dan kewajiban yang fundamental bagi seluruh manusia yang ada di permukaan
bumi ini, baik laki-laki maupun wanita, tanpa membedakan ras, keturunan, bahasa,
maupun agama.

1
Hj. Sitti Aminah, “HAK ASASI MANUSIA (HAM) DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”, Jurnal Hukum Diktum, Volume 8,
Nomor 2, Juli 2010, hlm 161-173.
2
ibid
Ide mengenai hak asasi manusia timbul pada abad ke-17 dan abad ke-18,
sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja dan kaum feudal di zaman itu terhadap
rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjaan, yaitu masyarakat
lapisan bawah. Masyarakat lapisan bawah ini tidak mempunyai hak-hak, mereka
diperlakukan sewenang-wenang sebagi budak yang dimiliki. Sebagai reaksi terhadap
keadaan tersebut, timbul gagasan supaya menjadi sama dengan masyarakat kelas
atas, karena pada dasarnya adalah manusia juga. Oleh karena itu, muncullah ide untuk
menegakan HAM, dengan konsep bahwa semua manusia itu sama, semuanya
merdeka dan bersaudara, tidak ada yang berkedudukan lebih tinggi atau lebih rendah.
Sejak masa it, usaha penegakan HAM terus berlangsung, mulai dari usaha untuk
menghapus perbudakan, perlindungan terhadap kelompok minoritas, sampai pada
perlindungan terhadap korban perang. Puncak dari usaha tersebut adalah
dikeluarkannya Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia ( Universal Declaration Of
Human Right) oleh perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948, yang
menjelaskan hak-hak asasi fundamental yang disetujui oleh pemerintah untuk
dilindungi. Deklarasi tersebut bertujuan untuk melindungi hidup, kemerdekaan dan
keamanan pribadi, menjamin kebebasan menyatakan pendapat, berkumpul secara
damai, berserikat dan kepercayaan agama dan kebebasan bergerak, dan melarang
perbudakan, melanggar hak pribadi seseorang. Komisi PBB tentang Hak-Hak Asasi
Manusia telah membuat draft International Bill Of Rights berikutnya yaitu : The
International Convenant on Civil and Political Right ( Perjanjian Internasional tentang
Hak-hak sipil dan Politik , The internasional covenant on Economic Social and Cultrural
Right ( Perjanjian Internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya), dan The
Optional Protocol to The Civil and The Political Convenant ( Protokol Fakultatif Pada
Perjanjian Sipil dan Politik).3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam ?
2. Bagaimana Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Hukum Islam ?

3
Yefrizawati, “ Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Hukum Islam “, 2005,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1612/perdata-
yefrizawati.pdf;jsessionid=33B24C8247C14F6411ABDE4DB27EA6EE?sequence=1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep Hak Asasi Manusia dalam hukum islam.
2. Untuk mengetahui perlindungan Hak Asasi Manusia dalam perspektif hukum
islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

1). Konsep HAM dalam Pandangan Beberapa Tokoh.

HAM adalah Hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak dilahirkan, yang
merupakan anugerah Allah, Berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun. Ada beberapa defines yang dikemukakan oleh beberapa tokoh tentang HAM:

a. HAM adalah Hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan kepadanya
oleh masyarakat, jadi bukan karena hukum positif yang berlaku melainkan
berdasarkan martabatnya sebagai manusi. Manusia memilikinya karena ia
manusia ( Frans Magnis- Suseno).
b. HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua manusia di segala masa dan disegala
tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusi ( A.J. M. Milne )
c. HaM dan Kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual yang
berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas manusia. ( David Beetham
dan Kevin Boyle).
d. HAM adalah Hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia. Hak-hak
tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun miskin, laki-
laki ataupun perempuan. Hak –hak tersebut mungkin saja dilanggar tetapi tidak
pernah dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak
tertersebut merupakan hukum. HAM dilindungi oleh konstitusi dan hukum
nasional di banyak negara di dunia. ( C. De Rover).
e. HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas dalam
konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah (Austin-Ranney).
f. HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia ( Pasal 1 Butir 1 UU No. 39 Th. 1999 tentang HAM dan pasdal 1 butir 1
No. 26 Th. 2000 tentang Pengadilan HAM).
g. HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan yang Maha Pencipta
Sebagai suatu sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatmya yang demikian
maka tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapay mencabut hak asasi
setiap manusia. 4

2). HAM dalam Perspektif Hukum Islam

Dalam bahasa Arab pengertian HAM terdiri dari tiga kata yaitu: hak, asasi, dan
manusia. Kata hak (haqq) terambil dari akar kata haqqa- yahiqqu- haqqân artinya
benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib. Apabila dikatakan, yahiqqu, alaika an taf‟ ala
kadza, maka artinya “kamu wajib melakukan seperti ini”. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka Haqq adalah kewenangan kewarganegaraan atau kewajban untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kata asasi (asasiy) berasal dari akar
kata assa – yaussu- asasân, artinya membangun, mendirikan, meletakkan. Dapat juga
berarti asal, asas, pangkal, dasar dari segala sesuatu. Dengan demikian, asasi artinya
segala sesuatu yang bersifat mendasar dan fundamental yang selalu melekat pada
objeknya. Secara singkat HAM diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri manusia.5

Dalam pandangan Islam, HAM, di samping mengandung ajaran keimanan, juga


ada dimensi yang sudah ditentukan dalam mengatur hak-hak. Pertama, hak Allah atau
huquq Allah berarti kewajiban manusia beribadah kepada Allah swt. Dan haknya untuk
mendapat rahmat dari Allah swt. Kedua, hak manusia atau huquq al-insan al-
dharuriyyah atau huquq an-Naas, tidak jauh berbeda dengan lebih banyak menekankan
pada aspek moralitas.Kedua jenis tersebut tidak bias dipisahkan. Namun lepas dari itu,
ada kesamaan yang perlu dikemukakan yaitu tentang penghargaan dan pemberian
kemerdekaan atas kemanusiaan seorang manusia. Perlu diingat bahwa inti dari HAM
adalah persamaan di depan hukum, keadilan sosial dan ekonomi, serta budaya.6

4 Naimatul Atqiyah, “ HAM dalam Perspektif Hukum Islam”, Islamuna Volume 1 Nomor 2 Desember 2014, hlm. 172-
173.
5 Umi Din Nurzanah, “Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Hasan Al-Banna”, Al-Lubb Volume 2 Nomor 1, 2017, hlm.

247.
6 Ahmad Nur Fuad, Cekli Setya dan Saiful Aris, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam, (Malang:LPSHAM

Muhammadiyah Jatim dan MADANI, 2010), hlm. ix.


Dalam konsep Islam, kewajiban harus lebih didahulukan daripada hak. Hak akan
hilang bila kewajiban tidak terpenuhi. Sebaliknya, jika kewajiban terpenuhi, maka hak
akan muncul dengan sendirinya. Namun selama ini terdapat kalangan tertentu yang
menuntut hak asasinya dan cenderung mengabaikan kewajiban asasinya. Padahal hak
asasi baru bisa terwujud bila di saat yang bersamaan kewajiban asasi juga
dilaksanakan. Lain halnya dalam konsep hukum Barat yang lebih menonjolkan hak
daripada kewajibannya. Itu adalah dampak dari paham individualisme dan materialism
yang berlebihan.

Terdapat perbedaan-perbedaan yang mendasar antara konsep HAM dalam Islam


dan HAM dalam konsep Barat, antara lain:7

1. HAM dalam Islam bersumber pada ajaran Alquran dan Sunnah. Dasar HAM
dalam Alquran terdapat pada surat al-Hujurat ayat 13: “Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal....”

Dikatakan bahwa manusia hidup bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah


untuk saling mengenal, artinya supaya manusia saling berhubungan dan saling
membantu serta saling memberi manfaat, tidak mungkin terjadi hubungan yang serasi
kalau tidak terpelihara hak persamaan dan kebebasan. Sedangkan HAM Barat (UDHR)
bersumber pada pemikiran filosofis semata, karena sepenuhnya produk otak manusia.

2. HAM dalam Islam bersifat Theosentrik, artinya manusia dalam hal ini dilihat
hanya sebagai Makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, bukan sebagai pemilik
mutlak. Oleh karena itu wajib memeliharanya sesuai dengan aturan Tuhan. Dalam
penegakkan, selain untuk kepentingan kemanusian juga didasari atas kepatuhan dan
ketaatan melaksanakan perintah Tuhan dan dalam mencari keridhoannya. Maka di
dalam penegakkan HAM itu tidak boleh berbenturan dengan ajaran syariat secara
komprehensif. Sedangkan HAM Barat lebih bersifat antrofosentrik, maksudnya ialah
manusialah yang menjadi fokus perhatian utama. Manusia dilihat sebagai pemilik
sepenuhnya hak tersebut.

7Daniel Alfaruqi, “Korelasi Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam”, Salam: Jurnal Sosial dan Budaya
Syar-i. Volume 4 No. 1, 2017, hlm. 64-65
3. HAM dalam Islam mengutamakan keseimbagan antara hak dan kewajiban pada
seseorang. Karena itu, kepentingan sosial sangat diperhatikan. Penggunaan hak-hak
pribadi di dalam Islam tidak boleh merugikan atau mengabaikan kepentingan orang lain.
Apabila seseorang melakukan perbuatan sebagai haknya, tapi perbuatannya merugikan
orang lain maka haknya boleh dibatasi. Sedangkan HAM barat lebih mengutamakan
hak dari pada kewajiban, karena itu ia lebih terkesan individualistik.

Pengaturan mengenai hak asasi manusia dalam Islam selain diatur dalam Al-
Qur’an dan hadits, juga diatur dalam Piagam Madinah. Dalam deklarasi Piagam
Madinah yang terdiri dari 47 point merupakan konstitusi Negara Islam yang pertama
didirikan oleh Nabi Muhammad saw sebagai pedoman perilaku sosial, keagamaan,
serta perlindungan semua anggota komunitas yang hidup bersama-sama di Madinah.
Hak asasi manusia ditempatkan dalam posisi tertinggi konstitusi Islam pertama
tersebut.

Dalam khazanah Islam, selain deklarasi Madinah juga terdapat deklarasi Cairo
yang memuat ketentuan HAM, yakni hak persamaan dan kebebasan, hak hidup, hak
perlindungan diri, hak kehormatan pribadi, hak keluarga, hak kesetaraan wanita dan
pria, hak anak dan orang tua. Selain itu, disebutkan juga hak-hak lainnya, seperti hak
mendapatkan pendidikan, hak kebebasan beragama, hak kebebasan mencari suaka,
hak memperoleh pekerjaan, hak memperoleh perlakuan yang sama, hak kepemilikan,
dan hak tanahan. Jadi, dapat dipahami betapa besarnya perhatian Islam terhadap HAM
yang dimulai sejak kelahiran Islam sehingga tidak ada diskriminasi kemanusiaan atas
latar belakang agama, suku, budaya, strata social dan sebagainya.8

3). Macam-macam Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia yang dijamin oleh Islam untuk dilindungi, ada beberapa macam
sebagaimana pembagian yang diutarakan oleh para ahli. Di antaranya pendapat M.
Tahir Azhari mengemukakan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
ditekankan pada 3 hal utama, yakni:9

8Ahmad Nur Fuad, Cekli Setya dan Saiful Aris, Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam (Malang:LPSHAM
Muhammadiyah Jatim dan MADANI, 2010), hlm. xii.
9 Ibid. hlm 18
a. persamaan manusia

b. martabat manusia

c. kebebasan manusia

Menurut Abdul Karim Zaidan, bahwa hak asasi manusia itu adalah:

1. hak persamaan

2. hak kebebasan individual, yang terbagi dalam:

a. hak perseorangan

b. hak kebebasan berkeyakinan dan beribadah

c. hak bertempat tinggal

d. hak kebebasan bekerja

e. hak kebebasan kepemilikan

f. hak kebebasan berpendapat

g. hak menuntut ilmu

i. hak menerima santunan Negara

Hak asasi manusia menurut Al-Qur’an, yaitu:

a. Hak atas Hidup, dan menghargai hidup manusia, Islam menegaskan bahwa
pembunuhan terhadap seorang manusia ibarat membunuh seluruh umat
manusia. Hak ini dijelaskan dalam firman Allah SWT., dalam Q.S: al-
Maidah:5:32.
b. Hak Untuk Mendapat Perlindungan, dari hukuman yang sewenang-wenang,
Q.S: al- An’Am/6: 164 dan Q.S. Fathir/35: 18
c. Hak Atas Keamanan, dan kemerdekaan pribadi terdapat dalam Q.S: an-
Nisa/4:58 dan Q.S: al-Hujurat/49: 6.
d. Hak Atas Kebebasan Beragama, memilih keyakinan berdasar hati nurani. Dapat
dilihat secara tersirat dalam Q:S. al-Baqarah/2:256 dan Q.S: al-Ankabut/29 :46.
e. Hak Atas Persamaan Hak di Hadapan Hukum,Secara tersirat terdapat dalam
Q.S: al-Nisa/4 : 1 dan 135 serta Q.S: al-Hujurat/ 49 :9.
f. Hak Atas kebebasan berserikat dalam Islam, juga memberitahukan dalam Q.S
Ali Imran/ 3: 104-105.
g. Memberikan suatu protes terhadap pemerintahan yang zalim dan bersifat tiran.
Islam memberikan hak untuk memprotes pemerintahan yang zalim, secara
tersirat dapat dilihat dalam Q.S: al-Nisaa/4: 148, Q.S: al-Maidah/5:78-79, Q.S:
alA’raf/7:165, Q.S: Ali Imran/3: 110.
h. Hak pemenuhan kebutuhan dasar seperti Hak positif dalam hak ekonomi dan
social, Islam menjelaskan secara tersirat dalam al-Qur’an, misalnya: Hak
mendapatkan kebutuhan dasar hidup manusia, secara tersirat terdapat dalam
Q.S: al-Baqarah/2:29, Q.S: al-Dzariyah/51: 19, Q.S: al-Jumu’at/62:10
i. Hak untuk mendapatkan pendidikan, Islam juga memiliki pengaturan secara
tersirat dalam Q.S: Yunus/10: 101, Q.S: al-Mujadilah/58: 11.10

B. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

Dalam system perundang-undangan Islam telah menjamin hak-hak asasi bagi


semua orang sesuai dengan aturan umum yang diberikan oleh Allah kepada seluruh
umat manusia, yang disimbolkan dalam firman-Nya (Al-Hadid : 25). Dalam hukum
Islam, terdapat asas perlindungan hak yang mengandung arti bahwa semua hak yang
diperoleh seseorang dengan jalan yang halal dan sah, harus dilindungi. 11

Al-Qur’an dan sunnah Nabawiyyah memusatkan perhatian pada hak-hak yang


diabaikan dalam bangsa-bangsa lain. Nash-nash dan dokumen syariah Islam tentang
hak-hak tersebut banyak sekali jumlahnya. Dalam rangkaian riwayat ibadah haji, ada
satu babak yang disebut dengan “Hajatul Wada” (haji perpisahan) yaitu ibadah terakhir
yang dilaksanakan Rasulullah. Di suatu tempat yang bernama Urana, Rasulullah
mengucapkan suatu khutnah yang ringkas tapi penting, yang terkenal dengan sebutan
Khutbah Wada’. Khutbah Wada’ yang oleh beberapa negarawan dipandang sebagai
10 Rusdin Muhalling, “Hak Asasi Manusia (HAM) Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Al-‘Adl, Volome 11 No.
1, Januari 2018, hlm. 66-67.
11
Mohammad Daun Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hlm.136.
“pernyataan Hak Asasi Manusia” uang pertama di dunia, telah menggariskan hak-hak
dan kewajiban pokok bagi tiap-tiap manusia. Apabila di simpulkan Deklarasi Arafah itu
dalam garis besarnya mengandung enam hal:

1. Perlindungan terhadap jiwa, harta benda dan lain-lain


2. Semangat bertanggung jawab
3. Memelihara dan menunaikan amanah
4. Menghapus riba
5. Mengangkat derajat kaum wanita (emansipasi)
6. Membentuk persaudaraan Islam.12

Apabila khutbah Rasulullah yang lampau itu dibutiri, maka intisari yang
terkandung di dalamnya itulah yang menjadi pokok Hak Asasi Manusia yang
dirumuskan dalam “Declaration of Human Rights” saat ini. Maka jelaslah bahwa Islam
telah meletakkan dasar-dasar mengenai hak asasi manusia yang berdasarkan atas
khutbah panjang Rasullulah ketika beliau mengadakan haji wada’.

12Ahmad Nur Fuad, Cekli Setya dan Saiful Aris, op.cit. hlm. 17

Anda mungkin juga menyukai